You are on page 1of 26

LAPORAN PERKULIAHAAN

KOMPOSIT

PEMBUATAN DAN PENGUJIAN


TARIK PELAT KOMPOSIT
MATRIKS POLIMER DIPERKUAT SERAT KACA

OLEH:

NAMA
NIM

: AGUSWANDI
: 1107111861

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK MESIN


JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2015

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang..........................................................................................1

1.2

Tujuan........................................................................................................2

1.3

Manfaat......................................................................................................2

BAB II TEORI DASAR


2.1

Komposit...................................................................................................3

2.1.1

Penyusun Komposit...........................................................................3

2.1.2

Properties Komposit...........................................................................5

2.2

Metode Pembuatan Komposit...................................................................5

2.2.1

Proses Cetakan Terbuka (Open Mold Process)..................................5

2.2.1.1

Contac Molding/Hand Lay Up...................................................5

2.2.1.2

Vaccum Bag................................................................................6

2.2.1.3 Pressure Bag....................................................................................6


2.2.1.4
2.2.2

Spray Up.....................................................................................6

Proses Cetakan Tertutup (Closed Mold Process)...............................7

2.2.2.1

Proses Cetakan Tekan (Compression Molding)..........................7

2.2.2.2

Proses Injection Molding............................................................7

2.2.2.3 Continous Pultrosion.......................................................................7


2.3

Polimer......................................................................................................8

2.4

Pengujian Uji Tarik....................................................................................8

BAB III METODOLOGI


3.1

Tahap Kegiatan........................................................................................11

3.2

Alat dan Bahan........................................................................................12

3.2.1

Alat...................................................................................................12

3.2.2

Bahan...............................................................................................12

3.3

Prosedur Pembuatan................................................................................12

3.4

Prosedur Pengujian..................................................................................15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil.........................................................................................................16

4.2

Pembahasan.............................................................................................17

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1

Kesimpulan..............................................................................................20

5.2

Saran........................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR GAMBA
Gambar 2. 1 Ilustrasi Matriks Pada Komposit.......................................................4
Gambar 2. 2 Klasifikasi Komposit Berdasarkan bentuk Matriksnya....................4
Gambar 2. 3 Ilustrasi Reinforcement ada Komposit...............................................4
Gambar 2. 4 Pembagian Komposit berdasarkan Bentuk Dari Penguatnya............5
Gambar 2. 5 Ilustrasi komposit Berdasarkan Penguatnya......................................5
Gambar 2. 6 Kurva Tegangan Regangan................................................................9
Gambar 2. 7 Bentuk Spesimen Uji tarik ASTM D638......................................10Y
Gambar 3. 1 Tahapan Kegiatan Pembuatan dan Pengujian..................................11
Gambar 3. 2 Proses Pembuatan Cetakan..............................................................12
Gambar 3. 3 Proses Pengadukan Resin dan Katalis.............................................13
Gambar 3. 4 Proses Pengadukan Adonan Komposit............................................14
Gambar 3. 5 Pelat Komposit Yang Sudah Kering................................................14
Gambar 3. 6 Proses Pembuatan Sampel Uji Tarik 1
Gambar 4. 1 Hasil Pembuatan Sampel A Uji Tarik Dengan Komposisi 93.5%
Resin, dan 6.5% Serat Fiberglass..........................................................................16
Gambar 4. 2 Hasil Pembuatan Sampel B Uji Tarik Dengan Komposisi 93%
Resin, dan 7% Serat Fiberglass.............................................................................16
Gambar 4. 3 Hasil Pembuatan Sampel C Uji Tarik Dengan Komposisi 89.8%
Resin, dan 10.2% Serat Fiberglass........................................................................17

