Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa penyakit Tuberkulosis
Paru (TB) saat ini telah menjadi ancaman global, karena hampir sepertiga penduduk dunia telah
terinfeksi. Sebanyak 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB didunia, terjadi pada negaranegara berkembang. TB merupakan penyebab kematian nomor satu diantara penyakit menular
dan merupakan peringkat ketiga dari 10 penyakit pembunuh tertinggi di Indonesia yang
menyebabkan 100.000 kematian setiap tahunnya. Tingginya insidens dan prevalens TB terutama
kasus TB BTA positif merupakan ancaman penularan TB yang serius di masyarakat, karena
sumber penularan TB adalah penderita TB BTA positif.1
Obat tuberkulosis harus diminum oleh penderita secara rutin selama enam bulan berturutturut tanpa henti. Kedisiplinan pasien dalam menjalankan pengobatan juga perlu diawasi oleh
anggota keluarga terdekat yang tinggal serumah, yang setiap saat dapat mengingatkan penderita
untuk minum obat. Apabila pengobatan terputus tidak sampai enam bulan, penderita sewaktuwaktu akan kambuh kembali penyakitnya dan kuman tuberkulosis menjadi resisten sehingga
membutuhkan biaya besar untuk pengobatannya. Pengobatan yang terputus ataupun tidak sesuai
dengan standar DOTS juga dapat ber-akibat pada munculnya kasus kekebalan multi terhadap
obat anti TB yang memunculkan jenis kuman TB yang lebih kuat, yang dikenal de-ngan Multi
Drug Resistant (MDR-TB). Pengo-batan MDR-TB membutuhkan biaya yang lebih mahal dan
waktu yang lebih lama dengan keberhasilan pengobatan yang belum pasti.1
Perumusan Masalah
Faktor apa saja yang berhubungan dengan gagal konversi pasien TB paru kategori I pada
akhir pengobatan fase intensif di puskesmas K?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah penelitian yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
Tujuan umum:
Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan gagal konversi pasien TB paru
kategori I pada akhir pengobatan fase intensif di puskesmas K.
Tujuan khusus
Untuk mengetahui hubungan umur penderita, jenis kelamin, kepatuhan meminum obat,
penyakit penyerta, tingkat pendidikan, social ekonomi, pekerjaan, jarak rumah dengan
puskesmas, efek samping obat, dan factor lainnya dengan kegagalan konversi pada akhir
pengobatan fase intensif pasien TB paru Kategori I puskesmas K.
TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis yang dulu disingkat TBC karena berasal dari kata tuberculosis adalah suatu
penyakit infeksi yang dapat mengenai paru- paru manusia. Seperti juga dengan penyakit infeksi
lainnya, tuberkulosis saat ini lebih lazim disingkat dengan TB saja disebabkan oleh kuman, atau
basil tuberukulosis yang dalam istilah kedokteran diberi nama dalam bahasa Latin yaitu
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga
memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paruparu dibandingkan bagian lain tubuh manusia. Mikro bakteria ini juga merupakan bakteri aerob,
berbentuk batang, yang tidak membentuk spora. Walaupun tidak mudah diwarnai, jika telah
diwarnai bakteri ini tahan terhadap peluntur warna (dekolarisasi) asam atau alkohol, oleh karena
itu dinamakan bakteri tahan asam atau basil tahan asam.Jadi, tuberkulosis disebabkan oleh
kuman, dan karena itu tuberkulosis bukanlah penyakit turunan.2
Cara Penularan
Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan kemungkinan
besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas peningkatan jumlah kasus
TB. Proses terjadinya infeksi oleh Mycobacterium tuberculosis biasanya secara inhalasi,
sehingga TB paru merupakan manifestasi klinis yang paling sering dibandingkan dengan organ
lain. Penularan penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet
nuclei, khususnya yang di dapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang
mengandung basil tahan asam (BTA). Pada TB kulit atau jaringan lunak penularan bias melalui
inokulasi langsung. Infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium bovis dapat disebabkan oleh
susu yang kurang disterilkan dengan baik atau terkontaminasi.2
Daya penularan dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil dari pemeriksaan dahak, makin
menular penderita tersebut. Bila pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka
penderita tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB paru
ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
Strategi Penemuan
Risiko Penularan
Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien TB paru
dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar dari pasien
Pemeriksaan Diagnostik
Dahak Mikroskopis
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan
pengobatan dan menentukan potensi penularan.
Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3
spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa SewaktuPagi-Sewaktu (SPS).2
S (sewaktu)
Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali. Pada saat
pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada
hari kedua.
P (Pagi)
Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot
Prinsip Pengobatan
Penatalaksanaan TB meliputi penemuan pasien dan pengobatan yang dikelola dengan
menggunakan strategi DOTS.
Tujuan utama pengobatan pasien TB adalah menurunkan angka kematian dan kesakitan
serta mencegah penularan dengan cara menyembuhkan pasien. Penatalaksanaan penyakit TB
merupakan bagian dari surveilans penyakit; tidak sekedar memastikan pasien menelan obat
sampai dinyatakan sembuh, tetapi juga berkaitan dengan pengelolaan sarana bantu yang
dibutuhkan, petugas yang terkait, pencatatan, pelaporan, evaluasi kegiatan dan rencana tindak
lanjutnya.3
Panduan Penggunaan OAT di Indonesia
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di
Indonesia:
Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3
Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa obat
kombinasi dosis tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori anak sementara ini disediakan dalam
bentuk OAT kombipak.
Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya
disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.
Panduan OAT dan peruntukannya
1. Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
Pasien baru TB paru BTA positif.
Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
Pasien TB ekstra paru
Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1
Berat Badan
30-37 kg
38-54 kg
55-70 kg
71 kg
Tahap Intensif
Tahap Lanjutan
RHZE (150/75/400/275)
2 tablet 4 KDT
3 tablet 4 KDT
4 tablet 4 KDT
5 tablet 4 KDT
RH (150/150)
2 tablet 4 KDT
3 tablet 4 KDT
4 tablet 4 KDT
5 tablet 4 KDT
Tahap Intensif
Tahap Lanjutan
tiap hari
3 kali seminggu
RHZE (150/75/400/275) + S
RH (150/150) + E (275)
Berat Badan
30-37 kg
38-54 kg
55-70 kg
71 kg
Selama 56 hari
Selama 28 hari
Selama 20 minggu
2 tablet 4 KDT +
500 mg Streptomisin inj
3 tablet 4 KDT +
750 mg Streptomisin inj
4 tablet 4 KDT +
1000 mg Streptomisin inj
5 tablet 4 KDT +
1000 mg Streptomisin inj
2 tablet 4 KDT
2 tablet 4 KDT
+ 2 tab Etambutol
3 tablet 4 KDT
+ 3 tab Etambutol
4 tablet 4 KDT
+ 4 tab Etambutol
5 tablet 4 KDT
+ 5 tab Etambutol
3 tablet 4 KDT
4 tablet 4 KDT
5 tablet 4 KDT
30-37 kg
38-54 kg
55-70 kg
71 kg
RHZE (150/75/400/275)
2 tablet 4 KDT
3 tablet 4 KDT
4 tablet 4 KDT
5 tablet 4 KDT
Alur Diagnostik TB
Suspek
TB Paru
7
Hasil BTA
+--
Hasil BTA
---
Antibiotik Non-OAT
Tidak ada
Perbaikan
Ada
perbaikan
Pertimbangan dokter
Hasil BTA
+++
+++__
Hasil BTA
---
TB
Bukan TB
Evaluasi Pengobatan
8
Evaluasi Klinis
Biasanya pasien di control dalam 1 minggu pertama, selanjutnya setiap 2 minggu
selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan. Secara
klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk yang berkurang,
tidak ada batuk darah, nafsu makan bertambah dan ada peningkatan berat badan.3,4
Evaluasi Bakteriologis
Pemeriksaan dahak untuk menilai keberadaan kuman. Biasanya setelah 2-3 minggu
perngobatan, sputum BTA mulai negatif. Pemeriksaan control sputum dilakukan
sekali sebulan.
