Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
ventrikular fibrilasi, supraventrikular takikardia dan blok konduksi. (Van der Werf
dkk, 2012; Rhee dkk, 2011)
Gambar 2.1 Fase fase depolarisasi ventrikel yang normal (Goldberger, 1998)
Gambar 2.2 Fase fase depolarisasi ventrikel pada RBBB (Goldberger, 1998)
Gambar 2.3. Bentuk Klasik Rabbit Ears pada RBBB pada EKG dengan gambaran
kompleks RSR (Horton dkk , 2009).
Konsensus WHO pada tahun 1985 telah membakukan kriteria EKG untuk RBBB
sebagai berikut:
A. RBBB komplit:
Pemanjangan durasi QRS kompleks 0,12 detik
Dijumpai pola rsr, atau rSR pada lead V1 atau V2. Gelombang R
biasanya lebih besar dari gelombang R awal.
Pada lead V6 dan lead I dijumpai kompleks QRS dengan gelombang S yang
melebar (durasi gelombang S lebih lebar dibandingkan dengan durasi
gelombang R)
Puncak gelombang R harus > 0,05 detik pada lead V1 dan kembali normal
pada lead V5 dan V6.
Dikatakan RBBB komplit jika ditemukan minimal 3 kriteria tersebut diatas.
( Hindman dkk, 1978 ; Willems dkk, 1985).
A. RBBB inkomplit:
Penegakan diagnosa RBBB inkomplit didasarkan kriteria yang sama pada
RBBB komplit yang berbeda hanya durasi QRS kompleks yang < 0,12 detik
(Hindman dkk, 1978; Willems dkk, 1985).
B. RBBB dengan LAFB:
Penegakan diagnosa RBBB dengan LAFB bila dijumpai RBBB dengan axis
LAD disertai dengan gelombang Q patologis. (Hindman dkk, 1978; Willems
dkk, 1985).
C. RBBB dengan LAPB:
Penegakan diagnosa RBBB dengan LAPB bila dijumpai RBBB dengan axis
RAD tanpa dijumpai infark pada dinding lateral , hipertrofi ventrikel kanan dan
riwayat penyakit paru kronis (Hindman dkk, 1978; Willems dkk, 1985).
lebih mudah bagi klinisi untuk menilai ST segmen pada RBBB, dan hal ini juga
berlaku pada IMA STE lain nya (Horton dkk, 2009).
Gambar 2.4. Suplai darah yang normal ke Intraventrikular Septum. (James dkk,
1958)
Sistem konduksi pada septum intraventrikular dibagi menjadi dua area yaitu :
Daerah atas, yang termasuk didalamnya adalah: AV-node, bundle of His,
dimana daerah atas ini disuplai oleh pembuluh darah RCA yang berjalan pada
bagian posterior dari vena intraventricular. (Gambar 4)
Daerah bawah, terdiri dari dua cabang utama bundle branches dan sel-sel
purkinje. Daerah ini disuplai sebagian besar oleh percabangan dari LAD.
Dari pembahagian tersebut terlihat bahwa jika terjadi oklusi di RCA sering
dihubungkan dengan gangguan pada level AV node seperti blok derajat tinggi.
Sedangkan jika terjadi oklusi di LAD akan menghasilkan gambaran bundle
branch block atau free wall block.
Penetrasi dari percabangan LAD ke arah septum selalu dalam bentuk multiple
(Gambar 4) sehingga jika terjadi oklusi pada pembuluh darah ini dapat
masif pada
bundle branch
usia tua dan dengan comorbid penyakit lainnya, dan memiliki angka mortalitas
yang tinggi selama perawatan di rumah sakit. Dubois dkk mendapatkan kejadian
BBB pada 10% populasi dengan IMA STE, dimana BBB cendrung dijumpai pada
usia tua, dengan jenis kelamin wanita, dan dihubungkan dengan komplikasi IMA
STE seperti: gagal jantung, perikarditis, aritmia (Atrial fibrilasi, Atrial Flutter, AV
block) dan dihubungkan dengan mortalitas yang tinggi selama perawatan di rumah
sakit (Bauer dkk, 1965; Duboism dkk, 1988; Hindman dkk, 1978). Pada era
trombolitik banyak penelitian-penelitian terhadap BBB,khususnya IMA STE
dengan RBBB, tetapi terbatas oleh ketersediaan rekaman EKG pada saat masuk.