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Manusia sejak dari dulu telah berusaha untuk manciptakan berbagai
produk yang terdiri dari gabungan lebih dari satu bahan untuk menghasilkan suatu
bahan yang lebih kuat, contohnya penggunaan jerami pendek untuk menguatkan
batu bata di Mesir, panah orang Mongolia yang menggabungkan kayu, otot
binatang, sutera, dan pedang samurai Jepang yang terdiri dari banyak lapisan
oksida besi yang berat dan liat. Seiring dengan kemajuan zaman, untuk
mengoptimalkan nilai efisiensi terhadap suatu produk maka dimulailah suatu
pengembangan terhadap material, dan para ahli mulai menyadari bahwa material
tunggal (homogen) memiliki keterbatasan baik dari sisi mengadopsi desain yang
dibuat maupun kondisi pasar. Kebanyakan teknologi modern memerlukan bahan
dengan kombinasi sifat-sifat yang luar biasa yang tidak boleh dicapai oleh bahanbahan biasanya seperti logam besi, keramik, dan bahan polimer. Komposit
merupakan teknologi rekayasa material yang banyak dikembangkan dewasa ini
karena material komposit mampu mengabungkan beberapa sifat material yang
berbeda karakteristiknya menjadi sifat yang baru dan sesuai dengan disain
yang direncanakan. Bahan komposit adalah material yang terbuat dari dua bahan
atau lebih yang terpisah dan berbeda level makroskopik selagi membentuk
komponen tunggal. Bahan komposit memiliki banyak keunggulan diantaranya
berat yang ringan, kekuatan yang tinggi, tahan korosi dan memiliki biaya
perakitan yang lebih murah karena berkurangnya jumlah komponen penyambung
seperti baut-baut.
Salah satu penggunaan komposit ialah pada pembuatan body mobil,
permainan anak-anak, kursi platik dan lain sebagainya. Pada proses pembuatan itu
biasanya material komposit yang digunakan dengan bahan penguatnya ialah serat
kaca atau fiberglass dan sendangkan matriksnya ialah resin. Dalam pembuatan
komposit perlu adanya perbandingan volume ataupun perbandingan berat didalam
pembuatan komposit tersebut. Perbandingan volume ataupun berat akan
mempengaruhi nilai kekuatan dari komposit tersebut. Pada mata kuliah komposit
telah diajarkan bagaimana menentukan nilai kekuatan komposit, akan tetapi nilai
kekuatan teori tidak akan sama dengan nilai kekuatan yang diuji, ini disebabkan
oleh faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kekuatan komposit tersebut. Oleh
karena itu di dalam perkuliahan pembuatan komposit, penulis diarahkan oleh
dosen pembimbing untuk melakukan penelitian kecil dalam pembuatan dan
pengujian uji tarik pelat komposit matrik polimer diperkuat serat kaca, sehingga
penulis dapat mengetahui nilai kekuatan tarik komposit matrik polimer diperkuat
serat kaca, dan apa saja faktor yang mempengaruhi nilai kekuatan tarik komposit,
dan juga penulis dapat mengetahui bagaimana proses pembuatan komposit dengan
metode hand lay up.

1.2

Tujuan
Adapun tujuan laporan perkuliahan ini ialah:
1. Mengetahui proses pembuatan komposit dengan metode hand lay up.
2. Mengetahui nilai kekuatan tarik pada proses pembuatan pelat komposit
matriks polimer resin dengan diperkuat serat kaca.

1.3

Manfaat
Adapun manfaat laporan perkulahan ini ialah:
1. Penulis dapat mengetahui proses pembuatan komposit dengan metode
hand lay up.
2. Penulis mengetahui nilai kekuatan tarik pada proses pembuatan pelat
komposit matriks polimer resin dengan diperkuat serat kaca dengan
berbagai variasi perbandingan volume.

BAB II
TEORI DASAR
2.1

Komposit
Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua atau
lebih material pembentuknya melalui campuran yang tidak homogen, dimana sifat
mekanik dari masing-masing material pembentuknya berbeda. Dari campuran
tersebut akan dihasilkan material komposit yang mempunyai sifat mekanik dan
karakteristik yang berbeda dari material pembentuknya. Material komposit
mempunyai sifat dari material konvensional pada umumnya dari proses
pembuatannya melalui percampuran yang tidak homogen, sehingga kekuatan
material komposit yang diinginkan dapat direncanakan dengan jalan mengatur
komposisi dari material pembentuknya. Komposit merupakan sejumlah sistem
multi fasa sifat dengan gabungan, yaitu gabungan antara bahan matriks atau
pengikat dengan penguat.
Jika perpaduan ini terjadi dalam skala makroskopis, maka disebut sebagai
komposit. Sedangkan jika perpaduan ini bersifat mikroskopis (molekular level),
maka disebut sebagai alloy (paduan). Komposit berbeda dengan paduan, alloy
(paduan) adalah kombinasi antara dua bahan atau lebih dimana bahan-bahan
tersebut terjadi peleburan sedangkan komposit adalah kombinasi terekayasa dari
dua atau lebih bahan yang mempunyai sifat-sifat seperti yang diinginkan dengan
cara kombinasi sistematik pada kandungan-kandungan yang berbeda tersebut.
Berikut ini adalah tujuan dari dibentuknya komposit, yaitu sebagai berikut :
1) Memperbaiki sifat mekanik dan/atau sifat spesifik tertentu
2) Mempermudah design yang sulit pada manufaktur
3) Keleluasaan dalam bentuk/design yang dapat menghemat biaya
4) Menjadikan bahan lebih ringan
2.1.1

Penyusun Komposit
Penyusun komposit pada umumnya terdiri dari 2 fasa yaitu:
1) Matriks
Matriks adalah fasa dalam komposit yang mempunyai bagian atau fraksi
volume terbesar (Dominan). Matriks mempunyai fungsi sebagai berikut:
a) Mentransfer tegangan ke serat
b) Membentuk ikatan koheren permukaan matrik/serat
c) Melindungi serat
d) Memisahkan serat
e) Melepas ikatan
f) Tetap stabil setelah proses manufaktur

Gambar 2. 1 Ilustrasi Matriks Pada Komposit


Berdasarkan bentuk dari matriksnya, komposit dapat dibedakan menjadi:
a) Ceramic Matrix Composite (CMC)
b) Metal Matrix Composite (MMC)
c) Polimer Matrix Composite (PMC)

Gambar 2. 2 Klasifikasi Komposit Berdasarkan bentuk Matriksnya


2) Reinforcement atau Filler
Salah satu bagian utama komposit adala reinforcement (penguat) yang
berfungsi sebagai penanggung beban utama pada komposit.

