Professional Documents
Culture Documents
1. definisi
2. fisiologi haid
Siklus menstruasi terjadi pada manusia dan primata. Sedang pada mamalia lain
terjadi siklus estrus. Bedanya, pada siklus menstruasi, jika tidak terjadi pembuahan
maka lapisan endometrium pada uterus akan luruh keluar tubuh, sedangkan pada
siklus estrus, jika tidak terjadi pembuahan, endomentrium akan direabsorbsi oleh
tubuh.
Umumnya siklus menstruasi terjadi secara periodik setiap 28 hari (ada pula setiap 21
hari dan 30 hari) yaitu sebagai berikut :
Pada hari 1 sampai hari ke-14 terjadi pertumbuhan dan perkembangan folikel primer
yang dirangsang oleh hormon FSH. Pada seat tersebut sel oosit primer akan
membelah dan menghasilkan ovum yang haploid. Saat folikel berkembang menjadi
folikel Graaf yang masak, folikel ini juga menghasilkan hormon estrogen yang
merangsang keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen yang keluar berfungsi merangsang
perbaikan dinding uterus yaitu endometrium yang habis terkelupas waktu
menstruasi, selain itu estrogen menghambat pembentukan FSH dan memerintahkan
hipofisis menghasilkan LH yang berfungsi merangsang folikel Graaf yang masak
untuk mengadakan ovulasi yang terjadi pada hari ke-14, waktu di sekitar terjadinya
ovulasi disebut fase estrus.
Selain itu, LH merangsang folikel yang telah kosong untuk berubah menjadi badan
kuning (Corpus Luteum). Badan kuning menghasilkan hormon progesteron yang
berfungsi mempertebal lapisan endometrium yang kaya dengan pembuluh darah
untuk mempersiapkan datangnya embrio. Periode ini disebut fase luteal, selain itu
progesteron juga berfungsi menghambat pembentukan FSH dan LH, akibatnya
korpus luteum mengecil dan menghilang, pembentukan progesteron berhenti
sehingga pemberian nutrisi kepada endometriam terhenti, endometrium menjadi
mengering dan selanjutnya akan terkelupas dan terjadilah perdarahan (menstruasi)
pada hari ke-28. Fase ini disebut fase perdarahan atau fase menstruasi. Oleh karena
tidak ada progesteron, maka FSH mulai terbentuk lagi dan terjadilan proses
oogenesis kembali.
http://bebas.vlsm.org/v
12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi/0106%20Bio%202-12g3.htm
3. hormone yang mempengaruhi
4. gangguan pada menstruasi
1. klasifikasi
terdapat dua macam bentuk gangguan haid
premenstrual spotting
pascamenstrual spotting
c. klasifikasi menurut kelainan siklus ( ritmus )
kehamilan
1. definisi
2. manifestasi klinis
3. proses fertilisasi kehamilan
4. fisiologi kehamilan
5. diagnosa
6. diagnosa banding
7. gangguan dalam kehamilan
ANC
1. tujuan
Menyiapkan fisik dan mental ibu serta menyelamatkan ibu dan anak dlm
kehamilan, persalinan, dan masa nifas agar sehat dan normal setelah ibu
melahirkan.
Arif mansjoer. Kapita Selekta Kedokteran Ed 3 Jilid 1. FK UI
2. macam pemeriksaan
Antenatal Care, Diagnosa Pra-Kelahiran
1. Ultrasonografi (USG)
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan struktural pada janin, seperti; bibir sumbing atau
anggota tubuh yang tidak berkembang. Sayangnya USG tidak bisa mendeteksi kecacatan yang
disebabkan oleh faktor genetik. Biasanya USG dilakukan pada minggu ke-12 kehamilan. Pada
pemeriksaan lebih lanjut USG digunakan untuk melihat posisi plasenta dan jumlah cairan
amnion, sehingga bisa diketahui lebih jauh cacat yang diderita janin. Kelainan jantung, paru-paru,
otak, kepala, tulang belakang, ginjal dan kandung kemih, sistem pencernaan, adalah hal-hal yang
bisa diketahui lewat USG.
2. Amiosentesis
Pemeriksaan ini biasanya dianjurkan bila calon ibu berusia di atas 35 tahun. Karena hamil di usia
ini memiliki risiko cukup tinggi. Terutama untuk menentukan apakah janin menderita sindroma
Down atau tidak. Amniosentesis dilakukan dengan cara mengambil cairan amnion melalui
dinding perut ibu. Cairan amnion yang mengandung sel-sel janin, bahan-bahan kimia, dan
mikroorganisme, mampu memberikan informasi tentang susunan genetik, kondisi janin, serta
tingkat kematangannya. Tes ini dilakukan pada minggu ke-16 dan 18 kehamilan. Sel-sel dari
cairan amnion ini kemudian dibiakkan di laboratorium. Umumnya memerlukan waktu sekitar 24
sampai 35 hari untuk mengetahui dengan jelas dan tuntas hasil biakan tersebut.