Evaluasi Radiologis
Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi. Dengan
pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan TB parunya atau adanya penyakit lain
yang menyertai. Evaluasi foto dada dilakukan tiap 3 bulan sekali.
Strategi DOTS
Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap penderita agar secara
langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan melakukan pelacakan bila penderita
tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang ditetapkan.
Setiap pasien harus di- observed dalam memakan obatnya, setiap obat yang di telan
pasien harus di depan seorang pengawas. Selain itu, tentunya pasien harus menerima treatment
yang tertata dalam system pengelolaan, distribusi dan penyediaan obat secara baik . Kemudian
setiap pasien harus mendapat obat yang baik, artinya pengobatan short course standart yang
telah terbukti ampuh secara klinik. Akhirnya, harus ada dukungan dari pemerinyah yang
membuat program penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan
kesehatan.3,4
Strategi DOTS mempunyai lima komponen :
1) Komitmen politits dari para pengambil keputusan , termasuk dukungan dana .
2) Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik.
3) Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek
dengan pengawasan langsung oleh pengawas Menelan Obat (PMO).
4) Kesinambungan perssediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin .
5) Pencatatan dan pelaporan secraa baku untuk memudahkan pemantauan dan
evaluasi program penanggulangan TB.
Konsep Perilaku
Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal (dari dalam diri
manusia) maupun faktor eksternal (dari luar diri manusia). Faktor internal ini terdiri dari faktor
fisik dan psikis. Faktor eksternal terdiri dari berbagai faktor antara lain sosial, budaya
masyarakat, lingkungan fisik, politik, ekonomi, pendidikan dan sebagainnya. Secara garis besar
faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu, kelompok, maupun masyarakat,
dikelompokkan menjadi empat.4
Konsep Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh :
1) Lingkungan, yang mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politik, ekonomi,
dan sebagainnya.
2) Perilaku.
3) Pelayanan kesehatan .
4) Keturunan ( hereditas ).
Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang mempengaruhi
derajat kesehatan. Oleh sebab itu, dalam rangka membina dan meningkatkan kesehatan
masyarakat, maka intervensi atau upaya yang di tujukan kepada faktor erilaku ini sangat
strategis.
Kepatuhan Berobat
Kepatuhan (ketaatan) (compliance atau adherence) adalah tingkat pasien melaksanakan
cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau oleh orang lain. Kepatuhan
pasien sebagai sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh petugas
kesehatan. Penderita yang patuh berobat adalah yang menyelesaikan pengobatannya secara
teratur dan lengkap tanpa terputus selama minimal 6 bulan sampai dengan 8 bulan.4
Cara mengukur kepatuhan
Kepatuhan berobat dapat diketahui melalui 7 cara yaitu: keputusan dokter yang didapat
pada hasil pemeriksaan, pengamatan jadwal pengobatan, penilaian pada tujuan pengobatan,
perhitungan jumlah tablet pada akhir pengobatan, pengukuran kadar obat dalam darah dan urin,
wawancara pada pasien dan pengisisan formulir khusus. Pernyataan Sarafino hampir sama
dengan Sacket yaitu kepatuhan berobat pasien dapat diketahui melalui tiga cara yaitu
perhitungan sisa obat secara manual, perhitungan sisa obat berdasarkan suatu alat elektronik
serta pengukuran berdasarkan biokimia (kadar obat) dalam darah/urin.
Pengawasan Menelan Obat (PMO)
10
Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka pendek dengan
pengawasan langsung. Untuk menjamin keteraturan pengobatan diperlukan seorang PMO.4
a. Persyaratan PMO
Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan maupun
Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatan.
Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur.
Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah ditentukan.
Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejalagejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan
Kesehatan.
