You are on page 1of 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan sebuah Negara berbentuk republik yang
mempunyai wilayah yang sangat luas. Sehingga otonomi daerah atau
desentralisasi perlu dilakukan karena tidak ada suatu pemerintahan dari suatu
negara yang luas mampu secara efektif membuat kebijakan publik di segala
bidang atau pun mampu melaksanakan kebijakan tersebut secara efisien di seluruh
wilayahnya. Dengan adanya desentralisasi tersebut diharapkan beban pemerintah
dalam mengelola urusan publik akan berkurang dan diharapkan juga akan
mempercepat proses pelayanan kepada masyarakat. Dengan demikian maka
masyarakat daerah akan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk
mempengaruhi kebijakan lokal serta kesempatan untuk membangun daerahnya
sendiri.
Risna

Rahmawati

(2007:1)

menyatakan bahwa salah satu faktor yang

berpengaruh dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah faktor keuangan yang


baik, sumber pendapatan, jumlah uang yang cukup dan pengelolaan keuangan
yang sesuai dengan tujuan dan peraturan yang berlaku.
Dalam hubungannya dengan keuangan daerah ini, dalam UU no. 25 tahun
1999, yang termasuk dalam sumber-sumber penerimaan daerah adalah Pendapatan
Asli Daerah (PAD), dana perimbangan, pinjaman daerah, dan

lain-lain

penerimaan yang sah (pasal 3), berikut ini sumber-sumber penerimaan daerah:
1.

Pendapatan Asli Daerah (PAD); merupakan pendapatan daerah dari hasil


pajak, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan hasil
pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan, serta lain-lain PAD
yang sah.

2.

Dana perimbangan; dana ini merupakan penerimaan daerah yang diperoleh


dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), bea perolehan hak atas

tanah dan bangunan, dan penerimaan dari sumber daya alam, dana alokasi
umum, dan dana alokasi khusus.
Berkenaan dengan sumber penerimaan daerah yang diperoleh dari
pengelolaan daerah dan berhubungan dengan penerimaan dari sumber daya alam
yang dimiliki daerah, maka penulis melihat adanya keterkaitan antara penerimaan
dari sektor pariwisata dengan jumlah penerimaan yang diperoleh daerah
khususnya dalam hal penerimaan pajak daerah yang didalamnya termasuk pajak
hotel dan pajak restoran.
Pemberlakuan Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang otonomi daerah
memberi harapan baru, sekaligus tantangan bagi daerah kabupaten dan kota
khususnya, dalam menjalankan roda pemerintahan serta mengemban misi
pelayanan masyarakat. Kondisi krisis ekonomi saat ini semakin memacu semua
pihak

untuk

berupaya

meningkatkan

kesejahteraan

masyarakat

melalui

pembangunan daerah (people prosperity).


Berbagai upaya penggalian maupun pengembangan potensi daerah dituntut
untuk meningkatkan sumber penerimaan daerah, sebagai salah satu modal
pembiayaan dan penyelenggaraan pembangunan. Hal ini penting, sebab
Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan
yang tidak tergantung pada pemerintah pusat, seperti dana alokasi umum maupun
khusus. Dengan kata lain, Pendapatan Asli Daerah merupakan simbol
kemandirian keuangan daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan di daerah.
Bersamaan dengan pemberian peran yang lebih besar dari pusat ke daerah
sebagai konsekuensi otonomi daerah, semakin memacu daerah untuk menggali
sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah. Salah satu potensi yang dapat digali dan
dikembangkan sebagai sumber pendapatan tersebut yakni kekayaan sumber
daya alam dan budaya yang dieksploitasi sebagai obyek dan daya tarik wisata.

Alasan utama pengembangan pariwisata pada suatu daerah sangat erat


kaitannya dengan pembangunan perekonomian daerah tersebut, dalam hal
keuntungan dan manfaat yang bisa diperoleh masyarakat daerah setempat. Apabila
usaha pariwisata dikembangkan dengan baik, dengan sendirinya akan memberikan
dampak positif bagi daerah tersebut.
Hal ini konsisten dengan pendapat Singh (1997:2) yang menyatakan bahwa
pariwisata merupakan kegiatan ekonomi terpenting ketiga di Indonesia, yang
dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan secara signifikan telah membuka
lapangan kerja dan peluang berusaha. Secara langsung dengan dibangunnya
sarana dan prasarana pariwisata di suatu daerah, maka tenaga kerja akan banyak
diserap oleh proyek-proyek pembangunan di tempat rekreasi, obyek wisata, hotel
dan restoran, serta transportasi ke obyek wisata.
Dengan dikembangkannya pariwisata di suatu daerah, diharapkan jumlah
kunjungan wisatawan akan meningkat yang selanjutnya akan menimbulkan
permintaan baru terhadap hasil-hasil pertanian, peternakan, perkebunan, kerajinan
maupun industri rumah tangga, sebagai akibat dari pengeluaran uang yang
dibelanjakan di daerah tujuan wisata tersebut. Dengan demikian upaya
pengembangan pariwisata itu tidak berdiri sendiri, akan tetapi berkaitan erat
dengan sektor ekonomi, sosial dan budaya (Yoeti, 2001:2).
Sebagaimana kita ketahui bahwa alam merupakan sumber daya yang tidak
ternilai harganya, kita dapat menikmati dan memperoleh semua yang kita
butuhkan dari alam, baik untuk kegiatan ekonomi, sosial budaya, industri dan
kebutuhan-kebutuhan lainnya. Keindahan alam yang ada di Indonesia merupakan
aset bagi negara dan dapat digunakan sebagai salah satu sumber penghasilan
negara yang diperoleh dari kegiatan pariwisata.
Tak terkecuali Kabupaten Cianjur, yang terletak di Propinsi Jawa Barat
tergerak untuk turut menggali potensi pariwisatanya. Hal ini terlihat dari core
business yang tertuang dalam Visi yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah yakni

