Professional Documents
Culture Documents
A; Struktur Ginjal
Ginjal berbentuk seperti kacang, berwarna merah tua, panjangnya sekitar 12,5 cm,
tebal 2,5 cm. Setiap ginjal memiliki berat antara 125 175 gram pada laki laki dan 115
155 gram pada perempuan. Ginjal terletak di area yang tinggi, yaitu pada dinding abdomen
posterior yang berdekatan dengan dua pasang iga terakhir. Organ ini merupakan organ
retroperitoneal dan terletak diantara otot-otot punggung dan peritoneum rongga abdomen
atas. Tiap-tiap ginjal memiliki sebuah kelenjar adrenal diatasnya. Posisi ginjal kanan lebih
rendah dari ginjal kiri karena diatas ginjal kanan terdapat hati. Ginjal terletak diluar rongga
peritoneum di bagian posterior, sebelah atas dinding abdomen. Setiap ginjal terdiri dari
sekitar satu juta unit fungsional yang disebut nefron. Setiap nefron berawal dari suatu berkas
kapiler yang berkelok- kelok. Setiap nefron memiliki satu komponen vaskuler (kapiler) dan
satu komponen turbular. Nefron tersusun dari: Glomerulus, adalah tempat penyaringan urin
tepatnya pada kapsula bowman, Tubulus Kontortus Proximal, Ansa Henle, Tubulus
Kontortus Distal, Tubulus dan duktus pengumpul.
Setiap ginjal diselubungi tiga lapisan jaringan ikat.
a; Fasia renal adalah pembungkus terluar. Pembungkus ini melabuhkan ginjal pada
struktur disekitarnya dan mempertahankan posisi organ.
b; Lemak perirenal adalah jaringan adipose yang terbungkus fasia ginjal. Jaringan ini
membatasi ginjal dan membantu organ tetap pada posisinya.
c; Kapsul fibrosa (ginjal) adalah membran halus transparan yang langsung membungkus
ginjal dan dapat dengan mudah dilepas.
b; Korteks tresusun dari tubulus dan pembuluh darah nefron yang merupakan unit
structural dan fungsional ginjal. Korteks terletak didalam diantara piramidapiramida. Medula yang bersebelahan untuk membentuk kolumna ginjal yang
terdiri dari tubulus-tubulus yang mengalir kedalam duktus pengumpul
5; Ginjal terbagi-bagi lagi menjadi lobus ginjal. Setiap lobus terdiri dari satu piramida
ginjal, kolumna yang saling berdekatan, dan jaringan korteks yang melapisinya
b; Struktur Nefron
Satu ginjal mengandung 1 sampai 4 juta nefron yang merupakan unit pembentuk
urine. Setiap nefron memiliki satu komponen vascular (kapilar) dan satu komponen
tubular.
1; Glomerulus adalah gulungan kapiler yang dikelilingi kapsul epitel berdinding ganda
disebut kapsul bowman. Glomerulus dan kapsul bowman bersama-sama membentuk
sebuah korpuskel ginjal.
a; Lapisan viseral kapsul bowman adalah lapisan internal peritelium. Sel-sel lapisan
viseral dimodifikasi menjadi podosit (sel seperti kaki), yaitu sel-sel epitel khusus
disekitar kapilar glomelural.
a; Setiap sel podosit melekat pada permukaan luar kapilar glomerular melalui
beberapa prosesus primer panjang yang mengandung prosesus sekunder yang
disebut prosesus kaki atau pedikel (kaki kecil).
b; Pedikel berinterdigitasi (saling mengunci) dengan prosesus yang samadari
podosit tetangga. Ruang sempit antar pedikel-pedikel yang berinterdigitasi
disebut Filtration slits (pori-pori dari celah) yang lebarnya sekitar 25nm.
Setiap pori dilapisi selapis membrane tipis yang memungkinkan aliran
beberapa molekul dan menahan aliran molekul lainnya.
c; Barier filtrasi glomerular adalah barier jaringan yang memisahkan darah
dalam kapilar glomerular dari ruang dalam kapsul bowman. Barrier ini terdiri
dari endothelium kapilar, membrane dasar (lamina basalis) kapilar, dan
filtration slit.
b; Lapisa parietal kapsul Bowman membentuk tepi terluar korpuskel ginjal.
Filtrasi plasma dan permulaan produksi urin terjadi disepanjang glomerulus. Reabsorbsi
dan sekresi berbagai zat oleh ginjal berlangsung disepanjang tubulus pada setiap nefron.
Proses reabsorbsi dan sekresi ditubulus secara drastis mengubah komposisi akhir dan volume
urin apabila dibandingkan dengan cairan yang masuk ke nefron melalui kapiler glomerulus.
Setiap ginjal secara anatomis di bagi menjadi bagian kortek disebelah luar yang
mengandung semua kapiler glomerulus dan sebagian segmen tubulus pendek, dan bagian
medulla disebelah dalam tempat sebagian besar segmen tubulus berada. Perkembangan
segmen-segmen tubulus dari glomerulus ke duktus pengumpul (collecting duct). Setiap
tubulus pengumpul
duktus yang termasuk bagian terdalam ginjal yaitu medulla ginjal. Papila mengalir ke pelvis
ginjal kemudian ke ureter. Ureter masing-masing ginjal dihubungkan ke vesika urinaria.
Vesika urinaria menyimpan urin sampai dikeluarkan dari tubuh sampai dikeluarkan dari
tubuh melalui proses urinaria melewati uretra.
B; FUNGSI GINJAL
1; Pengeluaran zat sisa organik
Ginjal mengekskresikan urea, asam urat, kreatinin dan produk penguraian hemoglobin
dan hormon.
2; Pengaturan Keseimbangan Asam Basa Tubuh
Ginjal berperan penting dalam mempertahankan keseimbangan asam basa. Sebagian
besar proses metabolisme tubuh menghasilkan asam seperti CO2 yang mudah menguap
dan metabolisme protein menghasilkan asam yang tidak menguap seperti asam sulfat
dengan asam fosfat. Secara normal paru-paru mengekskresikan CO 2 sedangkan zat yang
tidak mudah menguap diekskresikan oleh ginjal. Selain itu ginjal juga mereabsorbsi
bikarbonat basa yang difiltrasi secara bebas oleh glomerulus. Ginjal membantu
mengeleminasi CO2
(H+) disekresikan oleh sel-sel tubulus ginjal ke dalam filtrat, dan disini dilakukan
pendaparan terutama oleh ion-ion fosfat serta ammonia (ketika didapar dengan asam,
ammonia akan berubah menjadi ammonium). Fosfat terdapat dalam filtrate glomerulus
dan ammonia dihasilkan oleh sel sel tubulus ginjal serta dikresikan ke dalam cairan
tubuler. Melalui proses pendaparan, ginjal dapat mengekskresikan sejumlah besar asam
dalam bentuk yang terikat tanpa menurunkan lebih lanjut nilai pH urin.
