You are on page 1of 10

TENSIMETER DAN CARA MENGUKUR TEKANAN DARAH

~~ SFIGMOMANOMETER (TENSIMETER) ~~
Sfigmomanometer ini sendiri mempunyai arti alat untuk mengukur tekanan darah.
Ada beberapa macam jenis dari alat untuk mengukur tekanan darah ini, antara lain :
a. tensimeter raksa
b. tensimeter jarum
c. tensimeter digital
tetapi untuk pembicaraan kita kali ini akan lebih menekankan pada tensimeter raksa.
-----CARA MERANGKAI TENSIMETER RAKSA---Berikut adalah beberapa langkah yang sebaiknya dilakukan sewaktu akan merangkai
tensimeter raksa :
1. Cek tabung raksa, apakah ada lubang, ataukah ada bagian yang tidak rapat
2. setelah itu, buka penutup tabung
3. sambungkan selang,tabung raksa dan alat untuk memompa
4. cek ketepatan dan kerapatannya
5. pada saat akan menyimpan tensimeter, maka, pastikan tabung raksa dalam keadaan tertutup
(miringkan ke arah tabung terlebih dahulu baru geser tombol/jarum na ke arah off )
Setelah semua na terangkai, yang selanjutnya akan kita bicarakan adalah bagaimana cara
menggunakan tesimeter yang baik dan implementasi hasilnya
Cara menggunakan tensimeter dan mengukur tekanan darah adalah sebagai berikut :
1. buka tensimeter
2. geser jarum ke arah on agar air raksa naik
3. raba nadi yang ada di area mediana cubitti
4. pasang manset (sesuaikan dengan ukuran orang yang akan diukur tekanan darah nya, ttapi
biasanya menggunakan manset ukuran adult/dewasa )
5. letak manset kira - kira sekitar 3 cm ditas nadi pada daerah mediana cubitti
6. pasang manset dengan pas (jangan terlalu kencang dan jangan terlalu kendor)
7. sebelum kita mengukur tekanan darah dengan auskultasi, maka sebaiknya kita lakukan
sistolik palpatoar dulu, untuk mencegah adanya auskultasi gap, cara untuk melakukan sistolik
palpatoar adalah :
a. letakkan 3 jari apa nadi di mediana cubitti, rasakan detakannya
b. pompa sampai nadi tak teraba, sambil mengamati pada angka berapa nadi tidak teraba
c. setelah itu, lepaskan pemompa, turunkan sampai habis
d. angka yang ditunjukkan pada saat nadi tak teraba adalah sistolik palpatoir, gunanya adalah
untuk membatasi sampai mana kita memompa pasa saat kita melakukan pengukuran dengan
auskultas
8. setelah ditemukan angka sistolik palpatoir, maka kita lakukan pengukuran dengan
menggunakan auskultas
9. pasang stetoskop pada daerah nadi di mediana cubitti, setelah itu, pompa sampai angka
sistolik palpatoir, lalu tambahkan angka 20-30
10. turunkan pemompa, amati suara dari stetoskop sambil mengamati angkanya
11. detakan yang didengar untuk pertama kali adalah sistolik, sedangkan detakan yang
terakhir sebelum suara benar - benar hilang adalah suara diastolik
12. setelah itu, rapikan kembali agar pada saat nanti akan dipakai kembali bisa langsung
dipakai

--- intrepetasi hasil pengukran tekanan darah --tekanan darah normal 120 - 140 untuk sistol
tekanan darah rendah < 120 tekanan darah tinggi > 140
tekanan darah baik itu tinggi maupun yang rendah sisertai karena banyak faktor antara lain :
1. umur
2. gaya hidup
3. genetik

