You are on page 1of 20

BENTUK-BENTUK BADAN USAHA

A. Bentuk-bentuk badan Usaha


1. Bentuk-bentuk badan usaha dilihat dari segi Pemiliknya
a. Badan Usaha Negara adalah:
Semua perusahaan dalam bentuk apapun yang modalnya secara keseluruhan
merupakan kekayaan Negara
b. Badan Usaha Swasta adalah
Badan usaha kepunyaan swasta yang seluruh modalnya diperoleh dari pihak
swasta.
c. Badan Usaha Campuran adalah
Badan usaha yang sebagian besar modalnya dari pemerintah dan sebagian lagi
dari pihak swasta
d. Badan Usaha Daerah adalah
Badan usaha yang dimiliki atau dibiayai oleh pemerintahan daerah
2. Bentuk-bentuk Badan Usaha di lihat dari system pengelolaannya
a. Badan Usaha industri
b. Badan Usaha Perniagaan
c. Badan Usaha Agraris
d. Badan Usaha Ekstraktif
e. Badan Usaha Jasa (financial dan Non financial)
3. bentuk-bentuk Badan Usaha dilihat dari Legalitas Hukum
a. Badan Usaha Perorangan adalah
Badan yang didirikan oleh seseorang dan ia sendiri yang memimpinnya,
pemiliknya dan bertanggung jawab atas segala pekerjaan.
b. Persekutuan Firma adalah
Badan Usaha yang didirikan oleh lebih dari satu orang untuk menjalankan
perusahaan sengan nama bersama, serta mereka pemiliknya.
c. Persekutuan Komanditer (CV)
Suatu perkumpulan dimana satu atau lebih mengikat diri. Untuk menyerahkan
modalnya ke dalam perusahaan yang dijalankan oleh satu orang atau lebih
dengan nama bersama dan mereka pemiliknya
d. Perseroan Terbatas (PT) adalah

Suatu perseroan yang memperoleh modalnya dengan mengelusrksn sero-sero


(saham) dimana setaip orang dapat memiliki satu atau lebih serta bertanggung
jawab sebanyak modal yang diberikan .
e. Perkumpulan Koperasi
merupakan perkumpulan orang-orang yaitu organisasi ekonomi rakyat yang
berwatak social yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan hokum
yang merupakan tata susunan ekonomi rakyat sebagai usaha atas asas
kekluargaan.
B. Cara Usaha Subkontrak
Adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah atau
usaha besar yang dalam hubungan kemitraan usaha kecil memproduksi
komponen-komponen yang diperlukanusaha menengah dan usaha besar sebaga
bagian dari produksinya
C. Usaha Waralaba(Frnachise)
Usaha waralaba adalah hubungan kemitraan yang didalammya pemberi
waralaba penggunaan lisensi , merek degang, saluran distribusi perusahaan
kepenerima waralaba dengan disertai bimbingan manajemen . Atau dengan kata
lain waralaba adalah hubungan kemitraan antara usahawan yang usahanya kuat
dan besar serta sukses dengan usahawan yang relative baru atau lemah
usahanya.
Tujuan diadakan waralaba adalah saling menguntungkan, khususnya dalam
bidangan usaha penyediaan produk dan jasa langsung ke konsumen .
Karakteristik pokok yang terdapat dalam system bisnis waralaba Mnurut V.
Winarto:
1. Adanya kesepakatan kerjasama yang tetulis
2. Selama kerjasama pihak pengwaralaba mengizinkan pewaralaba penggunaan
merek yang disepakati
3. Selama kerjasama pengwaralaba memberikan jasa penyimpanan usaha dan
melakukan pendamping berkelanjutan pada waralaba
4. Pengwaralaba harus mengikuti ketentuan yang telah disusun pewarala
5. Pengwaralaba melakukan pengendalian hasil dan kegiatan dalam
kedudukannya sebagai pimpinan system kerjasama
6. Kepemilikan usaha sepenuhnya ada pada waralaba
Dlam system Waralaba ada 2 pihak yang terlibat :
1. Franchisor yaitu wirausaha sukses pemilikproduk , jasa ayau system operasi
yang khas dengan merek tertentu yang telah dipatenkan
2. Franchise yitu pihak perorangan atau pengusaha lain yang dipilih oleh
Franchisor atau yang dietujui permohonannya untuk menjalankan usaha dengan
menggunakan nama dagang/merek dan memberikan imbalan kepada franchisor
Dalam pembentukan waralaba ada beberapa aspek yang harus diperhatikan :