Gambar 2. 3 Ilustrasi Reinforcement ada Komposit


Berdasarkan bentuk dari penguatnya, komposit dapat dibedakan menjadi:

Gambar 2. 4 Pembagian Komposit berdasarkan Bentuk Dari Penguatnya


Ilistrasi dari komposit berdasarkan penguatnya dapat dilihat pada gambar
2. 5:

Gambar 2. 5 Ilustrasi komposit Berdasarkan Penguatnya


2.1.2

Properties Komposit
Sifat maupun karakteristik dari komposit dapat ditentukan oleh:

1) Material yang menjadi penyusunnya. Karakteristik komposit ditentukan


berdasarkan karakteristik material penyusun menurut rule of mixture
sehingga akan berbanding secara proposional.
2) Bentuk dan penyusunan strukural dari penyusun. Bentuk dan cara
penyusun komposit akan mempengaruhi karakteristik komposit.
3) Interasksi antar penyusun. Bila terjadi interaksi antar penyusun akan
meningkatkan sifat dari komposit.
2.2

Metode Pembuatan Komposit


Secara Garis besar metoda pembuatan material komposit terdiri dari atas
dua cara,yaitu :
1) Proses cetakan terbuka (Open Mold Process)
2) Proses cetakan tertutup (Closed Mold Process)
2.2.1 Proses Cetakan Terbuka (Open Mold Process)
2.2.1.1 Contac Molding/Hand Lay Up
Hand layup adalah metode yang paling sederhana dan merupakan proses
dengan metode terbuka dari proses fabrikasi komposit. Adapun proses dari
pembuatan dengan metode ini adalah dengan cara menuangkan resin dengan

tangan kedalam serat berbentuk anyaman, rajuan atau kain, kemudian memberi
takanan sekaligus meratakannya menggunakan rol atau kuas. Proses tersebut
dilakukan berulangulang hingga ketebalan yang diinginkan tercapai. Pada proses
ini resin langsung berkontak dengan udara dan biasanya proses pencetakan
dilakukan pada
temperatur kamar.
Kelebihan penggunaan metoda ini:
Mudah dilakukan
Cocok di gunakan untuk komponen yang besar
Volumenya rendah
Pada metoda hand lay up ini resin yang paling banyak di gunakan adalah
polyester dan epoxies. Aplikasi pembuatan komposit menggunakan metode ini
biasanya digunakan pada material atau komponen yang sangat besar, seperti
pembuatan kapal, bodi kendaraan, bilah turbin angin, bak mandi, perahu.
2.2.1.2 Vaccum Bag
Proses vacuum bag merupakan penyempurnaan dari hand lay up,
penggunaan dari proses vakum ini adalah untuk menghilangkan udara
terperangkap dan kelebihan resin. Pada proses ini digunakan pompa vacuum untuk
menghisap udara yang ada dalam wadah tempat diletakkannya komposit yang
akan dilakukan proses pencetakan. Dengan divakumkan udara dalam wadah maka
udara yang ada diluar penutup plastik akan menekan kearah dalam. Hal ini akan
menyebabkan udara yang terperangkap dalam spesimen komposit akan dapat
diminimalkan. Dibandingkan dengan hand layup, metode vakum memberikan
penguatan konsentrasi yang lebih tinggi, adhesi yang lebih baik antara lapisan,
dan control yang lebih resin / rasio kaca. Aplikasi dari metode ini ialah pembuatan
kapal pesiar, komponen mobil balap, perahu.
2.2.1.3 Pressure Bag
Pressure bag memiliki kesamaan dengan metode vacuum bag, namun cara
ini tidak memakai pompa vakum tetapi menggunakan udara atau uap bertekanan
yang dimasukkan malalui suatu wadah elastis Wadah elastis ini yang akan
berkontak pada komposit yang akan dilakukan proses. Biasanya tekanan basar
tekanan yang di berikan pada proses ini adalah sebesar 30 sampai 50 psi. Aplikasi
metode ini ialah pembuatan tangka, wadah, turbin angina, vessel.

