You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pengertiannya secara umum obat adalah semua bahan tunggal dan
campuran yang digunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam maupun
luar guna mencegah, meringankan ataupun menyembuhkan penyakit.
Menurut SK Menkes RI No 90/Kab/B.VII/1971, obat adalah bahan atau
panduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan
diagnosa, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit
atau gejala penyakit, luka atau untuk memperelok badan atau bagian badan
manusia.
Sediaan obat dibagi menjadi sediaan solid, semisolid, dan liquid. Bentukbentuk sediaan obat dapat berupa tablet, pil, kapsul, sirup, emulsi, serbuk,
krim, suspensi, salep, pasta, obat tetes, larutan, dan lain-lain. Berbagai macam
bentuk sediaan obat ini dimaksudkan untuk :
a. Melindungi obat dari kerusakan akibat udara
b. Melindungi obat dari kerusakan akibat asam lambung (jika oral)
c. Memudahkan penggunaan obat untuk tujuan terapi
d. Membuat pelepasan obat yang teliti, tepat, dan aman
e. Menghilangkan rasa pahit atau rasa tidak enak pada obat
f. Membuat serbuk yang tidak larut atau tidak stabil dalam larutan menjadi
bentuk suspensi.
Obat mempunyai khasiat yang bermacam-macam, yaitu : obat
analgesic-antipiretik, obat antidiare, obat antihipertensi, obat anti cacing, obat
antimalaria, obat anti TBC (OAT), obat anti amoeba, obat antianemia, dan
masih banyak khasiat lainnya.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sediaan obat tetes?
2. Apa saja macam-macam obat tetes?
3. Bagaimana sifat dan kandungan tetes telinga dan tetes hidung?
4. Bagaimana cara penggunaan obat tetes telinga dan obat tetes hidung?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sediaan obat liquid dalam bentuk obat tetes (guttae)

2. Untuk

mengetahui

macam-macam

obat

tetes

berdasarkan

lokasi

penggunaannya
3. Untuk mengetahui sifat dan kandungan tetes telinga dan tetes hidung
4. Untuk mengetahui cara penggunaan obat tetes telinga dan obat tetes
hidung
1.4 Manfaat
1. Mengetahui sediaan obat dalam bentuk obat tetes
2. Memahami macam-macam obat tetes berdasarkan lokasi penggunaannya
3. Memahami sifat dan kandungan tetes telinga dan tetes hidung
4. Memahami cara penggunaan obat tetes telinga dan obat tetes hidung

BAB II
ISI
2.1 Pengertian Guttae
Guttae adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi, atau suspensi.
Dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan cara

meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan


tetesan yang dihasilkan penetes baku dalam Farmakope Indonesia.
Guttae terdiri dari :
- Guttae Nasales
- Guttae Oris
- Guttae Opthalmic
- Guttae Auriculares

2.2 Guttae Auriculares (Tetes Telinga)


Definisi, Sifat dan Kandungan Tetes Telinga
Tetes telinga adalah obat tetes yang digunakan untuk telinga dengan cara
meneteskan obat ke dalam telinga (FI III : 10). Tetes telinga merupakan cairan
untuk pengobatan saluran pendengaran eksternal dan kadang-kadang telinga
tengah serta kebanyakan memiliki efek lokal. Tetes telinga umumnya berbentuk
larutan, emulsi atau suspensi dari satu atau lebih zat aktif dalam cairan yang cocok
untuk penggunaan pada meatus auditori (rongga telinga) tanpa tekanan berbahaya
pada gendang telinga namun pada pembuatan guttae auriculares, biasanya bentuk
yang paling sering digunakan adalah bentuk larutan. Bagian luar telinga yang
tertutup kulit, mudah terkena kondisi dermatologi, maka guttae auriculares paling
banyak berbentuk larutan.
Tetes telinga mengandung cairan pembawa, bila tidak dinyatakan lain
cairan pembawa yang digunakan bukan air. Cairan pembawa yang digunakan
harus memiliki kekentalan yang sesuai agar obat mudah menempel pada dinding
telinga, biasanya berupa gliserin dan propilenglikol. Selain itu bisa juga
menggunakan etanol, heksilenglikol, dan minyak lemak nabati. Tetes telinga juga
mengandung zat aditif seperti pengawet, antioksidan, buffer, agen viskositas, atau
surfaktan. Antioksidan seperti natrium disulfida dan penstabil lainnnya juga
dimasukkan dalam formulasi obat telinga jika dibutuhkan..
3

