You are on page 1of 37

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA ANAK

DENGAN MASALAH GIZI BURUK: KWASHIORKOR


DI LINGKUNGAN IV KELURAHAN DWIKORA
KECAMATAN HELVETIA
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

EDI KURNIAWAN HULU


12.02.017
Dik. Oleh Dosen Pembimbing : Ns. Rinco, S. Kep, MN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2014
LANDASAN TEORITIS

1.1 Defenisi
Kata kwarshiorkor berasal dari bahasa Ghana-Afrika yang berati anak yang
kekurangan kasih sayang ibu. Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein berat
yang disebabkan oleh intake protein yang inadekuat dengan intake karbohidrat yang normal atau
tinggi. Dibedakan dengan Kwasiorkor yang disebabkan oleh intake dengan kualitas yang normal
namun kurang dalam jumlah.
Kwashiorkor merupakan sindroma klinis akibat dari defisiensi protein berat dan masukan
kalori tidak cukup. Dari kekurangan masukan atau dari kehilangan yang berlebihan atau
kenaikan angka metabolic yang disebabkan oleh infeksi kronik, akibat defisiensi vitamin dan
mineral dapat turut menimbulkan tanda-tanda dan gejala-gejala tersebut. Bentuk malnutrisi yantg
paling serius dan paling menonjol di dunia saat ini berada di daerah industry belum berkembang.
Kwashiorkor nerarti anak tersingkirkan, yaitu anak yang tidak lagi mengisap; dapat menjadi
jelas pada masa bayi awal samapi sekitar usia 5 tahun, biasanya sesudah menyapih dari ASI.
Walaupun penambahn tinggi dan berat dipercepat dengan pengobatan, ukuran ini tidak pernah
sama dengan tinggi dan berat anak yang secara tetap bergizi baik.

1.2 Etiologi
Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang berlansung kronis.
Faktor yang dapat menyebabkan hal tersebut diatas antara lain :

1. Pola makan
Protein (dan asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan
berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua makanan
mengandung protein/ asam amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui umumnya
mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya, namun bagi yang tidak memperoleh ASI
protein adri sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu dan lain-lain) sangatlah dibutuhkan .
Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak berperan penting terhadap
terjadi kwashiorkhor, terutama pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti ASI.
2. Faktor sosial
Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan sosial dan politik tidak
stabil , ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dan sudah berlansung
turun-turun dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor .
3. Faktor ekonomi
Kemiskinan keluarga/ penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan berakibat
pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak dapat mencukupi
kebutuhan proteinnya.
4. Faktor infeksi dan penyakit lain

Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi. Infeksi derajat
apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP, walaupun dalam derajat ringan
akan menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi.

1.3 Patofisiologi
Sebenarnya malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat banyak faktor.
Faktor-faktor ini dapat digolongkan atas tiga faktor penting yaitu : tubuh sendiri (host), agent
(kuman penyebab), environment (lingkungan). Memang factor diet (makanan) memegang
peranan penting tetapi faktor lain ikut menentukan.
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebih,
karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang
mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan edema dan
perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akanterjadi kekurangan berbagai asam
amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk sintesis dan metabolisme. Selama diet
mengandung cukup KH, maka produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dalam
serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke jaringan otot. Makin
berkurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin
hepar, yang berakibat timbulnya edema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan
beta-lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati ke depot terganggu, dengan akibat terjadinya
penimbunan lemak di hati.

1.4 Anatomi fisiologi

1.5 Manifestasi Klinik


1) Secara umum anak tampak sembab, letargik, cengeng, dan mudah terangsang. Pada tahap lanjut
anak menjadi apatik, sopor atau koma.
2) Gejala terpenting adalah pertumbuhan yang terhambat, berat dan tinggi badan lebih rendah
dibandingkan dengan BB baku. Penurunana BB ini tidak mencolok atau mungkin tersamar bila
dijumpai edema anasarka.
3) Sebagian besar kasus menunjukkan adanya edema, baik derajat ringan maupun berat. Edema ini
muncul dini, pertama kali terjadi pada alat dalam, kemudian muka, lengan, tungkai, rongga
tubuh, dan pada stadium lanjut mungkin edema anasarka.
4) Jaringan otot mengecil dengan tonusnya yang menurun, jaringan subkutan tipis dan lembek.
5) Kelainan gastrointestinal yang mencolok adalah anoreksia dan diare. Diare terdapat pada sebagian
besar penderita, yang selain infeksipenyebabnya mungkin karena gangguan fungsi hati,
pankreas, atau usus (atrofi). Intoleransi laktosa juga bisa terjadi.
6) Rambut berwarna pirang, berstruktur kasar dan kaku, serta mudah dicabut. Pada taho lanjut,
terlihat lebih kusam, jarang, kering, halus, dan berwarna pucat atau putih, juga dikenal signo de
bandero.
Secara umum, kwashiorkor memberikan gejala-gejala yang terkhusus pada suatu sistem organ,
yaitu :

Wujud umum:

1. Pucat, kurus atrofi extremitas superior + bokong


2. Edema (pedis / pretibial) + ascites
3. Moon face

Retardasi pertumbuhan:

1. Tidak khas
2. BB kurang atau menurun

Perubahan mental + motorik:

1. Mental: cengeng, kesadaran menurun, pasif.


2. Motorik : gangguan fungsi-fungsi statis

Edema:

1. Pedis, pretibial, ascites, anasarka


2. Bersifat pitting
3. Koreksi edema :
-Laten + pedis + pretibial : 10 - 15 %
-Ascites ringan : 15 - 20 %
-Ascites berat : 20 - 25 %

Kausa edema :

-Hipoalbuminemia
-Gangguan dinding kapiler
-Hormonal (gangguan eliminasi ADH)
-Fe bebas dalam serum katalisis reaksi peroxidasi membrane
-Endotel rusak

Kelainan rambut

Kelainan bentuk : mudah dicabut, lurus, kering, halus, rapuh


-Kelainan warna : hipopigmentasi, depigmentasi, flag sign
-Bulumata : panjang, lentik

Kelainan kulit dan mukosa

1. Kulit :
-Crazy-pavement dermatosis :
1. Gejala spesifik / patognomonik
2. Pada kwashiorkor dgn edema berat
3. Pada bagian dengan tekanan BB
4. Penyembuhan cepat dengan protein
-Hipopigmentasi, hiperpigmentasi
-Deskuamasi, mosaic skin, pellagra-like
-Purpura, sianosis

Mukosa

-Akibat def. B2 yg sertai kwashiorkor


1. Kelainan Gigi + Tulang
Tulang : dekalsifikasi, osteoporosis, hambatan pertumbuhan
Gigi : karies

Kelainan hati:

1. Fisik : hepatomegali
2. PA : perlemakan, nekrosis, fibrosis
3. Fungsi :
- Hipoproteinemia ringan sampai berat (<>normal atau meningkat.
Kausa
Perlemakan akibat defisiensi faktor lipotropik

Kelainan darah + sumsum tulang

- Anemia (selala ada): ringan sampai berat


Etiologi ganda:
1. defisiensi protein
2. defisiensi mineral, terutama Fe
3. defisiensi vitamin B kompleks (B12, folat, B6)
4. infestasi parasit (ankilostomiasis, amoebiasis)

5. infeksi berulang

Darah perifer

Lekosit :
- Normal
- Lekositosis + shift to the left
- Lekopeni
- Vakuolisasi + granulasi toksik pada PMN
- Kolesterol menurun
- Hipoglikemi & hipoalbuminemia
Respon imunologik

