Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan penyakit
menular dengan angka kematian yang tinggi dan dapat menjangkiti seluruh
lapisan masyarakat dari mulai bayi sampai dewasa baik laki-laki maupun
perempuan. Di Indonesia, sejak tahun 1987 perkembangan jumlah kasus
AIDS maupun HIV (+) cenderung meningkat pada setiap tahunnya.
Menurut laporan UNAIDS (2004), diketahui jumlah penderita HIV di
Indonesia sebanyak diperkirakan 110.000 orang, sedangkan menurut harian
Galamedia (28 Juli 2005) sampai Juni 2005 jumlah penderita AIDS di
Indonesia tercatat 7098 orang. Secara epidemiologi dikenal fenomena gunung
es, artinya bila ada satu kasus yang tercatat maka diasumsikan terdapat 200
kasus yang sama yang tidak tercatat.
Sejak pertama kali ditemukan (1987) sampai dengan September 2012, kasus
HIV-AIDS tersebar di 341 (71%) dari 497 kabupaten/kota di seluruh (33)
provinsi di Indonesia. Kasus HIV, dari Juli sampai dengan September 2012
jumlah kasus baru HIV yang dilaporkan sebanyak 5.489 kasus. Kasus AIDS, dari
Juli sampai dengan September 2012 jumlah kasus baru AIDS yang dilaporkan
sebanyak 1.317 kasus. Menurut data Komisi Penanggulangan HIV-AIDS (KPA)
Jawa Tengah, 1993 hingga Maret 2012, tercatat hampir 5.000 kasus HIV/AIDS
menempati urutan keempat. Sedangkan di Kabupaten Blora data terakhir
kunjungan ke VCT RSU Blora dari Januari sampai April 2013 kemarin ada 27
orang yang berkonsultasi. Dari 27 orang tersebut 14 orang diantaranya
dinyatakan positif HIV. Sedangkan data perkembangan HIV/AIDS di Kabupaten
Blora sejak tahun 2008 ternyata juga menunjukkan peningkatan. Yakni pada
tahun 2008 sebanyakn 4 kasus, 2009 ada 3 kasus, 2010 ada 4 kasus, 2011 naik
menjadi ada 11 kasus. Sementara di tahun 2012 lalu ada 11 kasus juga,
sedangkan tahun 2013 sampai bulan April lalu telah ada 14 yang positif HIV.
Hampir 70% dari jumlah penderita HIV telah berubah menjadi AIDS dan 80%
penderita AIDS sudah meninggal dunia. (rs-infoBlora - Suara Merdeka).
Tenaga keperawatan merupakan tenaga kesehatan terbanyak di rumah
sakit dan memiliki kontak yang paling lama dengan pasien. Pekerjaan
1
perawat merupakan jenis pekerjaan yang beresiko kontak dengan darah, cairan
tubuh pasien, tertusuk jarum suntik bekas pasien, dan bahaya-bahaya lain
yang dapat menjadi media penularan penyakit. Menurut laporan situs
http://www.avert.org, di Amerika Serikat pada tahun 2001 terdapat 57 kasus
tenaga kesehatan yang terinfeksi HIV akibat resiko pekerjaan. Dari 57
kasus tersebut, 24 kasus diantaranya (terbanyak) dialami oleh perawat. Di
Indonesia, walaupun belum ada data yang pasti, namun jika melihat
pengendalian infeksi di rumah sakit yang masih lemah, maka resiko
penularan infeksi termasuk HIV terhadap perawat bisa dikatakan cukup
tinggi.
2. Rumusan Masalah
- Menjelaskan Tinjauan Medis HIV/AIDS
- Menjelaskan Tinjauan Keperawatan HIV/AIDS
3. Tujuan Penulisan
- Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui definisi HIV/AIDS
b. Untuk mengetahui etiologi HIV/AIDS
c. Untuk mengetahui patofisiologi HIV/AIDS
d. Untuk mengetahui manifestasi klinis HIV/AIDS
e. Untuk mengetahui pathway HIV/AIDS
f. Untuk mengetahui pengelolaan kasus dengan HIV/AIDS menurut
tinjauan medis,keperawatan (focus intervensi)
g. Untuk mengetahui tinjauan kritis masalah keperawatan yang muncul
-
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Definisi
dalam tubuh pengidap HIV yang selalu dianggap infectious yang setiap saat
dapat aktif dan dapat ditularkan selama hidup penderita tersebut.