1. Organisasi ( Bentuk organisasi yang cocok untukmengembangkan usaha


2. Masalah perjanjian
3. Modifikasi ( produk yang dijual harus mengalami modifikasi )
Kelebihan dari Waralaba :
1. Pelatihan yang khusus diberikan oleh pemegang lisensi
2. Adanya bantuan keuangan untuk kemajuan usaha
3. Umumnya perusahaan pemberi lisensi memiliki jaringan yang kuat
4. Penggunaan merek yang terkenal lebih mudah memasarkan produknya
Kekurangan Bentuk Raralaba:
1. Kontrol dari perusahaan pemegang paten yang ketet
2. Kontrol serta pemenuhan janji-janji pemegang paten yang biasanya tidak
ditepai
3. Biaya paten yang harus dibayar oleh pemegang lisensi
D. Prinsip Bermitra
Tahap hubungan kemitraan ::
1. Mengidentifikasi industri-industri kecil yang memeng mempunyai potensi
untuk tumbuh dengan ketat
2. Membina industri-indutri kecil sampai mereka ketingkat kemandirian
3. Mengembangkan industr0industri kecil yang mandiri
4. Menjalin kemitraan antra usaha baesar dan usaha kecil
Konsep Kemitraan Menurut UU No 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil :
1. Usaha menengah dan usaha besar melaksanakannkemitraan dengan usaha
kecil
2. Pembinaan terhadap usaha tersebut diharapkan memiliki hubungan
keterkaitan usaha
3. Adanya pembinaan dang pengembangan
4. Kedua belah pihak mempunyai kedudukan hukum yang setara
Keterkaitan dan kemitraan bertujuan untuk :
1. Meningkatkan nilai tambah ekonomi dan social
2. Meningkatkan sumbangan bagi pertumbuhan produksi nasional
Azas dan prinsip yang dipergunakan dalam keterkaitan dan kemitraan adalah
sebagai berikut:
1. Saling-membutuhkan

2. Saling memperkuat
3. Saling menguntungkan
7.1 PENGELOMPOKAN BIDANG USAHA DAN KEGIATAN BISNIS
Kegiatan Bisnis Di Kelompokan Dalam 3 Bidang
Kegiatan Bisnis Di Kelompokan Dalam 3 Bidang :
1.Kegiatan Perdagangan : jual-beli
2.Bisnis dalam arti kegiatan industri
3.Bisnis dalam arti kegiatan jasa-jasa.

Mempraktikkan bisnis dengan etiket berarti mempraktikkan tata cara bisnis yang
sopan dan santun sehingga kehidupan bisnis menyenangkan karena saling
menghormati. Etiket berbisnis diterapkan pada sikap kehidupan berkantor, sikap
menghadapi rekan-rekan bisnis, dan sikap di mana kita tergabung dalam
organisasi. Itu berupa senyum sebagai apresiasi yang tulus dan terima kasih,
tidak menyalah gunakan kedudukan, kekayaan, tidak lekas tersinggung, kontrol
diri, toleran, dan tidak memotong pembicaraan orang lain.
Dengan kata lain, etiket bisnis itu memelihara suasana yang menyenangkan,
menimbulkan rasa saling menghargai, meningkatkan efisiensi kerja, dan
meningkatkan citra pribadi dan perusahaan. Berbisnis dengan etika bisnis adalah
menerapkan aturan-aturan umum mengenai etika pada perilaku bisnis. Etika
bisnis menyangkut moral, kontak sosial, hak-hak dan kewajiban, prinsip-prinsip
dan aturan-aturan.
Jika aturan secara umum mengenai etika mengatakan bahwa berlaku tidak jujur
adalah tidak bermoral dan beretika, maka setiap insan bisnis yang tidak berlaku
jujur dengan pegawainya, pelanggan, kreditur, pemegang usaha maupun
pesaing dan masyarakat, maka ia dikatakan tidak etis dan tidak bermoral.
Intinya adalah bagaimana kita mengontrol diri kita sendiri untuk dapat menjalani
bisnis dengan baik dengan cara peka dan toleransi. Dengan kata lain, etika bisnis
untuk mengontrol bisnis agar tidak tamak. Bahwa itu bukan bagianku.
Perlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan.
Pelanggaran etika bisa terjadi di mana saja, termasuk dalam dunia bisnis. Untuk
meraih keuntungan, masih banyak perusahaan yang melakukan berbagai
pelanggaran moral.
Praktik curang ini bukan hanya merugikan perusahaan lain, melainkan juga
masyarakat dan negara. Praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) tumbuh
subur di banyak perusahaan.
Ketika ekonomi Indonesia tumbuh pesat dalam sepuluh tahun terakhir, banyak
pendatang baru di bisnis. Ada pedagang yang menjadi bankir. Banyak juga
pengusaha yang sangat ekspansif di luar kemampuan. Mereka berlomba
membangun usaha konglomerasi yang keluar dari bisnis intinya tanpa disertai
manajemen organisasi yang baik. Akibatnya, pada saat ekonomi sulit banyak
perusahaan yang bangkrut.