2.2.1.4 Spray Up
Spray up merupakan metode cetakan terbuka yang dapat menghasilkan
bagian-bagian yang lebih kompleks ekonomis dari hand lay up. Proses spray up
dilakukan dengan cara penyemprotan serat (fibre) yang telah melewati tempat

pemotongan (chopper). Sementara resin yang telah dicampur dengan katalis juga
disemprotkan secara bersamaan Wadah tempat pencetakan spray up telah
disiapkan sebelumnya. Setelah itu proses selanjutnya adalah dengan
membiarkannya mengeras pada kondisi atsmosfer standar. Teknologi ini
menghasilkan struktur kekuatan yang rendah yang biasanya tidak termasuk pada
produk akhir. Aplikasi metode ini ialah panel-panel, bodi caravan, bak mandi,
perahu.
2.2.2 Proses Cetakan Tertutup (Closed Mold Process)
2.2.2.1 Proses Cetakan Tekan (Compression Molding)
Proses cetakan ini menggunakan hydraulic sebagai penekannya. Fiber
yang telah dicampur dengan resin dimasukkan ke dalam rongga cetakan,
kemudian dilakukan penekanan dan pemanasan. Resin termoset khas yang
digunakan dalam proses cetak tekan ini adalah poliester, vinil ester, epoxies, dan
fenolat. Aplikasi dari proses compression molding ini adalah alat rumah, container
besar, alat listrik, untuk panel bodi kendaraan rekreasi seperti ponsel salju,
kerangka sepeda dan jet ski.
2.2.2.2 Proses Injection Molding
Metoda injection molding juga dikenal sebagai reaksi pencetakan cairan
atau pelapisan tekanan tinggi. Fiber dan resin dimasukkan kedalam rongga
cetakan bagian atas, kondisi temperatur dijaga supaya tetap dapat mencairkan
resin. Resin beserta fiber akan mengalir ke bagian bawah, kemudian injeksi
dilakukan oleh mandrel ke arah nozel menuju cetakan. Pada proses ini resin
polimer reaktif yang di gunakan seperti poliol, isosianat, poliuretan, dan
poliamida menyediakan siklus pencetakan cepat cocok untuk aplikasi otomotif
dan furnitur. Aplikasi secara umum meliputi bumper otomotif, komponen fender
dan panel, alat rumah, dan komponen mebel.
2.2.2.3 Continous Pultrosion
Fiber jenis roving dilewatkan melalui wadah berisi resin, kemudian secara
kontinu dilewatkan ke cetakan pra cetak dan diawetkan (cure), kemdian dilakukan
pengerolan sesuai dengan dimensi yang diinginkan. Atau juga bisa di sebut
sebagai
penarikan serat dari suatu jaring atau creel melalui bak resin, kemudian
dilewatkan pada cetakan yang telah dipanaskan. Fungsi dari cetakan tersebut ialah
mengontrol kandungan resin, melengkapi pengisian serat, dan mengeraskan bahan
menjadi bentuk akhir setelah melewati cetakan. Aplikasi penggunaan proses ini
digunakan untuk pembuatan batang digunakan pada struktur atap, jembatan.
Adapun contohnya adalah Round Rods, Rectangles, Squares, I sections, T
sections, Angles, Channels, Dog Bone Profiles, Dove Tail Sticks and Spacers,
Corner Profiles, Hallow Sections.

2.3

Polimer
Polimer merupakan molekul besar yang terbentuk dari unit-unit berulang
sederhana. Polimer mempunyai berat molekul di atas 10.000. Bahan dengan berat
molekul yang besar ini, mempunyai struktur dan sifat yang rumit disebabkan oleh
jumlah atom pembentuk yang lebih besar dibandingkan senyawa yang berat
atomnya rendah. Umumnya polimer dibangun oleh satuan struktur tersusun secara
berulang diikat oleh gaya tarik-menarik yang disebut ikatan kovalen, dimana
ikatan setiap atom dari pasangan menyumbangkan satu electron untuk membentuk
sepasang elektron.
Sifat-sifat khas bahan polimer pada umumnya adalah sebagai berikut :
1) Mampu cetak baik. Pada temperatur relatif rendah bahan dapat dicetak
dengan penyuntikan, penekanan, ekstrusi dan seterusnya sehingga ongkos
pembuatan relatif rendah dibandingkan dengan material logam dan
keramik.
2) Produk ringan dan kuat. Berat jenis polimer rendah dibandingkan dengan
logam dan keramik, yaitu sekitar 1,0 1,7 gr/cm 3 yang memungkinkan
membuat barang kuat dan ringan.
3) Sebagai isolator listrik yang baik. Banyak diantara polimer bersifat isolasi
listrik yang baik. Polimer mungkin juga dibuat konduktor dengan jalan
mencampurnya dengan serbuk logam, butiran karbon dan sebagainya.
4) Tahan terhadap air dan zat kimia.
5) Produk dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan. Produk-produk dengan sifat
yang cukup berbeda dapat dibuat tergantung pada cara pembuatannya.
6) Umumnya bahan polimer lebih murah harganya.
7) Kurang tahan terhadap panas sehingga perlu cukup diperhatikan pada
penggunaannya.
8) Kekerasan permukaan yang sangat kurang kekerasan bahan polimer masih
jauh dibawah bahan logam dan keramik.
9) Kurang tahan terhadap pelarut. Bahan polimer mudah larut dalam zat
pelarut tertentu.
10) Mudah termuati listrik secara elektrostatis. Kecuali beberapa bahan yang
khusus dibuat agar menjadi hantaran listrik, kurang higroskopik dan dapat
dimuati listrik.
11) Beberapa bahan tahan abrasi atau mempunyai koefisien gesek yang kecil.
2.4