3. Cara Penularan AIDS
Secara umum ada 5 faktor yang perlu diperhatikan pada penularan suatu
penyakit yaitu sumber infeksi, vehikulum yang membawa agent, host yang
rentan, tempat keluar kuman dan tempat masuk kuman.
Virus HIV sampai saat ini terbukti hanya menyerang sel Lymfosit T dan sel
otak sebagai organ sasarannya. Virus HIV sangat lemah dan mudah mati diluar
tubuh. Sebagai vehikulum yang dapat membawa virus HIV keluar tubuh dan
menularkan kepada orang lain adalah berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh yang
terbukti menularkan diantaranya semen, cairan vagina atau servik dan darah
penderita.
Banyak cara yang diduga menjadi cara penularan virus HIV, namun hingga
kini cara penularan HIV yang diketahui adalah melalui :
a. Transmisi Seksual
Penularan melalui hubungan seksual baik Homoseksual maupun
Heteroseksual merupakan penularan infeksi HIV yang paling sering terjadi.
Penularan ini berhubungan dengan semen dan cairan vagina. Infeksi dapat
ditularkan dari setiap pengidap infeksi HIV kepada pasangan seksnya.
Resiko penularan HIV tergantung pada pemilihan pasangan seks, jumlah
pasangan seks dan jenis hubungan seks. Pada penelitian Darrow (1985)
ditemukan resiko seropositive untuk zat anti terhadap HIV cenderung naik
pada hubungan seksual yang dilakukan pada pasangan tidak tetap. Orang
yang sering berhubungan seksual dengan berganti pasangan merupakan
kelompok manusia yang berisiko tinggi terinfeksi virus HIV.
1) Homoseksual
Barat, Amerika Serikat dan Eropa tingkat promiskuitas homoseksual
menderita AIDS, berumur antara 20 40 tahun dari semua golongan usia.
Cara hubungan seksual anogenetal merupakan perilaku seksual
dengan resiko tinggi bagi penularan HIV, khususnya bagi mitra seksual
yang pasif menerima ejakulasi semen dari seseorang pengidap HIV. Hal
ini sehubungan dengan mukosa rectum yang sangat tipis dan mudah
sekali mengalami perlukaan pada saat berhubungan secara anogenital.
2) Heteroseksual
Di afrika dan Asia Tenggara cara penularan utama melalui hubungan
heteroseksual pada promiskuitas dan penderita terbanyak adalah
4
kelompok umur seksual aktif baik pria maupun wanita yang mempunyai
banyak pasangan dan berganti ganti.
b. Transmisi Non Seksual
1) Transmisi Parental
Yaitu akibat penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya (alat
tindik) yang telah terkontaminasi, misalnya pada penyalahgunaan
narkotik suntik yang menggunakan jarum suntik yang tercemar secara
bersama sama. Disamping dapat juga terjadi melalui jarum suntik yang
dipakai oleh petugas kesehatan tanpa disterilkan terlebih dahulu. Resiko
tertular cara transmisi parental kurang dari 1%.
2) Produk Darah
Transmisi melalui transfuse atau produk darah terjadi dinegara
Negara barat sebelum tahun 1985. Sesudah tahun 1985 transmisi melalui
jalur ini di Negara barat sangat jarang, karena darah donor telah
diperiksa sebelum ditransfusikan. Resiko tertular infeksi HIV lewat
transfuse darah adalah lebih dari 90%.
c. Transmisi Transplasental
Penularan dari ibu yang mengandung HIV positif ke anak mempunyai resiko
sebesar 50%. Penularan dapat terjadi sewaktu hamil, melahirkan dan
sewaktu menyusui. Penularan melalui air susu ibu termasuk penularan
dengan resiko rendah (Siregar, 2008).