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan
tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai
sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat
diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah yang selalu tinggi adalah salah
satu faktor risiko untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung dan aneurisma arterial, dan
merupakan penyebab utama gagal jantung kronis.
Tekanan darah tinggi (hipertensi) merupakan masalah besar tidak hanya di negara arat tapi
juga di Indonesia. Bila tidak diatasi, tekanan darah tinggi akan mengakibatkan jantung
bekerja keras hingga pada suatu saat akan terjadi kerusakan yang serius. Pada jantung otot
jantung akan menebal (hipertrofi) dan mengakibatkan fungsinya sebagai pompa menjadi
terganggu, selanjutnya jantung akan dilatasi dan kemampuan kontraksinya berkurang. Selain
pada jantung, tekanan darah tinggi dapat mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada
otak, mata (retinopati) dan/atau ginjal (gagal ginjal). Sebagian besar kasus hipertensi tidak
ada terapi definitif, tapi dapat di kontrol dengan pola hidup sehat dan medikasi.
Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko untuk terjadinya serangan jantung (infark
miokard akut) gagal jantung dan stroke. Di negara barat, pasien yang mengalami serangan
jantung setengahnya mengidap hipertensi dan pasien yang mengalami stroke dua pertiganya
juga mengidap hipertensi.
Menurut AHA (American Heart Association) di Amerika, Tekanan darah tinggi ditemukan
satu dari setiap tiga orang atau 65 juta orang dan 28% atau 59 juta orang mengidap
prehipertensi. Semua orang yang mengidap hipertensi hanya satu pertiganya yang
mengetahui keadaannya dan hanya 61% medikasi. Dari penderita yang mendapat mendapat
medikasi hanya satu-pertiga mencapai target darah yang optimal/normal. Di Indonesia belum
ada data nasional namun, pada studi MONICA 2000 di daerah perkotaan Jakarta dan FKUI
2000-2003 di daerah Lido pedesaan kecamatan Cijeruk memperlihatkan kasus hipertensi
derajat II (berdasarkan JNC VII) masing 20,9% dan 16,9%. Hanya sebagian kecil yang
menjalani pengobatan masing-masing 13.3% dan 4,2%. Jadi di Indonesia masih sedikit sekali
yang menjalani pengobatan.
Pada populasi umum kejadian tekanan darah tinggi tidak terdistribusi secara merata. Hingga
usia 55 tahun lebih banyak ditemukan pada pria. Namun setelah terjadi menopause (biasanya
setelah usia 50 tahun), tekanan darah pada wanita meningkat terus, hingga usia 75 tahun
tekanan darah tinggi lebih banyak ditemukan pada wanita dari pada pria.
Penyebab tekanan darah tinggi sebagian besar diketahui, namun peniliti telah membuktikan
bahwa tekanan darah tinggi berhubungan dengan resistensi insulin dan/ atau peningkatan

kadar insulin (hiperinsulinemia). Keduanya tekanan darah tinggi dan resistensi insulin
merupakan karakteristik dari sindroma metabolik , kelompok abnormalitas yang terdiri dari
obesitas, peningkatan trigliserid, dan HDL rendah (kolesterol baik).
Peneliti juga telah mengidentifikasi selusin gen yang mempunyai kontribusi terhadap tekanan
darah tinggi. Walaupun sepertinya hipertensi merupakan penyakit keturunan, namun
hubungannya tidak sederhana. Hipertensi merupakan hasil dari interaksi gen yang beragam,
sehingga tidak ada tes genetik yang dapat mengidentifikasi orang yang berisiko untuk terjadi
hipertensi secara konsisten.
Apapun penyebabnya, tekanan darah tinggi mempunyai dampak yang besar di masyarakat.
Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko mayor untuk serangan jatuh, stroke, dan gagal
jantung. AHA melaporkan, 69% dari penderita serangan jantung, 77% dari penderita stroke
dan 74% dari penderita gagal jantung mengiap hipertensi.
Hipertensi memang dapat mengakibatkan kejadian dengan konsekwensi yang serius, namun
hipertensi dapat di diagnosa dengan mudah dan di kendalikan dengan modifikasi pola hidup
sehat dan medikasi. Jadi penting untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah secara periodik
dan bila ternyata menderita hipertensi penting untuk mencari bantuan dan mengikuti
penatalaksanaan yang diberikan oleh dokter. Bila hipertensi dibiarkan tanpa pengobatan maka
tekanan darahnya akan terus meningkat secara bertahap mengakibatkan beban kerja jantung
yang berlebihan. Beban kerja jantung yang berlebihan akan suatu saat mengakibatkan
kerusakan serius pada pembuluh darah dan organ seperti jantung, ginjal, mata dan otak.
Pasien hipertensi mempunyai risiko yang meningkat untuk terjadinya :

