You are on page 1of 62

ASUHAN KEPERAWATAN

TELINGA

By :
Nurcha
1

ANATOMI FISIOLOGI TELINGA


Telinga Luar (Auris Externa)
Daun telinga (aurikula)
Liang telinga (MAE)

Telinga Tengah (Auris Media/Cavum


Tympani)
Malleus, inkus, stapes, otot, pemb.darah&
saraf

Telinga Dalam(Auris interna)


Kokhlea Alat Pendengaran
Vestibulum Organ keseimbangan
4

BAGAN SISTEM PENDENGARAN

Sistem
Konduksi

Gelombang suara ditangkap

Aurikulum

Meatus Eksternus

Membrana Tympani

Osikula (Malleus, inkus, stapes)


5

Sistem
Sensori
Neural

Perilimf, Endolimf

Organ Corti

N. Akustikus

N. Batang Otak

Pusat Pendengaran Mendengar

PEMERIKSAAN TELINGA
Anamnesis
Inspeksi
Otoskopi
Tes pendengaran

Simtomatologi penyakit Telinga

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Deaffnes (kurang dengar)


Otorrhea (meler)
Otalgia (rasa sakit telinga)
Vertigo (rasa berputar)
Itching (rasa gatal pada telinga)
Tinitus (rasa mendengar dlm telinga)
Gejala lain :
- Cephalgia (sakit kepala)
- Febris (demam)
- Vomiting (muntah)

Dalam Anamnesa gejala penyakit

Berapa lama diderita


Kapan mulai terjadi
Terus menerus/kadang kadang
Berat ringannya penderitaan
Sebelah/dua belah
dll.

MACAM-MACAM PENYAKIT
TELINGA LUAR
1. Cerumen Prop. (Cukil Batu)
Mrpk hasil sekresi kelenjar cerumen yg terdapat
pada bag. Tulang rawan telinga
Gejala klinis :
Nyeri telinga
Perasaan buntu
Pendengaran berkurang
Tindakan kep/ Therapy :
Diambil dengan bantuan alat/ Cerumen Haak
Jangan dikorek-korek

10

2. Corpus Alienum
Benda asing dalam telinga, dapat
berupa benda hidup, benda mati.
Tindakan Kep/Therapy:
Benda hidup tetesi dgn minyak
kelapa hewan mati ambil dgn
alat
Jangan menetesi dgn minyak
tanah/ bensin.

11

3. Otitis Externa Furunculosa


Radang dari kelenjar sebacea telinga,
berbatas tegas/jerawat telinga.
Gejala Klinis :
Nyeri telinga hebat
Otorrhoe
Pendengaran kadang terganggu.
TindakanKep/Therapy :
Antibiotik/Analgesik
Diet rendah lemak, kacang, gula.

12

4.

Otitis Externa Diffusa


Radang pada meatus akustikus exsternus dgn batas tidak tegas.
Penyebab :
Trauma / Dikorek-korek
Infeksi (Stapilococcus, Pseudomonas, Proteus)
Gejala Klinis :
Nyeri tekan pada tragus
Otorrhoe
Pendengaran terganggu
Otoscopy :
Oedem
Laserasi
Hyperemi
Tragus Pain
Tindakan Kep/Therapy :
Pasang Tampon Bethadine
Antibiotik
Analgesik

13

5.

Otitis Externa Mycoticans (Jamur)


Penyebab : Aspergilus, Candida
Gejala Klinis
Itching
Otorrhoe
Deafness
Otalgia
Otoscopy :
Oedem, Laserasi, Hyperemi, Tragus pain
Tindakan Kep/Therapy :
Membersihkan telinga
Anti mycotican tetes telinga

14

Faktor yang mempermudah


terjadinya peradangan :
a. Perubahan pH kulit liang telinga dari
asam menjadi basa
b. Peningkatan suhu dan kelembaban
udara
c. Trauma saat membersihkan telinga

15

6.

Othaematom
Timbunan darah antara perikondrium dan
kondrium.
Tindakan Kep/ Therapy : Punksi secara steril
Druk Verban
Cara : Deppers kecil disusun mengisi ruangan
bagian telinga seluruhnya Tutup kasa steril
Bebat selama 5- 6 hari.