Beberapa penelitian pada era trombolitik seperti pada penelitian oleh Newby dkk
pada tahun 1996 mendapatkan kejadian BBB pada 23,6% populasi dengan IMA
STE, penelitian ini menunjukkan bahwa BBB (LBBB dan RBBB) merupakan
prediktor mortalitas yang kuat selama perawatan di rumah sakit bila dibandingkan
dengan tanpa BBB (Newby dkk, 1996). Sgarbosa dkk pada studi GUSTO-1
mendapatkan dari hasil uji univaria dijumpai peningkatan yang signifikan
terhadap kejadian 30 hari kematian pada subjek IMA STE dengan RBBB
dibandingkan tanpa RBBB. Alan dkk menjumpai RBBB pada 6,2% populasi
dengan rentang usia lanjut, dengan comorbid penyakit lainnya dan RBBB
merupakan prediktor kuat terhadap kejadian mortalitas selama perawatan di
rumah sakit bila dibandingkan dengan yang tanpa RBBB.
Studi HERO-2 menunjukkan kejadian RBBB dengan IMA STE dijumpai
pada 3,36% populasi IMA STE dan angka kematian selama 24 jam hingga 30
hari sebesar 30%, dengan lokasi infark pada daerah anterior dijumpai lebih
banyak dibandingkan dengan daerah lainnya, dijumpai pada usia lanjut,
predominan pada wanita, subjek dengan diabetes. Studi ini menyimpulkan bahwa
RBBB dengan IMA STE merupakan prediktor kuat terhadap mortalitas selama
perawatan di rumah sakit pada 24 jam dan 30 hari bila dibandingkan dengan tanpa
RBBB. Hal yang sama juga dijumpai pada penelitian oleh Suarez dkk yang
mencatat bahwa RBBB dengan IMA STE pada pasienpasien usia lanjut,
merupakan prediktor independen yang buruk terhadap angka mortalitas selama
perawatan di rumah sakit (Sgarbossa dkk, 1998; Wong dkk, 2006; Alan dkk,
1998; Newby dkk, 1996; Suarez dkk, 1995; Hoit dkk, 1986; Montague dkk,
1991).
Berbeda dengan RBBB dengan inferior IMA STE, dimana tidak dijumpai
perbedaan yang bermakna terhadap angka mortalitas bila dibandingkan dengan
inferior IMA STE tanpa gangguan konduksi. Tetapi dari studi yang dilakukan
oleh Iwasaki dkk menunjukan bahwa kejadian RBBB pada inferior IMA STE
merupakan prediktor mortalitas selama perawatan dirumah sakit dengan catatan
subjek yang diikutkan dalam studi ini cendrung memiliki comorbid penyakit lain
dan usia yang relatif tua (Iwasaki dkk, 2009). Wong dkk menunjukkan,
pemanjangan durasi kompleks QRS pada subjek dengan anterior infark dan
RBBB dihubungkan dengan peningkatan angka kematian dalam 30 hari (Wong
dkk, 2006).
Pada RENASICA II menunjukkan bahwa mortalitas pada penderita IMASTE dengan RBBB dijumpai sebesar 18% dari seluruh populasi sampel dan
RBBB pada IMA STE merupakan prediktor independen yang kuat terhadap
peningkatan mortalitas selama perawatan di rumah sakit (Herrera dkk, 2010).
pertama di IGD. Hal yang sama juga dijumpai pada penelitian oleh Alan dkk
diantara pasien-pasien dengan indikasi terapi reperfusi dini, hanya sedikit pasienpasien dengan BBB (LBBB dan RBBB) yang menerima terapi reperfusi dini jika
dibandingkan dengan pasien-pasien tanpa BBB, sehingga akan meningkatkan
angka mortalitas di rumah sakit (Go dkk, 1998; Alan dkk, 1998) .
Penelitian yang dilakukan oleh Widimsky dkk pada studi kohort yang
membandingkan terapi reperfusi dini (primary pci) pada kelompok subjek IMA
STE dengan RBBB dan tanpa RBBB dijumpai hubungan yang bermakna antara
kejadian mortalitas selama perawatan dirumah sakit pada masing-masing
kelompok. Sehingga studi ini menyimpulkan bahwa RBBB merupakan prediktor
independen yang kuat pada mortalitas selama perawatan dirumah sakit (Widimsky
dkk, 2012).
IMA STE
Gangguan Kontraktilitas
Instabilitas elektrik
Bradiaritmia
Sinus
Bradikardi
Blok
Atrioventrikular
Bundle
Branch
Block
Nekrosis Jaringan
Takiaritmia
AF
Sinus
Takikardi
Ventrikular
Takikardi/
Ventrikular
Fibrilasi
LBBB
RBBB
Perluasan infark
Peningkatan angka
mortalitas di rumah sakit
SVT
IMA STE
Kelompok 1
IMA STE ANTERIOR
Dengan RBBB
Konfonding :
Kelompok 2