You are on page 1of 40

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN


ASTRITIS REUMATROID
A. Konsep dasar keluarga
2.1 Pengertian
Menurut Duval, 1997 (dalam Supartini, 2004) mengemukakan bahwa
keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,
adopsi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan
budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan
sosial setiap anggota.
Bailon, 1978 (dalam Achjar, 2010) berpendapat bahwa keluarga sebagai
dua atau lebih individu yang berhubungan karena hubungan darah, ikatan
perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu
sama lain dalam peranannya dan menciptakan serta mempertahankan budaya.
1. Tipe Keluarga
a. Menurut Maclin, 1988 (dalam Achjar, 2010) pembagian tipe keluarga, yaitu
:
1). Keluarga Tradisional
Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak

anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama.


Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya dengan
satu orang yang mengepalai akibat dari perceraian, pisah, atau

ditinggalkan.
Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau

tidak ada anak yang tinggal bersama mereka.


Bujang dewasa yang tinggal sendiri
Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari nafkah,

istri tinggal di rumah dengan anak sudah kawin atau bekerja.


Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau

anggota yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah geografis.


2). Keluarga non tradisional
Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak menikah
(biasanya terdiri dari ibu dan anaknya).

Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai anak
Keluarga gay/ lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin sama

hidup bersama sebagai pasangan yang menikah


Keluarga kemuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu
pasangan monogamy dengan anak-anak, secara bersama menggunakan

fasilitas, sumber dan mempunyai pengalaman yang sama.


b. Menurut Allender dan Spradley (2001)
1) Keluarga tradisional
Keluarga Inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami,

istri, dan anak kandung atau anak angkat


Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah
dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya

kakek, nenek, paman, dan bibi


Keluarga dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa

anak
Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena

perceraian atau kematian.


Single adult yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dariseorang

dewasa saja
Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri

yang berusia lanjut


2) Keluarga non tradisional
Commune family yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah

hidup serumah
Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak

hidup bersama dalam satu rumah


Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama

dalam satu rumah tangga


c. Menurut Carter dan Mc Goldrick (1988) dalam Setiawan dan Darmawan
(2005)
Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu
keluarga inti.

Keluarga

berpoligami dan hidup secara bersama-sama.


Keluarga kabitas yaitu keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan

berkomposisi

yaitu

keluarga

yang

perkawinannya

2. Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam struktur, diantaranya :
a. Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ayah.
b. Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi di mana hubungan hubungan itu
dususun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
d. Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
e. Keluarga kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
Berdasarkan kemampuan untuk pemenuhan kebutuhan dasar, psikososial,
ekonomi, dan aktualisasi keluarga dalam masyarakat keluarga dikelompokkan
menjadi 5 tahap, yaitu sebagai berikut :
a. Keluarga Pra Sejahtera
Adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara
minimal, yaitu kebutuhan penhgajaran agama, pangan, sandang, papan, dan
kesehatan atau keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih
indicator keluarga sejahtera tahap I
b. Keluarga Sejahtera tahap I
Adalah keluarga yang telah memeuhi kebutuhan dasar secara
minimal serta memenuhi kebutuhan sosial psikologinya, yaitu kebutuhan

pendidikan, Keluarga Berencana (KB), interaksi dalam keluarga, interaksi


dengan lingkungan tempat tinggal atau transportasi
c. Keluarga Sejahtera Tahap II
Adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan secara
minimal serta telah memenuhi seluruh kebutuhan untuk menabung dan
memperoleh informasi.
d. Keluarga Sejahtera Tahap III
Adalah keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan
dasar, kebutuhan sosial psikososial dan pengembangan, tetapi belum dapat
memberikan sumbangan baik internal atau keluarga, serta berfikir dengan
menjadi pengurus lembaga masyarakat, yayasan sosial, keagamaan,
kesenian, olah raga, pendidikan dan sebagainya.
e. Keluarga Sejahtera Tahap III (Plus)
Adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan baik yang
bersifat dasar, sosial, psikologis, pengembangan, serta telah mampu
memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.
3. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur
keluarga atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarganya : Fungsi
keluarga menurut Friedman (1998) dalam Setiawati dan Darmawan (2005),
yaitu:
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan
pemeliharaan kepribadian anggota keluarga.
b. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada
anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan
perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai
budaya anak.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam
melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta
menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental, dan
4

spiritual, dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga serta


mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga.
d. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang,
pangan, dan papan, dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber
daya keluarga.
e. Fungsi biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn keturunan tetapi
untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi
selanjutnya.
f. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih saying
dan rasa aman/ memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas
keluarga.
g. Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan
pengetahuan, keterampilan membentuk perilaku anak, mempersiapkan
anak untuk kehidupan dewasa mendidik anak sesuai dengan tingkatan
perkembangannya.
4. Ciri-ciri Keluarga
a.

Diikat dalam suatu tali perkawinan

b.

Ada hubungan darah

c.

Ada ikatan batin

d.

Ada tanggung jawab masing-masing anggotanya

e.

Ada pengambilan keputusan

f.

Kerjasama diantara anggota keluarga

g.

Komunikasi interaksi antar anggota keluarga

h.

Tinggal dalam suatu rumah

5. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan


Friedman (2010) membagi lima tugas keluarga dalam bidang kesehatannya :
a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotannya
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat

c. Merawat anggota keluarga yang sakit dan yang tidak dapat membantu
dirinya sendiri
d. Memelihara lingkungan rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan anggota keluarga
e. Mempertahankan hubungan timbale balik antar keluarga dan lembagalembaga kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik, fasilitasfasilitas pelayanan kesehatan yang baik.
6. Keperawatan Kesehatan Keluarga
a. Pengertian
Keperawatan kesehatan keluarga

adalah

tingkat

perawatan

masyarakat yang ditunjukkan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit


atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui
perawatan sebagai saran/penyalur (Friedman, 2010).
b. Keluarga sebagai unit pelayanan yang dirawat
Keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan, karena masalah
kesehatan keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara
sesame anggota keluarga dan akan mempengaruhi pula keluarga-keluarga
disekitarnya atau masyarakat secara keseluruhan. Alasan keluarga sebagai
unit pelayanan (Friedman, 2010) :
a. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga
yang menyangkkut kehidupan masyarakat
b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,
mengembalikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan
dalam kelompoknya
c. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan
apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan
akan berpengaruh terhadap anggota keluarga yang lainnya
d. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarganya sebagai individu
(pasien), keluarga tetap berperan sebagai pengambilan keputusan
dalam memelihara kesehatan para anggotanya.

e. Keluarga merupakan prantara yang efektif dan mudah untuk


berbagai upaya keehatan masyarakat
c. Status penyakit dan kemiskinan dalam keluarga
Dalam pemberian asuhan keperawatan terhadap keluarga lebih
ditekankan kepada keluarga-keluarga dengan keadaan sosial ekonomi
yang rendah. Keadaan sosial ekonomi yang rendah pada umumnya
berkaitan erat dengan berbagai masalah kesehatan yang mereka hadapi,
disebabkan

karena

ketidakfahaman

dan

ketidakmampuan

dalam

mengatasi berbagai masalah yang mereka hadapi.


