Professional Documents
Culture Documents
Demam
1.1.4. Klasifikasi
Menurut Fukuyama menjadi 2 golongan
BB 20 kg : 0,5 mg 1 kg BB IV
BB 10 kg : 5 mg
BB 10 kg : 10 mg
a.
a.
Fenobarbital
Femition
(1) Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang, pinsan, pusing riwayat trauma kepala, anoreksia,
dan infeksi serebal
(2) Adanya area (rasangan visual, auditoris, area halusinasi)
(3) Posiktal : Kelamaan, nyeri otot, area paratise atau paralisis
7) Kenyamanan
(1) Sakit kepala, nyeri otot, (punggung pada periode posiktal)
(2) Nyeri abnormal proksimal selama fase iktal
8) Pernafasan
(1) Fase iktal : Gigi menyetup, sinosis, pernafasan menurun cepat peningkatan sekresi mulus
(2) Fase posektal : Apnea
9) Keamanan
(1) Riwayat terjatuh
(2) Adanya alergi
10) Interaksi Sosial
(1) Masalah dalam hubungan interpersonal dalam keluarga lingkungan sosialnya
(2) Perubahan kekuatan atau tonus otot secara menyeluruh
1.2.1.2. Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas
(1) Perubahan tonus otot atau kekuatan otot
(2) Gerakan involanter atau kontraksi otot atau sekelompok otot
2) Integritas Ego
(1) Pelebaran rentang respon emosional
3) Eleminasi
(1) Iktal : penurunan tekanan kandung kemih dan tonus spinter
(2) Posiktal : otot relaksasi yang mengakibatkan inkonmesia
4) Makanan atau cairan
(1) Kerusakan jaringan lunak (cedera selama kejang)
(2) Hyperplasia ginginal
5) Neurosensori (karakteristik kejang)
(1) Fase prodomal :
Adanya perubahan pada reaksi emosi atau respon efektifitas yang tidak menentu yang mengarah
pada fase area.
Tonik klonik : kekakuan dan postur menjejak, mengenag peningkatan keadaan, pupil dilatasi,
inkontineusia urine
Fosiktal : pasien tertidur selama 30 menit sampai beberapa jam, lemah kalau mental dan anesia
Jaksomia atau motorik fokal : sering didahului dengan aura, berakhir 15 menit tdak ada
penurunan kesadaran gerakan ersifat konvulsif
(4) Kenyamanan
-
(5) Keamanan
-
Merangsang saraf di hipotalamus untuk menghentukan panas tubuh dan memberikan rasa
nyaman
(5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat Ferris 2,5 cc/hari
R:
1.2.2.2 Risiko tinggi cedera berhubungan dengan gangguan hantaran neuron pada otak
1) Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1 x 24 jam masalah tidak menjadi aktual
2) Kriteria hasil :
(1) Tidak terjadi kejang
(2) Tidak terjadi cedera saat kejang
3) Intervensi :
(1) Menganjurkan orang tua untuk memberikan pengaman pada sisi tempat tidur pasien
R:
(2) Menganjurkan orang tua untuk membersihkan saliva yang keluar dari mulut
R:
(3) Menganjurkan keluarga untuk memberikan benda yang lunak untuk digigit saat kejang
R:
(5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat Depaken tab
R:
R:
Memberikan informasi tentang keadekuatan masukan diet atau penentuan kebutuhan nutrisi
1.2.2.4 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kebutuhan oksigen otak kurang ( Hipoksemia
berat ) sekunder terhadap terjadinya kejang
1) Batasan Karakteristik
Mayor:
(1) Perubahan frekuensi pernafasan
(2) Perubahan nadi (frekuensi, irama, kualitas)
Minor:
(1) Takipnea, hipernea, hiperventilasi
(2) Irama pernafasan tidak teratur
(3) Pernapasan yang berat
2) Tujuan
(1) Perawat dapat menurunkan tanda dan gejala gangguan pertukaran gas
(2) Pasien dapat menunjukkan peningkatan perubahan pertukaran gas seperti tanda vital, nilai AGD
dan ekspresi wajah.