Pengujian Uji Tarik


Kekuatan tarik adalah salah satu sifat dasar dari bahan. Hubungan
tegangan-regangan pada tarikan memberikan nilai yang cukup berubah tergantung
pada laju tegangan, temperatur, lembaban, dan seterusnya. Kekuatan tarik diukur
dengan menarik sekeping sampel dengan dimensi yang seragam.
Kemampuan maksimum bahan dalam menahan beban disebut "Ultimate
Tensile Strength" disingkat dengan UTS. Untuk semua bahan, pada tahap sangat

awal uji tarik, hubungan antara beban atau gaya yang diberikan berbanding lurus
dengan perubahan panjang bahan tersebut. Ini disebut daerah linier atau linear
zone. Di daerah ini, kurva pertambahan panjang vs beban mengikuti aturan
Hooke, yaitu rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah konstan.

Gambar 2. 6 Kurva Tegangan Regangan


Kurva pada Gambar 2.6 menunjukkan bahwa, bila sebuah bahan diberi
beban sampai pada titik A, kemudian bebannya dihilangkan, maka bahan tersebut
akan kembali ke kondisi semula (tepatnya hampir kembali ke kondisi semula)
yaitu regangan nolpada titik O. Tetapi bila beban ditarik sampai melewati titik A,
hukum Hooke tidak lagi berlaku dan terdapat perubahan permanen dari bahan
tersebut. Terdapat konvensi batas regangan permamen (permanent strain)
sehingga disebut perubahan elastis yaitu kurang 0.03%, tetapi sebagian referensi
menyebutkan 0.005% .
Titik Luluh atau batas proporsional merupakan titik dimana suatu bahan
apabila diberi suatu beban memasuki fase peralihan deformasi elastis ke plastis,
yaitu titik sampai di mana penerapan hukum Hook masih bisa ditolerir. Dalam
praktek, biasanya batas proporsional sama dengan batas elastis.
Bentuk sampel uji secara umum digambarkan seperti Gambar 2.7 berikut

Gambar 2. 7 Bentuk Spesimen Uji tarik ASTM D638


Tegangan tarik , adalah gaya yang diaplikasian F, dibagi dengan luas penampang
A, Yakni:
F
=
A
Perpanjangan tarik adalah perubahan panjang sampel dibagi dengan panjang
awal:
L
=
Lo
Perbandingan tegangan terhadap perpenjangan disebut modulus elasitas E.
Modulus elasitas E menggambarkan ukuran ketahanan material terhadap
tegangan.

E=

10

BAB III
METODOLOGI

11

3.1

Tahap Kegiatan
Mulai

Studi literatur

Penyiapan alat dan bahan pembuatan komposit:


Penyiapan bahan yang digunakan
Pembuatan cetakan pelat komposit

Penyiapan Sampel A
Resin 93.5%
Serat 6.5%

Penyiapan Sampel B
Resin 93%
Serat 7%

Penyiapan sampel C
Resin 89.8%
Serat 10.2%

Penuangan campuran komposit ke dalam cetakan

Tidak

Sesuai
Ya

Pembuatan sampel uji tarik dan Pengujian uji tarik dengan standar ASTM D638

Pengolahan data dan analisis


Pembuatan laporan

Selesai

Gambar 3. 1 Tahapan Kegiatan Pembuatan dan Pengujian

12

3.2
3.2.1
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
3.2.2
1)
2)
3)
4)
5)
6)

3.3

Alat dan Bahan


Alat
Alat yang digunakan ialah:
Kaca ukuran 40 x 40 cm sebagai cetakan pelat komposit.
Kuas, sebagai perata pelat komposit.
Timbangan digital, untuk mengukur berat serat.
Gelas ukur untuk mengukur volume resin.
Gunting untuk memotong serat dengan ukuran 30 x 30 cm.
Rol untuk meratakan komposit.
Wadah sebagai tempat pengadukan resin
Mesin uji tarik universal
Bahan
Bahan yang digunakan ialah:
Serat kaca atau Fiber glass sebagai bahan penguat.
Resin sebagai matriks.
Wax sebagai pelumas komposit agar tidak lengket pada cetakan
Katalis.
Acetone sebagai pembersih resin pada gelas ukur.
Lilin sebagai pelapis pada cetakan agar adonan komposit tidak keluar pada
cetakan.