Defek imunitas seluler

Gangguan sistim komplemen

Defek IgA terutama sIgA

o Kelainan pankreas + kelenjar lain


- Pankreas :
- Perlemakan, fibrosis, atrofi
- Lipase, tripsin, amilase menurun
- Parotis, lakrimal, saliva, usus halus :
- Perlemakan + hipoplasia
o Kelainan Jantung:

Miodegenerasi jantung

Gangguan fungsi jantung karena hipokalemia + hipomagnesemia

Penyakit jantung anemia: perlu pemeriksaan foto toraks, EKG dan

elektrolit serum
o Kelainan Gl
- Diare berulang :
- Infeksi / infestasi usus
- Intoleransi laktose (def. laktase)
- Malabsorpsi lemak :
- Defisiensi lipase pankreas
- Defisiensi garam empedu konjugasi hati
- Atrofi villi mukosa usus halus
1.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kwashiorkor bervariasi tergantung pada beratnya kondisi anak. Keadaan
shock memerlukan tindakan secepat mungkin dengan restorasi volume darah dan mengkontrol
tekanan darah. Pada tahap awal, kalori diberikan dalam bentuk karbohidrat, gula sederhana, dan
lemak. Protein diberikan setelah semua sumber kalori lain telah dapat menberikan tambahan
energi. Vitamin dan mineral dapat juga diberikan.
Dikarenan anak telah tidak mendapatkan makanan dalam jangka waktu yang lama,
memberikan makanan per oral dapat menimbulkan masalah, khususnya apabila pemberian
makanan dengan densitas kalori yang tinggi. Makanan harus diberikan secara bertahap/ perlahan.

Banyak dari anak penderita malnutrisi menjadi intoleran terhadap susu (lactose intolerance) dan
diperlukan untuk memberikan suplemen yang mengandung enzim lactase.
Penatalaksaan gizi buruk menurut standar pelayanan medis kesehatan anak IDAI
(ikatan dokter anak Indonesia) : Penanganan dini pada kasus-kasus kwashiorkor umumnya
memberikan hasil yang baik. Penanganan yang terlambat (late stages) mungkin dapat
memperbaiki status kesehatan anak secara umum, namun anak dapat mengalami gangguan fisik
yang permanen dan gangguan intelektualnya. Kasus-kasus kwashiorkor yang tidak dilakukan
penanganan atau penanganannya yang terlambat, akanmemberikan akibta yang fatal.

1.7 Komplikasi
Anak dengan kwashiorkor akan lebih mudah untuk terkena infeksi dikarenakan lemahnya
sistem imun .Tinggi maksimal dan kempuan potensial untuk tumbuh tidak akan pernah dapat
dicapai oleh anak dengan riwayat kwashiorkor. Bukti secara statistik mengemukakan bahwa
kwashiorkor yang terjadi pada awal kehidupan (bayi dan anak-anak) dapat menurunkan IQ
secara permanen.

1.8 Pemeriksaan Diagnostik


Penurunan kadar albumin serum merupakan perubahan yang paling khas. Ketonuria
sering ada pada stadium awal kekurangan makan tetapi sering sekali menghilang pada waktu
akhir. Harga glukosa darah rendah tetapi kurve toleransi glukosa dapat bertipe diabetic. Ekskresi
hidroksiprolin urin yang berhubungan dengan kreatinin dapat turun. Angka asam amino esensial
plasma dapat turun relative terhadap angka asam amino non-esensial, dan dapat menambah
aminoasiduria. Defisiensi kalium dan magnesium sering ada. Kadar kolesterol serum rendah,
tetapi kadar ini kembali ke normal sesuadah beberapa hari pengobatan. Angka amylase, esterase,

kolinesterase, transaminase, lipase, alkaline fosfatase serum turun. Ada penurunan aktivitas
enzim pancreas dan santhin oksidase, tetapi angka kembali normal segera sesudah mulai
pengobatan. Anemia dapat normositik, mikrositik atau makrositik. Tanda-tanda defisiensi
vitamin dan mineral biasanya jelas. Pertumbuhan tulang biasanya terlambat. Sekresi hormone
pertumbuhan mungkin bertambah.

PROPOSAL PENYULUHAN PADA ORANG TUA TENTANG


MASALAH GIZI BURUK PADA ANAK : KWASHIORKOR
DI LINGKUNGAN IV KELURAHAN DWIKORA

I. Latar Belakang
Kata kwarshiorkor berasal dari bahasa Ghana-Afrika yang berati anak yang
kekurangan kasih sayang ibu. Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein berat
yang disebabkan oleh intake protein yang inadekuat dengan intake karbohidrat yang normal atau
tinggi. Dibedakan dengan Kwasiorkor yang disebabkan oleh intake dengan kualitas yang normal
namun kurang dalam jumlah.
Kwashiorkor merupakan sindroma klinis akibat dari defisiensi protein berat dan masukan
kalori tidak cukup. Dari kekurangan masukan atau dari kehilangan yang berlebihan atau
kenaikan angka metabolic yang disebabkan oleh infeksi kronik, akibat defisiensi vitamin dan
mineral dapat turut menimbulkan tanda-tanda dan gejala-gejala tersebut. Bentuk malnutrisi yantg
paling serius dan paling menonjol di dunia saat ini berada di daerah industry belum berkembang.
Kwashiorkor nerarti anak tersingkirkan, yaitu anak yang tidak lagi mengisap; dapat menjadi
jelas pada masa bayi awal samapi sekitar usia 5 tahun, biasanya sesudah menyapih dari ASI.

Walaupun penambahn tinggi dan berat dipercepat dengan pengobatan, ukuran ini tidak pernah
sama dengan tinggi dan berat anak yang secara tetap bergizi baik.
Peran perawat komunitas disini sangat diharapkan untuk membantu pemerintah dalam
menanggulanginya. Disini perawat komunitas mampu mengkaji berbagai masalah dikomunitas
terutama tentang kwasiorkor. Demi mencapai Indonesia sehat 2010, serta Bangsa kita ini akan
maju bila anak-anak yang tumbuh sebagai generasi penerus sehat dan cerdas. Semoga masalahmasalah dikomunitas khususnya tentang gizi buruk ini dapat segera dicegah, diatasi ataupun
ditanggulangi.

II. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan ini selama 30 menit, para orang tua diharapkan mampu
memahami pentingnya untuk mengetahui tentang gizi buruk, khususnya Kwashiorkor.
b. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, para orang tua diharapkan mampu:
a. Menyebutkan defenisi Kwashiorkor.
b. Menyebutkan etiologi Kwashiorkor.
c. Menyebutkan cara pencegahan dan penanggulangan Kwashiorkor.
III. Pelaksanaan
1. Waktu dan Tempat
Hari/tanggal
:
Pukul
:
Tempat
:
: Kwashiorkor

Minggu,14-02-2010
09.00 s/d selesai
Rumah Bapak Kepling

2. Sasaran
Para orang tua di Lingkungan IV Kelurahan Dwikora
3. Metode
Ceramah
Diskusi/tanya jawab
4. Media Penyuluhan
Laptop

LCD
IV. Pengorganisasian Kelompok
1. Penanggung jawab : Johansen
2. Moderator
: Yurniat
3. Penyaji
: Merri
4. Pembawa acara
: Marta
5. Notulen
: Maranata
6. Konsumsi
: Witha
7. Koordinator perlengkapan : Jhon Meddy
8. Penerima tamu
: Yudith
9. Humas
: Elias
10. Fasilitator
: Elli
11. Dokumentasi
: Jhon Celvin
V. Tertib Acara
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Pembukaan oleh protokol


Kata sambutan oleh ketua PBL
Kata sambutan oleh ketua remaja Mesjid
Penyampaian materi penyuluhan
Evaluasi oleh observer
Penutup

VI Evaluasi
1. Struktur
Peralatan yang disediakan dengan rencana yaitu LCD, Laptop
Peserta hadir sebanyak 200 orang
Seluruh mahasiswa hadir dalam kegiatan penyuluhan tersebut
Tempat sesuai dengan yang direncanakan yaitu Rumah Bapak Kepling
Pelaksanaan penyuluhan berjalan sesuai dengan rencana.
2. Proses
Mahasiswa hadir sebelum acara
Semua peserta memperhatikan materi penyuluhan yang diberikan dengan baik.
3. Hasil
Masyarakat mengerti bagaimana merawat anak dan memenuhi nutrisi anak
Masyarakat mengerti bagaimana cara mencegah dan menanggulangi masalah gizi buruk
khususnya Kwashiorkor..