Pelanggaran etik bisnis di perusahaan memang banyak, tetapi upaya untuk


menegakan etik perlu digalakkan. Misalkan, perusahaan tidak perlu berbuat
curang untuk meraih kemenangan. Hubungan yang tidak transparan dapat
menimbulkan hubungan istimewa atau kolusi dan memberikan peluang untuk
korupsi.
Banyak perusahaan-perusahaan yang melakukan pelanggaran, terutama dalam
kinerja keuangan perusahaan karena tidak lagi membudayakan etika bisnis agar
orientasi strategik yang dipilih semakin baik. Sementara itu hampir 61.9% dari
21 perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEJ tidak lengkap
menyampaikan laporan keuangannya (not avaliable).
Tingkat perhatian perusahaan terhadap perilaku etis juga sangat menentukan
karena dalam jangka panjang bila perusahaan tidak concern terhadap perilaku
etis maka kelangsungan hidupnya akan terganggu dan akan berdampak pula
pada kinerja keuangannya.
Hal ini terjadi akibat manajemen dan karyawan yang cenderung mencari
keuntungan semata sehingga terjadi penyimpangan norma-norma etis. Segala
kompetensi, keterampilan, keahlian, potensi, dan modal lainnya ditujukan
sepenuhnya untuk memenangkan kompetisi.
Pelanggaran etika perusahaan terhadap pelanggannya di Indonesia merupakan
fenomena yang sudah sering terjadi. Contoh terakhir adalah pada kasus
Ajinomoto. Kehalalan Ajinomoto dipersoalkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada
akhir Desember 2000 setelah ditemukan bahwa pengembangan bakteri untuk
proses fermentasi tetes tebu (molase), mengandung bactosoytone (nutrisi untuk
pertumbuhan bakteri), yang merupakan hasil hidrolisa enzim kedelai terhadap
biokatalisator porcine yang berasal dari pankreas babi,.
Kasus lainnya, terjadi pada produk minuman berenergi Kratingdeng yang
sebagian produknya diduga mengandung nikotin lebih dari batas yang diizinkan
oleh Badan Pengawas Obat dan Minuman. Oleh karena itu perilaku etis perlu
dibudayakan melalui proses internalisasi budaya secara top down agar
perusahaan tetap survive dan dapat meningkatkan kinerja keuangannya,.
Pengaruh budaya organisasi dan orientasi etika terhadap orientasi strategik
secara simultan sebesar 65%. Secara parsial pengaruh budaya organisasi dan
orientasi etika terhadap orientasi strategik masing-masing sebesar 26,01% dan
32,49%. Hal ini mengindikasikan bahwa komninasi penerapan etika dan budaya
dapat meningkatkan pengaruh terhadap orientasi strategik. Hendaknya
perusahaan membudayakan etika bisnis agar orientasi strategik yang dipilih
semakin baik. Salah satu persyaratan bagi penerapan orientasi strategik yang
inovatif, proaktif, dan berani dalam mengambil risiko adalah budaya perusahaan
yang mendukung,.
Dari mana upaya penegakkan etika bisnis dimulai? Etika bisnis paling gampang
diterapkan di perusahaan sendiri. Pemimpin perusahaan memulai langkah ini
karena mereka menjadi panutan bagi karyawannya. Selain itu, etika bisnis harus
dilaksanakan secara transparan. Pemimpin perusahaan seyogyanya bisa
memisahkan perusahaan dengan milik sendiri. Dalam operasinya, perusahaan
mengikuti aturan berdagang yang diatur oleh tata cara undang-undang.
Etika bisnis tidak akan dilanggar jika ada aturan dan sangsi. Kalau semua tingkah
laku salah dibiarkan, lama kelamaan akan menjadi kebiasaan. Repotnya, norma

yang salah ini akan menjadi budaya. Oleh karena itu bila ada yang melanggar
aturan diberikan sangsi untuk memberi pelajaran kepada yang bersangkutan.

Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk menegakkan budaya


transparansi antara lain:
Penegakkan budaya berani bertanggung jawab atas segala tingkah lakunya.
Individu yang mempunyai kesalahan jangan bersembunyi di balik institusi. Untuk
menyatakan kebenaran kadang dianggap melawan arus, tetapi sekarang harus
ada keberanian baru untuk menyatakan pendapat.
Ukuran-ukuran yang dipakai untuk mengukur kinerja jelas. Bukan berdasarkan
kedekatan dengan atasan, melainkan kinerja.
Pengelolaan sumber daya manusia harus baik.
BIDANG USAHA
Adapun bentuk atau jenis-jenis bidang usaha.

1. Bidang Produksi
Bidang produksi merupakan salah satu bidang usaha yang bisa kita lakukan.
Bidang produksi itu bisa dilihat dari kegiatan usahanya. Apa bila sebuah usaha
itu mengelola bahan mentah menjadi bahan jadi maka itu yang di sebut
produksi, termasuk di antaranya pengusaha pengrajin. Mereka adalah termasuk
pada bidang usaha produksi. Dalam laporan keuangan untuk bidang ini biasanya
ada pos atau perkiraan Persediaan awal dan persediaan akhir serta memiliki satu
kelompok jurnal keuangan yang di sebut Barang dalam proses.

2. Bidang Perdagangan
Sama seperti bidang produksi, Bidang perdagangan juga masuk sebagai salah
satu bidang usaha yang jega terpisah. Perdagangan dapat dilihat dari kegiatan
usahanya dalam memperoleh barang. Bila bidang produksi, barang di peroleh
dengan mengelola bahan baku menjadi bahan jadi, maka kelompok bidang
perdagangan memperoleh produk dari barang jadi yang di jual kembali. Biasanya
suplier adalah salah satu tempat mereka memperoleh barang yang akan di jual.

3. Bidang Jasa
Bidang Jasa juga termasuk salah satu dari dari kelompok bidang usaha. Untuk
mengetahui jenis bidang ini dapat di lihat dari produk yang mereka jual. Apabila
mereka menjual produk non fisik maka itu di sebut bidang jasa, contohnya
seperti service televisi atau servis kulkas dan AC.

Sekarang mari kita mencoba melihat berikut ini, jika di kelompokkan dalam
bidang-bidang usaha di atas maka yang manakah kelompok untuk bidang usaha
berikut :

a. Fotocopy
b. Bengkel

KEGIATANApa saja macamnya Kegiatan bisnis itu ? ruang lingkup kegiatan


bisnis itu sangatlah luas. Sebenarnya kegiatan bisnis dikelompokkan menjadi tiga
macam yaitu : produksi, distribusi dan konsumsi.