Penyakit jantung (gagal Jantung, kematian mendadak, kardiomiopati) dan


aritmia.
Stroke

Penyakit Jantung koroner

Aneurisma Aorta ( kelemahan dinding aorta yang mengakibatkan dilatasi


hingga 1,5 kali lebih besar dan berisiko untuk ruptur), sering
mengakibatkan kematian mendadak.

Gagal Ginjal.

Retinopati (penyakit mata yang mengakibatkan kebutaan)

Hipertensi
Klasifikasi dan bahan-bahan
eksternal
ICD-10
ICD-9

I10-I15
401

Daftar isi
[sembunyikan]

1 Tekanan darah
o 1.1 Klasifikasi
o

1.2 Pengaturan tekanan darah

2 Gejala

3 Penyebab hipertensi

4 Obat tradisional yang dapat digunakan

5 Pranala luar

6 Lihat pula

7 Referensi

Tekanan darah
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh
pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung
berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai
normal. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik.
Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua
lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.

Klasifikasi
Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa [1]
Kategori

Tekanan Darah
Sistolik

Tekanan Darah
Diastolik

Normal

< 120 mmHg

(dan) < 80 mmHg

Prehipertensi

120-139 mmHg

(atau) 80-89 mmHg

Stadium 1

140-159 mmHg

(atau) 90-99 mmHg

Stadium 2

>= 160 mmHg

(atau) >= 100


mmHg

Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi
tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal.
Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut.

Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah;
tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat
sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
Risiko untuk terjadi satu atau lebih dari kondisi diatas, meningkat sebanding dengan
peningkatan tekanan darahnya. Pembagian tekanan darah dilakukan untuk membantu
pengertian dokter dan pasiennya mengenai bahaya yang berhubungan dengan hipertensi.
Kategori dibawah ini berlaku untuk orang dewasa yang pada saat pemeriksaan tidak minum
obat untuk tekanan darah tinggi.

Derajat

Tekanan sistolik ( mmhg) Tekanan diastolik

Normal *

< 120

dan < 80 mmhg

Prehipertensi* 120 -139


*

atau 80 -89 mmhg

140 159

atau 90 -99

> 160

atau > 100

Sumber: JNC VII

* batas optimal untuk risiko penyakit kardiovaskuler. Namun tekanan darah


yang terlalu rendah (dibawah 90/60) juga dapat mengakibatkan
masalah jantung dan membutuhkan bantuan dokter.
** prehipertensi merupakan keadaan dimana tidak memerlukan medikasi
namun termasul pada kelompok yang berisiko tinggi untuk menjadi
hipertensi , penyakit jantung koroner dan stroke. Individu dengan
prehipertensi tidak memerlukan medikasi, tapi dianjurkan untuk
melakukan modifikasi hidup sehat yan penting mencegah peningkatan
tekanan darahnya. Modifikasi pola hidup sehat adalah penurunan
berat badan, diet, olahraga, mengurangi asupan garam, berhenti
merokok dan membatasi minum alkohol.
Dalam pasien dengan diabetes mellitus atau penyakit ginjal, penelitian telah menunjukkan
bahwa tekanan darah di atas 130/80 mmHg harus dianggap sebagai faktor risiko dan
sebaiknya diberikan perawatan.