3; Pengaturan Ekskresi Elektrolit
Jumlah elektrolit dan air yang harus diekskresikan lewat ginjal bervariasi dalam
jumlahnya tergantung pada jumlah asupan, air, natrium, klorida, elektrolit lain dan
produk limbah diekskresikan sebagai urin. Pengaturan jumlah natrium yang
diekskresikan tergantung pada aldosteron yang dihasilkan dan disintesa korteks adrenal.
Peningkatan kadar aldosteron dalam darah, menyebabkan sekresi natrium berkurang
karena aldosteron meningkatkan reabsorbsi natrium dalam ginjal. Jika natrium
diekskresikan dalam jumlah yang melebihi jumlah natrium yang dikonsumsi, maka
pasien akan mengalami dehidrasi. Ekskresi kalium oleh ginjal akan meningkat seiring
dengan meningkatnya kadar aldosteron. Jika kalium diekskresikan dalam jumlah yang
kurang dari jumlah konsumsi pasien akan menahan cairan. Retensi kalium merupakan
akibat yang paling buruk dari gagal ginjal.
4; Pengaturan Produksi Sel Darah Merah
Sebagai salah satu organ endokrin, ginjal membentuk dan melepaskan eritropoitin.
Eritropoitin adalah salah suatu hormon yang merangsang sumsum tulang agar
meningkatkan pembentukan eritrosit. Sel-sel diginjal yang membentuk dan melepaskan
eritropoitin berespons terhadap hipoksia ginjal. Orang yang menderita penyakit ginjal
sering memperlihatkan anemia kronik.
5; Regulasi Tekanan Darah
Hormon renin yang disekresikan oleh sel-sel jukstra glumeruller saat terjadi penurunan
tekanan darah. Renin akan mempengaruhi pelepasan angiotensin yang dihasilkan dihati
dan diaktifkan dalam paru. Angiotensin I kemudian diubah menjadi Angiotensin II yaitu
senyawa vasokontriktor kuat. Vasokontriksi menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Aldosteron disekresikan oleh korteks adrenal sebagai reaksi terhadap stimulasi kelenjar
hipofisis dan pelepasan ACTH sebagai reaksi terhadap perfusi yang buruk atau
peningkatan osmolalitas serum.
Ginjal
Hati
Angiotensin I
Kelenjar hipofisis
ACTH
Kelenjar adrenal
Meningkatka
n
tekanan
pemekatan urine
reabsorbsi elektrolit. Jumlah air yang reabsorbsi dikendalikan oleh hormon anti deuritik
(CADH atau Vasopresin). Dengan asupan air yang berlebihan, sekresi ADH oleh kelenjar
hipofisis akan ditekan sehingga sedikit air yang direabsorbsi oleh tubulus. Keadaan ini
menyebabkan volume urin meningkat (diuresis)
7; Dihidroksi vitamin D
Sebagai organ endokrin ginjal mengeluarkan hormon penting untuk menetralisasi tulang.
Ginjal bekerja sama dengan hati menghasilkan bentuk aktif vitamin D. Vitamin D
penting untuk pemeliharaan kadar kalsium plasma yang diperlukan untuk membentuk
tulang. Bentuk aktif vitamin D ini bekerja sebagai hormon beredar dalam darah dan
merangsang penyerapan kalsium, fosfat diusus halus dan tubulus ginjal. Vitamin D juga
merangsang resorbsi tulang. Resorbsi tulang menyebabkan pelepasan kalsium sehingga
kalsium plasma meningkat.
8; Pengendalian terbatas terhadap konsentrasi glukosa darah dan asam amino darah
Ginjal melalui eksresi glukosa dan asam amino berlebih, bertanggung jawab atas
konsentrasi nutrient dalam darah.
D; Pembentukan Urine
Glomerulus berfungsi sebagai ultra filtrasi, pada simpai bowmen berfungsi sebagai/untuk
menampung hasil filtrasi dari glomerulus. Pada tubulus ginjal akan terjadi penyerapan
kembali dari zat-zat yamg sudah disaring pada glomerulus, sisa cairan akan diteruskan ke
piala ginjal terus berlanjut ke ureter. Urin berasal dari darah yang dibawa arteri renalis masuk
ke dalam ginjal, darah ini terdiri dari bagian yang padat yaitu sel darah dan bagian plasma
darah.
Ginjal memproduksi urine yang mengandung zat sisa metabolic dan mengatur komposisi
cairan tubuh melalui tiga proses utama:
1; Filtrasi Glomerulus
a; Definisi. Filtrasi glomerular adalah perpindahan cairan dan zat terlarut dari kapiler
glomerula, dalam gradient tekanan tertentu kedalam kapsul bowman. Filtrasi ini
dibantu oleh faktor berikut:
1; Mebran kapiler glomerular lebih permeable dibandingkan kapiler lain dalam
tubuh sehingga filtrasi berjalan dengan cepat.
2; Tekanan darah kapiler glomerular lebih tinggi dibandingkan tekanan darah
dalam kapiler karena diameter anteriol eferen lebih kecil dibandingkan
diameter anteriol aferen.
b; Mekanisme filtrasi glomerular
1; Tekanan hidrostatik (darah) glomerular mendorong cairan dan zat terlarut keluar
dari darah dan masuk ke ruang kapsul bowman.
2; Dua tekanan yang berlawanan dengan tekanan hidrostatik glomerular
a; Tekanan hidrostatik dihasilkan oleh cairan dalam kapsul bowman. Tekanan ini
cenderung untuk menggerakkan cairan keluar dari kapsul menuju glomerulus.
b; Tekanan osmotic koloid dalam glomerulus yang dihasilkan oleh protei plasma
adalah tekanan yang menarik cairan dari kapsul bowman untuk memasuki
glomerulus.
c; Tekanan filtrasi efektif adalah tekanan dorong netto. Tekanan ini adalah
selisih antara tekanan yang cenderung mendorong cairan keluar glomerulus
tekanan yang terjadi akan mempengaruhi GFR. Derajat kontriksi arteriol aferen
dan eferen menentukan aliran darah ginjal, dan juga tekanan hidrostatik
glomerular.
a; Kontriksi arteriol aferen menurunkan aliran darah dan mengurangi laju filtrasi
glomerular.
b; Kontriksi arteriol eferen menyebabkan terjadinya tekanan darah tambahan
dalam glomerolus dan meningkatkan GFR.