4. Patofisiologi
Penyakit AIDS disebabkan oleh Virus HIV. Masa inkubasi AIDS
diperkirakan antara 10 minggu sampai 10 tahun. Diperkirakan sekitar 50% orang
yang terinfeksi HIV akan menunjukan gejala AIDS dalam 5 tahun pertama, dan
mencapai 70% dalam sepuluh tahun akan mendapat AIDS. Berbeda dengan virus
lain yang menyerang sel target dalam waktu singkat, virus HIVmenyerang sel
target dalam jangka waktu lama. Supaya terjadi infeksi, virus harus masuk ke
dalam sel, dalam hal ini sel darah putih yang disebut limfosit. Materi genetik
virus dimasukkan ke dalam DNA sel yang terinfeksi. Di dalam sel, virus
berkembangbiak dan pada akhirnya menghancurkan sel serta melepaskan
partikel virus yang baru. Partikel virus yang baru kemudian menginfeksi limfosit
lainnya dan menghancurkannya.
Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein yang
disebut CD4, yang terdapat di selaput bagian luar. CD4 adalah sebuah marker
atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama
5
sel-sel limfosit.Sel-sel yang memiliki reseptor CD4 biasanya disebut sel CD4+
atau limfosit T penolong. Limfosit T penolong berfungsi mengaktifkan dan
mengatur sel-sel lainnya pada sistem kekebalan (misalnya limfosit B, makrofag
dan limfosit T sitotoksik), yang kesemuanya membantu menghancurkan sel-sel
ganas dan organisme asing. Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T
penolong, sehingga terjadi kelemahan sistem tubuh dalam melindungi dirinya
terhadap infeksi dan kanker.
Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T penolong
melalui 3 tahap selama beberapa bulan atau tahun. Seseorang yang sehat
memiliki limfosit CD4 sebanyak 800-1300 sel/mL darah. Pada beberapa bulan
pertama setelah terinfeksi HIV, jumlahnya menurun sebanyak 40-50%. Selama
bulan-bulan ini penderita bisa menularkan HIV kepada orang lain karena banyak
partikel virus yang terdapat di dalam darah. Meskipun tubuh berusaha melawan
virus, tetapi tubuh tidak mampu meredakan infeksi. Setelah sekitar 6 bulan,
jumlah partikel virus di dalam darah mencapai kadar yang stabil, yang berlainan
pada setiap penderita. Perusakan sel CD4+ dan penularan penyakit kepada orang
lain terus berlanjut. Kadar partikel virus yang tinggi dan kadar limfosit CD4+
yang rendah membantu dokter dalam menentukan orang-orang yang beresiko
tinggi menderita AIDS. 1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS, jumlah limfosit
CD4+ biasanya menurun drastis. Jika kadarnya mencapai 200 sel/mL darah,
maka penderita menjadi rentan terhadap infeksi.
Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B (limfosit
yang menghasilkan antibodi) dan seringkali menyebabkan produksi antibodi
yang berlebihan. Antibodi ini terutama ditujukan untuk melawan HIV dan
infeksi yang dialami penderita, tetapi antibodi ini tidak banyak membantu dalam
melawan berbagai infeksi oportunistik pada AIDS. Pada saat yang bersamaan,
penghancuran limfosit CD4+ oleh virus menyebabkan berkurangnya
kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam mengenali organisme dan sasaran
baru yang harus diserang.