16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT


TELINGA BAGIAN LUAR
1.

PENGKAJIAN

a. Biodata
Nama
:
Umur
: Bisa tjd pd semua umur
Pekerjaan :
b. Keluhan utama
Nyeri hebat, pendengaran berkurang
c. Riwayat peny. Sekarang
# Kemasukan air dikorek-korekpendengaran
berkurang.
# Nyeri bila telinga ditekan, keluar cairan.
d. Riwayat penyakit dahulu
# Sering korak2 telinga
# DM
e. Riayat peny. Keluarga : DM

f. Riwayat psikososial

# Ggan harga diri o.k keluar cairan dr telinga


# Hub. Dgn orang lain kurang lancar krn pendengaran berkurang

g. Aktifitas sehari-hari
# Berenang, mandi disungai
# Kebersihan diri kurang
h. Pemeriksaan fisik
Otoscopy : liang telinga merah, bengkak, nyeri tekan, keluar cairan.
17

2. ANALISA DATA

Masalah Keperawatan
1.
2.
3.

Gangguan rasa nyaman ( nyeri


)
Kurangnya kebersihan diri
Gangguan konsep diri ( harga
diri )

Kemungkinan Penyebab
1.
2.
3.

Invasi kuman ( Stapilococcus,


pseudumonas )
Kurang pengetahuan
Pembengkakan pada liang
telinga

3. PERENCANAAN
A.TUJUAN
Nyeri telinga berkurang / hilang
Tanda-tanda infeksi hilang
Klien memahami pentingnya perawatan / kebersihan diri
B. INTERVENSI
Keperawatan
Jelaskan pentingnya perawatan telinga dengan memakai
kapas lidi, jangan menggunakan benda-benda keras
Berikan obat sesuai anjuran dokter
Jelaskan pada klien / keluarga bahwa dengan berobat
teratur telinga akan berfungsi seperti semula
Medik : Antibiotika
18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN CORPUS ALIENUM
I. PATOFISIOLOGI
Benda hidup / mati
Benda asing
Sumbatan dalam rongga telinga

- Erosi alienum - Gangguan hantaran/


- pertolongan yg - sumbatan suara
- Nyeri
- Iritasi liang
telinga

- Teknik pertolongan
yg salah
- Jenis C. alienum
- Gangguan Pendengaran
yg runcing

Ruptur membran tymp


19

II.

PENGKAJIAN
a. Biodata
Nama
:
Umur
: Anak-anak, remaja, dewasa
Pendidikan
: Berpegaruh pada tindakan pertolongan
pertama
b.
Keluhan Utama
- Nyeri rongga telinga
- Gangguan pendengaran
c. Riwayat Penyakit Sekarang
- Nyeri sifatnya menusuk
- Usaha yang dilakukan dengan mengorek-ngorek
telinga
d.
Data Psikologis : Pasien bingung tentang
pemyakitnya

20

Asuhan Keperawatan Pasien


Dengan Otitis Media Akut
Suatu infeksi akut pada mukosa telinga tengah
(kavum tympany, tuba eustakhius, antrum
mastoid, sel mastoid) yang diikuti dengan
pembentukan nanah(mukopus).
Penyebaran OMA
Rhinogen
Bayi : tuba > lebar, lurus, pendek sehingga
mempermudah cairan yang diminum masuk kedalam
kavum tympani

Eksogen

Kuman masuk melalui robekan membran tympani akibat


fraktur basis cranii, trauma akibat ledakan, tertusuk

Hematogen

Oleh karena penyakit yang berat/daya tahan tubuh


lemah

21

Patofisiologi OMA
Mukosa tuba eustakhii oedem
Fungsi tuba terganggu (ventilasi, draenage)
O2 kedalam kavum tympani berkurang
Tekanan dalam kavum tympani
rendah/hipotensi

Perubahan pada mukosa kavum tympany


Peningkatan permeabilitas pemb. Darah & limfe
Peningkatan permeabilitas dinding sel
Proliferasi sel kelenjar sub mukosa

22

Perembesan cairan kedalam kavum tympani


Tekanan dalam kavum tympani menjadi
lebih tinggi
Perforasi spontan membran tympani