Larutan yang dipakai ke dalam telinga ini biasanya mengandung :


- Antibiotik

- Asam borat

- Sulfonamida

- NaCl

- Anastetik lokal

- Gliserin

- Peroksida ( H2O2 )

- Propilenglikol

- Fungisida

- Heksilenglikol

- Etanol

- Minyak lemak nabati

Terdapat 6 sifat fisik kimia yang harus diperhatikan dalam pembuatan guttae
auriculares, yaitu :
1. Kelarutan
Kebanyakan senyawa obat larut dalam cairan pembawa yang umum
digunakan pada sediaan tetes telinga, jika senyawa obat tidak larut
dalam cairan pembawa maka bisa dibuat sediaan suspensi. Bila sediaan
berupa suspensi maka sebagai zat peensuspensinya digunakan sorbitan
(span) atau polisorbat (tween)
2. Viskositas
Viskositas sediaan tetes telinga penting untuk diperhatikan karena dapat
menjamin sediaan bisa lama berada di dalam saluran telinga.
3. Sifat surfaktan
Dengan adanya surfaktan akan membantu proses penyebaran sediaan
dan melepaskan kotoran pada telinga.
4. Pengawet
Beberapa guttae auriculares memerlukan pengawetan terhadap
pertumbuhan mikroba. Apabila pengawetan diharuskan, maka bahan
yang umumnya dipakai adalah klorobutanol (0,5%), timerosal (0,01%)
dan kombinasi paraben
5. Sterilisasi
Sediaan tetes telingan tidak perlu dibuat secara steril, yang penting
bersih.
6. pH Optimum

Kecuali dinyatakan lain pH tetes telinga adalah 5,0-6,0 dan harus


disimpan dalam wadah tertutup rapat. pH optimum untuk larutan berair
yang digunakan pada telinga utamanya adalah dalam pH asam (5,0-6,0).
Larutan alkali biasanya tidak diinginkan karena tidak fisiologis dan
menyediakan media yang subur untuk penggandaan infeksi. Ketika pH
telinga berubah dari asam menjadi alkali, bakteri dan fungi akan
tumbuh lebih cepat.
Administrasi dan Cara Menggunakan Tetes Telinga
1. Cucilah tangan anda dengan air dan sabun
.
2. Pastikan kondisi ujung botol atau pipet tetes tidak rusak.
3. Bersihkan telinga bagian luar dengan menggunakan air hangat atau kain

lembab dengan hati-hati, kemudian dikeringkan.


A. Untuk dewasa: tarik daun telinga ke atas dan ke belakang untuk
meluruskan saluran telinganya.
B. Untuk anak kurang dari 3 tahun: tarik daun telinga ke bawah dan ke
belakang untuk meluruskan saluran telinganya.

4. Hangatkan obat tetes telinga dengan memegang botolnya menggunakan


tangan selama beberapa menit. Kocok botol obat tetes.
5. Miringkan kepala sehingga telinga yang akan diberikan obat

menghadap ke atas
6. Teteskan obat sesuai dengan dosis pemakaian pada lubang telinga.
Pertahankan posisi kepala 2-3 menit. Tekan secara lembut kulit penutup
kecil telinga atau gunakan kapas steril untuk menyumbat lubang telinga
agar obat dapat mencapai dasar saluran telinga.
7. Pasang kembali tutup botol tetes telinga dengan rapat, jangan menyeka
atau membilas ujung botol tetes.