Prosedur Pembuatan
Prosedur pembuatan papan komposit ialah:
1) Siapkan bahan dan alat yang digunakan.
2) Buat cetakan pelat komposit dengan ukuran 40 x 40 cm, lalu cetakan
diberikan lilin pada bagian tepi cetakan agar ketika resin masuk dan berada
di dalam cetakan resin tidak merembes pada celah-celah cetakan sehingga
ukuran resin tidak berkurang pada saat pengeringan, selanjutnya cetakan
diberikan wax agar ketika resin kering, resin tidak lengket ke cetakan,

Gambar 3. 2 Proses Pembuatan Cetakan


3) Cetakan pelat komposit sudah selesai, langkah selanjutnya ialah,
menyiapkan sampel pengujian. Sampel pengujian dibagi menjadi 3 bagian
berdasarkan jumlah serat yang digunakan, jumlah serat yang digunakan

13

jumlah per lembar serat dengan ukuran 30 x 30 cm. lembaran serat yang
diguanakan ialah 1 lembar serat dinamakan sebagai sampel A (93.5%
resin, 6.5% serat), 2 lembar serat dinamakan sebagaia sampel B (93%
resin, 7% serat), dan 3 lembar serat dinamakan sampel C (89.8% resin,
10.2% serat). Perbandingan komposisi yang digunakan ialah perbandingan
volume. Setiap sampel diukur berdasarkan volume dari persentase yang
telah ditentukan. Sampel serat sebelumnya ditimbang menggunakan
timbangan digital, setelah diketahui berat dari serat lalu dihitung berapa
volume per sampel serat. Setelah volume serat diketahui, lalu resin dapat
diukur volumenya dengan cara menghitung volume cetakan dikurangi
dengan volume serat, setelah volume resin didapatkan, resin diukur
menggunakan gelas ukur dengan persentasi volume yang telah ditentukan.
Setelah volume resin di ukur menggunakan gelas ukur, resin diletakkan di
dalam wadah untuk dilakukan pengadukan dengan katalis. Ssetelah resin
dimasukkan ke dalam wadah, masukkan katalis dengan kira-kira 1% dari
volume resin, setelah katalis di massukkan ke dalam wadah, resin diaduk
sehingga resin berubah warna. Setelah resin berubah warna masukkan
resin ke dalam cetak untuk proses pengadukan.

Gambar 3. 3 Proses Pengadukan Resin dan Katalis


4) Alat, bahan, dan cetakan telah dipersiapkan, langkah selanjutnya ialah
melakukan pengadukan dengan metode hand lay up. Resin sebagiannya
dituangkan kedalam cetakatan lalu resin diratakan di dalam cetakan
menggunakan kuas, setelah rata serat dimasukkan lalu serat diratakan
dengan resin, ketikan serat diratakan dengan resin yang ada di dalam
cetakan tuangkan semua resin yang tersisa didalam wadah secara perlahanlahan sambal meratakan serat dengan resi. Setelah resin semuanya tertuang
ke dalam cetakan, ratakan serat dan resin sehingga tidak tampak
gelembung udara.

14

Gambar 3. 4 Proses Pengadukan Adonan Komposit


5) Setelah resin telah diratakan, tutup pelat komosit ditutup degan kaca
sehinga pada saat pelat kering, pelat komposit tidak melengkung.
6) Tunngu adonan mengering sehingga menjadi pelat komposit selama 1 2
hari. Setelah ditunggu waktu pengeringan pelat komposit dibuka.

Gambar 3. 5 Pelat Komposit Yang Sudah Kering


7) Setelah pelat komposit telah mongering, pelat komposit dipotong menjadi
sampel uji tarik, sampel uji tarik sesuai dengan standar ASTM D638.
Setiap sampel pelat komposit dibagi menjadi lima bagian sampel uji.
Sehingga jumlah keseluruhan sampel sebanyak 15 sampel uji.

Gambar 3. 6 Proses Pembuatan Sampel Uji Tarik

15

8) Setelah pelat komposit menjadi sampel uji tarik, lalu kerjaan pengujian uji
tarik, untuk mengetahui tegangan tiap sampel.
3.4

Prosedur Pengujian
Pengujian yang digunakan ialah pengujian uji tarik. Adapun prosedur
pengujiannya ialah:
1) Bentuk pelat komposit seperti sampel uji tarik ASTM D638
2) Ukurr panjang, tebal, dan lebar uji dan diameter specimen uji tarik
3) Perkirakan beban tertinggi yang dapat diberikan sebagai tahanan atau
reaksi dari pelat komposit terhadap beban luar
4) Siapkan mesin uji tarik yang akan digunakan
Catat skala beban pada mesin uji tarik
5) Catat kecepatan grafik dan kecepatan penarik
6) Jalankan mesin uji tarik dengan kecepatan penarikan konstan
7) Tunggu dan amati spesimen uji tarik sehingga spesimen putus
8) Setelah spesimen putus, ukur ketebalan pada bagian yang putus dan ukur
panjang spesimen setelah putus.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

16

4.1

Hasil

Gambar 4. 1 Hasil Pembuatan Sampel A Uji Tarik Dengan Komposisi 93.5%


Resin, dan 6.5% Serat Fiberglass.