2; Autoregulasi ginjal. Mekanisme autoregulasi intrinsic ginjal mencegah
perubahan aliran darah ginjal dan GFR akibat variasi fisiologis rerata tekanan
darah arteri. Autoregulasi seperti ini berlangsung pada rentang tekanan darah yang
lebar (antara 80 mmHg dan 180 mmHg).
a; Jika rata-rata tekanan darah arteri (normalnya 100 mmHg) meningkat, arteriol
aferen berkontriksi untuk menurunkan aliran darah ginjal dan mengurangi
GFR. Jika rata- rata tekana darah arteri menurun, terjadi fase dilatasi arteriol
aferen untuk meningkatkan GFR. Dengan demikian, perubahan-perubahan
mayor pada GFR dapat dicegah.
b; Autoregulasi melibatkan mekanisme umpan balik dari reseptor-reseptor
peregang dalam dinding arteriol dan dari apparatus jukstaglomerular.
c; Disamping mekanisme autoregulasi ini, peningkatan tekanan arteri dapat
sedikit meningkatkan GFR. Karena begitu banyak filtrate glomerular yang
dihasilkan sehari, perubahan yang terkecilpun dapat meningkatkan haluaran
urine.
3; Stimulasi simpatis. Suatu peningkatan impuls simpatis, seperti yang terjadi saat
sters, akan menyebabkan kontriksi arteriol aferen, menurunkan aliran darah
kedalam glomerulus dan menyebabkan penurunan GFR.
4; Obstruksi aliran urinaria oleh batu ginjal atau batu dalam ureter akan
meningkatkan tekanan hidrostatik dalam kapsul bowman dan menurunkan GFR.
a; Kelaparan, diet sangat rendah protein, atau penyakit hati akan menurunkan
tekanan osmotic koloid darah sehingga meningkatkan GFR.
b; Berbagai penyakit ginjal dapat meningkatkan permeabilitas kapiler glomerular
dan meningkatkan GFR.
5; Komposisi filtrat glomerular
a; Filtrat dalam kapsul bowman identik dengan filtrate plasma dalam hal air dan zat
terlarut dengan berat molekul rendah seperti glukosa, klorida, natrium, kalium,
fosfat, urea, asam urat dan kreatinin.
b; Sejumlah kecil albumin plasma dapat terfiltrasi tetapi sebagian besar diabsorbsi
kembali dan secara normal tidak tampak pada urine.
c; Sel darah merah dan protein tidak difiltrasi. Penampakannya dalam urine
menandakan suatu abnormalitas. Penampakan sel darah putih biasanya
menandakan adanya infeksi bakteri pada traktus urinaria bagian bawah.
Filtrasi Glomerulus adalah proses dimana sekitar 20% plasma yang masuk kapiler
glomerulus menembus kapiler untuk masuk ke ruang interstitium kemudian ke kapsula
bowman. Pada ginjal yang sehat, sel darah merah atau protein plasma hampir tidak ada
yang mengalami filtrasi. Kapiler Glomerulus sangat permeabel terhadap air dan zat-zat
terlarut yang berukuran kecil. Cairan kemudian berdifusi ke dalam kapsula bowman dan
berjalan disepanjang nefron. Laju filtrasi glomerulus (GFR) adalah volume filtrasi yang
masuk ke dalam kapsula bowman per satuan waktu. GFR tergantung pada empat gaya
yang menentukan filtrasi dan reabsorbsi yaitu tekanan kapiler, tekanan cairan
interstitium, tekanan osmotik
koloid plasma
interstitium. GFR juga tergantung pada berapa luas permukaan glomerulus yang tersedia
untuk filtrasi. Penurunan luas permukaan glomerulus akan menurunkan GFR. Nilai ratarata GFR seorang pria dewasa adalah 180 lt per hari (125 ml permenit). Volume plasma
normal adalah sekitar 3 liter (dari volume darah total sebesar 5 liter). Dari 180 liter cairan
yang difiltrasi ke dalam kapsula bowman, hanya sekitar 1,5 liter perhari diekskresikan
dari tubuh sebagian urin.
2; Reabsorbsi Tubulus
Reabsorbsi mengacu pada pergerakan aktif dan pasif suatu bahan yang disaring di
glomerulus kembali ke kapiler peritubulus. Reabsorbsi dapat total (misal glukosa) atau
parsial (misal Natrium, Urea, Klorida dan air).
a; Reabsorbsi glukosa dan asam amino
Glukosa secara bebas disaring glomerulus. Dalam keadaan normal, semua glukosa
yang difiltrasi akan direabsorbsi oleh transpor aktif terutama ditubulus proksimalis.
a; Reabsorbsi Natrium
Reabsorbsi natrium berlangsung diseluruh tubulus melalui kombinasi difusi
sederhana dan transportasi aktif. Sekitar 65% reabsorbsi natrium-natrium yang
difiltrasi tetap didalam tubulus pada saat filtrasi mencapai tubulus konvulsi distalis.
Konsentrasi akhir natrium di urin biasanya kurang dari 1 % jumlah total yang
difiltrasi di glomerulus.
b; Reabsorbsi Klorida dan ion negatif lain
Reabsorbsi klorida dapat bersifat aktif dan pasif dan hampir selalu bersamaan dengan
transpor natrium. Proses ini dipengaruhi oleh gradien listrik di tubulus. Sebagian
reabsorbsi klorida (65 %) terjadi ditubulus proksimal, 25% dilengkung henie dan 10%
jumlah total yang difiltrasi dan sistem duktus pengumpul.
c; Reabsorbsi Kalium
Sebagian besar kalium yang difiltrasi akan direabsorbsi 50% ditubulus proksimal,
40% di pars asenden dan 10% dibagian akhir nefron duktus pengumpul di
medulla.Sebagian besar reabsorbsi kalium adalah difusi pasif.
d; Reabsorbsi protein Plasma
Protein yang difiltrasi akan secara aktif direabsorbsi di tubulus proksimal. Sebagian
kecil protein yang difiltrasi diglomerulus tidak direabsorbsi . Protei-protein tersebut
Filtrasi, Reabsorpsi dan ekskresi bahan tertentu dari Plasma yang Normal
Natrium
Klorida
Bikarbonat
Kalium
Glukosa
Ureum
Disaring 24 jam
540,0 g
630,o g
300,0 g
28,0 g
140,0 g
53,0 g
Direabsorpsi 24 jam
537,0 g
625,0 g
300,0 g
24,0 g
140,0 g
28,0 g
Diekskresikan 24 jam
3,3 g
5,3 g
0,3 g
3,9 g
0,0 g
25,0 g
untuk
Kreatinin
Asam urat
1,4 g
85 g
0,0 g
7,7 g
1,4 g
0,8 g
E; Klirens Ginjal
Klirens ginjal (Renal Clearance) suatu bahan mengacu kepada konsentrasi bahan tersebut
yang secara total dibersihkan dari darah untuk kemudian masuk kedalam unit suatu waktu.
