Professional Documents
Culture Documents
Abstrak
Sel adalah unit struktural dan fungsional dasar pada manusia dan semua makhluk hidup. Sel
manusia mengandung bagian-bagian utama berupa sitoplasma, sitoskeleton, retikulum
endoplasma, aparatus golgi, lisosom, peroksisom, mitokondria, nukleus, ribosom dan
membran. Membran sel yang juga dikenal sebagai membran plasma atau biomembran adalah
selaput tipis, halus, dan elastis yang menyelubungi permukaan sel hidup. Membran sel
terutama pada sel darah merah tersusun oleh dua lapisan lipida, pompa protein, saluran
protein, protein integral, protein yang mengikat karbohidrat, dan protein periferal. Dalam sel
darah merah juga terdapat enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD) merupakan enzim
dalam pintasan heksosa monofosfat yang menghasilkan glutation tereduksi. Pada sel darah
merah yang mengalami defisiensi G6PD, keadaan stress oksidatif akan menimbulkan
denaturasi hemoglobin. Hemoglobin yang berubah ini kemudian akan mengalami beberapa
rangkaian proses yang cukup untuk menyebabkan hemolisis.
Abstract
Cells are the basic structural and functional unit in people and all living things. Human cells
contain major parts such as the cytoplasm, cytoskeleton, endoplasmic reticulum, Golgi
apparatus, lysosomes, peroxisomes, mitochondria, nucleus, ribosomes and membranes. The
cell membrane is also known as the plasma membrane or biomembrane which is thin,
smooth, and elastic surface that surrounds living cells. Main cell membrane of red blood cells
composed of two layers of lipid, protein pump, channel proteins, integral proteins, proteins
that bind carbohydrates, and proteins peripherals. In red blood cells also contained enzyme
glucose-6-phosphate dehydrogenase (G6PD) is an enzyme in the hexose monophosphate
shortcuts that result in reduced glutathione. In the red blood cell G6PD deficiency, a state of
oxidative stress will cause denaturation of hemoglobin. Hemoglobin changes will then
undergo a series of processes sufficient to cause hemolysis.
Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia memerlukan tenaga atau energi untuk
melangsungkan aktivitas. Karena apabila manusia tidak memiliki energi, maka segala
aktivitas akan terganggu. Untuk itu, energi perlu dijaga agar aktivitas tidak menjadi
terbengkalai. Namun, adakalanya manusia tidak memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
Kekurangan energi tersebut bisa disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya gangguan pada
sel darah merah yang disebabkan oleh kelainan enzim G6PD. G6PD sendiri adalah enzim
dalam pintasan heksosa monofosfat yang menghasilkan glutation tereduksi yang merupakan
suatu molekul yang melindungi sel darah merah dari jejas oksidatif.
Definisi Sel
Sel adalah unit struktural dan fungsional dasar pada manusia dan semua makhluk
hidup.1 Setiap sel merupakan wadah kecil dari bahan kimia dan air yang dibungkus dalam
membran. Tubuh manusia terdiri dari triliunan sel. Mereka menyediakan struktur bagi tubuh,
mengambil nutrisi dari makanan, mengkonversi nutrisi menjadi energi, dan melaksanakan
fungsi-fungsi khusus. Sel juga mengandung materi herediter tubuh dan dapat membuat
salinan dari diri mereka sendiri. Sel memiliki banyak bagian, masing-masing dengan fungsi
yang berbeda. Beberapa bagian, yang disebut organel, adalah struktur khusus yang
melakukan tugas tertentu dalam sel. Sel manusia mengandung bagian-bagian utama berupa
sitoplasma, sitoskeleton, retikulum endoplasma, aparatus golgi, lisosom, peroksisom,
mitokondria, nukleus, ribosom dan membran.2
Membran Sel
Membran sel (Inggris: cell membrane, plasma membrane, plasmalemma) adalah fitur
universal yang dimiliki oleh semua jenis sel berupa lapisan antarmuka yang disebut membran
plasma, yang memisahkan sel dengan lingkungan di luar sel, terutama untuk melindungi inti
sel dan sistem kelangsungan hidup yang bekerja di dalam sitoplasma. Membran sel yang juga
dikenal sebagai membran plasma atau biomembran adalah selaput tipis, halus, dan elastis
yang menyelubungi permukaan sel hidup. Pada umumnya, membran sel bersifat permeabel
terhadap zat-zat yang molekulnya kecil atau berbentuk ion, tetapi bersifat impermeabel
terhadap zat yang molekulnya besar. Hasil penelitian telah membuktikan bahwa membran sel
dibentuk oleh dua lapisan lipida ampifatik dan protein. Membran sel juga mengandung
polisakarida dan kolesterol dalam jumlah kecil. Membran sel tersusun oleh dua lapisan lipida,
pompa protein, saluran protein, protein integral, protein yang mengikat karbohidrat, dan
protein periferal.3
Semua membran sel merupakan susunan cair sehingga mampu berperan sebagai
pelarut protein membran. Selain itu, membran bersifat asimetris yaitu lapisan luar dan lapisan
dalam mengandung komponen yang berbeda. Beberapa peranan membran sel adalah sebagai
pengatur keluar masuknya zat dari dalam dan luar sel, sebagai tempat berlangsungnya
beberapa reaksi kimia, dan sebagai penghubung transfer energi antara bagian dalam dan
bagian luar sel.3
3
endoplasma, mitokondria, badan golgi, nukleus(inti sel), lisosom, peroksisom, vakuola, dan
ribosom.