Produksi

Produksi adalah segala kegiatan yang menambah nilai guna suatu barang untuk
kebutuhan manusia. Produksi di kategorikan menjadi tiga macam yaitu : produksi
primer, sekunder dan tersier.

1. Produksi Primer
Adalah kegiatan / proses menghasilkan bahan bahan baku atau bahan mentah
dengan cara mengambilnya langsung dari alam. Di bidang pertambangan
manusia mengambil biji besi, timah tembaga, emas, perak, aluminium, dan
mineral mineral lain untuk dijadikan bahan baku industri. Di indonesia banyak
sekali perusahaan perusahaan pertambangan. Contohnya tambang timah yang
ada di Bangka dan Belitung, tambang tembaga yang ada di tembagapura,
tambang emas dan batubara yang ada di kalimantan dan masih banyak lagi
pertambangan yang lain. Para nelayan mengambil ikan langsung dari laut atau
manusia mengambil ikan yang ada di sungai dan danau. Ada yang mengambil
langsung hasil hutan misal kayu, buah buahan, sagu, kelapa, dan bahan
makanan lain tanpa harus menanam dulu.
2. Produksi Sekunder
Produksi sekunder adalah kegiatan yang dilakukan untuk memproses bahan
mentah / bahan baku menjadi bahan setengah jadi.Misalnya biji besi diolah
menjadi profil profil besi atau menjadi lembaran lembaran baja. Benang
diolah menjadi kain. Selain itu produksi sekunder juga mencakup produksi
perakitan. Misalnya di Batam ada industri perakitan alat alat elektronika,
seperti handphone dirakit dari komponen komponen setengah jadi yaitu LCD,
board, casing, baterai, charge, dll. Negara negara yang sudah maju banyak
sekali industri industri sekunder, karena tidak mempunyai kekayaan alam
seperti di negara indonesia. Mereka mengimpor bahan bahan baku dari negara
lain.
3. Produksi Tersier

Produksi tersier adalah pendukung atau penunjang produksi primer dan sekunder
dalam aktivitasnya. Misalnya perusahaan transportasi mengangkut barang
barang yang dihasilkan produksi sekunder untuk disalurkan ke cabang .cabang
di seluruh wilayah indonesia bahkan untuk diekspor. Pedagang pedagang besar
atau agen agen yang mempunyai peran mendistribusikan barang ke pengecer
dan juga sampai ke pemakai akhir yaitu konsumen. Contoh lain produksi tersier
yaitu telekomunikasi, real estate, perbankan, asuransi, keuangan, hotel dan
restoran. Dan juga termasuk tenaga tenaga ahli yang profesional seperti guru,
dokter, bidan, pengacara, seniman, adalah bentuk dari produksi tersier.

Faktor faktor Produksi


Sistem bisnis dalam melakukan aktivitasnya sangat membutuhkan masukan dari
masyarakat yang disebut dengan faktor produksi. Faktor faktor produksi di
klsifikasikan menjadi faktor produksi bahan baku/mentah, tenaga, modal dan
entrepeneurship.

1. Bahan baku
Bahan baku ini diambil langsung dari alam seperti mineral mineral (biji besi,
tembaga, emas, perak, aluminium, dll), hasil laut, danau dan sungai (ikan,
udang, kerang, dll), hasil hutan (kayu, sagu, buah buahan, kelapa, dll).
2. Tenaga
Faktor produksi tenaga adalah semua orang yang bekerja di perusahaan mulai
dari manager, supervisor, kepala bagian, teknisi, operator, quality control,
gudang, administrasi, sampai ke bagian pemasaran.
3. Modal
Modal adalah dana yang digunakan untuk membiayai seluruh kegiatan produksi.
Yaitu untuk membayar gaji karyawan, membeli bahan baku, biaya iklan,
membayar listrik, air, tenaga medis, transportasi, membeli suku cadang, dll.
Selain modal sendiri dana juga diperoleh dari saham, pinjaman, dan dari
keuntungan perusahaan.
4. Entrepeneurship
Adalah orang yang mengatur atau memanage perusahaan Entrepeneur selain
bekerja untuk perusahaan sendiri juga bekerja di perusahaan lain. Pemilik
perusahaan merekrut manager manager profesional guna menjalankan
bisnisnya.

Distribusi
Yang dimaksud dengan distribusi adalah suatu aktivitas memindahkan barang
dan jasa dari produsen ke konsumen. Distribusi mencakup semua kegiatan
pemindahan barang, baik itu yang dari pemasok ke perusahaan, atau
pemindahan barang yang ada di bagian penyimpanan barang, pengepakan,
sampai ke pemakai akhir. Sistem distribusi ada dua macam yaitu distribusi

langsung dan tidak langsung. Distribusi langsung sangatlah efektif dan efisien.
Misalnya Para petani menjual barangnya ke ibu rumah tangga. Tapi zaman
sekarang ini banyak yang menggunakan distribusi yang tidak langsung. Misalnya
perusahaan mendistribusikan barangnya melalui pedagang pedagang besar
dan pengecer untuk di salurkan ke konsumen. DIstribusi berguna untuk
memperluas jaringan pasar dan mempermudah konsumen pada saat
membutuhkan barang.