Untuk kreatinin. Klirens sebenarnya lebih besar dari GFR karena selain difiltrasi sebagian
kreatinin disekresikan ke dalam urin.
Salah satu indeks fungsi ginjal yang paling penting adalah Laju Filtrasi Glomerulus
(GFR). Penurunan GFR dapat disebabkan karena total aliran darah ginjal dan pengurangan
dari ukuran dan jumlah glomerulus.
Zat-zat yang secara normal tidak keluar melalui urine misalnya glukosa memiliki klirens
0 .Walaupun glukosa secara bebas difiltrasi di glomerulus, zat ini secara total direabsorbsi
oleh tubulus dan tidak muncul di urin.
F; Ureter
Adalah perpanjangan tubular berpasangan dan berotot dari pelvis ginjal yang merentang
sampai kandung kemih.
(4) Mukosa adalah lapisan terdalam. Lapisan ini merupakan lapisan epitel yang
tersusun dari epithelium transisional. Pada kandung kemih yang relaks, mukosa
membentuk ruga (lipatan-lipatan), yang akan memipih dan mengembang saat
urine berakumulasi dalam kandung kemih.
b. Trigonum adalah area halus, triangular, dan relative tidak dapat berkembang yang
terletak secara internal di bagian dasar kandung kemih. Sudut-sudutnya terbentuk dari
tiga lubang. Di sudut atas trigonum, dua ureter bermuara ke kandung kemih. Uretra
keluardari kandung kemih di bagian apeks trigonum
H; Uretra
Mengalirkan urine dari kandung kemih ke bagian eksterior tubuh.
1. pada laki-laki, uretra membawa cairan semen dan urine, tetapi tidak pada waktu yang
bersamaan. Uretra laki-laki panjangnya mencapai 20 cm dan melalui kelenjar prostate
dan penis.
a. Uretra prostatik dikelilingi oleh kelenjar prostate. Uretra ini menerima dua duktus
ejaculator yang masing-masing terbentuk dari penyatuan duktus deferen dan duktus
kelenjar vesikel seminal, serta menjadi tempat bermuaranya sejumlah duktus dari
kelenjat prostate.
b. Uretra membranosa adalah bagian yang terpendek (1 cm sampai 2 cm). Bagian ini
berdinding tipis dan dikelilingi otot rangka sfingter uretra eksternal.
c. Uretra cavernous (penile,berspons) merupakan bagian yang terpanjang. Bagian ini
menerima duktus kelenjar bolbouretra dan merentang sampai orifisium uretra
eksternal pada ujung penis. Tepat sebelum mulut penis, uretra membesar untuk
membentuk suatu dilatasi kecil, fosa navicularis. Uretra kavernus dikelilingi korpus
spongiosum, yaitu suatu kerangka ruang vena yang besar.
2. Uretra pada perempuan, berukuran pendek (3,75cm). Saluran ini membuka keluar tubuh
melalui orifisium uretra eksternal yang terletak pada vestibulum antara klitoris dan mulut
vagina. Kelenjar uretra yang homolog dengan kelenjar prostate pada kali-laki, bermuara
ke dalam uretra.
ADH, berkurangnya reabsorpsi air dari ginjal, dan produksi urine encer
yang banyak.
b; Volume dan tekanan darah
Baroreseptor dalam pembuluh darah (di vena,atrium kanan dan
kiri,pembuluh pulmonary,sinus carotid, dan lengkung aorta) memantau
volume darah dan tekanan darah. Penurunan volume dan tekanan darah
meningkatkan sekresi ADH; peningkatan volume dan tekanan darah
menurunkan sekresi ADH.
c; Faktor lain. Nyeri, kecemasan, olah raga, analgesic narkotik dan
barbiturate meningkatkan sekresi ADH. Alcohol menurunkan sekresi
ADH.
b; Aldosteron
Adalah hormone steroid yang disekresi oleh sel-sel korteks kelenjar adrenal.
Hormon ini bekerja pada tubulus distal dan duktus pengumpul untuk
meningkatkan absorpsi aktif ion natrium dan sekresi aktif ion kalium. Mekanisme
rennin-angiotensin-aldosteron, yang meningkatkan retensi air dan garam.
2. Sistem arus bolak-balik dalam Ansa Henle dan Vasa Rekta memungkinkan
terjadinya reabsorpsi osmotic air dari tubulus dan duktus pengumpul ke dalm cairan
interstisialmedularis yang lebih kental di bawah pengaruh ADH. Reabsorpsi air
memungkinkan tubuh untuk menahan air sehingga urine yang diekskresi lebih kental
dibandingkan cairan tubuh normal.
J; Karakteristik Urine
1; Komposisi Urine; terdiri dari 95% air dan mengandung zat terlarut berikut:
a; Zat buangan nitrogen meliputi urea dari deaminasi protein, asam urat dari
katabolisme asam nukleat dan kreatinin dari proses penguraian kreatinin fosfat dalam
jaringan otot.
b; Asam hipurat adalah produk sampingan pencernaan sayuran dan buah.
c; Badan keton yang dihasilkan dalam metabolisme lemak adalah konstituen normal
dalam jumlah kecil.
d; Elektrolit meliputi ion natrium, klrorida, kalium, amonium, sulfat, fosfat, kalsium dan
magnesium.
e; Hormon atau katabolit hormon.
f; Berbagai jenis toksin atau zat kimia asing, pigmen, vitamin atau enzim dalam jumlah
kecil.
g; Konstituen abnormal meliputi albumin,glukosa, sel darah merah, badan keton, zat
kapur, dan batu ginjal atau kalkuli.
2; Sifat Fisik
a; Warna urine encer berwarna kuning pucat dan kuning pekat jika kental. Urine segar
biasanya jernih dan menjadi keruh jika didiamkan.
b; Bau. Urine memiliki bau yang khas dan cenderung berbau amonia jika didiamkan.
Bau ini dapat bervariasi sesuai dengan diet.
c; Asiditas dan alkalinitas PH urine bervariasi antara 4,8-7,5. Dan biasanya sekitar 6.0
tetapi juga tergantung pada diet. Protein meningkatkan asiditas,sementara diet
sayuran meningkatkan alkalinitas.
d; Berat jenis urine berkisar antara 1.001 sampai 1.035 tergantung pada konsentrasi
urine.
K; Berkemih
Bergantung pada inervasi parasimpatis dan simpatis juga impuls saraf volunter. Pengeluaran
urine membutuhkan kontraksi aktif otot detrusor.