Keluar sekret/meler

23

Stadium Otitis Media Akut


dan penatalaksanaannya
1. Stadium Kataralis

Telinga terasa penuh


Pendengaran terganggu
Otalgia
Tinitus
Membran tympani hyperemi

Pengembalian fungsi tuba


secepatnya
Tetes hidung
Obat-obat untuk ISPA

24

2. Stadium Supurasi (Bombans)


Anak rewel/gelisah
Otalgia hebat
Febris tinggi
Membran tympani sangat hiperemi,
pulsasi
Drainage mukopus secepatnya dari
kavum tympani
Antibiotik
Obat untuk ISPA

25

3. Stadium Perforata

Otalgia berkurang
Keluar cairan
Pendengaran berkurang

Obat untuk ISPA


Perhydrol 3%.

4. Stadium Resolusi
Gangguan pendengaran
Tampak lubang perforasi

Jaga kebersihan
Jangan dikorek-korek
Jangan kemasukan air
26

Kasus Otitis Media akut dirujuk,


bila:
a. Membrana tympani tampak
bombans.
b. Seringkali kambuh.
c. Terjadi komplikasi.

27

Pengkajian
1. Biodata : Sering menyerang anak-anak
2. Keluhan Utama

Demam tinggi, gelisah, sukar tidur


Anak menangis kesakitan
Keluar cairan kadang bercampur darah
Kadang disertai kejang & diare

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Batuk/pilek panas badan tinggi anak


menangis kesakitan/bila telinga tersentuh
Keluar cairan menangis berkurang
Pendengaran berkurang
28

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Menderita penyakit ISPA


TBC kronis
Riwayat menderita campak

5. Pemeriksaan Fisik
Membran tympani hyperemi,
mengembang
Sekret biasanya serouse, serouse
hemorrhagia, purulent

29

5. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa yaman (nyeri) b.d
adanya infeksi pada mukosa telinga
tengah
b. Gangguan komunikasi b.d penurunan
pendengaran
c. Gangguan penurunan pendengaran b.d
perforasi membran tympani
d. Gangguan psikologis (cemas) b.d
kurangnya pengetahuan tentang
proses penyakit
30

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d adanya


infeksi pada mukosa telinga tengah

1.
2.
3.
4.
5.

DS : pasien mengatakan telinganya terasa nyeri


DO : - Membran tympani hyperemi
- Membran tympani bombans
- Membran tympani tampak odem
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan
gangguan rasa nyaman nyeri dapat diatasi
Intervensi :
Kaji tingkat nyeri
Observasi lokasi, kualitas dan kuantitas nyeri
Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
Kolaborasi pemberian analgesik & antibiotik
Kolaborasi dalam melakukan tindakan miringotomi
31

2. Gangguan psikologis (cemas) b.d kurangnya


pengetahuan tentang penyakitnya

1.
2.
3.
4.
5.
6.

DS : - Pasien sering menanyakan tentang keadaan


penyakitnya
DO : - Pasien selalu menanyakan tentang keadaannya
- Pasien selalu memegangi telinganya
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan,
kecemasan dapat diatasi
Intervensi :
Pahami perasaan kecemasan dan ketakutan pasien
Jelaskan pada pasien/keluarga tentang penyakitnya
Beri respon pada keluhan dan jawab pertanyaan dari
pasien
Dorongan keluarga dan teman untuk menganggap pasien
seperti sebelumnya
Beri kesempatan pasien menyatakan perasaannya
Beri motivasi pada pasien
32

Asuhan keperawatan Pasien dengan


Otitis Media Kronik (OMK)
Adalah infeksi kronik ditelinga tengah yang
mengenai mukosa dan struktur tulang
telinga tengah.
Tanda dan gejala :

Perforasi permanen membran tympani


Sekret keluar terus menerus/hilang timbul
Gangguan pendengaran
Vertigo
Nyeri
Abces atau fistel di belakang telinga (retro
aurikuler).
33

Keradangan telinga tengah digolongkan


sebagai OMK bila OMA sudah berjalan
lebih dari 8 minggu, tidak sembuh atau
justru lebih parah.
Penyebab OMK :
Kelanjutan OMA yang tidak diobati atau
terlambat diobati
Sering kambuh karena sering terkena ISPA
Kuman sangat virulen
Daya tahan tubuh yang rendah
Penderita kurang menjaga kebersihan telinga
34