3) Kriteria Hasil
(1) Menunjukkan frekuensi pernafasan yang efektif
(2) Menyatakan gejala berkurang
(3) Menyatakan faktor-faktor penyebab dan menyatakan cara koping adaptif untuk mengatasinya
4) Intervensi dan rasional :
(1) Observasi TTV
R : Mengidentifikasi keadaan pasien dalam intervensi yang diberikan
(2) Kaji adanya bunyi nafas tambahan, peningkatan pernafasan, terbatasnya ekspansi dinding dada
dan kelemahan
R : Identifikasi adanya PK pulmonary edema
(3) Berikan posisi tidur semi fowler
R : Posisi semi fowler memaksimalkan ekspansi paru
(4) Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat sianosis dan atau perubahan warna kulit
termasuk membran mukosa dan kuku
R : Akumulasi secret atau pengaruh jalan nafas dapat mengganggu oksigenasi organ vital jaringan
(5) Tingkatkan tirah baring atau batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri sesuai keperluan
R :
Menurunkan konsumsi oksigen atau kebutuhan selama periode penurunan pernafasan dapat
menurunkan beratnya gejala
Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap penurunan ventilasi
atau menurunnya permukaan alveolar paru
: Bila insulin tidak tersedia, glukosa darah akan meningkat dan tubuh akan
memetabolisme lemak untuk kebutuhan energi dan menghasilkan benda benda keton.
(2) Pantau status hidrasi pasien, tanda tanda dehidrasi.
(1) Kurang integrasi tentang rencana pengobatan ke dalam aktivitas sehari hari.
(2) Memperlihatkan atau mengekspresikan perubahan psikologis ( misal : ansietas, depresi ) yang
mengakibatkan kesalahan informasi atau kurang informasi.
Tujuan
Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang penatalaksanaan di rumah pada pasien demam /
peningkatan suhu tubuh.
R : Identifikasi tingkat pengetahuan sasaran penyuluhan
2. Beri HE tentang penatalaksanaan di rumah pada pasien demam / peningkatan suhu tubuh.
R : Memberi informasi tentang penatalaksanaan di rumah pada pasien demam / peningkatan suhu
tubuh
1.2.3. Evaluasi
1) Pasien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal
ama Mahasiswa
IM
A1.07.50
anggal Pengkajian
1 April 2010
o. Register
662132
uang
An. T
Jenis Kelamin
Perempuan
Kediri, 21 1 2009
Umur
13 bulan
Anak ke
Nama Ayah
Tn. J
Nama Ibu
Ny.Y
Pekerjaan Ayah
Guru
Pekerjaan Ibu
Pendidikan Ayah
Perguruan Tinggi
Pendidikan Ibu
SMU
Agama
Islam
Suku / Bangsa
Jawa / Indonesia
Alamat
Tanggal MRS
Diagnosa Medis
Febris konvulsi
2.2.1
ma
2.2.2
1. Prenatal
Kehamilan pertama, pemeriksaan kehamilan rutin ke bidan dan melakukan kunjungan (ANC)
sebanyak 6x. ibu juga imunisasi TT 1x, ibu rutin olah raga dengan jalan jalan pagi, selama
hamil ibu tidak pernah mengkonsumsi jamu jamuan tradisional.
Natal
Pasien lahir secara spontan vertex dengan ditolong bidan. BB lahir 3300 gram, panjang badan =
55 cm, bayi langsung menangis saat lahir.
Post Natal :
Pasien lahir tanpa kelainan kongenital, ASI ibu lancar.
2. Luka / Operasi
Pasien tidak pernah menjalani operasi.
3. Alergi
Ibu pasien mengatakan An.T tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan atau debu.
4. Pola Kebiasaan
Ibu pasien mengatakan
Saat dirumah anak terbiasa makan sendiri, makan teratur dengan menu makan biasa ( nasi, lauk,
pauk, sayur ), di RS anak sulit makan dan makan pagi habis 5 sendok makan.