LAPORAN HASIL KEGIATAN


PENYULUHAN DI LINGKUNGAN IV KELURAHAN DWIKORA
TAHUN 2010
1. Persiapan
Sebelum pelaksanaan kegiatan penyuluhan, mahasiswa/i terlebih dahulu mensosialisasikan
kegiatan tersebut kepada kepala lingkungan tentang rencana penyuluhan. Setelah mendapat
persetujuan dari kepala lingkungan, mahasiswa/i mulai menyebarkan undangan kepada orang tua
di Lingkungan IV Kelurahan Dwikora tentang diadakanya penyuluhan, kemudian menyiapkan
format daftar hadir peserta penyuluhan, menyiapkan panduan tentang bahan yang akan di
sajikan.

2. Pelaksanaan
Kegiatan penyuluhan dimulai pada pukul 09.00 wib setelah selesai persiapan tempat
dilakukan, mahasiswa melaksanakan peran sesuai dengan rencana kemudian penyuluhan
dilaksanakan untuk para orang tua di Lingkungan IV Kelurahan Dwikora. Daftar hadir digilirkan
dan dilanjutkan pembukaan acara yang dibawakan oleh saudara Martalena, kata sambutan oleh
ketua PBL/mewakili, penyajian materi oleh saudara Ivo. Selama kegiatan penyuluhan
berlangsung peserta yang hadir memperhatikan dengan baik dan aktif memberikan pertanyaan,
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peserta mahasiswa secara bergantian memberikan
jawaban. Penyuluhan sesi tanya jawab berlangsung dengan baik dan hikmat, peserta terdiri dari
para orang tua di Lingkungan IV Kelurahan Dwikora yang berjumlah 200 orang.
3. Evaluasi
1. Struktur
Peralatan yang disediakan sesuai rencana, LCD dan laptop
Peserta hadir sebanyak 200 orang
Seluruh mahasiswa hadir dalam kegiatan penyuluhan tersebut

Tempat sesuai dengan yang direncanakan yaitu Rumah Kepling Lingkungan IV Kelurahan
Dwikora
Pelaksanaan penyuluhan berjalan sesuai dengan rencana
2. Proses
Mahasiswa hadir sebelum acara
Semua remaja mesjid memperhatikan materi penyuluhan yang diberikan dengan baik.
3.
Hasil
Orang tua mengerti bagaimana memenuhi nutrisi pada anak
Para ibu mengerti merawat anak dengan baik dan mencegah serta menanggulangi kwashiorkor.

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA ANAK


DENGAN MASALAH GIZI BURUK: KWASHIORKOR
DI LINGKUNGAN IV KELURAHAN DWIKORA

I. Pengkajian :
1. Data Demografi
Lingkungan IV termasuk dalam wilayah Kelurahan Dwikora, yang terdiri dari RT 01,
RT 02, dan RT 03, dimana RT 03 (Komplek Perumahan Etnis Tionghoa) tidak dijadikan sebagai
target sasaran dalam pengkajian Asuhan Keperawatan Komunitas dengan alasan masyarakatnya
tergolong Homogen.

Batas wilayah yang dijadikan target pengkajian, ialah sebelah Utara dibatasi oleh
Sungai X, sebelah selatan dibatasi oleh Persawahan, sebelah barat dibatasi oleh Lingkungan
XIII, dan sebelah timur dibatasi oleh Kompleks Etnis Tionghoa. Lingkungan XII ini memiliki
berbagai fasilitas umum, yang terdiri dari sebuah Mesjid, sebuah gereja HKBP, Sebuah Balai
Lingkungan, sebuah lapangan sepakbola, dan dua lokasi pemakaman umum.
Kegiatan rutin yang dilakukan oleh warga meliputi pengajian Rutin ibu-ibu yang
dilaksanakan pada hari kamis, pengajian rutin Bapak-bapak tiap hari minggu, olah raga sepak
bola pemuda remaja tiap hari minggu, posyandu balita tiap hari Rabu minggu ke III, dan
kegiatan doa lingkungan ibu-ibu maupun bapak-bapak yang dilaksanakan tiap hari selasa dan
sabtu.
Lingkungan IV Kelurahan Dwikora terdiri dari 250 KK dengan 800 jiwa, yang terdiri
dari 250 anak usia balita, 70 anak usia sekolah, 80 orang remaja, 270 orang usia produktif, dan
130 orang lanjut usia.
Setelah dilakukan pengkajian data pada tanggal 12 dan 13 Februari 2010 dengan
tekhnik wawancara dan observasi, didapatkan data sebagai berikut:
1) Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Umur
Laki-laki
%
Perempuan
%
Total
%
01
25
8,3
25
5
50
6,25
1,1 - 3,5
30
10
70
14
100
12,5
3,6 5
35
11,7
65
13
100
12,5
6 12
20
6,6
50
10
70
8,75
13 18
25
8,3
55
11
80
10
19 35
50
16,7
70
14
120
15
36 54
60
20
90
18
150
18,75
> 55
55
18,4
75
15
130
16,25
Total
300
100
500
100
800
100
Berdasarkan tabel diatas, umur penduduk terbanyak laki-laki adalah 36 54 tahun, yaitu 60
orang (20%). Sedangkan untuk perempuan terbanyak pada umur 36 54 tahun yaitu 90 orang
(18%). Hal ini menunjukkan bahwa penduduk di wilayah Lingkungan IV Kelurahan Dwikora
yang terbanyak adalah usia produktif, sehingga memudahkan untuk mencari tenaga / sumber
daya yang potensial.

2) Distribusi Pendidikan Berdasarkan Pendidikan


No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pendidikan
Frekuensi
%
Belum sekolah
200
25
Tidak sekolah
80
10
TK
50
6,25
SD
80
10
SMP
120
15
SMA
180
22,5
Perguruan Tinggi
90
11,25
Total
800
100
Dari tabel diatas penduduk yang paling banyak mengenyam pendidikan adalah di tingkat SMA,
yaitu 180 orang (22,5%), sedangkan peduduk yang tidak bersekolah menempati jumlah yang
terkecil sebanyak 80 (10%).
3) Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Jenis Pekerjaan
Frekuensi
%
Pelajar
420
70
Tidak bekerja
30
5
PNS
50
8,3
TNI/POLRI
10
1,7
Pensiunan
20
3,3
Swasta
70
11,7
Total
600
100
Dari tabel diatas sebagian besar penduduk masih pelajar yaitu 420 orang (70 %), kemudian
diikuti oleh penduduk yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 70 orang (11,7%), namun
masih ada penduduk yang tidak bekerja sebanyak 30 orang (5%), sehingga kemungkinan ada
keluarga yang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
4) Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Agama Yang Dianut


Frekuensi
%
Islam
450
56,3
Kristen Protestan
250
31,2
Kristen Katolik
100
12,5
Hindu
0
0
Buddha
0
0
Total
800
100
Dari tabel diatas sebagian besar penduduk Sidorukun yaitu 450 orang (56,3%) beragama Islam.