Pengaturan tekanan darah


Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:

Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan


pada setiap detiknya

Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka


tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui
arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa
untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan
menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut,
dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis.
Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi
vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu
mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.

Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya


tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga
tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh.
Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga
meningkat.

Sebaliknya, jika:

Aktivitas memompa jantung berkurang


Arteri mengalami pelebaran

Banyak cairan keluar dari sirkulasi

Maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil.


Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi
ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh
secara otomatis).
Perubahan fungsi ginjal

Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:

Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran


garam dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume
darah dan mengembalikan tekanan darah ke normal.
Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan
garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan
darah kembali ke normal.
Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan
enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon
angiotensi, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon
aldosteron.

Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah; karena itu berbagai
penyakit dan kelainan pda ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.
Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa
menyebabkan hipertensi.
Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya
tekanan darah.

Sistem saraf otonom

Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom, yang untuk sementara
waktu akan:

meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-flight (reaksi fisik


tubuh terhadap ancaman dari luar)
meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung; juga
mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola di
daerah tertentu (misalnya otot rangka, yang memerlukan pasokan darah
yang lebih banyak)

mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan


meningkatkan volume darah dalam tubuh

melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin),


yang merangsang jantung dan pembuluh darah.

Gejala
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak
sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah
tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan
dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada
penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:

sakit kepala
kelelahan

mual

muntah

sesak nafas

gelisah

pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada


otak, mata, jantung dan ginjal.

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena
terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan
penanganan segera.

Penyebab hipertensi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum
diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh
hipertensi).

2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat


dari adanya penyakit lain.

Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada


jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya
tekanan darah.
Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10% penderita
hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah
kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar
adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin).
Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau
garam dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki
kepekaan yang diturunkan. Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk
sementara waktu, jika stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal.
Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:
1. Penyakit Ginjal
o Stenosis arteri renalis
o

Pielonefritis

Glomerulonefritis

Tumor-tumor ginjal

Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)

Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)

Terapi penyinaran yang mengenai ginjal

2. Kelainan Hormonal
o

Hiperaldosteronisme

Sindroma Cushing

Feokromositoma

3. Obat-obatan
o

Pil KB

Kortikosteroid

Siklosporin

Eritropoietin

Kokain

Penyalahgunaan alkohol

Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)

4. Penyebab Lainnya
o

Koartasio aorta

Preeklamsi pada kehamilan

Porfiria intermiten akut

Keracunan timbal akut.

Obat tradisional yang dapat digunakan

murbei[1]
daun cincau hijau[2]

seladri (tidak boleh lebih 1-10 gr per hari, karena dapat menyebabkan
penurunan tekanan darah secara drastis)

bawang putih (tidak boleh lebih dari 3-5 siung sehari)

daun misai kucing

minuman serai. teh serai yang kering atau serai basah(fresh) diminum 3
kali sehari. Dalam seminggu dapat nampak penurunan tekanan darah
tinggi

Orangtua Harus Rutin Ukur Tekanan Darah Anak.


Penyakit Hipertensi Bisa Menyerang Si Kecil
Penyakit hipertensi (darah tinggi) atau yang sering disebut silent killer, tak hanya
menyerang orang dewasa tapi juga bisa menyerang anak. Setidaknya, dalam satu survei
disebutkan tekanan darah pada anak-anak SD hingga usia remaja terdapat peningkatan
kejadian hipertensi dari 1-3 persen populasi anak menjadi 10 persen di usia remaja.
Dari 100 anak yang diperiksa tekanan darahnya, terdapat satu hingga tiga orang atau 0,1
persen di antaranya mengalami hipertensi. Hal ini dikatakan dr. Beni Satria, Direktur klinik
WKBT Perkumpulan keluarga berencana Indonesia (PKBI) Sumut, kemarin.
Dokter yang juga mejjabat sebagai Pengurus Ikatan Dokter Indonesia (IDI) wilayah Sumut
ini mengungkapkan, Diperkirakan 2 per 3 dari anak dengan hipertensi di kemudian hari akan
menderita kerusakan ginjal bila tidak ditangani dengan tepat, katanya Selasa (10/11).
Meskipun tidak banyak, namun kata dr. Beni, kasus hipertensi pada anak dapat berlangsung
hingga usia dewasa dan meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Oleh
karena itu orangtua harus mewaspadai hipertensi yang terjadi pada anak sesegera mungkin.
Hipertensi pada anak biasanya merupakan gejala dari penyakit yang sesungguhnya diderita