Retikulum endoplasma
Retikulum endoplasma merupakan organel yang memiliki hubungan beberapa
bagian dengan sistem endomembran. Sistem endomembran adalah suatu hubungan
antar membrane secara fisik. Banyak organel dalam sistem endomembrane bekerja
sama dalam sintesis protein, penyimpanan, dan ekspor molekul yang penting.
Retikulum endoplasma terdiri dari jarring-jaring membrane tubuler dan kantong yang
disebut sisternae. Membran retikulum endoplasma memisahkan ruangan sisternal dan
sitosol. Membran retikulum endoplasma melekat pada membran inti. Ada dua macam
retikulum endoplasma, yaitu retikulum endoplasma halus (smooth endoplasmic
reticulum, SER) dan retikulum endoplasma kasar (rough endoplasmic reticulum,
RER). Pada retikulum endoplasma halus tidak dijumpai adanya ribosom di membran
sebelah luarnya, sedangkan pada retikulum`endoplasma kasar dijumpai adanya
ribosom di dinding sebelah luar membrane. Retikulum endoplasma halus dari
berbagai macam sel berperan dalam berbagai proses metabolism yang mengikuti
sintesis lemak, metabolisme karbohidrat, dan detoksifikasi racun. Beberapa sel
menghasilkan protein yang diproduksi oleh ribosom yang
asam lemak.3
Badan golgi
Badan golgi (apparatus golgi) pada sel hewan maupun sel tumbuhan pertama
kali ditemukan oleh ahli biologi dan fisika dari Italia bernama Camello Golgi. Dengan
5
lisosom.3
Nukleus (inti sel)
Inti sel merupakan pusat pengontrol genetik pada sel eukariotik. Kebanyakan
DNA inti mengikat protein membentuk serabut panjang yang disebut kromatin.
Selama sel membelah, kromatin membentuk suatu struktur kumparan disebut
kromosom yang cukup tebal jika dilihat dengan mikroskop cahaya. Bagian terluar inti
sel yang terbatas dengan sitoplasma adalah membran inti yang terdiri dari membran
ganda dengan banyak pori. Di dalam inti terdapat suatu massa yang berserabut dan
bergranula atau berbutir-butir yang disebut anak inti (nukleolus). Di dalam nukleolus
akan berfungsi di dalam sitosol. Sementara protein yang disintesis di dalam ribosom
yang berikatan umumnya berperan dalam membran itu sendiri.3
Ketonusan Sel
Suatu larutan hipotonik mengandung konsentrasi yang lebih rendah dari bahan terlarut
atau larutan dibandingkan suatu larutan yang ada sebelumnya. Dan suatu larutan dikatakan
hipertonik apabila mengandung larutan dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan
larutan pembandingnya dan molekul air cenderung bergerak ke larutan hipertonik. Sel darah
merah mengandung sekitar 80% air. Jika sel darah merah ditempatkan pada air murni, lebih
banyak molekul air akan cenderung masuk ke dalam sel daripada meninggalkan atau keluar
dari sel kemudian sel darah akan membengkak. Selanjutnya peningkatan tekanan osmotik
akan menyebabkan sel darah merah pecah ketika ditempatkan dalam larutan hipotonik.
Jika sel darah merah ditempatkan dalam air yang mengandung 30% garam dan 70%
air, lebih banyak molekul air cenderung akan keluar sel daripada masuk ke dalam sel. Dengan
adanya molekul air yang lebih sedikit, tekanan osmotic sel akan turun. Sebagai akibat dari
hilangnya air, sel darah akan menyusut ketika ditempatkan dalam larutan hipertonik.