2. Data Lingkungan Fisik


1) Type Perumahan
No.
1.
2.
3.

Tipe Rumah
Frekuensi
%
Permanen
50
12,5
Semi permanen
50
25
Tidak permanen
150
62,5
Jumlah
250
100
Dari tabel diatas sebagian rumah penduduk tidak permanen, yaitu sebanyak 150 (62,5%)
Keluarga.
2) Jenis Lantai
No.
1.
2.
3.
4.

Lantai
Frekuensi
%
Tanah
150
60
Papan
50
20
Tegel
30
12
Semen
20
8
Total
250
100
Dari tabel diatas sebagian besar jenis lantai rumah keluarga yaitu 150 KK (60%) adalah lantai
tanah, sehingga memungkinkan anak-anak mudah terinfeksi penyakit misalnya diare.
3. Kondisi Kesehatan
1) Sarana kesehatan Yang Paling Dekat
No

Sarana Kesehatan Terdekat

Frekuensi

.
1.
2.
3.
4.

Puskesmas
150
60
Praktik swasta
25
10
Balai pengobatan
25
10
Lain-lain
50
20
Total
250
100
Dari tabel diatas sebagian besar yaitu 150 (60%) keluarga di kelurahan Sidorukun
mengatakan sarana kesehatan yang paling dekat adalah Puskesmas.
2) Jumlah Balita
No
.
1.
2.

Balita

Frekuensi

Ya
250
100
Tidak
0
00
Total
250
100
Dari table diatas seluruh (100%) penduduk di kelurahan Sidorukun memiliki balita.

3) Kebiasaan ke Posyandu
No

Kebiasaan

Frekuensi

.
1.
2.

Ke Posyandu
120
48
Tidak keposyandu
130
52
Total
250
100
Dari tabel diatas sebagian besar yaitu 130 (52%) Balita tidak dibawa keposyandu untuk
dilakukan penimbangan, hal ini dapat menyulitkan pada proses pemantauan tumbuh kembang
anak.
4) Imunisasi Balita
No

Imunisasi

Frekuensi

.
1.
2.
3.

Lengkap
70
28
Belum lengkap
60
24
Tidak lengkap
120
48
Total
250
100
Dari tabel diatas sebagian besar yaitu 120 (48%) balita tidak mendapatkan imunisasi secara
lengkap. Hal ini menyulitkan proses pemantauan tumbuh kembang anak.
5) Kepemilikan Kartu Menuju Sehat
No

KMS

Frekuensi

.
1.
2.

Ya
120
48
Tidak
130
52
Total
250
100
Dari tabel diatas sebagian besar yaitu 130 (52%) balita tidak memiliki KMS, sehingga sulit untuk
memonitor tumbang anak.
6) Hasil Penimbangan Balita
No

Hasil Penimbangan KMS

.
1.
2.
3.
4.

Frekuensi

Hijau
10
4
Di atas hijau kuning
40
16
Di bawah titik-titik
50
20
Di bawah merah
150
60
Total
250
100
Dari tabel diatas sebagian besar yaitu 150 (60%) balita dari hasil penimbangan mempunyai gizi
yang buruk atau dibawah garis merah.

Analisa Data
No
.
1.

Data Subjektif
Data

Demografi:

keluarga

tidak

pekerjaan.

Data Objektif
banyak
1.

Masa

70% penduduk masih pelajar, dan 5% Kurangnya gizi pad

memiliki penduduk tidak memiliki pekerjaan.


2. 22,5% penduduk berpendidikan sampai SMA

Kelurahan Dwikora

kepala keluarga kehi


jumlah

1. Lantai rumah penduduk dari tanah 60%

2.

Kader,

da

masyrakat tentang gi

Lingkungan fisik : jenis lantai


rumah penduduk yang kurang
sehat
3.

di

Lingkungan

Kelurahan Dwikora

IV

Dwikora
kekurangan gizi.

Kelurahan Dwikora

1. 100% penduduk di Lingkungan IV Kelurahan

2.
Kondisi Kesehatan : balita di
Lingkungan

Kurangnya gizi pad

IV

Kelurahan
3.
mengalami
4.
5.

kepala keluarga kehi

Dwikora memiliki balita.


jumlah Kader, da
52% balita tidak dibawa keposyandu untuk
masyrakat tentang gi
penimbangan.
48% balita tidak mendapatkan imunisasi.
52% balita tidak memiliki KMS.
Kurangnya gizi pad
60% balita dari hasil penimbangan
Kelurahan Dwikora
mempunyai gizi yang buruk atau dibawah
kepala keluarga kehi
garis merah.
jumlah Kader, da

masyrakat tentang gi
II. Perencanaan Keperawatan Komunitas
Setelah masalah ditemukan maka perlu untuk menentukan sasaran, tujuan, penanggung jawab
dari masyarakat, dana, rencana tindakan serta rencana evaluasi yang perlu dipecahkan
bersama dengan masyarakat di Lingkungan XII Kelurahan Sidorukun serta membuat rencana
tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
No

Diagnosa

Tujuan

.
1.

Kurangnya
gizi

Setelah

pada tindakan

balita
Lingkungan

Sasar

Strate

an

gi

tangg

K.I.E,

Memberikan

al
Mngg

prakte

penyuluhan tentang 14/02/

dilakukan Orang
keperawatan tua

di selama

kali

pertemuan diharapkan

IV Kelurahan masyarakat

Rencana Kegiatan

Hari / Tempat

Rumah

Kepling

k yaitu kwashiorkor kepada 10

Lingkun

menim orang

bang

mendiskusikan

tua,

Kelurah

Dwikora

Lingkungan

sehubungan

Kelurahan

dengan

mampu:
Mengidentifikasi

1.
banyak kepala
keluarga

IV
Dwikora

penyebab kwasiorkor.
2.
Mampu mencegah

berat

bersama orang tua

badan

tentang

anak

yang dapat dilakukan

tindakan

usia 0 orang tua khususnya


-5

ibu bila ada anggota

tahun,

keluarga

dan

mengalami

memb

kwasiorkor,

jumlah Kader, kwasiorkor.

erikan

memberikan

dan kurangnya

makan

reinforcement

pengetahuan

an

terhadap

masyrakat

tamba

keberhasilan

orang

tentang gizi.

han

tua

dalam

pada

menjelaskan kembali

balita.

materi yang telah

kehilangan
pekerjaan,

kwasiorkor
3.

kurangnya

Mampu
menanggulangi

Dwikora

yang
dan

diberikan.
III. Pelaksanaan
No.
1.

Diagnosis
TGL
Implementasi
Evaluasi
Kurangnya gizi pada balita 14/02/10 Penyuluhan tentang Evaluasi struktur :
1. Rencana penyuluhan telah dilakuka
di
Lingkungan
IV
Kwasiorkor
pada
sebelum acara dilaksanakan.
Kelurahan
Dwikora
Orang Tua
2. Undangan penyuluhan disebarkan
sehubungan dengan banyak
sebelum acara dilaksanakan.
kepala keluarga kehilangan
Evaluasi proses:
1. Peserta yang hadir sebanyak 200 oran
pekerjaan,
kurangnya
2. 45% peserta aktif bertanya terha
jumlah
Kader,
dan
penyuluhan.
kurangnya
pengetahuan
3. Penyuluhan dilaksanakan dibalai Ling
masyrakat tentang gizi.
Penimbangan
badan balita

Kelurahan Sidorukun.
Evaluasi hasil:
berat Warga dapat memahami tentang Kwas
Evaluasi struktur:

Rencana sudah disiapkan semingg

pelaksanaan dan sebagai penangg


15/02/10

adalah Johansen.
Evaluasi proses:

1. Penimbangan berat badan balita seca


Lingkungan IV Kelurahan Dwikora,

seluruh KK sebanyak 250 KK bes


2.

istrinya, dan seluruh balita sebanyak 2


Kegiatan penimbangan berat bad
dengan tertib dan lancar.