Masalah kemiskinan akan sangat mempengaruhi kemampuan
keluarga untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga mereka
terhadap gizi, perumahan dan lingkungan yang sehat, pendidikan dan
kebutuhan-kebuthan lainnya. Jelas kesemuanya itu akan dengan mudah
dapat menimbulkan penyakit.
Berikut ini merupakan penyakit yang menimbulkan kemiskinan :
Penghasilan rendah

Kecemderungan yang terjadi :


Kurang gizi
Lingkungan jelek
Pendidikan rendah
kebiasaan kesehatan

Produktifitas berkurang

d. Keluarga Kelompok Resiko Tinggi


Daya tahan
tubuh
lebih peka
Dalam
melaksanakan

Daya tahan
tubuh terhadap
asuhan keperawatan
kesehatan
keluarga,penyakit
yang

menjadi prioritas utama adalah keluarga. Keluarga yang tergolong resiko


tinggi dalam bidang kesehatan meliputi :
1) Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan
masalah sebagai berikut :

Tingkat sosial ekonomi keluarga rendah

Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi


kesehatan sendiri

Keluarga

dengan

keturunan

yang

kurang

baik/keluarga dengan penyakit keturunan


2) Keluarga dengan ibu dengan resiko tinggi kebidanan waktu hamil :

Umur ibu 16 tahun atau lebih 35 tahun

Mendeita kekurangan gizi/anemia

Menderita hipertensi

Perimpra atau multipora

Riwayat persalinan dengan komplikasi

3) Keluarga dimana anak menjadi resiko tinggi, karena :

Lahir premature/BBLR

Berat badan sukar naik

Lahir dengan cacat bawaan

ASI

ibu

kurang

sehingga

tidak

mencukupi

kebutuhan bayi

Ibu menderita penyakit menular yang dapat


mengancam jiwa bayi

4) Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota


keluarga

Anak yang tidak dihendaki dan pernah dicoba untuk


digugurkan

Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota


keluarga dan sering timbul ketegangan

Ada anggota keluarga yang sering sakit

Salah satu orang tua meninggal atau cerai

e. Prinsip-prinsip Keperawatan Keluarga

Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam memberikan


asuhan keperawatan keluarga :
1) Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan
2) Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai
peningkatan kesehatan keluarga
3) Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, sehat
sebagai tujuan utama
4) Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, perawat
melibatkan peran serta aktif seluaruh keluarga dalam merumuskan
masalah dan kebutuhan keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatannya
5) Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan
preventif dengan tidak mengabaikan upaya kreatif dan rehabilitatif
6) Dalam

memberikan

asuhan

keperawatan

kesehatan

keluarga

memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkkin untuk


kepentingan kesehatan keluarga
7) Sasaran asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah keluarga
secara keseluruhan
8) Pendekatan

yang

dipergunakan

dalam

memberikan

asuhan

keperawatan keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan


menggunakan proses keperawatan
9) Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan
keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan asuhan keperawatan
kesehatan dasar/perawatan di rumah
10) Diutamakan terhadap keluarga uang termasuk resiko tinggi
f. Keluarga Sebagai Suatu Sistem
Alasan keluarga disebut suatu system adalah sebagai berikut :
1) Keluarga mempunyai subsistem anggota peran, aturan, budaya dan
lainnya yang dipelajari dan dipertahankan dalam kehidupan keluarga
2) Terdapat saling berhubungan dan ketergantungan antara subsistem

3) Merupakan unit (bagian) terkecil dari masyarakat yang mempengaruhi


supra-sistemnya.
Keluarga sebagai system mempunyai karakteristik dasar yang dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1) Keluarga sebagai system terbuka yang mempunyai kesempatan dan
mau menerima/memperhatikan lingkungan (masyarakat) sekitarnya
2) Keluarga sebagai system tertutup merupakan suatu system yang
kurang mempunyai kesempatan, kurang atau mau menerima/memberi
perhatian kepada lingkungan (masyarakat) sekitar.
g. Peran dan Fungsi Perawat
Perawat yang memberikan askep keluarga mempunyai peran dan fungsi
sebagai berikut :
1) Sebagai pemberi asuhan keperawatan langsung kepada klien
(keluarga) dengan menggunakan proses keperawatan
2) Sebagai advokad klien (keluarga) perawat berfungsi sebagai
penghubung antara klien dengan tenaga kesehatan lain dalam upaya
pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan
membantu keluarga untuk memenuhi semua informasi dan upaya
kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan
tradisional maupun professional
3) Sebagai pendidik klien, perawat membantu klien meningkatkan
kesehatannya,

pemberian

pengetahuan

yang

terkait

dengan

keperawatan dan kesehatan/tindakan medik yang diterima sehingga


keluarga dapat menerima dan bertanggung jawab terhadap hal-hal
yang diketahui
4) Sebagai koordinator, perawat memanfaatkan semua sumber-sumber
dan potensi yang ada baik materi maupun kemampuan keluarga
secara terkoordinir sehingga tidak ada intervensi yang terlewatkan
maupun tumpang tindih

10

5) Sebagai kolabolator, perawat bekerjasama dengan tim kesehatan lai


dengan keluarga dalam menentukan rencana maupun pelaksanaan
asuhan keperawatan guna memenui kebutuhan dasar keluarga
6) Sebagai pembaharu, perawat menyebabkan inovasi dalam cara
berfikir, bersikap, bertingkah laku dan meningkatkan keterampilan
keluarga agar mampu sehat
7) Sebagai pengelola, perawat menata kegiatan dalam upaya mencapai
tujuan yang diharapkan yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar keluarga
dan kepuasan perawat dalam melaksanakan tugas.

2.2 Konsep Dasar Penyakit Atritis Reumatoid


2.2.1 Pengertian
Istilah Reumatis berasal dari bahasa yunani, Reumatismos
yang berarti mukus, suatu cairan yang dianggap jahat mengalir dari
otak ke sendi dan struktur tubuh, sehingga menimbulkan rasa nyeri
atau dengan kata lain setiap kondisi yang disertai kondisi nyeri dan
kaku pada sistem muskuloskletal disebut reumatik, termasuk jaringan
ikat.
Atritis Reumatoid merupakan suatu penyakit inflamasi
sistemik kronik yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang
progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ
tubuh.(Hidayat, 2006)