OMK dapat digolongkan menjadi


2:
1. Tipe benigna (tipe mukosa, jinak)
Proses keradangan terbatas pada
mukosa telinga tengah
Sekret ; bening, mukopurulen, tidak
berbau
Perforasi ; subtotal
Perubahan mukosa ; oedem, hypertrofi
Komplikasi ; jarang terjadi
X-foto ; perselubungan, sklerotik
35

2. Tipe Maligna (bahaya, tipe tulang)

Keradangan selain mukosa, juga mengenai


tulang, terjadi osteomielitis atau destruksi
tulang oleh kolesteatoma
Sekret ; purulen, kental, menggumpal, abuabu kekuningan, berbau, kolesteatoma
Perforasi ; total
Perubahan mukosa ; degenerasi, terbentuk
polip
Komplikasi ; abses retro aurikuler, meningitis,
abses otak, dll
X-foto ; perselubungan, rongga berisi
kolesteatoma.
36

Terapi OMK
a. Medikamentosa
Diberikan untuk OMK tipe jinak
Pemberian antibiotik (golongan
Ampicilin, Amoksisilin, Eritromisin)
Dapat pula diberikan Antibiotik tetes
telinga, tetapi sebelum diberikan
hendaknya dibersihkan dengan
Perhydrol 3 %
Pada stadium tenang, dianjurkan
untuk operasi Miringoplasti (menutup
perforasi membran tympani )
37

b. Operasi Mastoidektomi
Sebagai pengobatan OMK tipe ganas
Bertujuan untuk menghilangkan
jaringan granulasi, nanah, polip atau
tulang-tulang yang nekrosis.
Dilanjutkan dengan operasi tympanoplasti untuk memperbaiki pendengaran
penderita.

38

Yang Penting bagi Perawat :


1. Mengenal gejala OMK
2. Dapat membedakan antara ganas dan
jinak
3. Mengenal komplikasi secara dini dan
merujuk kasus yang mengalami
komplikasi / perlu pembedahan
4. Memberikan penyuluhan tentang :

Menjaga kebersihan telinga


Menghilangkan rasa malu
Tidak menganggap bahwa OMK adalah
penyakit bawaan.
39

Asuhan Keperawatan Pada Pasien


Dengan Mastoiditis
Pengertian
Infeksi pada cavum timpani sampai ketulang
tulang mastoid dan timbul nekrosis

Penyebab
Streptococcus, pneumococcus, H, influensa
Riwayat influensa, tonsilitis, sinusitis, trauma
membrana timpani, dll.

Patofisiologi
Idem dengan otitis media purulenta
40

Gejala dan tanda


Timbul akibat OMP dan OMA yang
tidak diobati
Demam tinggi
Bengkak pada prosessus
mastoideus/belakang telinga
Keluar cairan dari telinga
Pendengaran berkurang

41

Faktor yg mempermudah terjadinya


mastoiditis

Virulensi kuman yang amat ganas


Daya tahan penderita yang lemah
Terapy otitis media yang tdk adekuat
Tekanan selularitas mastoit yang tinggi

Penatalaksanaan

Antibiotik dosis tinggi


Insisi
Drainage pus
mastoidektomy

42

Pengkajian

1. Biodata : sering menyerang anak-anak


2. Keluhan utama :
Pendengaran berkurang
Nyeri berdenyut belakang telinga
Panas badan
Bengkak dibelakang telinga
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Badan panas nyeri berdenyut belk telinga
Pendengaran berkurang
Keluar cairan, keruh berbau
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Sering influensa
Sebelumnya sering keluar cairan
5. Riwayat Psikososial : malu
43

Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Hidung : sekret +, mukosa hidung kemerahan
Tenggorokan : faring tampak kemerahan,
tonsilitis

Telinga :
Keluar cairan berbau, purulen
Membran tympani perforasi
Oedema, merah belakang telinga

Pemeriksaan Penunjang

lab. Darah
Kultur pus
Radiologi

: leukositosis
: kuman
: perkabutan sel-sel mastoid
44

Analisa Data
Masalah Keperawatan

1.
2.
3.
4.