Pemberian makanan
tambahan
Balita

pada

Evaluasi hasil:

Masyarakat sudah siap untuk meng

penimbangan berat badan balita mer

belum mampu untuk menanggulangi m


buruk karena penghasilan mereka
berkecukupan.
Evaluasi struktur:

Rencana sudah disiapkan semingg

pelaksanaan dan sebagai penangg


16/02/10

adalah Johansen.
Evaluasi proses:

1. Pemberian makanan tambahan pada b

massal di Lingkungan IV Keluraha

diikuti oleh seluruh KK sebanyak 250

dengan istrinya, dan seluruh balita se

jiwa.
2. Kegiatan pemberian makanan tambah
dengan tertib dan lancar.
Evaluasi hasil:

Masyarakat sudah siap untuk meng


pemberian

makanan

tambahan

mereka,dan mereka cukup prihatin p

yang menimpa balita mereka, nam

mampu untuk menanggulangi masala


karena

penghasilan

berkecukupan.

mereka

KUESIONER
KODE :
I.

Identitas Responden
a. Umur
:
b. Pendidikan :
c. Pekerjaan :

II.
Petunjuk Pengisian
a. Jawablah pertanyataan dibawah ini dengar benar.
b. Checklist ( ) jawaban yang paling sesuai.
III.

Pertanyaan
No.
1.
a.
b.
c.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
3.

Pertanyaan
Berapa umur anak anda?
0 1 tahun
1,1 3,5 tahun
3,6 5 tahun
Berapa kali anak anda makan dalam sehari?
1 kali
2 kali
3 kali
4 kali
Lebih dari 4 kali
Apakah anak anda mengkonsumsi ASI ataupun susu

formula?
a. Mengkonsumsi
b. Tidak mengkonsumsi
4.

Alasannya:
Apakah anak anda selalu dibawa ke posyandu untuk
ditimbang berat badannya?
a. Ya
b. Tidak

5.

Alasannya:
Apakan anak anda diimunisasi secara lengkap?

Checklist ()

a. Lengkap
b. Kurang lengkap
c. Tidak lengkap
6.
Apakah anak anda makan 4 sehat 5 sempurna tiap hari?
a. Selalu
b. Biasanya
c. Kadang-kadang
d. Jarang / pernah
e. Tidak pernah
Alasannya :
7.
Berapa penghasilan suami anda perbulan:
a. Rp 100.000 500. 000/bulan
b. Rp 600.000 1000.000/ bulan
c. > Rp. 1000.000./bulan
8.
Apa pekerjaan suami anda?

Askep Kesehatan Sekolah

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK SEKOLAH

1.1. Konsep Usaha Kesehatan Sekolah


1. Latar Belakang (Alasan)
a. Usaha Kesehatan Sekolah dirintis sejak tahun 1956 melalui pilot project di Jakarta dan
Bekasi yang merupakan kerjasama antara Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan dan Departemen Dalam Negeri.
b. UU no 4 1979 pembinaan anak usia sekolah
c. Usia sekolah rawan kesehatan
d. Menanamkan pengertian & sikap hidup sehat
e. Institusi di masyarakat yang terorganisir dengan baik
f. Meningkatkan prestasi belajar
g. Efektif pendidikan
h. Wajib belajar
i. Dasar kebijakan pelaksanaan usaha kesehatan sekolah adalah undang-undang nomor 4 tahun
1970 tentang pembinaan anak sekolah
j. Hidup sehat seperti yang didefinisikan oleh badan kesehatan perserikatan bangsabangsa (PBB) World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomi. Sedangkan kesehatan jiwa adalah keadaan yang memungkinkan
perkembangan fisik, mental, intelektual, emosional, dan sosial yang optimal dari
seseorang.
k. Dalam Undang Undang Nomor 23 Tahun 1992 pasal 45 tentang Kesehatan ditegaskan
bahwa Kesehatan Sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup

sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar,
tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal sehingga diharapkan dapat
menjadikan sumber daya manusia yang berkualitas.
l. Menurut Sumantri, M. (2007) peserta didik itu harus sehat dan orang tua
memperhatikan lingkungan yang sehat dan makan makanan yang bergizi, sehingga
akan tercapai manusia soleh, berilmu dan sehat (SIS). Dalam proses belajar dan
pembelajaran materi pembelajaran berorientasi pada head, heart dan hand, yaitu
berkaitan dengan pengetahuan, sikap/nilai dan keterampilan. Namun masih diperlukan
faktor kesehatan (health) sehingga peserta didik memiliki 4 H (head, heart, hand dan
health).
2. Pengertian
a. Usaha kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada masyarakat sekolah, yaitu: anak didik,
guru dan karyawan sekolah lainnya. Yang dimaksud dengan sekolah adalah SD SLTA.
Prioritas pelaksanaan UKS diberikan pada SD mengingat SD merupakan dasar dari sekolah
sekolah lanjutan.( Endang, 1993)
b. Upaya terpadu lintas program dan lintas sektoral dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan serta membentuk perilaku hidup sehat anak usia sekolah (Sumijatun, 2006).
c. Kemudian menurut Depkes, (2001) UKS adalah wahana untuk meningkatkan kemampuan
hidup sehat anak usia sekolah yang berada di sekolah. Usaha Kesehatan Sekolah UKS)
adalah upaya kesehatan masyarakat yang dilaksanakan dalam rangka pembinaan kesehatan
anak usia sekolah. Selanjutnya Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan bagian dari
program kesehatan anak sekolah. Anak usia sekolah adalah anak yang berusia 6-21 tahun.
Yang sesuai dengan proses tumbuh kembangnya dibagi menjadi 2 sub kelompok yakni pra
remaja (6-9 tahun) dan remaja (10-19 tahun).
3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kemampuan perilaku hidup bersih dan sehat, dan derajat kesehatan
siswa serta menciptakan lingkungan yang sehat. Sehingga memungkinkan pertumbuhan dan
perkembangan yang harmonis dan optimal
b. Tujuan Khusus
1) Memupuk kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat dan meningkatkan derajat kesehatan
siswa yang mencakup
2) Memiliki pengetahuan, sikap dan ketrampilan untuk melaksanakan prinsip hidup bersih dan
sehat serta berpartisipasi aktif didalam usaha peningkatan kesehatan disekolah perguruan
agama, dirumah tangga maupun dilingkungan masyarakat.
3) Sehat fisik, mental maupun sosial
4) Memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk penyalahgunaan NAPZA
4. Ruang Lingkup Kegiatan
Kegiatan utama Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) disebut dengan Trias UKS, yang
terdiri dari :
a. Pendidikan Kesehatan
b. Pelayanan Kesehatan
c. Pembinaan Lingkungan Kehidupan Sekolah yang Sehat
Dengan demikian Trias UKS merupakan perpaduan antara upaya pendidikan dengan upaya
pelayanan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan upaya pendidikan kesehatan yang
dilaksanakan sesuai dengan kurikulum sekolah.
5. Sasaran UKS

a.
b.
c.
d.
e.
f.
1)
2)
3)