11

Atritis Reumatoid adalah penyakit inflamasi non bakterial yang


bersifat sitemik, progresif, cendrung kronis yang menyerang berbagai
sistem organ. Penyakit ini adalah salah satu kelompok penyakit
jaringan penyambung difus yang diperantari oleh imunitas dan tidak
diketahui sebabnya. Biasanya terjadi destruksi sendi dapat mengalami
masa remisi.
Atritis Reumatoid merupakan inflamasi kronis yang paling
sering ditemukan pada sendi. Insiden puncak antara usia 40-60 tahun,
lebih sering pada wanita daripada pria dengan perbandingan 3:1.
Penyakit ini menyerang sendi kecil pada tangan, pergelangan kaki, dan
sendi besar pada lutut, panggul serta pergelangan tangan. Penyebab
utama kelainan ini tidak diketahui. Beberapa teori yang dikemukakan
mengenai penyebab Atritis. Atritis Reumatoid adalah infeksi
streptokokus hemolitikus dan streptokokus non hemolitikus, endokrin,
autoimun, metabolik, faktor genetik, atau faktor lingkungan.
(Muttaqin, 2008)
2.2.2. Penyebab
Penyebab pasti Atritis Reumatoid tidak diketahui. Biasanya
merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal, dan
factor sistem reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor
infeksi seperti, mikoplasma dan virus ( Lemone & Burke, 2001).
Penyebab utama kelainan ini ini tidak diketahui. Ada beberapa
teori yang dikemukakan mengenai penyebab Atritis Reumatoid, yaitu :
1. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non-hemolitikus
2. Endokrin
3. Autoimun

12

4. Metabolik
5. Faktor genetik serta faktor pemicu lainnya.
Pada saat ini, Atritis Reumatoid diduga disebab kan oleh faktor
autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II:
faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme
mikoplasma atau grup diftreioid yang menghasilkan antigen tipe II
kolagen dari tulang rawan sendi penderita.
2.2.3. Klasifikasi.
Kelainan yang dapat terjadi pada Atritis Reumatoid adalah
sebagai berikut :
1. Kelainan pada sinovia. Kelainan Atritis Reumatoid dimulai dari
sinovia berupa sinovitis. Pada tahap awal terjadi hyperemia dan
pembengkakan pasa sel-sel yang meliputi sinovia yang disertai
inflamasi

limfosit

pada

sel-sel

plasma.

Selanjutnya

terjadi

pembentukan vilus yang berkembang keruang sendi. Pemeriksaan


mikroskopik, ditemukan daerah nekrosis fibrinoid yang diliputi oleh
jaringan fibroblast membentuk garis radial kearah bagian nekrosis.
2. Kelainan pada tendo. Pada tendo terjadi tenosinovitis disertai infasi
kolagen yang dapat menyebabkan rupture tendo secara parsial atau
total.
3. Kelainan pada tulang. Kelainan yang terjadi pada daerah artikular
dibagi dalam tiga stadium :
a.
Stadium I ( stadium sinovitis ) pada
tahap awal terjadi kongesti vascular, proliferasi synovial
disertai

infiltrasi

lapisan

subsinovial

oleh

sel-sel

polimorfi limfosit dan sel plasma. Selanjutnya terjadi


penebalan struktur kapsul sendi disertai pembentukan vili
pada sinovium dan efusi pada sendi pembungkus tendo.
b.
Stadium II ( stadium destruksi ). Pada
stadium ini inflamasi berlanjut menjadi kronis serta
13

terjadi destruksi sendi dan tendo. Kerusakan pada tulang


rawan sendi disebabkan oleh enzim sendi dan tendo.
Kerusakan pada tulang rawan disebabkan oleh enzim
proteolitik dan jaringan vaskuler pada lipatan sinovia
serta jaringan granulasi yang terbentuk pada permukaan
sendi ( panus ) erosi tulang terjadi pada bagian sendi
akibat infasi jaringan granulasi dan resorpsi osteoklas.
Pada tendo terjadi tendosinovitis disertai invasi kolagen
yang dapat menyebabkan ruptur tendo, baik parsial
ataupun total.
c.

Stadium III ( stadium deformitas ). Pada


stadium ini kombinasi antara destruksi sendi, ketegangan
selaput sendi, dan ruptur tendo akan menyebabkan
instabilitas dan deformitas sendi, kelainan yang mungkin
ditemukan

pada

sendi

yang

mungkin

ditemukan

ditemukan pada stadium ini adalah ankilosis tulangtulang. Inflamasi yang yang terjadi mungkin sudah
berkurang dan kelainan yang timbul terutama karena
gangguan mekanisme dan fungsional pada sendi.
4. Kelainan pada jaringan ekstra-artikular. Perubahan patologis yang
dapat terjadi pada jaringan ekstra-artikularadalah sebagai berikut :
a. Otot. Pada otot terjadi miopati yang pada elektromoigraf
menunjukkan adanya degenerasi serabut otot. Degenerasi
ini berhubungan dengan fragmentasi serabut otot serta
gangguan retikulum sarkoplasma dan partikel glikogen.
Selain itu, umumnya pada Atritis Reumatoid terjadi
pengecilan, atrofi otot yang disebabkan oleh kurangnya
penggunaan otot akibat inflamasi sendi yang ada.
b. Pembuluh darah kapiler. Pada pembuluh darah kapiler
terjadi proliferasi tunika intima, lesi pada pembuluh
darah arterol dan venosa. Terjadi perubahan pada

14

pembuluh darah sedang dan kecil berupa atritis nekrotik.


Akibatnya, terjadi gangguan respon sendi yang ada.
c. Nodul subkutan. Nodul subkutan terdiri ats unit jaringan
yang nekrotik dibagian sentral dan kelilingi oleh lapisan
sel mononuklear yang tersusun secara radial dengan
jaringan ikat padat dan diinfiltrasi oleh sel-sel bulat.
Nodul subkutan hanya ditemukan pada 25% dari seluruh
klien Atritis Reumatoid. Gambaran ekstra-artikular yang
khas adalah adanya nodul subkutan yang merupakan
tanda patognomonik dan ditemukan pada 25% dari klien
Atritis Reumatoid.
d. Kelenjar limfe. Terjadi pembesaran kelenjar limfe yang
berasal dari aliran limfe sendi, hyperplasia folikular,
peningkatan
proliferasi

aktivitas
jaringan

sistem
ikat

retikoleundotel,
yang

dan

mengakibatkan

splenomegali.
e. Saraf. Pada saraf terjadi perubahan jaringan periuneal
berupa nekrosis fokal, reaksi epiteloid, serta infiltrasi
leokosit yang menyebabkan neorupati sehingga terjadi
gangguan sensorik.
f. Organ visera. Kelainan Atritis Reumatoid juga dapat
terjadi pada organ visera seperti jantung dengan adanya
demam reumatik yang kemungkinan akan menyebabkan
gangguan pada katup jantung dan berakhir dengan
kegagalan fungsi jantung sebagai pompa darah.
2.2.4. Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala setempat
a.

Sakit persendian disertai kaku terutama


pada pagi hari (morning stiffness) dan gerakan terbatas,
kekakuan berlangsung tidak lebih dari 30 menit dan dapat
berlanjut sampai berjam-jam dalam sehari. Kekakuan ini

15

berbeda dengan kekakuan osteoartritis yang biasanya


tidak berlangsung lama.
b.