Di rumah anak terbiasa minum ASI cukup dan kadang kadang minum susu formula Indomilk
An.T terbiasa tidur siang 1 2 jam / hari dan tidur malam 7-8 jam / hari.
Ibu pasien bertanya tentang apakah pemberian minum saat anak panas itu penting ?
5. Tumbuh Kembang
An.T mampu berjalan maju mundur, berlari lari, dan membuka pakaian dengan sedikit
bantuan, berbicara 1 2 kata.
Imunisasi
An.P sudah mendapat imunisasi BCG,DPT 1 3, Polio 1 5, Hep I III, Campak. di Posyandu /
bidan.
Status Gizi
BB
: 8,3 kg
TB
: 72,2 cm
( TB normal : 73 77 cm )
Lingkar kepala
: 45 cm
LILA
: 15 cm
1. Komposi Keluarga
Keluarga terdiri dari ayah, ibu dan 1 orang anak.
2. Lingkungan rumah dan komunitas
Rumah berada di pedesaan dengan kehidupan masyarakatnya lebih bersosialisasi satu dengan
lainnya dibuktikan dengan banyaknya kunjungan dari tetangga sekitar ketika anak dirawat di
Ruang Anak
Ibu pasien mengatakan percaya bahwa Tuhan senantiasa menjaga kesehatan keluarga dan
kesehatan adalah anugerah dari Tuhan.
Ayah pasien mengatakan mempunyai budaya memberi kompres hangat saat anak panas karena
yakin kalau kompres dingin akan membuat demam anak semakin bertambah tinggi.
Ayah pasien bertanya tentang cara pemberian compres saat anak panas?
Ibu pasien mengatakan anak sangat aktif bermain tetapi sulit makan.
1. Pernafasan ( B1 : Breathing )
Respirasi : 24 x / menit
Pada auskultasi suara nafas baik pada trachea, bronchovesikuler dan vesikuler tidak terdapat
suara nafas tambahan.
Pasien pilek
BB
: 8,3 kg
TB
: 72,2 cm
( TB normal : 73 77 cm )
2. Cardiovascular ( B2 : Bleeding )
Nadi
Suhu
: 36 4 0C
3. Persyarafan ( B3 : Brain )
GCS (15) : E : 4; V : 5; M : 6.
Anak rewel.
Pada mata, pupil isokor dengan diameter 3 / 3 mm, reaksi terhadap cahaya + / +
Bladder lunak.
BAK spontan.
MMT
5
5
5
5
7. Sistem Endokrin
Tidak ada riwayat penyakit DM
2.2.5
Nilai Normal
4.1 10.9 K/uL
0.6 4.1
10.0 58.5%L
0.0 1.8
0.1 24.0%M
2.0 7.8
37.0 92.0%G
4.20 6.30 M/uL
12.0 18.0 g/dl
37.0 51.0 %
80.0 97.0 fL
26.0 32.0 pg
31.0 36.0 g / dl
11.5 14.5 %
140 440 K/uL
Interprestasi
Normal
Normal
Normal
Menurun
Normal
Menurun
Menurun
Menurun
Menurun
Normal
Meningkat
Normal
Nilai Normal
76 110 mg/dl
136 145 mEq/L
3.6 5.0 mEq/L
3.4 4.7 mmol/L
Interprestasi
Meningkat
Normal
Normal
Normal
: 4,98 mg/dl
Hasil
112 mg/dl
139 mEq/L
4.2 mEq/L
4,6 mEq /L
4. Rontgen
Tidak dilakukan pemeriksaan
5. Terapi
Biokid 5 cc QH
Fres 2,5 cc QH
IV Kaen 4B 25 cc / jam
Kediri, 1 4 2011
Mahasiswa,
2.