Kerangka Konsep
Kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian mengacu pada tujuan penelitian yaitu
mengidentifikasi hubungan antara factor-faktor resiko penyebab multi drugs resisten
Kerangka Konsep
Variabel Independent
Variabel dependent
Karakteristik Individu
1.Umur
2.Jenis kelamin
3.Pendidikan
4.Pekerjaan
11
5.Pengetahuan
6.Efek samping OAT
7.Tingkat kepatuhan
penderita dalam
pengobatan
Kesembuhan
Penderita TB paru
Faktor Pelayanan kesehatan
1.
2.
3.
4.
5.
Ketersediaan OAT
Sikap petugas kesehatan
Lokasi/Jarak
Penyuluhan kesehatan
Kunjungan rumah
Faktor Peran PMO
Definisi Konsep :
1. Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB paru yang
mempengaruhi tingkat kapetuhan dalam melaksanakan program pengobatan dengan
strategi DOTS yang membedakan seseorang dengan yang lainnya, meliputi : umur , jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, efek samping OAT, tingkat kepatuhan
penderita dalam pengobatan .
2. Faktor pelayanan kesehatan adalah penilaian dari penderita TB paru terhadap upaya yang
diselenggarakan oleh unit pelayanan kesehatan untuk menangani penderita TB paru
meliputi: Ketersediaan OAT, sikap petugas kesehatan, lokasi/jarak, penyuluhan kesehatan
dan kunjungan rumah .
3. Faktor Peran PMO ( Pengawasan Menelan Obat ) adalah penilaian dari penderita TB paru
terhadap hal-hal yang menjadi tugas dari seseorang pengawas menelan obat yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan pengobatan
meliputi : penyuluhan, member dorongan, meningkatkan dan mengawasi .
4. Kesembuhan adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan
pemeriksaan ulang dahak (follow up) menunjukkan hasil BTA negatif.
12
Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat variabel yang diamati.
Definisi operasional mencakup hal-hal penting dalam penelitian yang memerlukan penjelasan.
Definisi operasional bersifat spesifik, rinci, tegas dan pasti yang menggambarkan karakteristik
variabel-variabel penelitian dan hal-hal yang dianggap penting.
Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Penelitian
Usia
Operasional
Lama waktu Mengelompokka
Skala
Dikatakorikan
Ukur
Ordinal
hidup
n sesuai dengan
seseorang
produktivitas.
55 tahun)
sejak
Rentang
dilahirkan
15-55
tahun.
Umur
non
umur
produktif
tahun
Mengelompokka
Identitas
Kelamin
Kuisioner
Laki-laki
Nominal
Perempuan
atau perempuan
perempuan
Aktivitas
rutin
Mengelompokka
yang n
dilakukan
oleh
(>55 tahun)
56
Jenis
Pekerjaan
Kuisioner
Hasil Ukur
Kuisioner
berdasarkan
PNS/TNI/Pensiuna
Nominal
jenis pekerjaan
Wiraswasta
pasien
Petani, sopir
TB di luar
Penghasilan
rumah
Jumlah
Berdasarkan
Kuisioner
Pelajar/mahasiswa
> Rp. 1.000.000
Ordinal
PMO
penghasilan UMR
Orang yang Berdasarkan
Kuisioner
Nominal
Lama
ditugasi
ada/tidak
PMO
mengawasi
yang dimiliki
minum obat
Waktu yang Mengelompokka
13
2 = ada
Kuisioner
1. < 2 bulan
Ordinal
minum obat
Kepatuhan
dibutuhkan
minum
untuk
berdasarkan fase
menjalankan
pengobatan
fase
Ketaatan
lanjutan
Berdasarkan
awal
obat
2. > 2 bulan
dan
Kuisioner
1. Rutin
2. Tidak
Ordinal
meminum obat
pengobatan
dari
awal
sampai akhir
METODELOGI PENELITIAN
Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan rancangan
penelitian cross sectional, yaitu suatu penelitian yang mempelajari dinamika korelasi antara
faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data
sekaligus pada suatu saat. Artinya tiap subyek penelitian hanya di observasi sekali saja dan
pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subyek pada pemeriksaan. Hal ini
tidak berarti bahwa semua subyek penelitian diamati pada waktu yang sama.5
Populasi
Dalam suatu penelitian, hasil-hasil yang didapatkan diharapkan dapat berlaku secara
keseluruhan (generalisasi) dan bukan hanya untuk sebagian saja.