8. Cucilah tangan anda dengan air dan sabun untuk membersihkan sisa
obat yang mungkin menempel.

Dalam membuat resep obat tetes telinga, penting bagi farmasis untuk
pertama-tama menentukan bagaimana obat tetes tersebut akan digunakan.
Farmasis harus memastikan bahwa pasien atau orang tua memahami pemakaian
pada telinga dan frekuensi penggunaan. Untuk memfasilitasi penerimaan pasien,
farmasis perlu memastikan bahwa pasien tahu bahwa botol atau wadah harus
dihangatkan di dalam kepalan tangan terlebih dahulu, dan jika produk tersebut
berupa suspensi, dikocok terlebih dahulu sebelum mengambil cairan obat di
dalamnya dengan pipet. Farmasis juga harus menjelaskan perlunya menyimpan
obat di tempat yang aman di luar jangkauan anak-anak dan di luar suhu ekstrim.
Ketika obat diteteskan ke dalam telinga, agar obat dapat masuk lebih
dalam ke telinga, daun telinga perlu diangkat dan ditarik sedikit ke belakang.
Untuk anak-anak, daun telinga perlu ditarik ke arah bawah dan belakang. Untuk
kenyamanan, akan lebih mudah jika ada orang lain yang membantu penggunaan
obat tetes telinga pada pasien.
Beberapa tetes telinga berdasarkan formulasinya memiliki pH rendah, hal
ini akan menimbulkan sensasi seperti tersengat pada saat penggunaan. Oleh
karena itu, pasien harus diberikan peringatan sebelumnya, terutama pada anakanak yang memiliki tabung timpastonomi di dalam telinganya. Pasien juga harus
mengerti berapa lama atau berapa hari produk itu perlu digunakan. Untuk tetes
telinga antibiotik, tidak perlu menghabiskan seluruh isi di dalam botol karena
terapi dapat berlangsung mulai dari 20 sampai 30 hari tergantung pada regimen
dosis. Oleh karena itu, pasien harus diinstruksikan untuk tetap menggunakkan
obat tetes pada 3 hari setelah gejala pada telinga menghilang. Produk untuk
melawan otitis externa dapat memakan waktu 7 sampai 10 hari sebelum dapat
menunjukkan efeknya.
Jenis-Jenis Tetes Telinga
Guttae auriculares biasanya diteteskan atau dimasukkan dalam jumlah
kecil ke dalam saluran telinga untuk melepaskan kotoran telinga (lilin telinga),

untuk mengobati infeksi dan untuk mengobati peradangan atau rasa sakit pada
telinga.. Guttae auriculares dibedakan menjadi dua berdasarkan fungsinya, yaitu :
1. Guttae Auriculares untuk Melepaskan Kotoran Telinga
Kotoran telinga merupakan campuran sekresi kelenjar keringat dan
kelenjar sebasea dari saluran telinga bagian luar. Pengeluaran kotoran
telinga yang terlalu lama dapat menyebabkan kotoran telinga menjadi
kering dan melekat pada sel sel epitel sehingga menimbulkan rasa gatal
dan gangguan pendengaran. Kotoran telinga secara alami diproduksi oleh
tubuh untuk melindungi kulit di dalam telinga. Kadang-kadang
menumpuk

dan

menjadi

keras,

menyebabkan

masalah

dengan

pendengaran. Tetes telinga Sodium bikarbonat dapat digunakan untuk


melunakkan kotoran telinga yang mengeras dan tidak memungkinkan
untuk dihilangkan.
Telah lama, minyak mineral encer, minyak nabati dan hidrogen
peroksida digunakan untuk melunakkan kotoran telinga. Baru baru ini,
kondesat dari triethanolamin polipeptida oleat yang diformulasikan dalam
propilen glikol digunakan sebagai pengemulsi kotoran telinga sehingga
membantu pengeluaran kotoran. Selain itu, penggunaan karbamida
peroksida dalam gliserin anhidrat juga dapat melepaskan oksigen yang
bisa mengganggu keutuhan kotoran telinga yang terjepit sehingga
mempermudah pengeluaran kotoran telinga.
Tata cara dalam membuang kotoran telinga biasanya dimulai
dengan tahapan seperti penggunaan tetes telinga yang sudah dijelaskan
sebelumnya hanya saja ada beberapa langkah tambahan yaitu setelah obat
masuk ke dalam rongga telinga, masukkan gumpalan kapas ke dalam
telinga untuk mencegah keluarnya obat selama 15-30 menit. Setelah itu,
semprot rongga telinga dengan air hangat perlahan-lahan menggunakan
penyemprot telinga dari karet yang lunak.