menjadikan Cianjur sebagai salah satu pusat agribisnis dan pariwisata di Propinsi
Jawa Barat. Terlebih melalui Keputusan Presiden Nomor 48 tahun 1983,
Kabupaten Cianjur ditetapkan sebagai salah satu kabupaten yang harus
memperoleh penanganan khusus dalam hal penataan ruang dan penertiban serta
pengendalian pembangunan pada kawasan pariwisata.
Berdasarkan potensi wisata yang ada di Kabupaten Cianjur, maka jenis
pariwisata yang dapat dikembangkan adalah pariwisata untuk menikmati
perjalanan (pleasure tourisme), pariwisata untuk rekreasi, dan pariwisata untuk
kebudayaan. Obyek dan daya tarik wisata untuk jenis pariwisata menikmati
perjalanan, Cianjur memiliki kawasan wisata Puncak, sedangkan untuk jenis
wisata rekreasi terdapat Kebun Raya Cibodas, Pantai Jayanti, Taman Bunga
Nusantara, Taman Nasional Gede Pangrango, Wisata Tirta Jangari, Wanawisata
Mandala Wangi, serta untuk jenis wisata kebudayaan terdapat Istana Kepresidenan
Cipanas dan Makam Dalem Cikundul.
Pada tahun 2011 Kepala Dinas Perpajakan Daerah Kabupaten Cianjur Dadan
Harmilan melalui kepala bidang potensi perpajakan Abdul Hanan Sukmana
mengungkapkan selama tahun 2011. Total potensi PAD Kabupaten Cianjur tahun
2011 tercatat sebesar Rp. 12,3 Miliar yang meliputi pajak hotel, restoran, hiburan,
reklame dan parkir. Sebagian besar diperoleh dari kawasan Cianjur utara.
(http://www.dicianjur.com/cipanas-penyumbang-pad-terbesar-kab-cianjur.php
Tahun ini Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten
Cianjur, Tedi Artiawan mengatakan. Pencapaian pendapatan dari kunjungan
wisatawan ke Pantai Jayanti melebihi target pendapatan asli daerah (PAD) 2014.
Adapun pencapaian pendapatan dari pantai Jayanti mencapai 111,05 persen
sebagian besar berasal dari pajak hotel dan restoran. Sumber (Tribun Jabar:2015)
Dampak

positif

yang

langsung

diperoleh

pemerintah

daerah

atas

pengembangan pariwisata tersebut yakni berupa pajak daerah maupun bukan


pajak lainnya. Sektor pariwisata memberikan kontribusi kepada daerah melalui

pajak daerah, laba Badan Usaha Milik Daerah, serta pendapatan lain-lain yang sah
berupa pemberian hak atas tanah pemerintah. Dari pajak daerah sendiri, sektor
pariwisata memberikan kontribusi berupa pajak hotel dan restoran, pajak hiburan,
pajak reklame, pajak minuman beralkohol serta pajak pemanfaatan air bawah
tanah.
Keberadaan Kabupaten Cianjur yang penuh dengan tempat tujuan wisata
alam dan wisata budaya tentunya menjadi daya tarik tersendiri bagi para
wisatawan domestik maupun asing. Jumlah wisatawan yang datang akan
mempengaruhi jumlah pendapatan daerah yang diterima Kabupaten Cianjur dari
sektor pariwisata. Pendapatan yang diterima tersebut akan menjadi bagian penting
Konsisten dengan hal di atas, keberadaan hotel dan restoran yang merupakan
manifestasi dari sarana penunjang pariwisata maupun sebagai obyek pajak,
menunjukkan bahwa Kabupaten Cianjur memiliki peluang yang cukup besar
untuk dikembangkan, sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini :
Tabel 1.1
Rasio Pajak Hotel dan Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah Tahun
Anggaran 2010-2014

TAHUN

PENDAPATAN

ANGGARAN

ASLI

PAJAK

HOTEL RASIO (%)

DAERAH DAN RESTORAN

(RP)

(RP)

4=3:2

2014

279.096.823.179,2

106.313.853.547,6

0,38

266.100.616.612,0

72.705.571.590,00

2013

0,27

2012

215.802.558.713,0

58.244.642.590,00

0,26

46.067.864.754,00

0,31

114.305.535.968,00 21.104.067.037,00

0.18

0
2011

147.346.021.050,0
0

2010
RATA-RATA
Sumber

0,28
: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Cianjur,
Laporan Realisasi PAD Tahun Anggaran 2010 - 2014, diolah.