Populasi kasus adalah semua pasien yang menderita Tb paru dan mendapat pengobatan
Sampel
Sebagian dari populasi yang memenuhi syarat-syarat tertentu.
Syarat sampel:
Sampling
Adalah kegiatan yang dilakukan dalam upaya mendapatkan sampel yang memenuhi
syarat. Mengapa harus dilakukan sampling:5
Teknik sampling
Secara umum sampling terdiri dari 2 jenis yaitu: probability dan non probability
Sampling non probability adalah sampling yang tidak memenuhi syarat-syarat probabilitas
misalnya: consecutive sampling, purposive sampling, convenience sampling, snow ball
sampling, kuota sampling
Probability sampling: simple random sampling, systematic random sampling, stratified
sampling, cluster sampling, multistage sampling.
Simple random sampling: cara sampling yang sederhana dan mudah dilakukan. Dilakukan
dengan teknik undian (lottery) atau dengan tabel random. Misalnya, untuk meneliti pengetahuan,
sikap dan perilaku pasien tentang kepatuhan pengobatan anti tuberkulosis maka dapat dilakukan
SRS pada semua pasien tuberkulosis paru yang menjalani pengobatan.
Systematic random sampling: penentuan sampel dengan cara menentukan lebih dulu interval
antar 2 responden/individu. contoh, populasi (pasien tuberkulosis paru) sebanyak 100 orang.
Ingin didapatkan sampel sebanyak 30 orang.
1. Buat daftar dari 100 pasien tb
2. Interval 3 : dari 100 dibagi 30
3. Dari daftar tersebut yang dipilih menjadi sampel adalah daftar nomor 3,6,9,12 dst.
Sampai mendapatkan 30 sampel.
Stratified random sampling:
Digunakan pada populasi yang heterogen. Ingin diketahui sifat-sifat seluruh lapisan
populasi
15
Populasi yang heterogen dibagi dulu menjadi beberapa lapisan (strata) yang homogen
Dari tiap strata secara proposional diambil sampel
Untuk mendapatkan sampel dalam pengobatan tuberkulosis paru dimana pasien satu dengan
yang lain beda dalam hal penghasilan maka dapat dilakukan cluster dengan memilih
sejumlah pasien dengan tingkat penghasilan yang berbeda. Misalnya ingin didapatkan 50
orang dari 100 pasien tuberkulosis yang menjalani pengobatan,
-
Pasien TB Paru yang telah menjalani pengobatan selama 2 bulan atau lebih
Kriteria Ekslusi
16
Pasien TB paru dengan komplikasi penyakit HIV dan penyakit infeksi lainya
: _________
Petunjuk Pengisian:
a. Jawablah apa adanya, sesuai dengan saudara/I alami atau lihat
b. Berilah tanda checklist () pada kolom jawaban yang dipilih
A. Karateristik
1. Nama responden
2. Usia responden
3. Tanggal lahir
4. Jenis kelamin
5. Pendidikan
:
: _____ Tahun
: ___/___/___
: ( ) Laki-laki ( ) Perempuan
: ( ) Tidak Sekolah ( ) SD ( ) SMP ( ) SMA
( ) Perguruan tinggi
: ( ) Ibu Rumah Tangga ( ) Wiraswasta
( ) PNS ( ) Pegawai Swasta ( ) Pelajar
( ) Dll Sebutkan
: ( ) > 1.000.000
( ) < 1.000.000
: ( ) > 2 bulan
( ) < 2 bulan
6. Pekerjaan
7. Penghasilan
8. Lamanya minum obat
17
B. Pengetahuan
Berilah tanda checklist () pada kolom yang disediakan sesuai dengan pendapat
Saudara/i
No
Pertanyaan
Sangat Setuju
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Jawaban
Setuju
Kurang
Setuju
Tidak
Setuju
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18
19.