oleh anak. Hipertensi bahkan dapat menyerang bayi dan dapat menimbulkan kematian.
Di dalam dunia kedokteran, dikenal beberapa faktor penyebab hipertensi. Biasanya
berhubungan dengan beberapa penyakit ginjal, saraf-pusat, jantung dan pembuluh darah, dan
endokrin. Tetapi, bisa juga tak diketahui secara jelas penyakit penyebabnya atau sering
disebut hipertensi primer (esensial), ungkapnya.
Lebih lanjut dr. Beni menjelaskan, secara matematik, tekanan darah normal manusia
berbanding lurus dengan faktor kekuatan pompa-jantung (cardiac output) dan tahanan-perifer
pembuluh darah (peripheral resistance). Apabila salah satu faktor (atau keduanya) terganggu
dan mengalami peningkatan, maka tekanan darah akan meningkat.
Diungkapkannya hipertensi pada anak bisa disebabkan oleh berbagai hal, biasanya hipertensi
pada anak disebabkan oleh penyakit ginjal. Setidaknya faktor ini mendominasi hingga 80
persen dari seluruh kasus, termasuk juga faktor yang disebabkan penyakit susunan syaraf
pusat. Sebut saja misalnya tumor otak, jantung dan pembuluh darah, serta kelainan endokrin
(hormone).
Namun, hipertensi juga dapat tidak diketahui penyebabnya. Kasus seperti itu disebut dengan
hipertensi primer atau hipertensi esensial. Yang berbahaya ketika penyebab hipertensi tidak
diketahui. Karena itu, orangtua harus senantiasa waspada dengan mengukur tekanan darah
anaknya secara rutin, bebernya. Disebutkannya, dr. Beni bahwa jumlah anak penderita
hipertensi di Indonesia atau di Kota Medan belum diketahui secara pasti, jumlahnya memang
masih sangat sedikit. Setidaknya kurang dari 1 persen. Tidak terlalu besar memang namun
bisa menjadi serius bila anak Anda termasuk dalam kelompok kecil tersebut, sahutnya.
dr Beni bilang, umumnya orangtua sangat jarang mengukur tekanan darah anaknya. Sebab,
hipertensi identik dengan orang dewasa, terutama mereka yang kelebihan berat badan, serta
orangtua yang memiliki riwayat hipertensi.
Secara klinis gejala hipertensi pada anak dikemukakan dr. Beni, umumnya tanpa keluhan,
Namun pada kondisi tertentu dapat saja terdapat keluhan yang timbul pada anak seperti
mimisan, sakit kepala, yang tidak tahu sebabnya, pusing, penglihatan tiba-tiba kabur, nyeri
perut, mual-mual, muntah, napsu makan berkurang, gelisah, berat badan turun, sesak nafas,
nyeri dada dan keringat berlebihan, pertumbuhan dan perkembangan yang terlambat,
bilangnya.
Pada bayi, gejala hipertensi biasanya rewel berkepanjangan. Sedangkan pada anak besar,
gejala hipertensi antara lain sakit kepala, gelisah, berdebar-debar, hingga sesak nafas.
Sebagai orangtua, tentu tidak ingin buah hatinya mengalami penyakit ini. Untuk itu,
perhatikan pola makan anak. Hipertensi bisa disebabkan pola makan tidak sehat, seperti junk
food (cepat saji) yang banyak kandungan garam atau lemak yang tinggi. (Adelina Savitri,
Medan)

You might also like