Konsumsi
Tuntutan yang harus di hadapai perusahaan yaitu harus selalu menjaga
banyaknya permintaan pasar terhadap barang dan jasa yang dihasilkannya.
Untuk itu banyak sekali tindakan tindakan yang dilakukan perusahaan misalnya
menjaga kwalitas produk, mengadakan inovasi atau perubahan, mengadan
promosi dan lain. Selain itu perusahaan harus tahu faktor faktor apa saja yang
bisa meningkatkan konsumsi masyarakat. Misalnya tergantung faktor umur.
Barang apa saja yang disukai anak anak, remaja dan orang dewasa.Biasanya
anak anak ditawarkan dengan pakain dan mainan. Remaja seusia sekolah
membutuhkan peralatan sekolah, buku, peralatan olah raga. Orang dewasa
membutuhkan fasilitas kesehatan.
JENIS KEGIATAN BISNIS
ENIS KEGIATAN BISNIS
Ruang lingkup kegiatan bisnis sangat luas, akan tetapi pada dasarnya kegiatan
bisnis dapat dibagi menjadi 3 aspek, yaitu :
A.

Aspek Produksi

Produksi diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan


konsumen. Dalam arti luas tersebut, produksi dapat dibedakan menjadi 3
macam, yaitu :
1.

Produksi primer

Yang termasuk dalam produksi primer adalah kegiatan ekstraksi atau penarikan
sumber daya alam atau kegiatan yang menggunakan sumber daya yang tersedia
dalam kondisi alamiah. Contohnya :
Pada pertambangan, orang menggali bijih ; mineral dari dalam tanah.
Pada pertanian, orang menanam memanen hasil tanaman.
Pada perikanan, orang menangkap ikan dari laut.
2.

Produksi sekunder

Yang termasuk dalam produksi sekunder adalah sumber daya alam atau bahan
mentah diproses diolah menjadi barang. Contohnya :
- Bijih besi dikonversi atau diubah menjadi pipa atau lembatran (sheet) besi baja.
- Kayu dikonversi menjadi peralatan rumah tangga.
- Kulit mentah diolah menjadi sepatu, tas, jaket, dan sebagainya.

- Bahan baku seperti katun, sutera, wol, atau serat sintetis dapat menghasilkan
produk tekstil yang selanjutnya dapat diproses lebih lanjut menjadi garmen,
handuk, korden, dan sebagainya.
3.

Produksi tersier

Yang dihasilkan dari produksi tersier adalah berupa pemberian fasilitas layanan
(jasa) pendukung, bukannya barang-barang berwujud. Contohnya :
- Perusahaan transportasi yang mengangkut barang dari pabrik ke tempattempat pengecer.
- Pedagang besar (distributor) pengecer menawarkan jasa distribusi kepada para
konsumen.
- Jasa perbankan.
- Jasa penerangan listrik.
- Jasa pos telekomunikasi
- Jasa profesional, seperti insinyur, akuntan, pengacara, dokter, konsultan, dan
lain-lain.
- Jasa transportasi umum, dan sebagainya.

B.

Aspek Distribusi

Distribusi adalah kegiatan pemindahan barang jasa dari produsen kepada


konsumen. Pada umumnya distribusi meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
- Pemindahan bahan baku dari pemasok (supplier) kepada awal mula lini
produksi.
- Melibatkan penyimpanan penanganan bahan baku barang jadi.
- Pengemasan.
- Pengendalian persediaan.
- Transportasi kepada konsumen.
Sistem distribusi yang efisien berarti mampu menekan serendah-rendahnya
modal yang tertanam pada bahan mentah atau barang jadi yang belum terjual.
Kebanyakan produsen yang lebih menyukai pendistribusian secara langsung
kepada konsumennya.
Tetapi pada dasarnya, pendistribusian yang berlangsung sangat tergantung pada
jaringan pedagang besar (distributor) pengecer (retailer) hingga sampai di
tangan konsumen.
C.

Aspek Konsumsi

Konsumsi adalah kegiatan penggunaan barang jasa yang dibutuhkan oleh


kosumen. Kebutuhan atau pola konsumsi sesesorang dapat dipengaruhi oleh
faktor yang beragam.

Ketika kanak-kanak, barang yang popular adalah mainan.


Menginjak usia sekolah remaja, barang yang dibutuhkan adalah buku, peralatan
sekolah olahraga.
Ketika menginjak usia kaula muda, barang yang dibutuhkan adalah barangbarang yang berhubungan dengan fashion.
Ketika mulai berkeluarga, barang yang dibutuhkan adalah peralatan rumah
tangga.
Ketika sudah setengah baya, membutuhkan barang-barang mewah.
Ketika sudah lanjut usia, yang dibutuhkan adalah pelayanan medis pemeliharaan
kesehatan khusus.
Dengan melihat pola konsumsi yang beragam, produsen dapat membuat suatu
perencanaan yang lebih baik untuk menentukan bagaimana peluang diterimanya
barang atau jasa yang diproduksi tersebut oleh konsumen. Dan biasanya,
produsen mempromosikan keberadaan barang atau jasa tersebut secara luas
khususnya kepada konsumen.
Dengan adanya aspek konsumsi ini, tingkat permintaan barang jasa dapat
tergambar. Daya beli atau permintaan akan meningkat, apabila konsumen
memiliki penghasilan yang cukup.