Perencanaan
Jadwal pemeriksaan (usia kehamilan dari hari pertama haid terakhir) :
- sampai 28 minggu : 4 minggu sekali
- 28 - 36 minggu : 2 minggu sekali
- di atas 36 minggu : 1 minggu sekali
KECUALI jika ditemukan kelainan / faktor risiko yang memerlukan penatalaksanaan
medik lain, pemeriksaan harus lebih sering dan intensif.
KUNJUNGAN / PEMERIKSAAN PERTAMA ANTENATAL CARE
Tujuan
1. menentukan diagnosis ada/tidaknya kehamilan
2. menentukan usia kehamilan dan perkiraan persalinan
3. menentukan status kesehatan ibu dan janin
4. menentukan kehamilan normal atau abnormal, serta ada/ tidaknya faktor risiko
kehamilan
5. menentukan rencana pemeriksaan/penatalaksanaan selanjutnya
Anamnesis
Identitas Pasien
Identitas umum, perhatian pada usia ibu, status perkawinan dan tingkat pendidikan.
Range usia reproduksi sehat dan aman antara 20-30 tahun. Pada kehamilan usia remaja,
apalagi kehamilan di luar nikah, kemungkinan ada unsur penolakan psikologis yang
tinggi. Tidak jarang pasien meminta aborsi. Usia muda juga faktor kehamilan risiko
tinggi untuk kemungkinan adanya komplikasi obstetri seperti preeklampsia, ketuban
pecah dini, persalinan preterm, abortus.
Keluhan utama
Sadar/tidak akan kemungkinan hamil, apakah semata-mata ingin periksa hamil, atau ada
keluhan / masalah lain yang dirasakan.
Riwayat kehamilan sekarang / riwayat penyakit sekarang
Ada/tidaknya gejala dan tanda kehamilan.
Jika ada amenorea, kapan hari pertama haid terakhir, siklus haid biasanya berapa hari.
Hal ini penting untuk memperkirakan usia kehamilan menstrual dan memperkirakan saat
persalinan menggunakan Rumus Naegele (h+7 b-3 + x + 1mg) untuk siklus 28 + x hari.
Ditanyakan apakah sudah pernah periksa kehamilan ini sebelumnya atau belum (jika
sudah, berarti ini bukan kunjungan antenatal pertama, namun tetap penting untuk data
bimanual dalam, dapat diperkirakan ukuran uterus - pada kehamilan lebih besar, tinggi
fundus dapat diukur dengan pita ukuran sentimeter, jarak antara fundus uteri dengan tepi
atas simfisis os pubis).
Pemeriksaan palpasi Leopold dilakukan dengan sistematika :
Leopold I
Menentukan tinggi fundus dan meraba bagian janin yang di fundus dengan kedua telapak
tangan.
Leopold II
Kedua telapak tangan menekan uterus dari kiri-kanan, jari ke arah kepala pasien, mencari
sisi bagian besar (biasanya punggung) janin, atau mungkin bagian keras bulat (kepala)
janin.
Leopold III
Satu tangan meraba bagian janin apa yang terletak di bawah (di
atas simfisis) sementara tangan lainnya menahan fundus untuk fiksasi.
Leopold IV
Kedua tangan menekan bagian bawah uterus dari kiri-kanan, jari ke arah kaki pasien,
untuk konfirmasi bagian terbawah janin dan menentukan apakah bagian tersebut sudah
masuk / melewati pintu atas panggul (biasanya dinyatakan dengan satuan x/5)
Jika memungkinkan dalam palpasi diperkirakan juga taksiran berat janin (meskipun
kemungkinan kesalahan juga masih cukup besar). Pada kehamilan aterm, perkiraan berat
janin dapat menggunakan rumus cara Johnson-Tossec yaitu : tinggi fundus (cm) (12/13/14)) x 155 gram.
Auskultasi : dengan stetoskop kayu Laennec atau alat Doppler yang ditempelkan di
daerah punggung janin, dihitung frekuensi pada 5 detik pertama, ketiga dan kelima,
kemudian dijumlah dan dikalikan 4 untuk memperoleh frekuensi satu menit. Sebenarnya
pemeriksaan auskultasi yang ideal adalah denyut jantung janin dihitung seluruhnya
selama satu menit.