1; Bagian dari otot trigonum yang mengelilingi jalan keluar uretra berfungsi sebagai
sfingter uretra internal yang menjaga saluran tetap tertutup. Otot ini diinervasi oleh
neuron parasimpatis.
2; Sfingter uretra eksternal terbentuk dari serabut otot rangka dari otot perinal tranversa
yang berada di bawah kendali volunter. Bagian pubokoksigeus pada otot levator ani juga
berkontribusi dalam pembentukan sfingter.
3; Reflek perkemihan terjadi saat peregangan kandung kemih sampai sekitar 300 ml sampai
400 ml urine menstimulasi reseptor peregang pada dinding kandung kemih.
a; Impuls pada medulla spinalis dikirim ke otak dan menghasilkan impuls parasimpatis
yang menjalar melalui saraf splaknik pelvic ke kandung kemih.
b; Reflek perkemihan menyebabkan krontraksi otot detrusor: relaksasi sfingter internal
dan eksternal mengakibatkan pengosongan kandung kemih.
c; Pada laki-laki, serabut simpatis menginervasi jalan keluar uretra dan mengkonstriksi
jalan tersebut untuk mencegah refluks semen ke dalam kandung kemih saat orgasme.
4; Pencegahan refluks perkemihan melalui kendali volunter sfingter eksternal adalah respon
yang dapat dipelajari.
a; Pencegahan volunter bergantung pada integritas saraf terhadap kandung kemih dan
uretra, traktus yang keluar dari medulla spinalis menuju dan dari otak, dan area
motorik serebrum, cedera pada lokasi dapat menyebabkan inkontinensia.
b; Kendali volunteer urinasi (latihan toileting) adalah respon yang dapat dipelajari. Hal
ini tidak dapat dilatih pada SSP yang imatur dan sebaiknya ditunda sampai paling
tidak berusia 18 bulan.
Proses Berkemih
Berkemih (micturition) adalah pengeluaran urin dari tubuh. Berkemih terjadi ketika
sfingter uretra interna dan eksterna di dasar kandung kemih relaksasi. Kandung kemih terdiri
dari sel-sel otot polos, yang dipersyarafi oleh neuron-neuron sensorik yang berespon terhadap
peregangan kandung kemih dan serat-serat parasimpatis yang berjalan dari daerah sakrum ke
kandung kemih. Sfingter internal juga dipersyarafi oleh saraf-saraf parasimpatis. Sfingter
eksterna terdiri dari otot-otot rangka yang terletak diuretra bagian atas. Sfingter eksternal
dipersyarafi oleh neuron-neuron motorik dari saraf pudendus. Apabila urine menumpuk maka
terjadi peregangan kandung kemih yang dirasakan oleh serat-serat aferen yang mengirim
sinyal ke korda spinalis. Saraf parasimpatis kekandung kemih diaktifkan yang menyebabkan
kontraksi otot polos. Sewaktu kandung kemih berkontraksi sfingter internal terbuka. Pada
saat yang sama, informasi sensorik peregangan kandung kemih berjalan dari korda spinalis
ke batang otak dan kortek serebrum sehinggan individu dapat merasakan keinginan berkemih
4. Lobus posterior .
Menurut konsep terbaru kelenjar prostat merupakan suatu organ campuran terdiri
atas berbagai unsur glandular dan non glandular. Telah ditemukan lima daerah/ zona
tertentu yang berbeda secara histologi maupun biologi, yaitu:
1. Zona Anterior atau Ventral
Sesuai dengan lobus anterior, tidak punya kelenjar, terdiri atas stroma fibromuskular.
Zona ini meliputi sepertiga kelenjar prostat.
2. Zona Perifer
Sesuai dengan lobus lateral dan posterior, meliputi 70% massa kelenjar prostat. Zona ini
rentan terhadap inflamasi dan merupakan tempat asal karsinoma terbanyak.
3. Zona Sentralis.
Lokasi terletak antara kedua duktus ejakulatorius, sesuai dengan lobus tengah meliputi
25% massa glandular prostat. Zona ini resisten terhadap inflamasi.
4. Zona Transisional.
Zona ini bersama-sama dengan kelenjar periuretra disebut juga sebagai kelenjar
preprostatik. Merupakan bagian terkecil dari prostat, yaitu kurang lebih 5% tetapi dapat
melebar bersama jaringan stroma fibromuskular anterior menjadi benign prostatic
hyperpiasia (BPH).
5. Kelenjar-Kelenjar Periuretra
Bagian ini terdiri dan duktus-duktus kecil dan susunan sel-sel asinar abortif tersebar
sepanjang segmen uretra proksimal.
Aliran darah prostat merupakan percabangan dari arteri pudenda interna, arteri
vesikalis inferior dan arteri rektalis media. Pembuluh ini bercabang-cabang dalam kapsula
dan stroma, dan berakhir sebagai jala-jala kapiler yang berkembang baik dalam lamina
propria. Pembuluh vena mengikuti jalannya arteri dan bermuara ke pleksus sekeliling
kelenjar. Pleksus vena mencurahkan isinya ke vena iliaca interna. Pembuluh limfe mulai
sebagai kapiler dalam stroma dan mengikuti pembuluh darah dam mengikuti pembuluh
darah. Limfe terutama dicurahkan ke nodus iliaka interna dan nodus sakralis.
Persarafan prostat berasal dari pleksus hipogastrikus inferior dan membentuk
pleksus prostatikus. Prostat mendapat persarafan terutama dari serabut saraf tidak
bermielin. Beberapa serat ini berasal dari sel ganglion otonom yang terletak di kapsula
dan di stroma. Serabut motoris, mungkin terutama simpatis, tampak mempersarafi sel-sel
otot polos di stroma dan kapsula sama seperti dinding pembuluh darah.
2; Fisiologi Prostat
Sekret kelenjar prostat adalah cairan seperti susu yang bersama-sama sekret dari
vesikula seminalis merupakan komponen utama dari cairan semen. Semen berisi sejumlah
asam sitrat sehingga pH nya agak asam (6,5). Selain itu dapat ditemukan enzim yang
bekerja sebagai fibrinolisin yang kuat, fosfatase asam, enzim-enzim lain dan lipid. Sekret
prostat dikeluarkan selama ejakulasi melalui kontraksi otot polos.
BAB II
KONSEP DASAR TEORI
A; Definisi
Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) adalah pertumbuhan dari nodula-nodula
fibroadenomatosa majemuk dalam prostat. Pada banyak pasien dengan usia diatas 50 tahun,
kelenjar prostatnya mengalami pembesaran, memanjang ke atas ke dalam kandung kemih
dan menyumbat aliran urin dengan menutupi orifisium uretra. BPH adalah kondisi yang
patologis yang paling umum pada pria lansia dan penyebab kedua yang paling sering untuk
intervensi medis pada pria di atas usia 60 tahun.