Lambat laun membengkak, panas merah,


lemah
Poli artritis simetris sendi perifer

c.

Semua sendi bisa terserang, panggul, lutut, pergelangan


tangan, siku, rahang dan bahu. Paling sering mengenai
sendi kecil tangan, kaki, pergelangan tangan, meskipun
sendi yang lebih besar seringkali terkena juga
d.

Artritis

erosif

sifat

radiologis

penyakit ini. Peradangan sendi yang kronik menyebabkan


erosi pada pinggir tulang dan ini dapat dilihat pada
penyinaran sinar X
Deformitas pergeseran ulnar, deviasi

e.

jari-jari, subluksasi sendi metakarpofalangea, deformitas


boutonniere dan leher angsa. Sendi yang lebih besar
mungkin

juga

terserang

yang

disertai

penurunan

kemampuan fleksi ataupun ekstensi. Sendi mungkin


mengalami ankilosis disertai kehilangan kemampuan
bergerak yang total
Rematoid nodul merupakan massa

f.

subkutan yang terjadi pada 1/3 pasien dewasa, kasus ini


sering menyerang bagian siku (bursa olekranon) atau
sepanjang permukaan ekstensor lengan bawah, bentuknya
oval atau bulat dan padat.
Kronik Ciri khas rematoid artritis

g.

Tanda dan Gejala Sistemik


a.

Lemah, demam tachikardi, berat badan


turun, anemia, anoreksia

16

b.

Bila ditinjau dari stadium, maka pada


Atritis Reumatoid terdapat tiga stadium yaitu:
1. Stadium Sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan
sinovial yang ditandai adanya hiperemi, edema
karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat
bergerak, bengkak, dan kekakuan.
2. Stadium Destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada
jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan sekitarnya
yang ditandai adanya kontraksi tendon. Selain tanda
dan gejala tersebut diatasterjadi pula perubahan
bentuk pada tangan yaitu bentuk jari swan-neck.

3. Stadium Deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif
dan berulang kali, deformitas dan ganggguan fungsi
secara menetap. Perubahan pada sendi diawali
adanya

sinovitis,

berlanjut

pada

pembentukan

pannus, ankilosis fibrosa, dan terakhir ankilosis


tulang
2.2.5. Patofisiologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial
seperti edema, kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi
selular.

Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi

menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada


persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang
17

menutupi kartilago.

Pannus masuk ke tulang sub chondria.

Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan


gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi
nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat
ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas
maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan
fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago
dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan
bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian.
Invasi

dari

tulang

sub

chondrial

bisa

menyebabkan

osteoporosis setempat.

2.2.6. Pemeriksaan Penunjang


a.

Tes serologi

b.

Sedimentasi eritrosit meningkat

c.

Darah,

bisa

terjadi

anemia

dan

leukositosis
d.

Rhematoid

faktor,

terjadi

50-90%

penderita
e.

Pemerikasaan radiologi

f.

Periartricular osteoporosis, permulaan


persendian erosi

g.

Kelanjutan

penyakit:

menyempit, sub luksasi dan ankilosis


h.

Aspirasi sendi

18

ruang

sendi

i.

Cairan sinovial menunjukkan adanya


proses radang aseptik, cairan dari sendi dikultur dan bisa
diperiksa secara makroskopik.

2.2.7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medik pada Atritis reumatoid diantaranya
a. Pendidikan

: meliputi tentang pengertian, patofisiologi,

penyebab dan prognosis penyakit


b. Istirahat : karena pada atritis reumatoid ini disertai rasa lelah
yang hebat
c. Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi
berkurang ini bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi
pasien.
d. Termoterapi
e. Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat
f. Pemberian obat-obatan:
1. Anti Inflamasi non steroid ( NSAID), contoh : aspirin
yang diberikan pada dosis yang telah ditentukan. Obatobat Atritis reumatoid :
2. Acetyl salicylic acid, Cholyn salicylate ( Analgetik,
Antipiretik, Anti Inflamasi )
3. Indomethacin / Indocin ( Analgetik, Anti Inflamasi )
4. Ibufropen / motrin ( Analgetik, Anti Inflamasi )

19

5. Tolmetin sodium / Tolectin ( Analgetik, Anti Inflamasi)


6. Naproxsen / naprosin ( Analgeti, Anti Inflamsi )
7. Sulindac / Clinoril ( Analgetik, Anti Inflamasi )
8. Piroxicam / Feldene ( analgetik, Anti inflamasi )
2.2.8.Komplikasi
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah
gastritis dan ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama
penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat
pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying antirhematoid
drugs, DMARD ) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan
mortalitas

utama

pada

Artritis

Reumatoid.

Komlikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga


sukar dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik.
Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan
vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Atritis Reumatoid


a. Pengkajian

20

Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan


data dan menganalisa sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan
keperawatan seorang klien.
1. Identitas
Identitas klien mencakup nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa,
agama, pendidikan, pekerjaan, status, alamat, tanggal masuk rumah
sakit, cara masuk Rumah Sakit, nomor medical record, diagnosa
masuk Rumah Sakit.
Identitas penanggung jawab mencakup nama, hubungan dengan
klien, pekerjaan dan alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a.

Keluhan Utama
Keluhan

utama yang sering ditemukan pada klien dengan

osteoporosis adalah nyeri pada daerah tulang vertebrata. klien


(terutama wanita tua) biasanya datang dengan nyeri tulang
belakang, bungkuk dan sudah menopause sedangkan gambaran
klinis setelah terjadi patah tulang, klien biasanya datang dengan
keluhan punggung terasa sangat nyeri (nyeri punggung akut),
sakit pada pangkal paha, atau bengkak pada pergelangan tangan
setelah jatuh. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap
tentang nyeri klien, perawat juga dapat menggunakan metode
PQRST
Provoking Incident : Hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri
peradangan
Quality of Pain : Nyeri yang dirasakan atau gambarkan klien
bersifat menusuk.
Region, Radiation, Relief : Nyeri dapat menjalar atau menyebar
dan nyeri terjadi disendi yang mengalami masalah.
Severity ( Scale ) of Pain : Nyeri yang dirasakan ada diantara 1-4
pada rentang skala pengukuran 0-5.
21

Time : Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah


buruk pada malam hari atau siang hari.
b.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pada pengumpulan riwayat kesehatan atau keperawatan sekarang
yang perlu ditanyakan faktor yang melatarbelakangi atau hal-hal
yang mempengaruhi atau mendahului keluhan, bagaimana sifat
terjadinya gejala (mendadak, perlahan-lahan, terus menerus atau
berupa serangan, hilang timbul atau berhubungan dengan waktu),
lokalisasi gejalanya di mana dan sifatnya bagaimana (menjalar,
menyebar, berpindah-pindah, atau menetap), bagaimana berat
ringannya keluhan dan perkembangannya apakah menetap,
cenderung

bertambah

atau

berkurang,

lamanya

keluhan

berlangsung atau mulai kapan serta upaya yang telah dilakukan


apa saja dan lain-lain.
c.