Program UKS adalah upaya terpadu lintas program dan lintas sektoral dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan serta membentuk perilaku hidup bersih dan sehat anak usia
sekolah yang berada di sekolah dan Madrasah mulai tingkat SD hingga SLTA. Sasaran
pelayanan UKS adalah seluruh peserta didik dari tingkat pendidikan
Sekolah Taman Kanak-Kanak
Pendidikan Dasar
Pendidikan Menengah
Pendidikan Agama
Pendidikan Kejuruan
Pendidikan Khusus (SLB)
Untuk sekolah dasar usaha kesehatan sekolah diprioritaskan pada kelas I, III dan kelas VI
alasannya adalah :
Kelas I, merupakan fase penyesuaian dalam lingkungan sekolah yang baru lepas dari
pengawasan orang tua, kemungkinan kontak dengan berbagai penyebab penyakit lebih besar
karena ketidaktahuan dan ketidakmengertian tentang kesehatan
Kelas III dilaksanakan dikelas 3 untuk mengevaluasi hasil pelaksanaan UKS dikelas I dahulu
dan langkah-langkah selanjutnya yang akan dilakukan dalam program pembinaan UKS
Kelas VI, dalam rangka mempersiapkan kesekolah peserta didik kejenjang pendidikan
selanjutnya, sehingga memerlukan pemeliharaan dan pemeriksaan kesehatan yang cukup.
6. Sasaran Pembinaan

a.
b.
c.
d.
7.

1)
2)

1)
2)
3)
8.

Peserta didik
Pembina UKS (Teknis dan Non Teknis)
Sarana dan prasarana pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan
Lingkungan sekolah
Kegiatan UKS
Nemir mengelompokkan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) menjadi 3 kegiatan
pokok : yaitu
a. Pendidikan kesehatan di sekolah (Health Education in School)
Kegiatan intrakurikuler, maksudnya adalah pendidikan kesehatan merupakan bagian dari
kurikulum sekolah
Kegiatan ekstrakurikuler, maksudnya adalah pendidikan kesehatan dimasukkan dalam
kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler dalam rangka menanamkan perilaku sehat peserta didik
b. Pemeliharaan Kesehatan Sekolah (School Health Service)
c. Lingkungan kehidupan sekolah yang sehat mencakup
Lingkungan fisik
Lingkungan psikis
Lingkungan sosial
Pengelolaan UKS
Pelaksanaan UKS ayau orang vang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan usaha kesehatan
sekolah adalah :
a. Guru UKS
b. Peserta didik
c. Petugas kesehatan dari puskesmas
d. Masyarakat sekolah (BP3)
9. Prinsip-Prinsip Pengelolaan
a. Mengikutsertakan peran serta aktif masyarakat sekolah
b. Kegiatan yang terintegrasi

c. Melaksanakan rujukan
d. Kolaborasi tim
10. Kerjasama Lintas Sektor
Dalam kegiatan usaha kesehatan sekolah melibatkan berbagai departemen terkait
sesuai dengan Surat Keputusan Bersama (SKB) di atas sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.

Departemen Kesehatan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Departemen Dalam Negeri
Departemen Agama

11. Petunjuk Pelaksanaan UKS di Puskesmas


a. Fungsi puskesmas
Puskesmas sebagai unit organisasi kesehatan mempunyai fungsi:
1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan melalui keterpaduan berbagai kegiatan pokok.
2) Melaksanakan pembinaan baik pembinaan teknis medis, alih kelola teknologi maupun peran
serta masyarakat.
3) Melaksanakan koordinasi pelayanan kesehatan.
b. Pelayanan kesehatan standar minimal untuk Sekolah Dasar
1) Sifat dan bentuk kegiatan
a) Peningkatan (promotif) yaitu : (1) membina sarana keteladanan di sekolah, (2) membina
kebersihan perorangan peserta didik, dan (3) mengembangkan kemampuan peserta didik
untuk berperan serta aktif dalam pelayanan kesehatan melalui kegiatan latihan kader
kesehatan sekolah (dokter kecil);
b) Pencegahan (preventif) yaitu : (1) penjaringan kesehatan peserta didik baru kelas I, (2)
pemeriksaan kesehatan periodik sekali setahun, (3) Imunisasi peserta didik kelas I dan VI, (4)
pengawasan terhadap keadaan air, (5)
c) Penyembuhan dan pemulihan (kuratif dan rehabilitatif), (6) pengobatan ringan dan
pertolongan, (7) rujukan medik untuk mengurangi derita sakit, dan(8) penanganan kasus
anemi gizi.
d) Manajemen yaitu: (1) forum komunikasi terpadu antar kegiatan pokok Puskesmas, (2)
pembinaan teknis dan pengawasan ke sekolah, dan (3) Pencatatan dan pelaporan.
2) Uraian kegiatan terpadu guru tenaga Puskesmas :
a) Membina sarana keteladanan gizi;
b) Membina sarana keteladanan kebersihan lingkungan;
c) Membina kebersihan perorangan peserta didik;
d) Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berperan serta aktif dalam pelayanan
kesehatan melalui kegiatan latihan kader kesehatan sekolah (dokter kecil);
e) Penjaringan kesehatan peserta didik baru kelas I;
f) Pemeriksaan kesehatan periodik sekali setahun;
g) Imunisasi, dll
12. Program Dokter Kecil
a. Pengertian
Dokter kecil adalah siswa yang memenuhi kriteria dan telah terlatih untuk ikut melaksanakan
sebagian usaha pemeliharaan dan peningkatan kesehatan terhadap diri sendiri, teman,
keluarga dan lingkungannya.
b. Tujuan
1). Tujuan umum meningkatnya partisipasi siswa dalam program UKS
. 2) Tujuan Khusus
a)
Agar siswa dapat menjadi penggerak hidup sehat di sekolah,di rumah dan
lingkungannya.

1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
1)
2)
3)
1)
a)
b)
c)
2)

3)
4)
5)
6)
7)
a.
b.
1)
2)
a)
b)
3)
4)

b) Agar siswa dapat menolong dirinya sendiri, sesama siswa dan orang lain untuk
hidup sehat.
c. Kriteria peserta :
Siswa kelas 4 atau 5 SD atau MI dan belum pernah mendapatkan pelatihan dokter kecil.
Berprestasi sekolah.
Berbadan sehat.
Berwatak pemimpin dan bertanggung jawab.
Berpenampilan bersih dan berperilaku.
Berbudi pekerti baik dan suka menolong.
Izin orang tua.
d. Tugas dan kewajiban dokter kecil
Selalu bersikap dan berperilaku sehat.
Dapat menggerakkan sesama teman-teman siswa untuk bersama-sama menjalankan usaha
kesehatan terhadap dirinya masing-masing.
Berusaha bagi tercapainya kesehatan lingkungan yang baik di sekolah maupun di
rumahMembantu guru dan petugas kesehatan pada waktu pelaksanaan pelayanan kesehatan
di sekolah.
Berperan aktif dalam rangka peningkatan kesehatan ,antara lain : Pekan Kesehatan Gigi,
Pekan Kesehatan Mata, dan lain-lain.
e. Kegiatan dokter kecil
Menggerakkan dan membimbing teman melaksanakan.
Pengamatan kebersihan dan kesehatan pribadi.
Pengukuran Tinggi Badan dan Berat badan.
Penyuhan Kesehatan.
Membantu petugas kesehatan melaksanakan pelayanaan kesehatan di sekolah , antara lain :
Distribusi obat cacing, vitamin dan lain-lain.
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).
c). Pertolongan Pertama Pada Penyakit.
Pengenalan dini tanda-tanda penyakit.
Pengamatan kebersihan Ruang UKS, warung sekolah dan lingkungan sekolah
Pengamatan kebersihan di sekolah separti halaman sekolah, ruang kelas, perlengkapan,
persediaan air bersih, tempat cuci, WC,kamar mandi, tempat sampah dan saluran
pembuangan termasuk PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk).
Pencatatan dan pelaporan, antara lain Buku harian Dokter Kecil.
Melaporkan hal-hal khusus yang ditemuinya kepada guru UKS/ Kepala Sekolah/Guru yang
ditunjuk.
13. Program Perawat Kecil
Pengertian perawat kecil adalah siswa yang memenuhi kriteria dan telah terlatih untuk ikut
melaksanakan sebagian usaha pemeliharaan dan peningkatan kesehatan terhadap diri sendiri,
teman, keluarga dan lingkungannya.
Tujuan
Tujuan umum meningkatnya partisipasi siswa dalam program UKS.
TujuanKhusus
Agar siswa dapat menjadi penggerak Perilaku Hdup Bersih dan Sehat di sekolah, di rumah
dan lingkunganya
Agar siswa dapat menolong dirinya sendiri, sesama siswa dan orang lain untuk hidup sehat
termasuk di rumah
c. Kriteria
Siswa kelas 4 atau 5 SD dan belum pernah mendapatkan pelatihan perawat kecil.
Berprestasi sekolah.