Setelah virus HIVmasuk ke dalam tubuh dibutuhkan waktu selama 3-6 bulan
sebelum titer antibodi terhadap HIVpositif. Fase ini disebut periode jendela
(window period). Setelah itu penyakit seakan berhenti berkembang selama lebih
kurang 1-20 bulan, namun apabila diperiksa titer antibodinya terhadap HIV tetap
positif (fase ini disebut fase laten) Beberapa tahun kemudian baru timbul
6
Gejala penyakit AIDS sangat bervariasi. Berikut ini gejala yang ditemui pada
penderita AIDS:
Kesadaran menurun,
Penurunan ketajaman penglihatan,
Bercak ungu kehitaman dikulit
Gejala penyakit AIDS tersebut harus ditafsirkan dengan hati-hati, karena
Pada manusia virus ini 50% hidup sebagai komensial pada paru
paru tetapi dapat menyebabkan pneumocystis. CMV merupakan
penyebab kematian pada 30% penderita AIDS.
c) Mycrobacterium Avilum
Menimbulkan pneumoni difus, timbul pada stadium akhir dan
sulit disembuhkan.
d) Mycrobacterium Tuberculosis
Biasanya timbul lebih dini, penyakit cepat menjadi miliar dan
cepat menyebar ke organ lain diluar paru.
2) Manifestasi pada Gastroitestinal
Tidak ada nafsu makan, diare kronis, berat badan turun lebih 10%
per bulan.
c. Manifestasi Neurologis
Sekitar 10% kasus AIDS menunjukkan manifestasi Neurologis, yang
biasanya timbul pada fase akhir penyakit. Kelainan syaraf yang umum
adalah ensefalitis, meningitis, demensia, mielopati dan neuropari perifer
(Siregar, 2008).
Gambaran klinis infeksi HIV dapat disebabkan HIV-nya sendiri (sindrom
retroviral akut, demensia HIV), infeksi ofortunistik, atau kanker yang terkait AIDS.
Perjalanan penyakit HIV dibagi dalam tahap-tahap berdasarkan keadaan klinis dan
jumlah CD4.( Arif Mansjoer, 2000).
1. Infeksi retroviral akut
Frekuensi gelaja infeksi retroviral akut sekitar 50-90%. Gambaran klinis
menunjukkan demam, pembesaran kelenjar, hepatoplemagali, nyeri tenggorokan,
mialgia, rash seperti morbili, ulkus pada mukokutan, diare, leukopenia, dan limfosit
atipik. Sebagian pasien mengalami gangguan neorologi seperti mrningitis asepik,
sindrom Gillain Barre, atau psikosis akut. Sindrom ini biasanya sembuh sendiri tanpa
pengobatan.
2. Masa asimtomatik
Pada masa ini pasien tidak menunjukkan jegala,tetapi dapat terjadi
limfadenopati umum. Penurunan jumlah CD4 terjadi bertahap, disebut juga masa
jendela (window period).
3. Masa gejala dini
Pada masa ini julah CD4 berkisar antar 100-300. Gejala yang timbul adalah
akibat infeksi pneumonia bakterial, kandidosis vagina, sariawan, herped zoster,
leukoplakia, ITP, dan tuberkolosis paru. Masa ini dulu disebut AIDS Related
Complex(ARC).
4. Masa gejala lanjut
Pada masa ini jumlah CD4 dibawah 200. Penurunan daya tahan ini
menyebabkan risiko tinggi rendahnya infeksi oportunistik berat atau keganasan.
6. Komplikasi
a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral,
gingivitis,peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia
oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
b. Neurologik
1) kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan
kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan
isolasi social.
2) Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit
kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.
3) Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan
maranik endokarditis.
4) Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human
Immunodeficienci Virus (HIV)
c. Gastrointestinal
1) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,
limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat
badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.
2) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal,
alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen,
ikterik,demam atritis.
3) Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal
yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri
rectal, gatal-gatal dan siare.
d. Respirasi
10
HIV.
Mencapai dan mempertahankan berat badan secara komposisi tubuh
relaksasi.
b. Tujuan Khusus Diet Penyakit HIV/AIDS adalah:
Mengatasi gejala diare, intoleransi laktosa, mual dan muntah.
Meningkatkan kemampuan untuk memusatkan perhatian, yang terlihat
pada: pasien dapat membedakan antara gejala anoreksia, perasaan
otot).