Riwayat penyakit dahulu


Pada `pengkajian ini, ditemukan kemungkinan penyebab yang
mendukung terjadinya Osteoporosis. Pada Osteoporosis hal yang
perlu diperhatikan adalah usia, jenis kelamin, ras, status haid,
fraktur pada trauma minimal, imobilisasi lama, penurunan tinggi
badan pada orang tua, kurangnya paparan sinar matahari, asupan
kalsium, fosfat dan vitamin D, latihan yang teratur dan bersifat
weight bearing. Obat-obatan yang diminum pada jangka panjang
harus diperhatikan seperti kortikosteroid, hormon tiroid, anti
konvulsan, antasid yang mengandung aluminium, natrium
flourida dan etidronat bifosfonat, alkohol dan merokok
merupakan

faktor

risiko

terjadinya

osteoporosis.

Penyakit lain yang harus dipertanyakan dan berhubungan dengan


osteoporosis adalah penyakit ginjal, saluran cerna, hati, endokrin,

22

dan insufiensi pankreas. Riwayat haid, usia menarke dan


menopause, penggunaan obat kontrasepsi juga diperhatikan.
d.

Riwayat penyakit keluarga


Kaji tentang riwayat keluarga dengan osteoporosis karena ada
beberapa penyakit tulang metabolik yang bersifat herediter.

3. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual Menurut Virginia Handerson


Dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, penulis menggunakan
konseptual Virginia Handerson, dimana terdapat 14 komponen
meliputi :
a. Bernapas
Pada klien dengan atritis reumatoid tidak menunjukkan kelainan
sitem

pernafasan

pada

saat

inspeksi.

Palpasi

thoraks

menunjukkan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada


auskultasi tidak ada suara nafas tambahan
b. Nutrisi
Yang perlu dikaji adalah bagaimana kebiasaan makanan yang
dikonsumsi dan hal apa saja yang dirasakan dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi seperti rasa haus, rasa lapar dan lemah.
Gangguan gastrointesstinal yang sering adalah mual, nyeri
lambung yang mneybabkan klien tidak nafsu makan, terutama jika
klien menggunakan obat reumatik dan NSAID.
c.Eliminasi
Umumnya kien dengan Atritis Reumatoid BAK dan BAB dalam
batas normal dan tidak ada keluhan.
d. Aktivitas
Kegiatan klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari pada klien
dengan Atritis reumatoid tidak dapat terpenuhi . Nyeri sendi karena
gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi kekakuan
pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris. Limitasi
23

fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang,


pekerjaan dan keletihan.
e. Istirahat dan tidur
Perlu dikaji kebiasaan tidur dan istirahat klien dan hal-hal yang
dirasakan yang dapat mengganggu istirahat dan tidur klien.
f. Personal Hygiene
Kebiasaan klien dengan pemeliharaan dan perawatan kesehatan
diri sendiri misalnya kebiasaan mandi, ganti pakaian, memakai
alas kaki.
g. Mempertahankan temperatur tubuh dan suhu tubuh
Bagaimana respon klien terhadap suhu ruangan di Rumah Sakit
dan bagaimana cara klien mengatasi dalam hal perubahan cuaca,
misalnya bila cuaca panas atau dingin.
h. Kebutuhan berpakaian
Pakaian merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk
menutupi tubuh sehubungan dengan diri klien.
i. Rasa aman dan nyaman
Masing-masing individu mempunyai pandangan berbeda mengenai
kenyamanan diri, rasa nyaman dan aman dapat terganggu bila
terjadi nyeri pada sendi.
j. Berkomunikasi dengan orang lain / sosialisasi
Dalam hubungan dengan keluarga, teman, tetangga, klien dengan
Atritis Reumatoid dapat menjadi labil karena selalu memikirkan
penyakit yang dideritanya sehingga akan berpengaruh pada
sosialisasi klien.
k. Pekerjaan / kebutuhan bekerja
Dikaji pekerjaan apa saja yang selalu dilakukan oleh klien dan
apakah pekerjaannya bersifat ringan, sedang atau berat.
24

l. Kebutuhan spiritual / beribadah


Kebiasaan dalam melaksanakan dan menjalankan ibadah sesuai
dengan kepercayaannya.
m. Belajar
Dikaji mengenai pentingnya belajar tentang kesehatan terutama
yang berhubungan dengan pengelolaan penderita atritis reumatoid.
n. Rekreasi
Dikaji mengenai pentingnya rekreasi untuk mengurangi

pikiran-

pikiran tentang penyakit yang diderita.


4. Pemeriksaan Fisik
a.

Inspeksi dan palpasi persendian untuk


masing-masing sisi (bilateral), amati warna kulit, ukuran,
lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.

b.

Lakukan pengukuran passive range of


mation pada sendi-sendi sinovial

c.

Catat bila ada deviasi (keterbatasan


gerak sendi)

d.

Catat bila ada krepitasi

e.

Catat bila terjadi nyeri saat sendi


digerakkan

f.

Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot


skelet secara bilateral

g.

Catat

bia

ada

atrofi,

tonus

yang

berkurang

4.

h.

Ukur kekuatan otot

i.

Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya

j.

Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari

Pemeriksaan Penunjang
a.

Pemeriksaan Radiologi . Pada tahap awal, foto


rontgent tidak menunjukkan kelainan yang mencolok. Pada
25

tahap lanjut, terlihat rarefaksi korteks sendi yang difus dan


disertai dengan trabeklasi tulang, obliterasi ruang sendi yang
memberi perubahan degeneratif berupa densitas, iregularitas
permukaan sendi, serta spurring marginal. Selanjutnya bila
terjadi destruksi tulang rawan, akan terlihat penyempitan ruag
sendi dengan erosi pada beberapa tempat.
b.

Pemeriksaan

Laboratorium.

Ditemukan

peningkatan laju endap darah, anemia normosilik hipokrom,


reaksi protein C positif dan mukoprotein meningkat, faktor

Inflamasi non- bakteri disebabkan oleh infeksi, endocrine, autoimun, metabolik, dan factor genetic, serta factor lingkunga

reumatoid positif 80%, tetapi kedua uji ini tidak spesifik.