Mekanisme Homeostasis
Konsep homeostasis mengacu pada pertahanan kondisi fisik dari kimia yang relatif
konstan dalam lingkungan sel organisme menurut batas-batas fisiologis. Persyaratan kimia
untuk mempertahankan kondisi yang konstan meliputi volume air yang mencukupi, nutrisi
dan oksigen yang mencukupi, serta persyaratan fisik yang meliputi suhu dan tekanan
atmosfer.4
Mekanisme homeostasis melibatkan hampir seluruh sistem organ tubuh. Walaupun
kondisi internal berubah secara konstan, tubuh dilindungi terhadap perubahan yang besar
dengan mekanisme kendali berupa pengaturan sendiri yaitu sistem umpan balik. Sistem ini
mengacu pada pemberian informasi dari suatu sistem (output) kembali ke dalam sistem
(input) untuk menimbulkan respon. Mekanisme umpan balik dibagi menjadi dua yaitu
mekanisme umpan balik negatif dan mekanisme umpan balik positif. Mekanisme umpan
balik negatif adalah mekanisme dimana informasi balasan untuk sistem (input) mengurangi
7
perubahan (output) sehingga dapat kembali ke setpoint yang sesuai. Sedangkan mekanisme
umpan balik positif adalah mekanisme dimana informasi balasan ke sistem meningkatkan
atau memperlama penyimpangan dari kondisi fisiologis asal.4
Komponen sistem umpan balik diantaranya adalah setpoint yaitu nilai fisiologis
normal dari masing-masing variabel tubuh seperti suhu normal dan konsentrasi zat dalam
cairan ekstraselular atau kadar keasaman dan kadar kebasaan darah. Sensor yaitu sebagai
pendeteksi suatu penyimpangan dari setiap variabel normal. Pusat pengendali sebagai
penerima informasi dari berbagai sensor, mengintegrasi dan memproses informasi tersebut,
kemudian menentukan respon balasan untuk kembali ke setpoint. Kemudian, efektor untuk
menjalankan respon yang terus berlangsung sampai setpoint berjalan kembali.4
G6PD
Glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD) merupakan enzim dalam pintasan heksosa
monofosfat yang menghasilkan glutation tereduksi suatu molekul yang melindungi sel
darah merah dari jejas oksidatif. Pada sel darah merah yang mengalami defisiensi G6PD,
keadaan stress oksidatif akan menimbulkan denaturasi hemoglobin. Hemoglobin yang
berubah ini kemudian akan mengendap sebagai badan Heinz dan melekat pada membrane
internal sel darah merah, mengurangi deformabilitas dan meningkatkan kerentanan terhadap
destruksi makrofag dalam limpa. Badan Heinz akan menimbulkan kerusakan membran sel
darah
merah
yang
cukup
untuk
menyebabkan
hemolisis
intravaskular
maupun
ekstravaskular.5
Defisiensi G6PD merupakan kelainan yang terkait dengan kromosom X. Terdapat
beberapa varian dari G6PD, namun hanya dua varian yang dapat menimbulkan hemolisis
dengan makna klinis yang signifikan yaitu G6PD A- dan G6PD mediterania. Varian Aditemukan pada sekitar 10% populasi kulit hitam Amerika dan berkaitan dengan hilangnya
progresif enzim G6PD dalam sel-sel darah merah yang tua. Sel-sel yang tua ini akan
mengalami hemolisis setelah terpajan dengan stress oksidatif yang ditimbulkan oleh respons
inflamasi. Karena sel darah merah yang muda tidak terkena, maka hemolisis bersifat swasirna
atau self-limited. Sedangkan pada bentuk Mediterania, kadar G6PD jauh lebih rendah dan
hemolisisnya lebih berat.5
Kesimpulan
Kelainan G6PD dapat menyebabkan penyakit anemia. Pada sel darah merah yang
mengalami defisiensi G6PD, keadaan stress oksidatif akan menimbulkan denaturasi
hemoglobin. Hemoglobin yang berubah ini kemudian akan mengendap sebagai badan Heinz
dan melekat pada membran internal sel darah merah, mengurangi deformabilitas dan
meningkatkan kerentanan terhadap destruksi makrofag dalam limpa. Kemudian badan Heinz
akan menimbulkan kerusakan membran sel darah merah yang cukup untuk menyebabkan
hemolisis intravaskular maupun ekstravaskular.
10