Isolasi sosial
Rasa nyaman
Resiko penyebaran infeksi ketelinga dalam
Komunikasi

1.
2.
3.
4.

Bau yang tidak enak


Pengeluaran pus yang terus menerus
Ketidaktahuan tentang perawatan
Penurunan fungsi pendengaran

Kemungkinan penyebab

45

Perencanaan

Tujuan
Tanda-tanda infeksi hilang
Pasien/keluarga mampu merawat
Dapat bergaul dgn leluasa tanpa terisolasi
dengan temannya
Intervensi
Jelaskan pada pasien dan keluarga ttg penyebab
keluarnya pus dari telinga
Bersihkan liang telinga dgn obat cuci telinga
(perhydrol 3% 10-20 tetes)
Anjurkan pada pasien dan keluarga :
Minum obat sesuai advis
Kontrol rutin
Hindari masuknya air
Berikan support pada pasien, keluarga dan
teman
1.

a.
b.
c.

46

Asuhan keperawatan pada pasien


dengan vertigo
Perasaan yang abnormal mengenai adanya
gerakan penderita terhadap sekitarnya atau
sekitarnya terhadap penderita, tiba-tiba
semuanya terasa ber putar atau bergerak naik
turun dihadapan nya, sering juga disertai
muntah-muntah, berkeringat dan gejala penyakit
telinga lainnya.
Penyebab :
Penyakit meniere
Trauma
Vertigo posisi
Labirintis
Otitis media kronik
47

Penyakit Meniere
Penyebab belum diketahui dengan pasti
Pemasukan cairan & garam yang berlebihan
Bekerja terlalu berat
Pengaruh emosi
Ditemukannya pelebaran labirin membranosa
disertai rusaknya sel saraf sensorik pada ampula
dan koklea
Gejala :

Serangan vertigo secara tiba-tiba


Mual-mual
Muntah-muntah
Pendengaran berkurang
tinitus
48

Trauma
Labirin bisa rusak karena fraktur dasar
tengkorak, sehingga sering setelah
trauma timbul vertigo
Paska operasi mastoidektomi dan
stapedektomi juga sering timbul vertigo
oleh karena kaki stapes terganggu dan
menimbulkan rangsangan telinga dalam

vertigo posisi
Serangan vertigo timbul bila kepala
digerakkan/ditundukkan
Tidak ada keluhan pada telinga
Penyebab belum diketahui
49

Labirintitis
Penyebab virus
Penderita mengalami vertigo disertai
muntah-muntah
Telinga keluar cairan bertahun-tahun
Pasien tidak periksa karena tidak
merasa sakit
Tiba-tiba terasa sakit disertai vertigo
dan muntah-muntah

50

Penyuluhan pada pasien vertigo


Anjurkan diet rendah garam
Bila terjadi serangan vertigo :
Segera berbaring dan minta pertolongan
Bila sedang mengemudikan mobil, segera
berhenti dan bersandar
Berbaring pada satu posisi dan jangan
bergerak sampai vertigo berkurang

Minta bantuan untuk bergerak bila


masih pusing
Segera minum obat sesuai anjuran
51

Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi cidera b.d perubahan mobilitas
karena gangguan cara berjalan dan vertigo
Ketidak berdayaan yang berhubungan dengan
perjalanan penyakit dan menjadi tidak berdaya
dalam situasi tertentu akibat vertigo/gangguan
keseimbangan
Ansietas yang berhubungan dengan
ancaman/perubahan status kesehatan
Resiko terhadap kekurangan volume cairan
yang berhubungan dengan peningkatan
haluaran cairan
Dll.
52

Gangguan Pendengaran Pada Anak,


akan berakibat pada gangguan
komunikasi.