7.3
Jenis-jenis Badan Usaha dan Karakteristiknya
Suatu kegiatan usaha yang berdiri dengan status perusahaan dagang atau usaha
dagang (toko) yang telah berkembang secara kualitas dan kuantitas usaha
apakah wajib untuk mengubah status usahanya? Bagaimana hubungan
hukumnya dengan tenaga kerja yang dipekerjakan di tempat usahanya tersebut
manakala hubungan antara pengusaha dan pekerja tidak dilandasi dengan
perjanjian? Wajib atau tidakkah perusahaan/usaha dagang tersebut untuk
membentuk peraturan perusahaan, serta hak-hak pekerja, sebagaimana
menurut UU. tentang Ketenagakerjaan? Terima kasih.
WIDOTZZ

Jawaban:
BIMO PRASETIO, PAMELA PERMATASARI, FETROKI RHOMANDA, DAN DWINANDA
FEBRIANY

1.
Apabila yang dimaksud dengan status usaha yaitu jenis badan
usaha, maka pada dasarnya untuk mengubah suatu jenis badan usaha
bergantung pada visi misi dan tujuan dari badan usaha tersebut. Dalam hal ini
apabila Perusahaan Dagang/Usaha Dagang ("PD/UD") saat ini berjalan sesuai
dengan kegiatan usahanya, maka PD/UD tersebut tidak perlu untuk "diubah"
menjadi badan usaha lainnya.

Namun, apabila dalam perkembangannya PD/UD memiliki visi misi dan tujuan
untuk memperluas kegiatan PD/UD dan/atau diwajibkan dalam peraturan
perundang-undangan, maka jenis PD/UD tersebut dapat "diubah" dengan
membentuk badan usaha baru.

Adapun berdasarkan peraturan perundang-undangan tertentu, suatu badan


usaha diwajibkan berbentuk badan hukum dalam hal menjalakan kegiatan usaha
seperti Bank, Rumah Sakit, penyelenggara satuan pendidikan formal. Selain itu,
apabila terdapat penyertaan modal asing dalam badan usaha tersebut, maka
badan usaha tersebut wajib untuk berbentuk badan hukum yaitu Perseroan
Terbatas. Sehingga apabila dalam perkembangannya PD/UD akan melakukan
kegiatan usaha sebagaimana disebutkan sebelumnya dan/atau terdapat
penyertaan modal asing dalam badan usahanya, maka PD/UD tersebut wajib
untuk berbentuk badan hukum.

Untuk mengetahui badan usaha yang tepat untuk PD/UD tersebut, berikut kami
uraikan karakteristik untuk beberapa badan usaha baik yang merupakan badan
hukum atau bukan badan hukum.

A.

Badan Usaha berbentuk Badan Hukum

Karakteristik suatu badan hukum yaitu terdapat pemisahan kekayaan pemilik


dengan kekayaan badan usaha, sehingga pemilik hanya bertanggung jawab
sebatas harta yang dimilikinya.

Badan Usaha yang berbentuk Badan Hukum terdiri dari :


(1)

Perseroan Terbatas (PT)

Memiliki ketentuan minimal modal dasar, dalam UU 40/2007 minimum


modal dasar PT yaitu Rp50.000.000 (lima puluh juta rupiah). Minimal 25% dari
modal dasar telah disetorkan ke dalam PT;


Pemegang Saham hanya bertanggung jawab sebatas saham yang
dimilikinya;

Berdasarkan peraturan perundang-undangan tertentu diwajibkan agar suatu


badan usaha berbentuk PT.

(2)

Yayasan

Bergerak di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang tidak


mempunyai anggota;

(3)

Kekayaan Yayasan dipisahkan dengan kekayaan pendiri yayasan.

Koperasi

beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan


melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat berdasar atas asas kekeluargaan.

Sifat keanggotaan koperasi yaitu sukarela bahwa tidak ada paksaan untuk
menjadi anggota koperasi dan terbuka bahwa tidak ada pengecualian untuk
menjadi anggota koperasi.

B.

Badan Usaha bukan berbentuk Badan Hukum

Lain halnya dengan badan usaha yang bukan berbentuk badan hukum, pada
bentuk badan usaha ini, tidak terdapat pemisahan antara kekayaan badan usaha
dengan kekayaan pemiliknya.

Badan usaha bukan berbentuk badan hukum terdiri dari:


(1)

Persekutuan Perdata


Suatu perjanjian di mana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk
memasukkan sesuatu ke dalam persekutuan dengan maksud untuk membagi
keuntungan yang terjadi karenanya;

(2)

Para sekutu bertanggung jawab secara pribadi atas Persekutuan Perdata.

Firma

Suatu Perseroan yang didirikan untuk melakukan suatu usaha di bawah


nama bersama;

(3)

Para anggota memiliki tanggung jawab renteng terhadap Firma.

Persekutuan Komanditer (CV)


Terdiri dari Pesero Aktif dan Pesero Pasif/komanditer.

Pesero Aktif bertanggung jawab sampai dengan harta pribadi, sedangkan


pesero pasif hanya bertanggung jawab sebesar modal yang telah disetorkan ke
dalam CV.