Data Penunjang
Etiologi
DS: Virus, bakteri
DO :
S ; 36 4 O C
Masuk ke dalam tubuh (port dentry)
S tanggal 31-3-2009 jam
12 am : 38 8 O C
Reaksi antigen antibody
Pasien MRS karena
kejang 2 X
Infeksi dalam tubuh
Tidak
terdapat
kelumpuhan ekstremitas,
Metabolisme tubuh meningkat
reflek patella + / +.
Demam
DS :
Ayah pasien mengatakan
mempunyai
budaya
memberi kompres hangat
saat anak panas karena
Masalah
Risiko hipertermi /
Peningkatan suhu
tubuh
suhu tubuh
Dfisit pengetahuan
Proses informasi tentang
tentang
penatalaksanaan
saat di rumah
2.4.2
2.5 PERENCANAAN
No
Diagnosa
1.
Risiko hipertermi /
Peningkatan suhu tubuh
berhubungan
dengan
demam
sekumder
terhadap metabolisme
tubuh meningkat yang
ditandai dengan S ; 36 4
O C
, Suhu tanggal 31-31.
2009 jam 12 am : 388OC
, pasien MRS karena
2.
kejang 2 X, tidak
3.
terdapat
kelumpuhan
ekstremitas,
reflek
4.
patella + / +.
Tujuan
Tujuan :
Intervensi
1. Ukur TTV ( suhu dan nadi )
1.
me
yan
Tidak terjadi
peningkatan suhu tubuh.
Kriteria hasil :
2.
S : 36 37 O C
2. Ba
Pantau adanya / terjadinya terj
suh
kejang berulang
ting
3.
Observasi KU pasien, akral
pasien / perfusi
4.
me
4. An
pus
hip
Kolaborasi dengan dokter dalam me
terj
pemberian terapi :
tub
tub
Antipiretik.
An
Antikonvulsi
letu
akt
Steroid
atau
dar
Ste
infe
sist
2.6.1
Diagnosa Keperawatan
8OC
1. S : 36 37 O C
2. Anak tidak kejang
3. Akral hangat
4. Nadi 90 110 x / menit.
Implementasi Keperawatan :
Tanggal
1 4 2009
Jam
Implementasi Keperawatan
12 am
perfusi perifer
12 am
12 am
2.6.2
Diagnosa Keperawatan
Jam
Implementasi Keperawatan
1 4 2009
2.7 EVALUASI
Tanggal / Jam
1 4 2009
12 am
Risiko
Diagnosa
hipertermi
Evaluasi
/:-
dengan
O:
S : 36 2 O C
metabolisme
tubuh
8OC
, pasien MRS
kelumpuhan
3.
4.
Kolaborasi
dengan
dokter
dalam
pemberian terapi :
1 4 2009
12 am
Antipiretik.
Antikonvulsi
Steroid
Dfisit
pengetahuan
tentang penatalaksanaan
pasien
mengatakan
mempunyai
budaya
memberi kompres hangat
saat anak panas karena
yakin
kalau
kompres
dingin akan membuat
demam anak semakin
bertambah tinggi, ibu
pasien mengatakan saat
badan panas anak sulit
minum,
ibu
pasien
bertanya tentang apakah
pemberian minum saat
anak panas itu penting ?,
ayah
pasien
bertanya
tentang cara pemberian
compres saat anak panas?
S:
Ayah pasien menjelaskan pengertian
peningkatan suhu tubuh adalah suhu
tubuh diatas normal / lebih dari 38OC
Ibu pasien mengatakan dampak panas
yang tidak teratasi dapat terjadi kejang
pada anak.
Ayah
pasien
mengatakan
tujuan
untuk
mencegah
terjadinya
obat
penurun
panas
dan
Keluarga
mahasiswa.
kooperatif
dengan
A : Tujuan tercapai
P : Rencana tindakan dihentikan.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Aziz. A. (2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta : CV. Sagung Seto.
Carpenito, Lynda Juall. (1999). Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Doengoes, Marilyn E. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta :Media Aesculapius FKUI. Edisi
III.
Price dan Wilson. (1995). Patofisiologi. Jilid 2. Terjemahan : Peter Anugrah. Jakarta : EGC.