Penerimaan pajak hotel dan restoran selama ini masih didasarkan perkiraan
atas realisasi penerimaan tahun sebelumnya sehingga belum diketahui apakah
penentuan target ini sudah mendekati potensi yang sebenarnya ataukah
sebaliknya. Oleh karena itu, potensi pajak tersebut menjadi sangat penting untuk
diketahui. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka permasalahan yang diteliti
adalah seberapa besar potensi Pajak hotel dan restoran terhadap penerimaan asli
daerah di Kabupaten Cianjur.
Adapun penelitian ini akan menganalisis potensi pajak hotel dan restoran
dalam sektor pariwisata sebagai salah satu faktor dalam hal penerimaan asli
daerah Kabupaten Cianjur, serta menetapkan proyeksi untuk menentukan target
pajak hotel dan restoran di masa yang akan datang. Perbedaan yang menonjol dari
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah menyangkut potensi nyata
yang dimiliki suatu wilayah yang mengembangkan obyek dan daya tarik wisata.
Pemahaman peneliti meyakini bahwa belum diperoleh hasil-hasil penelitian
sebelumnya mengenai potensi pajak hotel dan restoran dalam meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Cianjur
Atas dasar latar belakang di atas, maka penulis mengangkat judul Pengaruh
Pajak Hotel dan Pajak Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di
Kabupaten Cianjur.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan judul di atas, maka pembahasan akan dititikberatkan pada
masalah pokok yang diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan Pajak Hotel dan Restoran Kabupaten Cianjur
selama 5 (lima) periode yaitu tahun 2010 sampai dengan 2014
2. Bagaimana perkembangan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Cianjur
selama 5 (lima) periode yaitu tahun 2010 sampai dengan 2014
3. Seberapa besar peranan Pajak Hotel dan Restoran dalam meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Cianjur
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan Pajak Hotel dan Restoran
di Kabupaten Cianjur selama 5 (lima) periode yaitu tahun 2010 sampai
dengan 2014
2. Untuk mengetahui Bagaimana perkembangan Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Cianjur selama 5 (lima) periode yaitu tahun 2010 sampai
dengan 2013
3. Untuk mengetahui seberapa besar peranan Pajak Hotel dan Restoran
dalam meningkatkan pendapatan Asli Daerah Kabupaten Cianjur
D. Manfaat Penelitian
Dari Informasi yang ada, diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat
dari segi:
1. Manfaat dari Segi Teoritis
a. Hasil penelitian ini merupakan sumbangan terhadap ilmu pendidikan,
khususnya dalam hal kinerja keuangan daerah Kabupaten Cianjur.
b. Memberikan sumbangan pemikiran keilmuan pada Jurusan Akuntansi.

2. Manfaat dari Segi Kebijakan

a. Menjadi informasi atau masukkan bagi para peneliti selanjutnya serta para
pengambil kebijakan dalam bidang akuntansi sektor pemerintahan.

3. Manfaat dari Segi Praktis


a. Mengoptimalkan pengembangan pariwisata dan penerimaan pajak hotel
dan restoran untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten
Cianjur.
b. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Daerah dalam penentuan target
penerimaan Pajak Hotel dan Restoran pada masa mendatang di Kabupaten
Cianjur..

4. Manfaat dari Segi Isu serta Aksi Sosial


a. Memberikan opini baru bagi pemerintah daerah

dalam upaya

pembangunan daerah Kabupaten Cianjur


.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Keseluruhan penulisan skripsi ini disusun dengan membagi ke dalam lima
bab, yang masing-masing berisikan hal-hal sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Menguraikan secara singkat mengenai latar belakang masalah, identifikasi dan
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
Bab II Landasan Teori
Bab ini akan secara khusus membahas kerangka teori yang menjadi pijakan
dalam pembahasan selanjutnya.
Bab III Metode Penelitian

Bab ini akan menguraikan tentang desain penelitian, partisipan, populasi dan
sampel, instrumen penelitian, prosedur penelitian, dan analisis data.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini akan membahas penyampaian hasil pengolahan data yang berbentuk
tabel atau grafik yang di dalamnya berisikan angka statistik, dan penyajian data.
Bab V Kesimpulan, Implikasi dan Rekomendasi
Merupakan bab terakhir dari skripsi ini yang akan menyajikan penafsiran dan
pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian sekaligus
mengajukan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian.

You might also like