Faktor-faktor yang berpengaruh :


1. Umur dan kecepatan timbulnya gangguan
pendengaran
2. Derajat gangguan pendengaran
3. Lokalisasi kelainan
3 type gangguan pendengaran secara medis
anatomi
a) Tuli konduksi
b) Tuli persepsi (sensory neural hearing loss)
c) Tuli campuran
4. Kelainan lain
5. Penanganan.
53

Klasifikasi derajat gangguan pendengaran


Pendengaran normal (0-25 dB) tidak ada hambatan kom,
dengar suara bisik
Tuli ringan (26-40 dB) sering sulit mendengar suara bisik
Tuli sedang (41-55 dB) sulit mendengar percakapan biasa
Tuli sedang berat (56-70 dB) sulit mendengar percakapan
keras
Tuli berat (71-90 dB) hanya dengar teriakan/memakai
alat bantu dengar
Tuli sangat berat (> 90 dB) tidak dapat mengerti
pembicaraan walau memakai alat bantu dengar

54

Tes Pendengaran
A. Tes bisik, tes bisik modifikasi
B. Tes garputala
1.
2.
3.

Tes
Tes
Tes

Rinne
Weber
Schwabah

C. Tes Audiometri

55

Tes Bisik bersifat semi kuantitatif,


secara kasar dapat menentukan derajat
kerulian seseorang.

Syarat tes bisik :


1. Ruang harus sunyi dan tidak ada echo,
jarak 6 meter
2. Gunakan udara cadangan sesudah
ekspirasi,,biasanya kata benda
3. Mata pasien ditutup
Hasil tes (kuantitatif) :
Normal
: 6 meter
Tuli ringan
: 4-6 meter
Tuli sedang
: 1-4 meter
Tuli berat
: < 1 meter
Tuli total
: berteriak didepan
telinga, tetap tidak dengar

56

Tes Garputala
Untuk menentukan jenis gangguan
pendengaran
Frekuensi garputala 512
Jenis ; Rinne, Weber, Schwabach

57

Tes Rinne
Membandingkan daya tangkap
telinga terhadap rangsang bunyi
lewat hantaran tulang (BC) dan
lewat hantaran udara (AC).
Cara :
1. Bunyikan garputala pancangkan
tangkai tegak lurus pada mastoit
pasien pasien # dengar pindah
ke meatus eksternus pasien. Bila
garputala terdengar = rinne +, bila
garputala tdk terdengar = rinne 58

2. Bunyikan garputala, pasien membedakan


bunyi yang didengar lewat hantaran tulang>
keras/>lemah daripada lewat udara. Bila
hantaran lewat tulang lebih baik dari pada
udara (BC > AC) rinne -, bila AC>BC
rinne +.
Interpretasi hasil :
Rinne +, pada telinga normal/tuli sensori
neural
Rinne -, pada tuli konduksi.

59

Tes Weber
Membandingkan daya tangkap pasien terhadap
rangsang bunyi lewat hantaran tulang .
Cara :

Garputal dibunyikan dipancangkan tegak lurus


kedua kaki pada ubun-ubun, dahi, gigi insisivus.
Pasien diminta menunjukkan telinga mana yang
mendengar lebih keras. Bila bunyi didengar pada
satu telinga lateralisasi kesisi telinga tersebut.
Bila kedua telinga tidak mendengar/
mendengar semuanya tidak ada lateralisasi.
Interpretasi hasil
Normal
: tidak ada lateralisasi
Tuli konduksi : lateralisasi ketelinga yang sakit
Tuli persepsi : lateralisasi ketelinga yang shat

60

Tes Schwbach
Membandingkan hantaran lewat tulang
penderita denga pemeriksa
Cara :
Garputala 512 dibunyikan, tangkainya
dipancangkan tegak lurus pada mastoid
pemeriksa. Bila sudah tidak mendengar,
dipindah ke mastoid penderita.
Bila pasien masih mendengar Schwabach
memanjang
Bila px tidak mendengar
memendek/schwabah normal

Interpretasi

Schwabach memanjang : tuli konduksi


Schwabach memendek : tuli persepsi
61

Audiometri
Tes pendengaran dengan Audiometer.
Hasil pemeriksaan grafik (Audiogram).
Pemeriksaan ambang dengar menurut konduksi
udara (AC) dan konduksi tulang.
Jenis ketulian :
Audiogram normal : BC & AC < 20 dB
Tuli konduksi : BC < 20 dB, AC > 20 dB, ada
jarak antara AC dan BC
Tuli sensori neural : BC > 20 dB, AC>20dB,
keduanya hampir berimpit
Tuli campuran : BC> 20dB, AC>20dB, ada
jarak antara AC & BC

62

You might also like