20.
19
Data primer adalah data yang di peroleh secara langsung pada orang yang yang terlibat
langsung.
Data sekunder adalah data yang sudah ada dari institusi tertentu seperti puskesmas dll.
Pengolahan data
Suatu sistem yang akan mengolah masukan berupa bahan baku dan bahan-bahan yang
lain menjadi keluaran berupa bahan jadi.5
Pengolahan data menggunakan SPSS, yaitu melakukan pemeriksaan seluruh data yang
terkumpul (editing), memberi angka-angka atau kode-kode tertentu yang telah disepakati
terhadap data rekam medis (coding), memasukkan data rekam medis sesuai kode yang telah
ditentukan oleh masing-masing variabel sehingga menjadi suatu data dasar (entry), dan
menggolongkan, mengurutkan serta menyederhanakan data sehingga mudah dibaca dan
diinterpretasi (cleaning).
Penyajian data
Penyajian data harus dapat meringkas data, sehingga dapat menggambarkan informasi,
sederhana, lugas dan komunikatif
o Tekstural: disajikan dengan narasi/tulisan/teks
o Tabular: disajikan dengan tabel-tabel
o Grafikal: disajikan dengan grafik, gambar.
Etika penelitian
Etika penelitian harus diperhatikan untuk memastikan penelitian yang akan dilaksanakan
dimana keselamatan manusia yang menjadi subyek penelitian mendapat prioritas utama
Pada penelitian dikomunitas/masyarakat, terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan
dari otoritas (pemerintah/tokoh masyarakat setempat) dan dari subyek/individu yang akan
diteliti
Perlu dijelaskan bahwa penelitian tersebut akan dipublikasikan kepada masyarakat luas.
Analisis data
20
Proses pengelompokan data menurut orang yang terdiri dari jenis kelamin, umur,
menurut waktu kejadian dan menurut tempat (lokasi kejadian).dengan menggunakan statistik
deskriptif ( mean, standar deviasi, persentase/proporsi), dan statistik analitik ( uji Chi Square,
Kolmogorov-smirnov, Korelasi-regresi, T-test, ANOVA.5
Analisis data dilakukan setelah mendapatkan data dasar dari proses pengolahan data dan
akan dianalisis dengan melakukan analisis univariat dan bivariat untuk mengetahui proporsi
terhadap umur, jenis kelamin, pengetahuan, pekerjaan, penghasilan, kepatuhan, motivasi,
dukungan keluarga, sikap pasien, serta pengujian hipotesis menggunakan metode Chi-square.
Statistik Parametrik
Statistik Parametrik yaitu ilmu statistik yang mempertimbangkan jenis sebaran atau distribusi
data, yaitu apakah data menyebar secara normal atau tidak. Dengan kata lain, data yang akan
dianalisis menggunakan statistik parametrik harus memenuhi asumsi normalitas. Pada umumnya,
jika data tidak menyebar normal, maka data seharusnya dikerjakan dengan metode statistik nonparametrik, atau setidak-tidaknya dilakukan transformasi terlebih dahulu agar data mengikuti
sebaran normal, sehingga bisa dikerjakan dengan statistik parametrik.5,6
Contoh metode statistik parametrik : Z-test (1 atau 2 sampel), T-test (1 atau 2 sampel), korelasi
person, perancangan percobaan
Ciri-ciri statistik parametrik :Data dengan skala interval dan rasio, data menyebar/berdistribusi
normal.
Keunggulan :
Syarat syarat parameter dari suatu populasi yang menjadi sampel biasanya tidak diuji dan
Kelemahan :
Daftar Pustaka
1. Natoatmodjo, Soekidjo. Kesehatan masyarakat ilmu dan seni. Jakarta: Rineka Cipta;
2007
2. Amin Z dan Bahar A. Tuberkulosis paru. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III
Edisi V. Jakarta: FKUI; 2009.hal 2230-8
3. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
22
23