Memberikan kebebasan pasien untuk memilih makanan yang adekuat
jam. Makanan ini rendah nilai gizinya dan membosankan. Untuk memenuhi
kebutuhan energy dan zat gizinya, diberikan makanan enteral atau sonde
sebagai tambahan atau sebagai makanan utama.
3) Diet AIDS III
Diet AIDS III diberikan sebagai perpindahan dari Diet AIDS II atau
kepada pasien dengan infeksi HIV tanpa gejala. Bentuk makanan lunak atau
biasa, diberikan dalam porsi kecil dan sering. Diet ini tinggi energy, protein,
vitamin dan mineral. Apabila kemampuan makan melalui mulut terbatas dan
masih terjadi penurunan berat badan, maka dianjurkan pemberian makanan
sonde sebagai makanan tambahan atau makanan utama.
15
BAB III
TINJAUAN KEPERAWATAN
1. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian keperawatan untuk penderita AIDS (Doenges, 1999) adalah
1) Aktivitas / istirahat.
Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, malaise
2) Sirkulasi.
Takikardia , perubahan TD postural, pucat dan sianosis.
3) Integritas ego.
Alopesia , lesi cacat, menurunnya berat badan, putus asa, depresi,
marah, menangis.
4) Elimiinasi.
Feses encer, diare pekat yang sering, nyeri tekanan abdominal,
abses rektal.
5) Makanan / cairan.
Disfagia, bising usus, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut,
kesehatan gigi / gusi yang buruk, dan edema.
6) Neurosensori.
Pusing, kesemutan pada ekstremitas, konsentrasi buruk, apatis,
dan respon melambat.
7) Nyeri / kenyamanan.
Sakit kepala, nyeri pada pleuritis, pembengkakan pada sendi,
penurunan rentang gerak, dan gerak otot melindungi pada bagian yang
sakit.
8) Pernafasan.
Batuk, Produktif / non produktif, takipnea, distres pernafasan.
b. Diagnosa, Intervensi, Rasional Keperawatan
16
berventilasi baik.
Diskusikan tingkat dan rasional isolasi
kesehatan pribadi.
Pantau tanda-tanda vital, termasuk suhu.
terisolasi.
Memberikan informasi data dasar,
peningkatan suhu secara berulang-ulang
dari demam yang terjadi untuk
menunjukan bahwa tubuh bereaksi
17
kulit.
Identifikasi/perawatan awal dari infeksi
inflamasi lokal.
Awasi pembuangan jarum suntik dan
sepsis.
Mencegah kontaminasi tak disengaja dari
pemberian perawatan.
enzim
perkembangan komplikasi.
takikardia, meringis.
Instruksikan pasien untuk menggunakan
sehat.
sakit.
Meningkatkan relaksasi atau menurunkan
diri.
Memungkinkan penghematan energy,
frustasi.
Toleransi bervariasi tergantung pada
untuk makan.
Hopermotilitas saluran intestinal umum
terjadi dan dihubungkan dengan muntah
dan diare, yang dapat mempengaruhi
meningkatkan pemasukan.
untuk ditelan
pemasukan makanan.
Mengindikasikan status nutrisi dan fungsi
pengganti.
cairan.
Peningakatan berat jenis urine/penurunan
haluaran urine menunjukan perubahan
perfusi ginjal.
Mempertahankan keseimbangan cairan,
membran mukosa.
Mungkin dapat mengurangi diare.
menghadapinya.
INTERVENSI
Jamin pasien tentang kerahasiaan dalam
RASIONAL
Memberikan penentraman hati lebih
diantisipasi.
Menjamin bahwa pasien tidak akan
dengan pasien.
Waspada terhadap tanda-tanda
penolakan/depresi.
mekanisme
akurat.
Penerimaan perasaan akan membuat
konfirmasi.
Kolaborasi : Rujuk pada konseling
psikiatri (psikiater)
BAB IV
PEMBAHASAN
Permasalahan keperawatan yang muncul pada klien dengan HIV/AIDS adalah:
1. Infeksi berhubungan dengan resiko tinggi terhadap pertahanan primer tak
efektif, depresi system imun.