Batas frekuensi denyut jantung janin normal adalah 120-160 denyut per menit. Takikardi
menunjukkan adanya reaksi kompensasi terhadap beban / stress pada janin (fetal stress),
sementara bradikardi menunjukkan kegagalan kompensasi beban / stress pada janin (fetal
distress/gawat janin).
Genitalia eksterna
Inspeksi luar : keadaan vulva / uretra, ada tidaknya tanda radang, luka / perdarahan,
discharge, kelainan lainnya. Labia dipisahkan dengan dua jari pemeriksa untuk inspeksi
lebih jelas. Inspeksi dalam menggunakan spekulum (in speculo) : Labia dipisahkan
dengan dua jari pemeriksa, alat spekulum Cusco (cocorbebek) dimasukkan ke vagina
dengan bilah vertikal kemudian di dalam liang vagina diputar 90o sehingga horisontal,
lalu dibuka. Deskripsi keadaan porsio serviks (permukaan, warna), keadaan ostium,
ada/tidaknya darah/cairan/ discharge di forniks, dilihat keadaan dinding dalam vagina,
ada/tidak tumor, tanda radang atau kelainan lainnya. Spekulum ditutup horisontal, diputar
vertikal dan dikeluarkan dari vagina.
Genitalia interna
Palpasi : colok vaginal (vaginal touch) dengan dua jari sebelah tangan dan BIMANUAL
dengan tangan lain menekan fundus dari luar abdomen. Ditentukan konsistensi, tebal,
arah dan ada/tidaknya pembukaan serviks. Diperiksa ada/tidak kelainan uterus dan
adneksa yang dapat ditemukan. Ditentukan bagian terbawah (presenJANGAN LUPA,
Aktifitas fisik
Dapat seperti biasa (tingkat aktifitas ringan sampai sedang), istirahat minimal 15 menit
tiap 2 jam. Jika duduk/berbaring dianjurkan kaki agak ditinggikan. Jika tingkat aktifitas
berat, dianjurkan untuk dikurangi. Istirahat harus cukup.
Olahraga dapat ringan sampai sedang, dipertahankan jangan sampai denyut nadi melebihi
140 kali per menit.
Jika ada gangguan / keluhan yang mencurigakan dapat membahayakan (misalnya,
perdarahan per vaginam), aktifitas fisik harus dihentikan.
Pekerjaan
Hindari pekerjaan yang membahayakan atau terlalu berat atau berhubungan dengan
radiasi / bahan kimia, terutama pada usia kehamilan muda.
Imunisasi
Terutama tetanus toksoid. Imunisasi lain sesuai indikasi.
Bepergian dengan pesawat udara
Tidak perlu kuatir bepergian dengan menumpang pesawat udara biasa, karena tidak
membahayakan kehamilan. Tekanan udara di dalam kabin kapal penumpang telah diatur
sesuai atmosfer biasa.
Mandi dan cara berpakaian
Mandi cukup seperti biasa.
Pemakaian sabun khusus / antiseptik vagina tidak dianjurkan karena justru dapat
mengganggu flora normal vagina.
Selain itu aplikasi sabun vaginal dengan alat semprot dapat menyebabkan emboli udara
atau emboli cairan yang dapat berbahaya.
Berpakaian sebaiknya yang memungkinkan pergerakan, pernapasan dan perspirasi yang
leluasa.
Sanggama / coitus
Dapat seperti biasa, kecuali jika terjadi perdarahan atau keluar cairan dari kemaluan,
harus dihentikan (abstinentia).
Jika ada riwayat abortus sebelumnya, coitus ditunda sampai usia kehamilan di atas 16
minggu, di mana diharapkan plasenta sudah terbentuk, dengan implantasi dan fungsi
yang baik. Beberapa kepustakaan menganjurkan agar coitus mulai dihentikan pada 3-4
minggu terakhir menjelang perkiraan tanggal persalinan. Hindari trauma berlebihan pada
daerah serviks / uterus.
Pada beberapa keadaan seperti kontraksi / tanda-tanda persalinan awal, keluar cairan
pervaginam, keputihan, ketuban pecah, perdarahan pervaginam, abortus iminens atau
abortus habitualis, kehamilan kembar, penyakit menular seksual, sebaiknya coitus jangan
dilakukan.
Perawatan mammae dan abdomen
Jika terjadi papila retraksi, dibiasakan papillla ditarik manual dengan pelan. Striae /
hiperpigmentasi dapat terjadi, tidak perlu dikuatirkan berlebihan.
Hewan piaraan
Hewan piaraan dapat menjadi carrier infeksi (misalnya, bulu kucing / burung, dapat
mengandung parasit toxoplasma). Dianjurkan menghindari kontak.