You are on page 1of 2

Nyeri Gigi

Ditulis pada April 17, 2011

Praktek kedokteran gigi akan selalu dihadapkan pada keluhan pasien yang bersumber dari gejala atau tanda yang
mendorong pasien datang ke dokter gigi. Salah satu gejala yang paling sering dikeluhkan pasien adalah nyeri gigi.
Nyeri gigi merupakan perasaan tidak menyenangkan pada gigi yang menandakan adanya kerusakan pada struktur
gigi yang disebabkan oleh rangsangan dari luar (seperti mekanik, suhu dan kimia) dan rangsangan dari dalam
(seperti flora rongga mulut, penyakit sistemik, plak dan karang gigi, kerusakan pada salah satu struktur gigi dan
jaringan sekitarnya). Penyebab nyeri gigi yang paling umum adalah adanya inflamasi yang berasal dari pulpa atau
struktur penyangga gigi (Rahayu, 2007).

Nyeri merupakan alarm potensi kerusakan, tidak adanya sistem ini akan menimbulkan kerusakan yang lebih luas.
Gejala dan tanda timbul pada jaringan normal yang terpapar stimuli yang kuat biasanya merefleksi intensitas,
lokasi, dan durasi dari stimuli tersebut. Tiga jenis stimuli yang dapat merangsang reseptor nyeri yaitu mekanis,
suhu, dan kimiawi. Nyeri dapat merupakan prediktor prognosis, makin berat nyeri maka akan lebih besar kerusakan
jaringan (Rahayu, 2007; Walton & Torabinejad, 2008).

Nyeri gigi merupakan salah satu nyeri yang paling sering dijumpai di daerah orofasial. Pasien yang datang ke dokter
gigi, sebagian di antaranya sangat peka terhadap nyeri, namun sebaliknya tidak jarang dijumpai pasien yang
terlalu peka terhadap nyeri. Di sisi lain, terdapat anggapan kuat bahwa perawatn gigi identik dengan nyeri,
sehingga menyebabkan pasien menjadi takut dan enggan untuk berkunjung ke dokter gigi (Santoso, 2005).

Nyeri gigi yang sering dikeluhkan pasien pada umumnya ditimbulkan oleh kondisi patologis dari jaringan keras gigi
(Gambar 1). Adanya rangsangan dari luar seperti mekanis (cara menyikat gigi yang salah, kebiasaan buruk
mengunyah satu sisi, bruxism), termis (panas, dingin), kimia dan listrik yang mengenai gigi dan jaringan di
sekitarnya dapat mengakibatkan penurunan nilai ambang rasa sakit sehingga kepekaan meningkat (Rahayu, 2007).

Gambar 1. Nyeri gigi akibat peradangan. Selama proses yamg kompleks tersebut berlangsung dilepaskan berbagai
mediator, seperti serotonin, histamin, bradikinin, lekotrin, dan prostaglandin (Sumber : Kenneth, 2002)
Nyeri gigi yang muncul akibat keradangan salah satunya disebakan oleh adanya infeksi dentoalveolar yaitu
masuknya mikroorganisme patogen ke dalam tubuh melalui jaringan dentoalveolar. Infeksi dentoalveolar dimulai
dari radang pada pulpa gigi, biasanya disebabkan oleh karies gigi dan merupakan salah satu reaksi pulpa terhadap

bakteri di dalam tubulus dentin, terkadang sebagai akibat terpotongnya dentin secara fisik atau oleh zat-zat kimia
yang digunakan selama preparasi kavitas (Sukandar & Elisabeth, 1995).

Inflammasi menjadi penyebab dari menurunnya kemampuan tubuh atau (disability) yang dapat menyertai berbagai
kelainan tubuh. Rusaknya selsel dari daerah yang terkena inflamasi menyebabkan bebasnya enzim lisosom dari
selsel darah putih, diikuti dengan bebasnya asam arakidonat. Oleh enzim siklooksigenase asam arakidonat dirubah
menjadi endoperoksida yang selanjutnya berubah menjadi prostaglandin dan tromboksan. Sementara enzim
lipooksiganase mengubah arakidonat menjadi lekotrin (Arbie, 2003).

Mediator inflamasi seperti histamin, bradikinin, prostaglandin, serotonin, subtansi P,calcitonin-gene related
pepttide (CGRP) dan lekotrin dapat menyebabkan nyeri secara langsung dengan mengaktifkan atau menyebabkan
sensitisasi reseptor nyeri. Secara tidak langsung, mediator inflamasi tersebut juga menyebabkan nyeri dengan cara
memulai serangkaian proses inflamasi yang menyebabkan bertambahnya permeabilitas, edema dan meningkatkan
tekanan intrapulpa (Santosa, 2005).
Jalur pengiriman sinyal nyeri gigi bermula dari neuron trigeminal yang menghasilkan sinyal nosiseptif pada akson
dari pulpa dan menghantarkan ke SPP dalam bentuk potensial aksi. Kanal ion Na memiliki peran yang sangat besar
dalam membangkitkan potensi aksi (Santosa, 2005).

Copyright 2011, Ali Taqwim (dentistalit@yahoo.co.id)

You might also like