Gambar 2.4 ( Pathway Atritis Reumatoid)


WOC : Wab Of Cautions
Atritis Reumatoid

Inflamasi non- bakteri disebabkan oleh infeksi,Inflamasi


endocrine,
non- autoimun,
bakteri disebabkan
metabolik,
oleh infeksi,
dan factor genetic, serta factor lingkunga
endocrine, autoimun, metabolik, dan factor genetic, serta
factor lingkungan
Sinovilis
Tenosinovilis Kelainan pada
Kelainan
tulang pada jaringan ekstra-artikular
Gambaran khas nodul subkutan
Atritis Reumatoid
Atritis Reumatoid
Miopati
Sinovilis
Hyperemia dan
pembengkakkan

Nekrosis dan
kerusakan dalam
ruang sendi
Nyeri

Tenosinovilis

Sistemik Kelenjar limfe

saraf

Kelainan pada
Kelainan
tulang pada jaringan ekstra-artikular
Gambaran khas nodul subkutan

Invasi kolagen

Erosi tulang &


kerusakan pada
Atrofi otot
Slegnomegali
tulang rawan
Instabilitas dan deformitas sendi
Atrofi otot Sistemik Kelenjar limfe
Miopati
saraf
Ruptur tendo
Anemia osteoporosis generalisata
Neoropati perifer
secara parsial
atau total

Atrofi
otot
Slegnomegali
Hambatan
Gangguan
mobilitasmekanisme
fisik
& fungsional pada
sendi
Kelemahan
fisik
Kelemahan
fisik
Resiko
Anemia osteoporosis
generalisata
Neoropati perifer
trauma
Gambararan nodul subkutan
Deficit perawatan diri
Gambararan nodul subkutan
Perubahan bentuk tubuh pada tulang dan sendi

Gambararan
subkutan
Ansietas nodul
Kebutuhan
informasi kurang

26

Gangguan
konsep diri,
citra diri.

2.3.1

Diagnosa Keperawatan

( Muttaqin.2008 )
Diagnosa keperawatan adalah penelitian klinik tentang respon individu,
keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan actual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan
dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang
merupakan tanggung jawab perawat.
Analisa Data.
Tabel 2.1 Analisa Data

SYMPTOM
D/S: Klien mengeluh kesakitan

ETIOLOGI
Atritis Reumatoid

D/O: Klien tampak meringis,


sendi terasa panas.

PROBLEM
Gangguan rasa
nyaman/nyeri

Sinovilis
Hiperemia
Nekrosis dan kerusakan

D/S: Klien mengeluh kesakitan

dalam ruang sendi


Atritis Reumatoid

saat beraktifitas.
D/O: Bengkak, terbatasnya

Hambatan
mobilitas fisik

Tenosivilis

pergerakan, perubahan ukuran


pada sendi dari ukuran normal.

Invasi kolagen
Ruptur tendo secara

D/S: Klien mengeluh kesulitan

parsial atau total.


Atritis reumatoid

saat beraktifitas.

Defisit perawatan
diri

D/O: Bengkak, terbatasnya

Kelainan pada jaringan

pergerakan, perubahan ukuran

ekstra-artikuler

27

pada sendi dari ukuran normal


Miopati
Atrofi otot

D/S: klien mengeluh cemas

Kelemahan
Atritis reumatoid

Ansietas

dengan penyakitnya.
D/O: klien tampak gelisah,

Kelainan pada tulang

klien tidak tenang.


Erosi tulang dan
kawasan pada tulang
rawan
Instabilitas dan
deformitas sendi.
Gangguan mekanisme
dan fungsional pada
sendi
Gambaran khas nodul
subkutan
D/S: Klien mengeluh tidak

Atritis reumatoid

percaya diri dengan


keadaannya.

Gangguan
konsep diri, citra

Kelainan pada tulang

D/O: klien tidak mau


bergaul,klien menghindari diri

Erosi tulang dan

dari keramaian, klien tampak

kurasakan pada tulang

28

diri.

menyendiri.

rawan
Instabilasi dan
deformitas sendi.
Gangguan mekanisme
dan fungsional sendi.
Peruahan bentuk tubuh
pada tulang dan sendi.

D/S: klien tidak dapat

Atritis reumatoid

Resiko trauma .

melakukan aktifitas.
D/O: terbatasnya pergerakan,

Kelainan pada jaringan

bengkak, kekakuan pada

ekstra-artikuler

sendi, sendi, lemah, klien


tampak pucat.

Sistemik
Anemia osteoporosis
generalisasi

D/S : Klien mengatakan tidak

Gambaran khas nodul

Kebutuhan

mengetahui penyebab penyakit

subkutan

informasi

yang dideritanya.
D/O : Klien tampak bingung,
cemas dan gelisah.
2.3.1 Perumusan Diagnosa Keperawatan.
Berdasarkan atas analisa data di atas dapat dirumuskan beberapa
diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas masalah keperawatan yaitu:
29

1. Nyeri berhubungan dengan nekrosis dan kerusakan


dalam

tulang

ditandai

dengan

Klien

mengeluh

kesakitan, klien tampak meringis, sendi terasa panas.


2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ruptur
tendo secara parsial, ditandai dengan klien mengeluh
kesakitan saat beraktifitas, adanya bengkak, terbetasnya
pergerakan, perubahan ukuran pada sendi dari ukuran
normal.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
fisik, ditandai dengan klien mengeluh kesulitan
beraktifitas, adanya bengkak, terbatasnya pergerakan,
perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal.
4. Ansietas berhubungan dengan gambaran khas subkutan,
ditandai dengan klien mengeluh cemas, klien tampak
cemas, klien tampak tidak tenang.
5. Gangguan konsep diri, citra tubuh berhubungan dengan
perubahan bentuk tulang pada sendi, ditandai dengan
klien mengeluh tidak percaya diri dengan keadaannya,
klien tidak mau bergaul, klien menghindari diri dari
keramaian, klien tampak menyendiri.
6. Resiko trauma sehubungan dengan anemia osteoporosis
generalisata, ditandai dengan klien tidak dapat melakukan aktifitas, terbatasnya, bengkak, kekakuan pada
sendi, lemah, klien tampak pucat.
7. Kebutuhan informasi kurang berhubungan dengan
gambaran khas nodul subkutan, ditandai dengan
ketidak tahuan klien tentang penyakit yang dideritanya,
klien tampak bingung, cemas, dan gelisah.
2.3.2

Rencana Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah suatu penyusunan rencana
30

tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi


masalah kesehatan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang timbul atau
telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien.
Rencana keperawatan dapat berupa upaya promotif, preventif, dan
rehabilitatif dalam meningkatkan derajat kesehatan lansia. Rencana
keperawatan ditentukan dalam upaya membantu klien memperoleh dan
mempertahankan

kesehatan

pada tingkatan

yang

paling

tinggi,

kesejahteraan dan kualitas hidup, serta untuk mempersiapkan diri dalam


menjelang kematian secara damai. ( Fatma ekasari, Mia. Hal. 52. 2006 )
Adapun rencana keperawatan sesuai dengan Diagnosa keperawatan
di atas yaitu :
Diagnosa I : Nyeri berhubungan dengan nekrosis dan kerusakan
dalam tulang ditandai dengan Klien mengeluh kesakitan, klien
tampak meringis, sendi terasa panas.
Tujuan nyeri berkurang, hilang atau teratasi.
Kriteria hasil :
Menunjukkan nyeri hilang atau terkontrol
Terlihat rileks, dapat tidur atau beristirahat dan berpartisipasi dalam
aktifitas sesuai kemampuan.
Mengikuti program farmakologis yang diresepkan.
Rencana tindakan :
a.