Gambar 4. 2 Hasil Pembuatan Sampel B Uji Tarik Dengan Komposisi 93%


Resin, dan 7% Serat Fiberglass.

17

Gambar 4. 3 Hasil Pembuatan Sampel C Uji Tarik Dengan Komposisi 89.8%


Resin, dan 10.2% Serat Fiberglass.
4.2

Pembahasan
Proses pembuatan komposit dengan metode hand lay up merupakan proses
pembuatan komposit yang paling tua. Serat dan resin ditempatkan pada cetakkan
dan udara yang terperangkap pada dihilangkan dengan dengan roller. Metode
pembuatan komposit ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan pada
motode ini ialah biaya produksi yang sangat murah, sendangkan kekurangannya
ialah produk yang dihasilkan dengan metode ini kualitas produknya rendah.
Metode ini paling banyak digunakan pada pengeraji-pengerajin, karena metode ini
sangat mudah dan murah tidak memerlukan alat yang terlalu kompleks
dibandingkan dengan metode yang lainnya.
Proses pembuatan komposit ini metode yang digunakan ialah metode hand
lay up. Proses pembuatan yang pertama dilakukan ialah proses penyiapan alat dan
bahan yang akan digunakan pada saat pembuatan komposit. Setelah alat dan
bahan yang digunakan dipersiapkan, cetakan komposit dibuat dengan ukuran 40
cm x 40 cm, pada bagian pingir cetakan diberikan lilin agar pada saat resin di
masukkan ke dalam cetakan resin tidak merembes keluar cetakan sehingga
volume resin yang telah ditentukan tidak berkurang. Selain diberi lilin, pada
cetakan komposit diberi wax agar ketika adonan komposit kering dan dibongkar
maka komposit tidak lengket pada cetakan. Setelah cetakan sudaah selesai
pembuatannya, proses selanjutnya penyiapan bahan dasar komposit, sebelumnya
bahan komposit ditentukan persentase komposisi setiap bahan dasar komposit,
pada pembuatan komposit ini acuan persentase komposisi didasarkan oleh pada
serat fiberglass yang digunakan, serat fiberglass yang didapat berupa lembar kain
yang berukuran 1 m x 1m, sehingga serat harus dipotong dengan ukuran 35 cm x
35 cm, setelah dipotong serat ditimbang dengan mengguakan timbangan digital,
setelah berat serat didapat maka volume untuk pada serat diketahui, dengan
18

membaginya dengan densitas serat. Volume serat diketahui maka volume resin
diketahui dengan cara volume cetakan dikurangi dengan volume serat. Pada
pembuatan komposit ini sampel pembuatan dibagi menjadi tiga bagian yaitu
menggunakan satu serat, dua serat, dan tiga serat. Setelah proses pembagian
komposisi dilakukan selanjutnya yang dilakukan ialah proses pengadukan resin,
resin diukur volumenya sesuai yang telah ditentukan, resin di ukur digunakan
menggunakan gelas ukur, lalu dituangkan ke wadah, setelah dituangkan ke wadah
masukkan katalis kira-kira 1% dari resin yang ada, pada pembuatan komposit ini
katalis yang digunakan ukurannya mengggunakan tutup botol dari wadah katalis,
jumlah katalis yang digunakan ialah dua tutup botol. Setelah katalis dimasukkan
ke dalam wadah resin, resin dan katalis diaduk hingga warna dari reins berubah.
Setelah warna resin berubah, serat diletakkan pada cetakan dan resin dimasukkan
ke dalam cetakan. Pada saat resin dimasukkan ke dalam cetakan resin diratakan ke
seluruh serat dengan menggunakan kuas dan roller. Setelah resin rata pada serat,
pastikan tidak ada gelembung udara yang ada pada adonan komposit. Setelah itu
adonan komposit ditutup, lalu tunggu hingga mongering. Adonan komposit
ditunggu hingga mengering selam empat hari, setelah empat hari komposit dibuka
lalu proses selanjutnya ialah proses finishing. Komposit yang telah mengering
dipotong dengan ukuran 30 cm x 30 cm, lalu komposit dibentuk sesuai dengan
sampel uji tarik, ukuran sampel uji tarik sesuai dengan standar ASTM D638. Pada
sampel uji tarik bagian reduce section di haluskan, sehinggal pada saat pengujian
tarik hasil yang didapatkan pada saat pengujian maksimal.
Pada saat pembuatan komposit, banya sekali prosedur kerja yang
dilakukan tidak sesuai dengan prosedur kerja yang telah ditentukan, ini dapat
dilihat pada adonan komposit yang tidak kering, komposit masih terdapat
gelembung-gelembung udara, bentuk komposit yang melengkung. Adonan
komposit yang tidak kering ini disebabkan karena katalis yang diberikan pada
resin kurang atau tidak sesuai dengan takaran yang ditentukan, sehingga fungsi
dari katalis tidak berfungsi secara maksimal dan sebagian komposit saja yang
mongering sendangkan bagian lainnya tidak mongering. Gelembung udara pada
komposit ini terjadi dikarenakan pada saat proses memasukkan resin ke dalam
cetakan yang sudah ada serat, udara yang terdapat pada celah-celah serat terjebak
oleh resin, udara yang terjebak pada sresin ini disebabkan oleh viskositas dari
resin yang kental sehingga resin tidak secara merata menutupi serat, ada bagianbagian kecil yang tidak tertutupi oleh resin, seharusnya gelembung udara dapat
diminimalisir dengan menggunakan kuas atau roller sehingga resin dapat merata
pada serat, akan tetapi jumlah gelembung udara yang cukup banyak yang
membuat pemerataan resin ke seluruh serat dan cetakan tidak maksimal, selain itu
ukuran dari gelembung udara sangat kecil sekali sehingga gelembung-gelembung
kecil ini lolos dari pengamatan sehingga terjadi gelembung udara. Gelembung
udara ini akan merusak dari sifat-sifat mekanik dan fisik dari komposit tersebut.
Betuk komposit yang melengkung ini terjadi akibat dari pada saat proses