5)
6)
7)
8)

Berbadan sehat
Berwatak pemimpin dan bertanggung jawab
Berpenampilan bersih dan berperilaku.
Berbudi pekerti baik dan suka menolong.
9) Izin orang tua.
d. Tugas Dan Kewajiban Perawat Kecil
1) Selalu bersikap dan berperilaku sehat.
2) Dapat menggerakkan sesama teman-teman siswa untuk bersama-sama menjalankan usaha
kesehatan terhadap dirinya masing-masing
3) Berusaha bagi tercapainya kesehatan lingkungan yang baik di sekolah maupun di rumah.
4) Membantu guru dan petugas kesehatan pada waktu pelaksanaan pelayanan kesehatan di
sekolah
5) Berperan aktif dalam rangka peningkatan kesehatan, antara lain : Pekan Kebersihan, Pekan
Gizi, Pekan Penimbangan BB dan TB di sekolah, Pekan Kesehatan Gigi, Pekan Kesehatan
Mata,danlain-lain.
e. Kegiatan Perawat Kecil
1) Menggerakkan dan membimbing teman melaksanakan;
a) Pengamatan kebersihan dan kesehatan pribad
b) Pengukuran Tinggi Badan dan Berat badan.
c) Penyuluhan Kesehatan.
2) Membantu petugas kesehatan melaksanakan pelayanan kesehatan di sekolah, antara
lain :
a) Obat cacing, vitamin dan lain-lain.
b) Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).
c) Pertolongan Pertama Pada Penyakit.
3) Pengenalan dini tanda-tanda penyakit.
4) Pengamatan kebersihan Ruang UKS, warung sekolah dan lingkungan sekolah.
5) Pengamatan kebersihan di sekolah seperti halaman sekolah, ruang kelas, perlengkapan,
persediaan air bersih, tempat cuci, WC, kamar mandi, tempat sampah dan saluran
pembuangan termasuk PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk).
6) Pencatatan dan pelaporan, antara lain Buku harian Perawat Kecil.
7) Melaporkan hal-hal khusus yang ditemuinya kepada guru UKS/ Kepala Sekolah /
Guru yang ditunjuk.
14. Peran Perawat pada Program UKS
Peranan perawat komunitas dalam upaya kesehatan sekolah adalah:
a. Sebagai pelaksana asuhan keperawatan di sekolah
1)
Mengkaji masalah kesehatan dan keperawatan peserta didik dengan melaksanakan
pengumpulan data, analisas data dan perumusan masalah serta prioritas masalah kesehatan
anak sekolah
2) Melaksanakan kegiatan UKS sesuai dengan rencana kegiatan yang disusun.
3) Penilaian dan pemantauan hasil kegiatan UKS.
4) Pencatatan dan pelaporan sesuai dengan prosedur yang diterapkan.
b. Sebagai Pengelola Kegiatan UKS
Perawat kesehatan yang bertugas di Puskesmas dapat menjadi salah satu anggota dalam
TPUKS atau dapat juga ditunjuk sebagai seorang koordinator, maka pengelolaan
pelaksanaan UKS menjadi tanggung jawabnya atau paling tidak ikut terlibat dalam tim
pengelola UKS.
c. Sebagai Penyuluh dalam Bidang Kesehatan
Peran perawat kesehatan dalam memberikan penyuluhan kesehatan dapat dilakukan
secara langsung melalui penyuluhan kesehatan yang bersifat umum dan klasikal atau

15.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

secara tidak langsung sewakktu melakukan pemeriksaan kesehatan peserta didik secara
perorang
Masalah Kesehatan Anak Usia Sekolah di Indonesia
Masalah
kesehatan anak yang biasa ditemukan pada anak sekolah adalah
Malnutrisi
Alkoholoisme.
Narkoba.
Seks bebas.
Perokok.
Penyakit fisik dan mental.

1.2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Anak Sekolah


1.

Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan salah satu strategi yang
dicanangkan oleh Departemen Kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan Millenium
2015 melalui rumusan visi dan misi Indonesia Sehat, sebagaimana yang dicita-citakan oleh
seluruh masyarakat Indonesia dalam menyongsong Milenium Development Goals (MDGs).
"Health is not everything, but without health everything is nothing". Kesehatan memang
bukan segalanya, tetapi tanpa kesehatan segalanya menjadi tidak berarti. Setiap individu
mempunyai hak untuk hidup sehat, kondisi yang sehat hanya dapat dicapai dengan kemauan
dan keinginan yang tinggi untuk sehat serta merubah prilaku tidak sehat menjadi prilaku
hidup sehat.
Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan prilaku yang dipraktekkan oleh
setiap individu dengan kesadaran sendiri untuk meningkatkan kesehatannya dan berperan
aktif dalam mewujudkan lingkungan yang sehat. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat harus
diterapkan dalam setiap sisi kehidupan manusia kapan saja dan dimana saja. PHBS di rumah
tangga/keluarga, institusi kesehatan, tempat-tempat umum, sekolah maupun di tempat kerja
karena perilaku merupakan sikap dan tindakan yang akan membentuk kebiasaan sehingga
melekat dalam diri seseorang.
Perilaku merupakan respon individu terhadap stimulasi baik yang berasal dari luar
maupun dari dalam dirinya. PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) merupakan sekumpulan
perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan
seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif
dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. PHBS merupakan salah satu pilar utama dalam
Indonesia Sehat dan merupakan salah satu strategi untuk mengurangi beban negara dan
masyarakat terhadap pembiayaan kesehatan.

Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan social yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara social dan ekonomi. (UU Kesehatan RI No. 23 tahun 1992).
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi sumber daya
manusia, serta memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM).
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang (organism) terhadap
stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan,
serta lingkungan (Simons-Morton et al.,1995).

Perubahan-perubahan perilaku kesehatan

dalam diri seseorang dapat diketahui melalui persepsi. Persepsi adalah pengalaman yang
dihasilkan melalui panca indera. Dalam aspek biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau
aktifitas organisme atau mahluk hidup yang bersangkutan. (Notoatmodjo, 2005). Dasar orang
berperilaku dipengaruhi oleh : 1) nilai,

2) sikap dan 3) pendidikan/pengetahuan. Kesehatan

lingkungan adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga
berpengaruh

positif

terhadap

terwujudnya

status

kesehatan

yang

optimum

pula

(Notoatmodjo.,2003)
2 Tujuan PHBS
Tujuan PHBS adalah meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan
kemampuan masyarakat agar hidup bersih dan sehat serta masyarakat termasuk swasta dan
dunia usaha berperan serta aktif mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
3. Tatanan sekolah indikator PHBS di sekolah antara lain:
a.

Mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun.

Sebab air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit, bila
digunakan maka kuman dan bakteri berpindah ke tangan. Pada saat makan kuman dengan
cepat masuk ke dalam tubuh yang bisa menimbulkan penyakit antara lain diare, thypus,
cacingan, flu burung dll.
b.

Mengkonsumsi jajanan di warung /kantin sekolah.

Jajan sembarangan tidak aman karena kita tidak tahu apakah bahan tambahan makanan
(BTM) yang digunakan seperti zat pewarna, pengawet, pemanis dan bumbu penyedapnya
aman untuk kesehatan atau tidak.
c.

Menggunakan sampah pada tempatnya

Sampah akan menjadi tempat berkembang biak serangga dan tikus, menjadi sumber polusi
dan pencemaran terhadap tanah, air dan udara.Sampah menjadi media perkembangan kumankuman penyakit yang dapat membahayakan kesehatan. Dan sampah juga bisa menimbulkan
kecelakaan dan kebakaran.

d. Olah raga yang teratur dan terukur . Manfaat olah raga yang teratur antara lain berat badan
terkendali, otot lebih lentur dan tulang lebih kuat, bentuk tubuh lebih ideal dan proporsional,
daya tahan tubuh terhadap penyakit lebih baik dan menghindarkan diri dari penyakit jantung,
osteoporosis, diabetes, stroke dan hipertensi.
e.

Memberantas jentik nyamuk.

Untuk memutuskan mata rantai siklus hidup nyamuk, sehingga nyamuk tidak berkembang di
lingkungan sekolah. Khususnya jentik nyamuk Aedes aeghypty yang menyebabkan penyakit
DBD, karena nyamuk ini menggigit pada siang hari dimana siswa sedang belajar.
Perlu dilakukan kegiatan 3 m yaitu, menguras tempat-tempat penampungan air seminggu
sekali seperti vas bunga,bak mandi dll , menutup tempat-tempat penampungan air dengan
rapat dan mengubur barang bekas yang dapat menampung air hujan.
f.

Tidak merokok.

Karena banyak sekali efek negatif yang ditimbulkan oleh rokok, antara lain terjangkit
penyakit kanker paru-paru, kanker mulut, penyakit jantung, batuk kronis, kelainan kehamilan,
katarak, kerusakan gigi, dan efek ketagihan serta ketergantungan terhadap rokok. Di dalam
sebatang rokok terkandung 4.000 bahan kimia dan 43 senyawa yang terbukti menyebabkan
kanker. Bahan utama rokok terdiri dari nikotin, tar dan CO.
g. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan,
Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan badan serta status gizi. Agar
pertumbuhan anak dapat berkembang secara optimal.
h. Menggunakan jamban.
Untuk menjaga agar lingkungan selalu bersih, sehat dan tidak berbau. Supaya tidak
mencemari

sumber

air

dilingkungan

sekitar.

Dan juga agar tidak mengundang datangnya serangga kecoa/ lalat yang dapat menjadi vektor
penyakit seperti diare, cholera, disentri, thypus, cacingan dll.

1.3. Asuhan Keperawatan Anak Sekolah


Asuhan keperawatan anak sekolah adalah salah satu specialisasi dari keperawatan
komunitas atau Comunity Health Nursing (CHN) tujuannya meningkatkan kesehatan
masyarakat sekolah dengan keperawatan sebagai salurannya. Asuhan keperawatan sekolah
pada umumnya sama dengan asuhan keperawatan pada sasaran lainnya, yaitu :
1. Pengkajian ditujukan kepada :
a. Lingkungan sekolah mulai dari :
1) Lingkungan Fisik (Halaman, kebun sekolah, bangunan sekolah : meja, papan tulis, kursi,
lantai, kebersihan, ventilasi, penerangan, kebisingan, papan tuilis, kepadatan), Sumber air

b.

2.

a.
b.
c.
d.
e.
f.
h.

minum, Pembuangan Air Limbah (PAL), Jamban Keluarga, Tempat cucu tangan, kebersihan
kamar mandi dan penampungan air, pembuangan sampah, pagar sekolah, dan lain-lain.
2) Lingkungan Psikologis : hubungan guru dengan murid baik baik formal maupun non formal
terutama kenyamanan dalam beljar.
3) Lingkungan Sosial : hubungan dosen dengan orang tua murid, Persatuan Orang Tua Murid
dan Guru (POMG) dan masyarakat sekitar.
Keadaan/pelaksanaan UKS, dokter/perawat kecil.
c.
Pengetahuan anak sekolah tentang kesehatan (PHBS) dan pelaksanaan PHBS
d. Kondisi kesehatan/fisik anak sekolah terutama screening test (BB, TB, tenggorokan,
telinga/pendengaran, mata/penglihatan),
Diagnosa Keperawatan yang Dapat Dirumuskan pada Anak Sekolah :
a. Defisiensi aktivitas pengalihan anak sekolah yitu penurunan stimulasi dan atau
minat/keinginan untuk rekreasi atau melakukan aktivitas bermain faktor yang berhubungan
lingkungan sekolah yang sempit/fasilitas yang tidak mendukung/kurang sumber daya.
b. Gaya hdup monoton anak sekolahyaitu menyatakan suatu kebiasaan hidup yang dicirikan
dengan tingkat aktivitas yang rendah berhungan dengan kurang pengetahuan tentang
keuntungan latihan fisik.
c. Perilaku kesehatan anak sekolah cenderung beresiko faktor yang berhubungan
merolok/mimun alkohol, stress menghadapi tugas atau ujian/kurang dukungan dan lain-lain.
d. Ketidak efektifan pemeliharaan kesehatan anak sekolah faktor yang berhubungan kurang
ketrampilan motorik kasar/motorik/halus atau ketidak cukupan sumber daya.
e. Kesiapan meningkatkan status imunisasi anak sekolah batasan karakteristik menunjukkan
keinginan untuk meningkatkan status imunisasi/mengekspresikan keinginan untuk
meningkatkan status imunisasi
f. Ketidak efektifan perlindungan pada anak sekolah faktor yang berhubungan penyalahgunaa
zat/obat-obatan
g. Ketidak efektifan manajemen kesehatan masyrakat sekolah faktor yang berhubungan kurang
pengetahuan/kurang dukungan sosial/ketidakcukupan petunjuk untuk bertindak
3. Rencana Asuhan Keperawatan Anak Sekolah
Rencana asuhan keperawatan anak sekolah dibuat berdasarkan masalah kesehatan/diagnosa
keperawatan yang ditemukan, tetapi pada umumnya dilakukan tindakan berikut ini :
Promosi Kesehatan tentang PHBS
Pelaksanaan Screening Test
Imunisasi DT/TT
Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan Mulut
Pelatihan dokter/perawat kecil
g. Pelaksanaan UKS di sekolah setiap hari oleh guru UKS dan dokter/perawat kecil.
Dan lain-lain

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, 2008, . Pedoman Pelatihan Kader Kesehatan di Sekolah, Jakarta :
Departemen Kesehatan.
Herdman, T. Heather, 2012, Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klassifikasi 2012-2012, Jakarta :
EGC
Sumantri, M., 2007, Pendidikan Wanita, dalam Ali, M., Ibrahim, R., Sukmadinata, N.S., dan
Rasjidin, W. (Penyunting). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan: Handbook.. Bandung :
Pedagogiana Press

Keputusan Bersama Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Kesehatan, Menteri Agama dan Menteri
Dalam Negeri. Nomor 26 Tahun 2003 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha
Kesehatan

You might also like