Lobus yang mengalami hipertrofi dapat menyumbat kolum vesikal atau uretra
prostatik, dengan demikian menyebabkan pengosongan urin inkomplit atau retensi urin.
Akibatnya terjadi dilatasi ureter (hidroureter) dan ginjal (hidronefrosis) secara bertahap.
Infeksi saluran kemih dapat terjadi akibat stasis urin, dimana sebagian urin tetap berada
dalam saluran kemih dan berfungsi sebagai media untuk organism inefektif.
B; Etiologi
Etiologi BPH belum jelas namun terdapat faktor risiko umur dan hormon androgen.
Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-40 tahun. Bila perubahan
mikroskopik ini berkembang, akan terjadi perubahan patologik anatomi yang ada pria usia 50
tahun angka kejadiannya sekitar 50%, usia 80 tahun sekitar 80% dan usia 90 tahun 100%.
C; Pathogenesis
1; Teori Dihidrotestosteron (DHT)
Adalah metabolik androgen yang sangat penting pada pertumbuhan sel-sel kelenjar
prostat.
Terbentuk dari testosteron di dalam sel prostat oleh enzim 5-reduktase dengan
bantuan koenzim NADPH.
DHT yang tebentuk berikatan dengan reseptor androgen (RA) membentuk komplek
DHT-RA pada inti sel dan selanjutnya terjadi sintesis protein growth faktor yang
menstimulasi pertumbuhan sel prostat.
Hyperplasia prostat
Buli-buli:
Hipertrofi otot
destrusor
Trabekulasi
Selula
Sakula
Divertikel buli-buli
Refluks vesike-ureter
Hidroureter
Hidronefrosis
Gagal ginjal
E; Manifestasi Klinis
Biasanya gejala-gejala pembesaran prostat dikenal sebagai Lower Urinary Tract
Symptoms (LUTS) dibedakan menjadi gejala iritatif dan obsrtuktif.
1; Gejala Iritatif
pada
Lebih dariHampir
15x
selalu
1x
2x
3x
4x
5x
Cukup
senang
Jumlah nilai :
1 = kurang baik
2 = baik
3 = kurang
4 = buruk
5 = buruk sekali
Pemeriksaan Tambahan :
1; Pemeriksaan uroflowmetri (pengukuran pancaran urin pada saat miksi)
2; Pemeriksaan TRUS-P (Transrectal Ultrasonography of the prostate)
3; Pemeriksaan serum PSA (Prostatic spesific antigen)
4; Pemeriksaan USG transabdominal
5; Pemeriksaan patologi anatomi (diagnosa pasti).
H; Terapi
Sangat
tidak
menyenanangkan
Ada beberapa pilihan terapi pasien BPH, dimana terapi spesifik dapat diberikan untuk
pasien kelompok tertentu. Untuk pasien dengan gejala ringan (symptom score 0-7), dapat dengan
hanya dilakukan watchful waiting. Terapi paling akhir yang dilakukan adalah operasi. Indikasi
absolut dilakukan operasi adalah :
1; Retensi urin berulang (berat), yaitu retensi urin yang gagal dengan pemasangan kateter
urin sedikitnya satu kali.
2; Infeksi saluran kencing berulang.
3; Gross hematuria berulang.
4; Batu buli-buli.
5; Insufisiensi ginjal.
6; Divertikula buli-buli.
1;
Watchful Waiting
Watchful waiting merupakan penatalaksanaan pilihan untuk pasien BPH dengan symptom
score ringan (0-7). Besarnya risiko BPH menjadi lebih berat dan munculnya komplikasi
tidak dapat ditentukan pada terapi ini, sehingga pasien dengan gejala BPH ringan menjadi
lebih berat tidak dapat dihindarkan, akan tetapi beberapa pasien ada yang mengalami
perbaikan gejala secara spontan .
2;
Medikamentosa
a; Penghambat alfa (alpha blocker)
Prostat dan dasar buli-buli manusia mengandung adrenoreseptor-1, dan prostat
memperlihatkan respon mengecil terhadap agonis. Komponen yang berperan dalam
mengecilnya prostat dan leher buli-buli secara primer diperantarai oleh reseptor 1a.
Penghambatan terhadap alfa telah memperlihatkan hasil berupa perbaikan subjektif dan
objektif terhadap gejala dan tanda (sing and symptom) BPH pada beberapa pasien.
Penghambat alfa dapat diklasifikasikan berdasarkan selektifitas reseptor dan waktu
paruhnya .
b; Penghambat 5-Reduktase (5-Reductase inhibitors)
kombinasi
antara
penghambat
alfa
dan
penghambat
5-Reduktase
memperlihatkan bahwa penurunan symptom score dan peningkatan aliran urin hanya
ditemukan pada pasien yang mendapatkan hanya Terazosin. Penelitian terapi kombinasi
tambahan sedang berlangsung .
d; Fitoterapi
Fitoterapi adalah penggunaan tumbuh-tumbuhan dan ekstrak tumbuh-tumbuhan untuk
tujuan medis. Penggunaan fitoterapi pada BPH telah popular di Eropa selama beberapa
tahun. Mekanisme kerja fitoterapi tidak diketahui, efektifitas dan keamanan fitoterapi
belum banyak diuji .
3;
Operasi Konvensional
a; Transurethral resection of the prostate (TURP)
Sembilan puluh lima persen simpel prostatektomi dapat dilakukan melalui endoskopi.
Umumnya dilakukan dengan anastesi spinal dan dirawat di rumah sakit selama 1-2 hari.
Perbaikan symptom score dan aliran urin dengan TURP lebih tinggi dan bersifat invasif
minimal. Risiko TURP adalah antara lain ejakulasi retrograde (75%), impoten (5-10%)
dan inkotinensia urin (<1%).>(2).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1; Pengkajian
a; Sirkulasi
Tanda: WHO
b; Eliminasi
Gejala :
Tanda :
c; Makanan/cairan
Gejala :
d; Seksualitas
Gejala:
Tanda :
2; Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
a; Gangguan eliminasi urin b.d pembesaran prostat, ketidakmampuan kandung
kemih untuk berkontraksi dengan adekuat.
b; Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d iritasi mukosa, distensi kandung kemih.
c; Risiko tinggi kekurangan volume cairan b.d pascaobstruksi dieresis dari drainase
cepat kandung kemih yang terlalu distensi secara kronis.
d; Ansietas b.d perubahan status kesehatan.
e; Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d
tidak mengenal informasi.