19

pengeringan adonan komposit, komposit tidak ditutup, sehingga pada saat proses
pengeringan adonan komposit melengkung ke atas. Kesalahan kesalahan diatas
diakibatkan dari tidak mengikuti prosedur kerja yang telah ditentukan. Gelembung
udara terjadi akibat dari penggunaan fungsi dari kuas atau roller yang tidak
maksimal, bentuk ukuran yang melengkung keatas akibat dari tidak menutup
adonan komposit, adonan komposit yang tidak kering disebabkan oleh
penggunaan katalis yang tidak sesuai dengan prosedur kerja.

20

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
1)

2)

3)

4)

5.2
1)
2)
3)
4)
5)

Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil pada pembuatan komposit ini ialah:
Proses pembuatan metode hand lay up merupakan proses metode
pembuatan komposit yang paling sederhana dan murah, akan tetapi
kualitas produk komposit yang dihasilkan kurang. Sehingga metode ini
banyak digunakan oleh masyarakat umum untuk pembuatan komposit.
Kualitas produk komposit dengaan metode hand lay up tergantung dari
ketelitian dan kecermatan pembuat komposit. Ketelitan dan kecermatan
pembuat komposit tergantung dari prosedur kerja pembuat komposit. Jika
pembuat komposit melakukan sesuai dengan prosedur kerja, maka kulitas
produk komposit akan maksimal.
Gelembung udara pada komposit merupakan cacat yang sering terjadi
dengan mengggunakan metode hand lay up, gelembung udara ini terjadi
disebabkan dari terperangkapnya udara di dalam resin, karena resin tidak
tersebar merata pada serat dan cetakan sehingga terjadi gelembung udara.
Gelembung udara pada metode pembuatan compost dengan cara hand lay
up tidak akan bias dihingkan, akan tetapi dapat diminimalisir dengan cara
memaksimalkan fungsi dari kuas ataupun roller dan juga ketelitian dan
kecermatan pembuat.
Saran
Saran yang diberikan untuk pembuatan kedepannya ialah:
Dalam pembuatan komposit diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam
proses pembuata komposit.
Sebelum melakukan pembuatan komposit, tentukan prosedur kerja dan
bahan-bahan yang akan digunakan secara matang.
Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pembuatan komposit dijaga.
Perlu adanya pengujian sifat mekanik sehingga dapat diketahui nilai sifat
mekanik komposit dengan variasi serat.
Kedepannya serat tidak dibatasi dengan serat buatan, akan tetapi
menggunakan serat alam atau gabungan dari serat alam dan serat buatan.
Selain itu juga adanya variasi arah serat.

21

DAFTAR PUSTAKA
http://faisalpupa.blogspot.com/2011/09/metodapembuatankomposit. Html, diakses
pada tanggal 31 Mei 2015
http://deidarmaakatsuki.blogspot.com/2013/11/materiprosesproduksikomposit.
Html, diakse pada tanggal 31 Mei 2015
https://kerajinan2fiber.wordpress.com/, diakses pada tanggal 31 Mei 2015
ASTM Designation D 638-02a, Standard test Method for Tensile Properties of
Plastic, USA:Author
Callister., 2007. Material Science And Engineering : An Introduction. New York:
John Wiley & Sons, Inc.

22

You might also like