2. Guttae Auriculares untuk Antiinfeksi, Analgetik dan Antiradang


Obat obat yang digunakan pada permukaan bagian luar telinga
untuk melawan infeksi adalah zat zat seperti kloramfenikol, kolistin
sulfat, neomisin, polimiksin B sulfat dan nistatin yang berfungsi melawan
infeksi jamur yang diformulasikan ke dalam bentuk tetes telinga (larutan
atau suspensi) dalam gliserin anhidra atau propilenglikol. Zat pembawa
yang kental ini memungkinkan kontak antara obat dan jaringan telinga
lebih lama. Selain itu, sifat zatnya yang higroskopis menarik kelembapan
dari jaringan telinga sehingga mengurangi peradangan.
Untuk membantu mengurangi rasa sakit yang sering menyertai
infeksi telinga, beberapa guttae auriculares juga mengandung bahan
analgetik seperti antipirin dan anestetika lokal seperti lidokain, dibukain
dan benzokain dalam pelarut propilen glikol dan gliserin anhidrida.
Pengobatan permukaan bagian luar telinga dari infeksi sering
dipertimbangkan dengan pengobatan secara sistemik, yaitu pemberian
antibiotik secara oral.
Guttae auriculares dengan zat antiradang hidrokortison dan
deksametason natrium fosfat dituliskan dalam resep untuk efeknya
terhadap pembengkakan dan peradangan, yang sering disertai alergi serta
gatal gatal pada telinga saat atau setelah pengobatan terhadap infeksi
telinga tersebut.
Larutan hidrogen peroksida, campuran alkohol untuk digosokkan
dan asam asetat (5%) dalam etil alkohol (85%) sering digunakan sebagai
pencuci telinga untuk mencegah terjadinya infeksi atau iritasi sesudah
berenang.

Tabel 12.12. Contoh Beberapa Sediaan Tetes Telinga Komersil

Nama Produk
Americaine

Pabrik
Medeva

Bahan Aktif

Zat

Kegunaan

Benzokain

Pembawa
Gliserin,

Indikasi
Anastesi lokal

polietilen

untuk

glikol 300

meredakan

Otic

sakit

telinga

dan pruritis di
otitis

media,

telinga
perenang
(infeksi telinga
bagian
serta

luar),
kondisi

Auralgan Otic Ayerst-

Antipirin,

Gliserin

yang serupa
Otitis
media

Solution
Cerumenex

Wyeth
Purdue

benzokain
Triethanolamin

anhidrat
Propilen

akut
Serumenolitik

Ear Drops

Frederick

poli-peptid

glikol

agen

Chloromycetin Parke-Davis

oleat-

menghilangkan

kondensat,
Kloramfenikol

kotoran telinga
Antiinfektif

Propilen

Otic
Cortisporin

Glaxo

Polimiksin

Otic Solution

Wellcome

sulfat,

propilen

neomisin

glikol, air

sulfat,

untuk
suntikan
Gliserin

Debrox Drops

SmithKline

hidrokortison
Karbamid

PediOtic

Beecham
Monarch

peroksida
Polimiksin

Suspension

untuk

glikol
B Gliserin,

Infeksi bakteri
superfisial

Membersihkan

`anhidro
B Minyak

sulfat,

mineral,

neomisin

propilen

sulfat,

gliko,

kotoran telinga
Infeksi bakteri
superfisial
air

10

Metreton

Schering-

Ophthalmic

/ Plough

hidrokortison

untuk

Prednisolon

suntikan
Larutan

Anti inflamasi

sodium fosfat

Otic Solution
Otobiotic Otic Schering-

Polimiksin

Solution

sulfat,

glikol,

hidrokortison
Asam asetat

gliserin, air
Propilen
Antibakteri

Vosol

Plough
Otic Wallace

B Propilen

Solution

glikol

Infeksi bakteri
superfisial
/

anti jamur

Contoh Resep Tetes Telinga


Dr. Rosina
SIP

: 11/04/091/10

SID

: 012/04/094/10

Jl. Arjuna no.80 A Batu


Praktek Sore : 15.00 20.00
No.14
Malang, 10-12-2012
R/ Guttae Aurie Natrie Carb 10 mL
See f.m.s
S 3 dd 1 gtt aurie
Pro

: Rita

Usia

: 15 tahun

Alamat : Jl. Progo10. Malang

11

Guttae Aurie Natrium Karbonat (FMS hal. 91)


Natr Carb eryst

Glycerin

Aquades
I.

ad

10

Kelengkapan Resep
Tidak ada paraf dokter

II. Monografi
Nama Zat
Natrium Karbonat
Gliserin

Aquades

GO
B

UD

TM Khasiat
Referensi
Keratolitikum FI III hal.