Post Operasi
a; Gangguan eliminasi urin b.d hilangnya tonus kandung kemih sehubungan dengan
distensi berlebihan pra operasi atau dekompresi kontinu.
b; Risiko tinggi kekurangan volume cairan b.d pembatasan pemasukan praoperasi.
c; Risiko tinggi terhadap infeksi b.d prosedur invasive, trauma jaringan, insisi bedah.
d; Gangguan rasa nyaman : Nyeri b.d iritasi mukosa kandung kemih, refelks spasme
otot sehubungan dengan prosedur bedah.
e; Risiko tinggi terhadap disfungsi seksual b.d inkontinensia, kebocoran urin setelah
pengangkatan kateter.
f; Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan b.d
tifak mengenal sumber informasi.
3; Intervensi
Pre operasi
a; Gangguan eliminasi urin b.d pembesaran prostat, ketidakmampuan kandung
kemih untuk berkontraksi dengan adekuat.
Tujuan :
Berkemih dengan jumlah yang cukup tak teraba distensi kandung kemih.
Menunjukkan residu pasca berkemih kurng dari 50 ml, dengan tak adanya
tetesan/kelebihan cairan.
Intervensi
Mandiri:
1; Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba dirasakan.
R/: Meminimalkan retensi urin distensi berlebihan pada kandung kemih.
2; Tanyakan pasien tentang inkontinensia stress.
R/: Tekanan uretral tinggi menghambat pengosongan kandung kemih atau
dapat menghambat berkemih sampai tekanan abdominal meningkat
cukup untuk mengeluarkan urin secara tidak sadar.
3; Observasi aliran urin, perhatikan ukuran dan kekuatan.
R/: Berguna untuk mengevaluasi obstruksi dan pilihan intervensi.
4; Awasi dan catat waktu dan jumlah tiap berkemih. perhatikan penurunan
haluaran urin dan perubahan berat jenis.
R/: Retensi urin meningkatkan tekanan dalam saluran perkemihan atas,
yang dapat mempengaruhi fungsi ginjal. Adanya deficit aliran darah ke
ginjal mengganggu kemampuannya untuk memfilter dan
mengkonsentrasi substansi.
5; Dorong masukan cairan sampai 3000 ml sehari, dalam toleransi jantung,
bila didindikasikan.
R/: Peningkatan aliran cairan mempertahankan perfusi ginjal dan
membersihkan ginjal dan kandung kemih dari pertumbuhan bakteri.
6; Awasi tanda vital dengan ketat. Observasi hipertensi, edema
perifer/dependen, perubahan mental. Timbang tiap hari. Pertahankan
pemasukan dan pengeluaran akurat.
Kolaborasi :
1; Berikan obat sesuai indikasi (Antispasmodik)
R/: Menghilangkan spasme kandung kemih sehubungan dengan iritasi
oleh kateter.
b; Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d iritasi mukosa, distensi kandung kemih.
Tujuan :
Tampak rilaks.
Intervensi
Mandiri :
1; Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0-10) lamanya.
R/:
membantu
dalam
menentukan
Kolaborasi :
1; Masukkan kateter dan dekatkan untuk kelancaran drainase.
R/: Pengaliran kandung kemih menurunkan tegangan dan kepekaan
kelenjar
2; Lakukan masase prostat.
R/: Membantu dalam evakuasi diktus kelenjar untuk menghilangkan
kongesti/inflamasi.
3; Berikan obat sesuai indikasi (Narkotik: eperidin).
R/: Diberikan untuk menghilangkan nyeri berat, memberikan relaksasi
mental dan fisik.
4; Pemberian antibacterial, contoh: metanamin hipurat (Hipret).
R/: Menurunkan adanya bakteri dalam traktus urinarius juga yang
dimasukkan melalui system drainase.
5; Pemberian Antispasmodik dan sedative kandung kemih contoh: flavoksat
(urispas, oksibutinin).
R/: Menghilangkan kepekaan kandung kemih.
c; Risiko tinggi kekurangan volume cairan b.d pascaobstruksi dieresis dari drainase
cepat kandung kemih yang terlalu distensi secara kronis.
Tujuan :
Intervensi
Mandiri :
1; Awasi keluaran dengan haati-hati, tiap jam bila diindikasikan. Perhatikan
keluaran 100-200 ml/jam.
R/: Diuresis cepat dapat menyebabkan kekurangan volume total cairan,
karena ketidakcukupan jumlah natrium diabsorpsi dalam tubulus
ginjal.
2; Dorong peningkatan pemasukan oral berdasarkan kebutuhan individu.
R/: Pasien dibatasi pemasukan oral dalam upaya mengontrol gejala
urinaria, homeostatic pengurangan cadangan dan peningkatan risiko
dehidrasi/hipovolemia.
3; Awasi TD, nadi dengan sering. Evaluasi pengisian kapiler dan membran
mukosa oral.
R/: Memampukan deteksi dini/intervensi hipovolemik sitemik.
4; Tingkatkan tirah baring dengan kepala tinggi.
R/: Menurunkan kerja jantung, memudahkan homeostasis sirkulasi.
Kolaborasi :
1; Awasi elektrolit, khususnya natrium.
R/: Bila pengumpulan cairan terkumpul dari area ekstraseluler, natrium
dapat mengikuti perpindahan, menyebabkan hiponatremi.
2; Berikan cairan IV (garam faal hipertonik) sesuai kebutuhan.
R/:
Menggantikan
kehilangan
cairan
mencegah/memperbaiki hipovolemia.
dan
natrium
untuk
Intervensi
Mandiri :
1; Selalu ada untuk pasien. Buat hubungan saling percaya dengan
pasien/orang terdekat.
R/: Menunjukkan perhatian dan keinginan untuk membantu. Membantu
dalam diskusi tentang subjek sensitif.
2; Berikan informasi tentang prosedur dan tes khusus dan apa yang akan
terjadi, missal : kateter, urin berdarah, iritasi kandung kemih. Ketahui
seberapa banyak informasi yang diinginkan pasien.
R/: Membantu pasien memahami tujuan dari apa yang dilakukan, dan
mengurangi masalah karena ketidaktahuan, termasuk ketakutan akan
kanker.
3; Pertahankan perilaku nyata dalam melakukan prosedur/menerima pasien.
Lindungi privasi pasien.
Intervensi
Mandiri :
1; Kaji ulang proses penyakit, pengalaman pasien.
R/: Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan
informasi terapi.
2; Dorong menyatakan rasa takut/perasaan dan perhatian.
R/: Membantu pasien mengalami perasaan dapat merupakan rehabilitasi
vital.
3; Berikan informasi bahwa kondisi tidak ditularkan secara seksual.
R/: Mungkin merupakan ketakutan yang tak dibicarakan.
4; Anjurkan menghindari makanan berbumbu, kopi, alcohol, mengemudikan
mobil lama.