Kaji lokasi, intensitas, dan tipe


nyeri. Observasi kemajuan nyeri ke daerah yang baru. Kaji nyeri
dengan skala 0-4.
R/ nyeri merupakan respons subyektif yang dapat dikaji dengan
menggunakan skala nyeri. Klien melaporkan nyeri biasanya
diatas tingkat cedera.

b. Bantu klien dalam mengidentifikasi factor pencetus.


R/ nyeri dipengaruhi oleh kecemasan dan peradangan pada sendi.
c.

Jelaskan dan bantu klien terkait


31

dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan noninvasive.


R/ pendekatan dengan menggunakan relaksasi den tindakan
nonfarmakologi

lain

menunjukkan

keefektifan

dalam

mengurangi nyeri.
d. Ajarkan relaksasi, teknik mengurangi ketegangan otot rangka
yang dapat mengurangi intensitas nyeri dan tingkatan relaksasi
masase.
R/ akan melancarkan peradaran darah sehingga kebutuhan
oksigen pada jaringan terpenuhi dan mengurangi nyeri.
e.

Ajarkan metode distraksi selama


nyeri.
R/ mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri ke hal yang
menyenangkan.

f. Beri kesempatan dan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan
posisi yang nyaman ( misalnya, ketika tidur beri bantal kecil
dipunggung klien.)
R/

istirahat

merelaksasi

semua

jaringan

sehingga

akan

meningkatkan kenyamanan.
g. Tingkatkan

pengetahuan

tentang

penyebab

nyeri

akan

berlangsung.
R/ pengetahuan tersebut membantu mengurangi nyeri dan dapat
membantu meningkatkan kepatuhan klien terhadap rencana
terapeutik.
h. Kolaborasikan dengan dokter dalam pemberian NSAID oral.
R/ NSAID menghambat sintesis prostaglandin yang mempunyai
efek analgesic efektif sebagai perada nyeri atritis rheumatoid.
Diagnosa II : Hambatan mobilitas fisik sehubungan dengan ruptur
tendo secara parsial, ditandai dengan klien mengeluh kesakitan saat
beraktifitas, adanya bengkak, terbetasnya pergerakan, perubahan
ukuran pada sendi dari ukuran normal.
32

Tujuan : klien mampu melaksanakan aktifitas sesuai dengan


kemampuan
Kriteria hasil :
Klien ikut program latihan, tidak mengalami kontarktur sendi,
kekuatan otot bertambah, klien menunjukkan peninfkatan mobilitas,
dan mempertahankan koordinasi optimal.
Rencana tindakan :
a. Kali mobilitas fisik dan observasi adanya peningkatan
kerusakan. Kaji secara teratur fungsi motorik.
R/ mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan
aktifitas.
b. Atur posisi fisiologis.
R/ pengaturan posisi fisiologis dapat membantu perbaikan
sirkulasi oksigen local dan mengurangi penekanan local
jaringan.
c. Ajarkan klien melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas
yang tidak sakit.
R/ gerakan aktif member massa , tonus, dan kekuatan otot serta
memperbaiki fungsi jantung dan pernafasan.
d. Bantu klien dalam melakukan latihan ROM dan perawatan diri
sesuai intoleransi.
R/ untuk mempertahankan fleksibilitas sendi sesusi dengan
kemampuan.
e. Pantau kemajuan dan perkembangan kemampuan klien dalam
melakukan aktifitas.
R/ untuk mendeteksi perkembangan klien.
f.

Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk melatih


fisik klien.
R/ kemampaun mobilitas ekstremitas dapat ditingkatkan
denagn latihan fisik dari tim fisioterapi.
33

Diagnosa III : Defisit perawatan diri sehubungan dengan kelemahan


fisik, ditandai dengan klien mengeluh kesulitan beraktifitas, adanya
bengkak, terbatasnya pergerakan, perubahan ukuran pada sendi dari
ukuran normal.
Tujuan : klien dapat memenuhi perawatan dirinya.
Kriteria hasil : klien mampu melaksanankan aktifitas perawatn diri
pada tingkat yang konsistensidengan kemampuan individual,
mendemonstrasikan perubahan teknih gaya hidup untuk memenuhi
kebutuhan perawatan diri.
Rencana tindakan :
a.

Diskusikan tingkat fungsi umum ( 0-4 ) sebelum


timbul awitan atau eksaserbasi penyakit dan potensil perubahan
yang sekarang diantisipasi.
R/ Mungkin dapat melanjutkan aktifitas umum dengan
melakukan adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan ini.

b.

Pertahankan mobilitas, control terhadap nyeri dan


program latihan.
R/ Mendukung kemandirian fisik dan emosional)

c.

Kaji hambatan terhadap partisifasi dalam perawatan


diri.
R/ Menyiapkan untuk meningkat kemandirian, yang akan
meningkatkan harga diri.

d.

Kolaborasi : konsul dengan ahli okupasi.

34

R/ berguna untuk menentukan alat Bantu untuk memenuhi


kebutuhan

individual.

Misalnya

memasang

kancing,

menggunakan alat bantu memakai sepatu.


e.

Kolaborasi : atur evaluasi kesehatan dirumah


sebelum pemulangan dengan evaluasi setelahnya
R/ Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi
karena tingkat kemampuan aktual.

f.

Kolaborasi : atur konsul dengan lembaga lainnya,


misalnya : pelayanan perawatan rumah,ahli nutrisi.
R/ Mungkin membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk
mempersiapkan situasi dirumah.

Diagnosa IV : Ansietas berhubungan dengan gambaran khas subkutan,


ditandai dengan klien mengeluh cemas, klien tampak cemas, klien
tampak tidak tenang.
Tujuan : Ansietas berkurang atau menghilang.
Kriteria hasil :Klien mengenal perasaannya, dapat mengidentifikasi
penyebab atau faktor yang mempengaruhinya, atau menyatakan
ansietasnya berkurang atau hilang.
Rencana Keperawatan :
a. Kaji tanda verbal dan non verbal ansietas, dampingi klien, dan
lakukan tindakan bila klien menunjukkan perilaku merusak.
R/ Reaksi verbal nonverbal dapat menunjukkan rasa agitasi,
marah, dan gelisah.
b.

Hindari konfrontrasi
R/ Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah, menurunkan
kerjasama, dan mungkin memperlambat penyembuhan.