Wetting

400
FI III

agent,

hal. 271

Pemanis
Pelarut

FI III hal.
96

III. Perhitingan Dosis Maksimum

IV. Perhitungan Bahan


1.

Natrium Carbonat : 1/10 x 10 mL

= 1g

2.

Glycerin : 4/10 x 10 mL

= 4 mL

3.

Aquadest

= 5 mL

VI. Cara Pembuatan


1.
2.
3.
4.

Menyiapkan alat dan bahan


Menyetarakan timbangan
Mengkalibrasi botol 10 mL
Menimbang natrium carbonat 1 g, dimasukan kedalam beaker glass,
ditambah dengan aquadest secukupnya, dilarutkan hingga larut

5. Memasukkannya dalam botol


6. Mengukur glycerin 4 mL, dimasukan kedalam botol no. 5 dikocok

hingga homogen

12

7. Ditambahkan aquadest dimasukan kedalam botol hingga tanda

kalibrasi
8. Ditutup dan beri etiket biru (topikal)
VII. Penandaan
1. Wadah : botol kaca berpipet
2. Etiket : biru

LABORATORIUM FORMULASI RESEP FAKULTAS


FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA
APOTEKER : KELOMPOK GUTTAE
NO : 1
TGL : 9.11.2013
RITA
SEHARI TIGA KALI SATU TETES

2.3 Guttae Nasales (Preparat Hidung)


Guttae nasales atau tetes hidung adalah obat yang digunakan untuk
hidung dengan cara meneteskan obat ke dalam rongga hidung, dapat
mengandung zat pensuspensi, pendapar (FI III : 10).
Label sediaan tetes hidung harus mengandung hal-hal berikut (BP 2001) :
1. nama dan jumlah bahan aktif
2. instruksi penggunaan sediaan tetes hidung
3. tanggal kadaluarsa
4. kondisi penyimpanan sedian tetes hidung
Cairan pembawa yang biasa digunakan adalah air dengan pH antara
5,5-7,5 dengan kapasitas sedang, isotonis atau hampir isotonis. Cairan
pembawa lain bisa digunakan propilenglikol dan parafin liquid. Tidak
boleh menggunakan cairan pembawa minyak mineral atau minyak lemak.
Larutan yang berminyak tidak mampu menyebar pada membran mukosa.
Etanol berkonsentrasi dan turunannya tidak dapat digunakan sebagai
pelarut untuk tetes hidung karena mereka melumpuhkan aktivitas silia.
13

Sedangkan zat pengental (untuk menghasilkan viskositas larutan yang


seimbang dengan viskositas mucus hidung agar aksi cilia tidak terganggu)
sering digunakan Metil Selulosa (tilosa) 0,1-0,5% dan CMC Na 0,5-2%.
Kalau bisa larutan dibuat isotonis (0.9 % NaCI) atau sedikit hipertonis
dengan memakai NaCl atau dekstrosa.Kecuali dinyatakan lain, disimpan
dalam wadah tertutup rapat.
Kandungan dalam tetes hidung
1. Zat Pensuspensi
Sorbitan (span), Polisorbat (tween), dan surfaktan lain

yang cocok

dengan kadar tidak lebih dari 0.01% b/v


2. Zat Pendapar
Zat yang cocok dengan pH 6.5 dan dibuat isotonis menggunakan Natrium
Chlorida secukupnya
3. Zat Pengawet
Benzalkonium Chlorida 0.01% b/v 0.1% b/v atau Karbutanol 0.5 % 0.7 %
4. Viskositas
Viskositas yang cocok dengan tetes hidung biasanya dipertahankan
dengan metilselulosa atau lendir hidroksietilselulosa. Turunan asam
Polyacryl juga dapat digunakan.
Syarat pembuatan guttae nasales :
1. Tidak boleh menggunakan cairan pembawa minyak mineral atau minyak
lemak
2. Sebagai cairan pembawa umumnya digunakan air
3. Jangan menggunakan obat yang cenderung akan mengerem fungsi
rambut getar epitel
4. pH larutan sebaiknya diatur sekitar 5,5-6,5
5. Usahakan agar larutan isotonik
6. Usahakan menggunakan penambahan bahan yang menaikkan viskositas
agar mendekati sekret lendir hidung
7. Hindari penggunaan larutan obat yang bereaksi alkali
8. Pemberian guttae nasales pada bayi tidak boleh mengandung menthol
9. Harus tetap stabil selama dalam pemakaian
10. Harus mengandung antibakteri
11. Zat aktif berkhasiat dekongestan, anestetik lokal atau antiseptik
Penggunaan tetes hidung:

14

1. Tetes hidung diterapkan untuk terapi lokal.


Tujuan yang paling sering adalah untuk mengurangi edema pada
selaput lendir, sehingga mengurangi sekresi.
2. Tetes hidung untuk hidung tersumbat
Misalnya : ephedrini racemici hydrochloridum
Tetes hidung Natrium Klorida dapat digunakan terhadap hidung
tersumbat. Hidung yang tersumbat sering terjadi pada bayi di bawah
usia enam bulan. Hal ini biasanya disebabkan oleh lendir yang
terkumpul dalam hidung yang sulit dibersihkan oleh bayi. Hidung
tersumbat tidak disebabkan oleh pilek atau infeksi - meskipun
infeksi dapat memperburuk keadaan. Seorang bayi yang hanya
dikatakan mengalami hidung tersumbat akan dinyatakan baik, tetapi
mungkin akan mendengus saat bernapas. Namun, bayi akan
mengalami sulit makan jika bayi tidak bisa bernapas dengan baik
melalui hidungnya
Cara penggunaan tetes hidung :
1. Bersihkan lubang hidung anda
2. Arahkan kepala Anda kebelakang
3. Pegang botol atau penetes di atas lubang hidung Anda. Pijit dengan
lembut botol atau penetes dengan jumlah tetesan yang benar ke lubang
hidung, perhatikan dengan baik jangan sampai botol atau pipet
penetesnya menyentuh hidung.
4. Pertahankan posisi kepala Anda selama beberapa menit untuk
memungkinkan tetesn dari obat mengalir ke bagian belakang hidung.
5. Ulangi prosedur ini untuk lubang hidung lain jika disarankan untuk
melakukannya oleh dokter atau apoteker
Guttae nasales yang banyak beredar diperuntukkan bagi pemakaian
dalam hidung mengandung zat adrenergik dan digunakan untuk aktivitas
pemampatan pada mukosa hidung. Guttae nasales berbentuk paling banyak
dipakai pada hidung yang mampat. Preparat ini dibuat isotonis terhadap

15

cairan hidung dengan pH sekitar 5,5 6,5, didapar untuk menjaga stabilitas
obat dan distabilkan serta diawetkan sesuai dengan kebutuhannya. Pengawet
yang digunakan sama dengan pengawet yang digunakan untuk guttae
opthalmic.
Konsentrasi zat adrenergik pada kebanyakan larutan dekongestan
hidung sangat rendah dan berkisar antara 0,5 1,0%. Larutan dekongestan
hidung digunakan dalam pengobatan rinitis pada demam biasa, untuk
vasomotor (gangguan pada membran mukosa karena adanya peningkatan
aktivitas saraf parasimpatis), riniti karena alergi, dan untuk sinusitis
Pemakaian larutan dekongestan yang terlalu sering dapat menimbulkan
edema kronik pada mukosa hidung. Oleh karena itu, pemakaiannya
disarankan hanya untuk jangka waktu pendek dan tidak boleh terlalu sering.
Kebanyakan larutan untuk pemakaian pada hidung dikemas dalam
botol tetes atau dalam botol semprot plastik, biasanya berisi 15-30 mL obat.
Produk-produk tetes hidung harus dicek kestabilitasannya dan ditutup rapat
selama waktu tidak dipakai. Pasien harus dinasihati bahwa bila larutan
hilang warnanya atau mengandung bahan yang mengendap, maka obat
tersebut tidak boleh dipakai lagi dan harus dibuang.

16

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Guttae adalah sediaan cair yang digunakan dengan cara diteteskan. Guttae
dapat dibedakan menjadi gutte oris, opthalmic, nasales, dan auriculares
berdasarkan lokasi penggunaannya. Guttae auriculares digunakan untuk telinga
sedangkan guttae nasales digunakan untuk hidung. Komponen-komponen guttae
adalah zat pembawa , zat pendapar, zat pengawet, dan surfaktan.

17

You might also like