R/: Dapat menyebabkan iritasi prostat dengan masalah kongesti.
Peningkatan tiba-tiba pada aliran urin dapat menyebabkan distensi
kandung kemih dan kehilangan tonus kandung kemih, mengakibatkan
episode retensi urinaria akut.
Intervensi
Mandiri :
1; Kaji haluaran urin dan system kateter/drainase, khususnya selama irigasi
kandung kemih.
R/: Retensi dapat terjasi karena edema area bedah, bekuan darah, spasme
kandung kemih.
2; Bantu pasien memilih posisi normal untuk berkemih, contoh berdiri,
berjalan ke kamar mandi, dengan frekuensi sering setelah kateter dilepas.
R/: Mendororng pasase urin dan meningkatakan rasa normalitas.
3; Perhatikan waktu, jumlah berkemih, dan ukuran aliran setelah kateter
dilepas. Perhatikan keluhan rasa penuh kandung kemih, ketidakmampuan
berkemih, urgensi.
R/: Kateter biasanya dilepas 2-5 hari setelah beadah, tetapi berkemih dapat
berlanjut menjadi masalah untuk beberapa waktu karena edema uretral
dan kehilangan tonus.
4; Dorong pasien untuk berkemih bila terasa dorongan tetapi tidak lebih dari
2-4 jam per protocol.
R/: Berkemih dengan dorongan mencegah retensi urin. Keterbatasan
berkemin untuk tiap 4 jam (bila ditoleransi) meningkatkan tonus
kandung kemih dan membantu latihan ulang kandung kemih.
5; Ukur volume residu bila ada kateter suprapubik.
R/: Mengawasi keefektifan pengosongan kandung kemih. Residu lebih
dari 50 ml menunjukkan perlunya kontinuitas kateter sampai tonus
kandung kemih mambaik.
6; Instruksikan pasien untuk latihan perineal, contoh mengencangkan
bokong, menghentikan dan memulai aliran urin.
R/: Membantu meningkatkan control kandung kemih/sfingter/urin,
meminimalkan inkontinensia.
7; Anjurkan pasien bahwa penetesan diharapkan setelah kateter dilepas dan
harus teratasi sesuai kemajuan.
R/: Informasi membantu pasien untuk menerima masalah. Fungsi normal
dapat kembali dalam 2-3 minggu tetapi memerlukan sampai 8 bulan
setelah pendekatan perineal.
Kolaborasi :
1; Pertahankan irigasi kandung kemih kontinu (Continous Bladder
Irrigation/CBI) sesuai indikasi pada periode pascaoperasi dini.
R/: Mencuci kandung kemih dari bekuan darah dan debris untuk
mempertahankan patensi kateter/aliran urin.
b; Risiko tinggi kekurangan volume cairan b.d pembatasan pemasukan praoperasi.
Tujuan :
Intervensi
Mandiri :
1; Benamkan kateter, hindari manipulasi berlebihan.
Intervensi
Mandiri :
1; Pertahankan system kateter steril, berikan perawatan kateter regular
dengan sabun dan air, berikan salep antibiotic di sekitar sisi kateter.
4; Gangguan rasa nyaman : Nyeri b.d iritasi mukosa kandung kemih, refelks spasme
otot sehubungan dengan prosedur bedah.
Tujuan :
Nyeri hilang/terkontrol.
Intervensi
Mandiri :
1; Kaji nyeri, perhatikan lokasi (skala 0-10).
edema,
dan
Kolaborasi :
1; Berikan antispasmodic, contoh :
Menghilangkan
antikolinergik.
spasme
kandung
kemih
oleh
kerja
5; Risiko tinggi terhadap disfungsi seksual b.d inkontinensia, kebocoran urin setelah
pengangkatan kateter.
Tujuan :
Intervensi
Mandiri :
1; Berikan keterbukaan pada pasien/orang terdekat untuk membicarakan
tentang masalah inkontinensia dan fungsi seksual.
R/: Ansietas dapat mempengaruhi kemampuan untuk menerima informasi
yang diberikan sebelumnya.
2; Berikan informasi akurat tentang harapan kembalinya fungsi seksual.
R/: Impotensi fisiologis terjadi bila saraf perineal dipotong selama
prosedur radikal, pada pendekatan lain, aktivitas seksual dapat
dilakukan seperti biasa dalam 6-8 minggu.
3; Diskusikan dasar anatomi. Jujur dalam menjawab pertanyaan pasien.
R/: Saraf pleksus mengontrol aliran secara posterior ke prostat melalui
kapsul. Pada prosedur yang tidak melibatkan kapsul prostat, impoten
dan sterilitas biasanya tidak menjadi konsekuensi.
4; Diskusikan ejakulasi retrograde bila pendekatan transurethral/suprapubik
digunakan.
R/: Cairan seminal mengalir ke dalam kandung kemih dan disekresikan
melalui urin. Ini tidak mempengaruhi fungsi seksual tetapi akan
menurunkan kesuburan dan menyebabkan urin keruh.
5; Instruksikan latihan perineal dan interupsi/kontinu aliran urin.
R/: Meningkatkan peningkatan control otot kontinensia urinaria dan fungsi
seksual.
Kolaborasi :
1; Rujuk ke penasehat seksual sesuai indikasi.
R/: Masalah menetap/tidak teratasi memerlukan intervensi professional.
6; Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan b.d
tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan :
Intervensi
Mandiri :
1; Kaji implikasi dan harapan masa depan.
R/: Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan
informasi.
2; Tekankan perlunya nutrisi yang baik : dorong konsumsi buah,
meningkatkan diet tinggi serat.
R/: Meningkatkan penyembuhan dan mencegah komplikasi, menurunkan
risiko perdarahan pascaoperasi.
3; Diskusikan pembatasan aktivitas awal, contoh : menghindari mengangkat
berat, latihan keras, duduk/mengendarai mobil terlalu lama, memanjat
lebih dari 2 tingkat tangga sekaligus.
R/: Peningkatan tekanan abdominal/meregangkan yang menempatkan
stress pada kandung kemih dan prostat, menimbulkan resiko
perdarahan.
4; Dorong kesinambungan latihan perineal.
R/: Membantu kontrol urinaria dan menghilangkan inkontinensia.
5; Instruksikan perawatan kateter urin bila ada.
R/: Meningkatkan kemandirian dan kompetensi dalam perawatan diri.
6; Kaji ulang tanda/gejala yang memerlukan evaluasi medic, contoh eritema,
drainase purulen dari luka, perubahan dari karakter, jumlah urin, adanya
dorongan/frekuensi, perdarahan berat, demam/menggigil.
R/: Intervensi cepat dapat mencegah komplikasi serius.
DAFTAR PUSTAKA