35

c. Mulai lakukan untuk mengurangi ansietas. Beri lingkungan yang


tenang.
R/ Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak.
d. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan ansietasnya.
R/ Dapat menghilangl\kan ketegangan terhadap kekhawatiran
yang tidak dapat diekspresikan.
e. Berikan privasi kepada klien dan orang terdekat.
R/ Memberikan waktu untuk mengekspresikan

perasaannya

serta menghilangkan ansietas dan perilaku adaptasi. Adanya


keluarga dan teman-teman yang dipilih klien untuk melakukan
aktivitas dan pengalihan perhatian ( misalnya : membaca ), akan
mengurangi perasaan terisolasi.
Diagnose V : Gangguan konsep diri, citra tubuh sehubungan dengan
perubahan bentuk tulang pada sendi, ditandai dengan klien mengeluh
tidak percaya diri dengan keadaannya, klien tidak mau bergaul, klien
menghindari diri dari keramaian, klien tampak menyendiri.
Tujuan : citra diri klien meningkat.
Kriteria hasil : klien mampu menyatakan atau mengkomunikasikan
dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang terjadi,
mampu menyatakan penerimaan diri mengakui dan menggabungkan
perubahan ke dalam konsep diri dengan cara yang akurat.
Rencana tindakan :
a. Kaji perubahan persepsi dan hubungan dengan ketidak mampuan.
R/ menentukan bantuan individual dalam menyusun rencana
perawatan atau pemilihan intervensi.
b. Anjurkan klien mengekspresikan perasaan termasuk sikap
bermusuhan dan marah.
R/ menunjukkan penerimaan, membantu klien untuk mengenai dan
mulai menyesuaikan dengan perasaan tersebut.
c. Ingatkan kembali realitas bahwa klien masih dapat menggunakan
36

sisi yang sakit dan belajar mengontrol sisi yang sehat.


R/ membantu klien melihat bahwa perawat menerima kedua
begian sebagai keseluruhan tubuh. Mengizinkan klien untuk
merasakan adanya harapan dan mulai menerima situasi baru.
d. Bantu dan anjurkan perawatan yang baik dan dan memperbaiki
kebiasaan.
R/ membantu meningkatkan perasaan harga diri serta mengontrol
lebih dari satu area kehidupan.
e. Bersama klien mencari alternatif koping yang positif.
R/ dukungan perawat kepada klien dapat meningkatkan rasa
percaya diri.
f. Anjurkan orang terdekat mengizinkan klien melakukan sebanyak
mungkin hal untuk dirinya.
R/ menghidupkan kembali perasaan mandiri dan membantu
perkembangan harga diri serta mempengaruhi proses rehabilitasi.
g. Dukung perilaku atau usaha, seperti peningkatkan minat atau
partisifasi dalam aktifitas rehabilitasi.
R/ klien dapat beradaptasi terhadap perubahan dan pengertian
tentang peran individu di masa mendatang.
h. Rujuk ke ahli neuropsikologi dan konseling bila ada indikasi.
R/ dapat memfasilitasi perubahan peran yang penting untuk
perkembangan perasaan.
Diagnosa VI : Resiko trauma sehubungan dengan anemia osteoporosis
generalisata, ditandai dengan klien tidak dapat melakukan aktifitas,
terbatasnya, bengkak, kekakuan pada sendi, lemah, klien tampak
pucat.
Tujuan : Resiko trauma tidak terjadi.
Kriteria hasil : klien mau berpartisi dalam pencegahan trauma.
Rencana tindakan :
a.

Pertahankan tirah baring dan imobilisasi sesuai indikasi.


37

R/ Meminimalkan rasa nyeri akibat gesekan fragmen tulang


dengan jaringan lunak yang ada disekitarnya.
b. Gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak dibawah daerahdaerah yang nyeri.
R/ Mengurangi tekana yang berlebih pada daerah yang nyeri.
c. Evaluasi tanda dan gejala perluasan cedera jaringan ( peradangan
lokal/ sistemik, seperti peningkatan nyeri, demam atau edema ).
R/ Menilai perkembangan masalah klien.
Diagnose VII : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang
informasi tentang penalaksanaan perawatan dirumah.
Tujuan : klien dan keluarga dapat memahami cara perawatan dirumah
Kriteria hasil : Klien mengungkapkan pengertian tentang proses
penyakit, rencana pengobatan, dan gejala kemajuan penyakit,
mengekpresikan pengertian tentang jadwal pengobatan.
Rencana tindakan :
a.

Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga


tentang perawatan dirumah.
R/ menjadi data dasar bagi perawat untuk menjelaskan sesuai
pengetahuan klien dan dapat menghindari pembicaraan yang tidak
perlu karena klien dan keluarga sudah mengetahuinya.

b.

Diskusikan tentang pengobatan : nama,


jadwal , tujuan, dosis dan efek samping.
R/ member pengetahuan dasar tentang obat-obatan yang akan
digunakan sehingga dapat mengurangi dampak dampak komplikasi
dan efek samping obat.

c. Diskusikan tanda dan gejala kemajuan penyakit, peningkatan nyeri


dan mobilitas.
R/ membantu klien dan keluarga dalam penatalaksanaan perawatan
atritis rheumatoid.
d. Beri dukunan psikologis agar klien menjalankan apa yang sudah
38

disepakati.
R/ meningkatkan kemauan klien dan keluarga

2.3.3

Implementasi/Pelaksanaan
Pelaksanaan perawatan merupakan realisasi dari rencana
tindakan perawatan yang telah ditetapkan dengan maksud agar
kebutuhan klien terpenuhi secara optimal.
Perawat melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan
rencana perawatan yang telah dibuat. Perawat memberikan
pelayanan kesehatan untuk memelihara kemampuan fungsional
lansia

dan

mencegah

komplikasi

serta

meningkatkan

ketidakmampuan. Tindakan keperawatan berdasrkan rencana


keperawatan dari setiap diagnosis keperawatan yang telah dibuat,
dengan didasarkan pada konsep asuhan keperawatan gerontik.
(Fatma Ekasari. 2006. hal. 54 )
Di dalam pelaksanaan diperlukan adanya kerjasama antara
klien, keluarga serta tenaga kesehatan khususnya

perawat.

Pelaksanaan tindakan keperawatan menjadi tanggung jawab


perawat untuk menolong klien agar mau menerima tindakan yang
dilakukan dengan berusaha mengurangi rasa takut, bsingung
terhadap tindakan keperawatan tersebut serta menjelaskan tata cara
perawatan yang baik
2.3.4

Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara :
a.

Hasil implementasi dengan criteria dan standar yang


telah ditetapkan untuk melihat keberhasilan.

b.

Bila hasil evaluasi tidak atau berhasil sebagian perlu


disusun keperawatan yang baru.
39

c.

Perlu diperhatikan juga bahwa evaluasi perlu dilakukan


beberapa kali dengan melibatkan keluarga sehingga perlu
direncanakan waktu yang sesuai dengan kesediaan keluarga.

d.

Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang


operasional dengan pengertian :

S : Ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara


objektif

oleh

keluarga

setelah

diberikan

implementasi

keperawatan.
O : Keadaaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat
yang

menggunakan

pengamat

yang

objektif

setelah

implementasi keperawatan
A : Merupakan analisa perawat setelah mengetahui respon
subjektif dan objektif yang dibandingkan dengan kriteria dan
standar yang telah ditentukan mengacu pada tujuan rencana
keperawatan keluarga.
P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis

40

You might also like