Virus AIDS (HIV) masuk ke dalam tubuh seseorang dalam keadaan
bebas atau berada di dalam sel limfosit. Virus ini memasuki tubuh dan
terutama menginfeksi sel yang mempunyai molekul CD4. Sel-sel CD4positif (CD4+) mencakup monosit, makrofag dan limfosit T4 helper. Saat
virus memasuki tubuh, benda asing ini segera dikenal oleh sel T helper
(T4), tetapi begitu sel T helper menempel pada benda asing tersebut,
reseptor sel T helper tidak berdaya bahkan HIV bisa pindah dari sel induk
ke dalam sel T helper tersebut. Jadi, sebelum sel T helper dapat mengenal
benda asing, virusHIV lebih dahulu telah melumpuhkan sel T helper
tersebut sehingga benda asing termasuk virus, bakteri, kuman dengan
mudah masuk ketubuh ODHA.
2. Nyeri berhubungan dengan inflamasi/kerusakan jaringan.
Virus HIV menyerang system imun terutama limfosit, sel penanda
CD4, sehingga mudah terjadi infeksi dan infeksi ini terjadi secara sistemik
artinya dapat terjadi pada seluruh organ-organ. Kerusakan jaringan dapat
22
23
ion bikarbonat, kalium dan natrium. Diare pada HIV bisa terjadi karena
virus, bakteri, parasit yang menginfeksi pada gastrointestinal.
6. Ansietas berhubungan dengan ancaman konsep pribadi, penularan
penyakit pada orang lain.
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian
yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sundeen, 1991). Sedangkan
pada HIV/AIDS terjadi peningkatan ketegangan, ketakutan, perasaan tidak
berdaya, putus asa.
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul
karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV.
Etiologi AIDS disebabkan oleh virus HIV-1 dan HIV-2 adalah lentivirus
sitopatik, dengan HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS diseluruh dunia.
Manifestasi klinis AIDS yaitu Infeksi retroviral akut : gambaran klinis
menunjukkan demam, pembesaran kelenjar, hepatoplemagali, nyeri
tenggorokan, mialgia, rash seperti morbili, ulkus pada mukokutan, diare,
leukopenia, dan limfosit atipik. Masa asimfomatik : pada masa ini pasien tidak
menunjukkan jegala,tetapi dapat terjadi limfadenopati umum. penurunan jumlah
cd4 terjadi bertahap, disebut juga masa jendela (window period). Masa gejala
dini : gejala yang timbul adalah akibat infeksi pneumonia bakterial, kandidosis
vagina, sariawan, herped zoster, leukoplakia, itp, dan tuberkolosis paru. Masa
gejala akut : pada masa ini jumlah cd4 dibawah 200. penurunan daya tahan ini
menyebabkan risiko tinggi rendahnya infeksi oportunistik berat atau keganasan.
Patofisiologis AIDS yaitu disebabkan oleh virus HIV. Masa inkubasi
AIDS diperkirakan 10 minggu -10 tahun. Virus menempel pada limfosit T
24
25
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman
untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien,edisi 3, alih
bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S. Jakarta: ECG
PDF Buku AIDS http://ners.unair.ac.id/materikuliah/BUKU-AIDS-2007.pdf Diakses :
Tanggal 11 November 2014, Pukul 10.00 WITA
PDF AIDS http://fkep.unand.ac.id/images/3.5_napza_dan_HIV_aids.pdf. Diakses :
Tanggal 11 November 2014, Pukul 10.00 WITA
PDF Pengantar Askep http://roelcup.files.wordpress.com/2010/06/20-aids.pdf
Diakses : Tanggal 11 November 2013, Pukul 10.00 WITA
(http://ndandahndutz.blogspot.com/2009/07/asuhan-keperawatan-pada-kliendengan.html, Diakses : Tanggal 11 November 2014, Pukul 10.00 WITA
26