Apabila PD/UD akan "diubah" dengan badan usaha lainnya, maka PD/UD tersebut
akan dibubarkan serta izin yang dimiliki oleh PD/UD tersebut akan dicabut.
Selanjutnya, akan didirikan badan usaha yang sesuai dengan karakteristik dan
visi misi yang diinginkan.

2.

Perjanjian Kerja

Apabila yang dimaksud dengan pertanyaan Anda terkait perjanjian tenaga kerja
dengan pengusaha adalah perjanjian tertulis, maka pengusaha yang melakukan
perjanjian secara lisan dengan tenaga kerja yang diperkerjakannya sudah
merupakan Perjanjian yang memiliki akibat hukum, hal ini berdasarkan Pasal 51
ayat (1) UU No. 13/2003 yang menyatakan bahwa Perjanjian Kerja dibuat secara
tertulis atau lisan.

Tanpa adanya perjanjian, maka tidak adanya kesepakatan untuk melakukan


hubungan kerja antara pengusaha dan tenaga kerja baik lisan maupun tertulis.
Hal ini diatur dalam Pasal 50 UU No. 13/2003 yang menyatakan hubungan kerja
terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh.

Agar Perjanjian yang terjadi antara pengusaha dengan tenaga kerja dapat sah
secara hukum, maka perjanjian yang dibuat antara pengusaha dengan tenaga
kerja haruslah memenuhi syarat sahnya perjanjian sesuai Pasal 1320 KUHPer
yaitu:

1.

Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

2.

Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

3.

Suatu hal tertentu; dan

4.

Suatu sebab yang halal

Sehingga, perjanjian baik secara tertulis maupun lisan antara pengusaha dengan
tenaga kerja yang diperkerjakannya tetap memiliki hubungan hukum diantara
mereka selama perjanjian tersebut sah secara hukum dengan mengikuti syaratsyarat sahnya perjanjian.

3.

Kewajiban membentuk Peraturan Perusahaan

Berdasarkan Pasal 108 ayat (1) UU 13/2003, diatur bahwa setiap Pengusaha
yang mempekerjakan pekerja/buruh sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang
wajib membuat peraturan perusahaan yang mulai berlaku setelah disahkan oleh
Menteri atau pejabat yang ditunjuk.

Adapun yang dimaksud dengan Pengusaha berdasarkan Pasal 1 angka 5 huruf a


UU 13/2003 adalah;

orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu


perusahaan milik sendiri.

Dari kedua ketentuan pasal tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
Perusahaan (termasuk PD/UD) harus memiliki peraturan perusahaan jika
mempekerjakan pekerja/buruh sejumlah 10 (sepuluh) orang atau lebih.

4.

Hak-Hak Pekerja

Berdasarkan UU 13/2003, hak-hak pekerja yang diatur yaitu sebagai berikut :

1)
Memperoleh dan/atau meningkatkan dan/atau mengembangkan
kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya melalui
pelatihan kerja (Pasal 11);

2)
Memperoleh pengakuan kompetensi kerja setelah mengikuti pelatihan kerja
yang di selenggarakan lembaga pelatihan kerja pemerintah, lembaga pelatihan
kerja swasta, atau pelatihan di tempat kerja (Pasal 18 ayat 1);

3)
Memperoleh waktu istirahat dan cuti dengan ketentuan sebagai berikut
(Pasal 79):

istirahat antara jam kerja, sekurang kurangnya setengah jam setelah


bekerja selama 4 (empat) jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak
termasuk jam kerja;

istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu)
minggu atau 2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu;

cuti tahunan, sekurang kurangnya 12 (dua belas) hari kerja setelah


pekerja/buruh yang bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas) bulan secara
terus menerus;

istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan dan dilaksanakan


pada tahun ketujuh dan kedelapan masing-masing 1 (satu) bulan bagi

pekerja/buruh yang telah bekerja selama 6 (enam) tahun secara terus-menerus


pada perusahaan yang sama dengan ketentuan pekerja/buruh tersebut tidak
berhak lagi atas istirahat tahunannya dalam 2 (dua) tahun berjalan dan
selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6 (enam) tahun.

4)
Memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja; moral
dan kesusilaan; perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia
serta nilai-nilai agama (Pasal 86 ayat 1);

5)
Memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan (Pasal 88 ayat 1);

6)

Memperoleh jaminan sosial tenaga kerja (Pasal 99 ayat 1);

7)
Membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh (Pasal 104
ayat 1);

8)

Melakukan mogok kerja sebagai akibat gagalnya perundingan (Pasal 137);

9)
Menerima pembayaran uang pesangon dan/atau uang penghargaan masa
kerja jika terjadi pemutusan hubungan kerja (Pasal 156 ayat 1);

10)Hak khusus untuk pekerja/buruh perempuan (Pasal 82):

Memperoleh istirahat selama 1,5 (satu setengah) bulan sebelum saatnya


melahirkan anak dan 1,5 (satu setengah) bulan sesudah melahirkan menurut
perhitungan dokter kandungan atau bidan;

Memperoleh istirahat selama 1,5 (satu setengah) bulan jika mengalami


keguguran kandungan sesuai dengan surat keterangan dokter kandungan atau
bidan.

Demikian jawaban yang dapat kami berikan. Semoga bermanfaat.

Dasar hukum:

1.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek, Staatsblad 1847
No. 23).
2.
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (Wetboek Van Koophandel Voor
Indonesie, Staatsblad tahun 1847 No. 43).
3.

Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian

4.
Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan sebagaimana telah
diubah dengan UU No. 28 Tahun 2004
5.

Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

6.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

7.

Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal;

8.

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

7.4
KARAKTERISTIK

DAGANG

Pendapatan utamanya dari penjualan barang dagangan


Sebagai perantara antara produsen dan konsumen
Dalam akuntasi terdapat akun persedian barang dagangan
Menjual tanpa mengubah bentuk
JASA

Memberikan pelayanan atau menjual sesuatu yang hanya bisa rasa

Peran prantara sangat minimal dalam menyalurkan jasanya

v menginformasikan sekaligus memberikan wawasan pada konsumen tentang


perusahaan

Kebutuhan untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan

Pentingnya kontak secara personal dengan konsumen

Manifacturing

Menjual benda dengan mengubah bentuknya dari bahan mentah menhjadi


barang jadi
Membutuhkan peran prantara seperti pengecer
Kelompok industri inikeberadaannya masih sangat tergantung pada SDA dan
SDM
About these ads

Karakteristik Perusahaan, Jenis-jenis Perusahaan, dan Jenis-jenis


Organisasi Perusahaan
Karakteristik Perusahaan
Secara umum perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki sumber daya
(input) seperti bahan baku dan tenaga kerja diproses untuk menghasilkan barang
atau jasa (output) yang akan dijual kepada pelanggan.
Pelanggan perusahaan dapat berupa individu atau perusahaan lain yang
membeli barang atau jasa yang ditukar dengan uang atau barang lain yang
berharga.
Tujuan perusahaan umumnya adalah untuk mendapatkan laba tetapi ada juga
perusahaan yang mempunyai tujuan untuk kemaslahatan bagi masyarakat.
Perusahaan yang mempunyai tujuan bukan untuk mendapatkan laba disebut
perusahaan nirlaba.
.
1. Jenis-jenis Perusahaan
Berdasarkan karakteristik jenis usahanya, perusahaan diklasifikasikan menjadi
tiga yaitu perusahaan jasa, perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur.
a. Perusahaan jasa adalah perusahaan yang menghasilkan jasa dan bukan
barang atau produk untuk pelanggan. Berikut contoh nama perusahaan jasa dan
jenis jasa yang ditawarkan kepada pelanggan.

Perusahaan jasa adalah perusahaan yang menghasilkan jasa dan bukan barang
atau produk untuk pelanggan.b. Perusahaan Dagang merupakan perusahaan
yang kegiatan usahanya adalah membeli barang dagangan dari pemasok
(supplier) kemudian menjual kembali kepada pelanggan. Berikut contoh nama
perusahaan dagang dan jenis produk yang ditawarkan kepada pelanggan.
Perusahaan Dagang adalah perusahaan yang kegiatan usahanya adalah membeli
barang dagangan dari pemasok (supplier) kemudian menjual kembali kepada
pelangganc. Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang kegiatan
usahanya adalah membeli bahan baku (input) kemudian mengubahnya menjadi
barang yang dijual kepada pelanggan. Berikut contoh nama perusahaan
manufaktur dan jenis produk yang ditawarkannya.
Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang kegiatan usahanya adalah
membeli bahan baku (input) kemudian mengubahnya menjadi barang yang
dijual kepada pelanggan badan hukumnya, yaitu perusahaan perseorangan,
perusahaan persekutuan dan perusahaan perseroan.
.
2. Jenis-jenis Organisasi Perusahaan
Selain terdapat beberapa jenis usaha pada suatu perusahaan, dalam praktik
sering kita jumpai klasifikasi perusahaan berdasarkan bentuk badan hukumnya.
Terdapat tiga bentuk perusahaan berdasarkan badan hukumnya, yaitu
perusahaan perseorangan, perusahaan persekutuan dan perusahaan perseroan.
a. Perusahaan perorangan adalah perusahaan yang modalnya dimiliki oleh satu
orang pemilik. Pemilik umumnya merangkap juga sebagai manajer.
Contoh perusahaan perorangan adalah usaha kecil atau UKM (Usaha Kecil
Menengah) seperti bengkel, binatu (laundry), salon kecantikan, rumah makan,
persewaan komputer dan internet.
b. Perusahaan persekutuan adalah perusahaan yang modalnya dimiliki oleh dua
orang atau lebih untuk menyelenggarakan usaha dengan nama bersama.
Perusahaan persekutuan yang banyak dijumpai dalam dunia bisnis di Indonesia
adalah Firma dan CV.
c. Perusahaan perseroan (korporasi) adalah perusahaan yang modalnya terdiri
atas saham-saham. Setiap pemegang saham adalah pemilik perusahaan.
Pemegang saham dapat perorangan atau perusahaan lain.
Perseroan dibentuk berdasarkan peraturan pemerintah sebagai suatu badan
hukum yang terpisah dari pemiliknya. Pemegang saham bertanggung jawab
terbatas sebesar saham yang dimilikinya.
Perusahaan perseroan dibedakan menjadi dua yaitu perseroan tertutup (PT) dan
perseroan terbuka (PTbk). Perbedaaan kedua perseroan adalah dapat tidaknya
saham perusahaan tersebut diperjual-belikan secara umum melalui pasar
sekuritas (Bursa Efek)

You might also like