You are on page 1of 23

Osteoartritis

FAMILY FOLDER

Kevina Suwandi 102012001


FF11

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


Page | 1

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Prinsip pokok dari dokter keluarga adalah untuk dapat menyelenggarakan pelayanan
kedokteran secara menyeluruh. Oleh karena itu perlu diketahui berbagai latar belakang
pasien yang menjadi tanggungannya. Untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan
seperti itu diperlukan adanya kunjungan rumah (home visit) serta melakukan pelayanan
kesehatan standar. Untuk memajukan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada
masyarakat,maka perlu adanya kerjasama antara petugas kesehatan dan pasien. Pemantauan
terhadap penyakit pasien tidak hanya sekadar mendapatkan pengobatan di puskesmas,
malah lingkungan pasien turut diikut sertakan dalam usaha meningkatkan kesehatan pasien.
Home visit atau kunjungan dilakukan dengan tujuan untuk melihat lingkungan rumah
pasien dan sekaligus mengedukasi dan memberi penyuluhan yang terkait dengan penyakit
pasien.
2. Tujuan
Tujuan umum: Meningkatkan pelayanan kesehatan.
Tujuan khusus: Dalam rangka allo-anamnesis terhadap anggota keluarga pasien dan untuk
mendapatkan informasi tentang kondisi lingkungan pasien.
3. Manfaat
Manfaat yang didapatkan dari kunjungan ke rumah pasien antara lain :
Meningkatkan pemahaman dokter tentang pasien
Meningkatkan hubungan dokter pasien
Menjamin terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien
Menjamin terpenuhinya kebutuhan pasien.
BAB II
HASIL DAN TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN HOME VISIT:
Puskesmas: Puskesmas Kel.Grogol 3, Kec Grogol Petamburan, Jakarta Barat
Nomor register:
Tanggal kunjungan : 23 juli 2015
Page | 2

a) Identitas Penderita
i. Nama : Ibu Ida Siti Mahmuda
ii. Umur : 50 tahun
iii.
Jenis kelamin : Perempuan
iv. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
v. Pendidikan : Tamat SD
vi. Agama : Islam
vii. Alamat : Kelurahan Grogol, Kecamatan Grogol Petamburan. RT 08 RW 09.
No.16

Kampung Keramat Bahagia

b) Nama Keluarga dan Anggota Serumah yang bukan Keluarga


i. Surdi(53 tahun),swasta, suami,sehat
ii. Ahmatasan(23 tahun),swasta,anak,sudah menikah,flu
iii.
Yuni(16 tahun),SMA,anak,belum menikah,sehat
iv. Rosi(23 tahun),swasta,menantu,sehat
c) Tingkat ekonomi: menengah kebawah
d) Status imunisasi dasar pasien:e) Status imunisasi keluarga: anak imunisasi lengkap
f) Status gizi keluarga: baik
g) Jaminan pemeliharaan kesehatan: bPJS
h) Anamnesis
i. Keluhan utama: Nyeri kedua lutut
ii. Riwayat Penyakit Sekarang: Sudah 2 tahun lalu,Nyeri lutut ketika berjalan
iii.

dan berdiri dan menaiki tangga. Bunyi kretek-kretek


Riwayat Penyakit Dahulu yang Berhubungan dengan Keadaan Penyakit

iv.

Sekarang: Perilaku Pasien yang Berhubungan dengan Penyakitnya Sekarang: Sering

v.
vi.

berjalan jauh, Berat badan berlebih


Perilaku Keluarga yang Berhubungan dengan Penyakit Pasien Sekarang: Riwayat Penyakit Dahulu yang Tidak Berhubungan dengan Penyakit

vii.

Sekarang: Diare, Flu,Vertigo


Riwayat Penyakit Keluarga yang Berhubungan dengan Penyakit Pasien

viii.

Sekarang: Riwayat Penyakit Keluarga yang Tidak Berhubungan dengan Penyakit


Sekarang: Demam Berdarah, Flu (anak)

i) Perilaku Sosial Pasien dan Keluarga


i. Merokok: ii. Minum yang mengandung alcohol: iii.
Pola Jajan: Anak suka jajan manis dan dingin
iv. Pola Makan: Semua suka makan manis dan dingin
Page | 3

v.
vi.
vii.
viii.

Pola Penyimpanan atau Memasak Makanan: Pola Minuman Sehari-hari: Minum es dan manis
Olahraga: tidak ada olahraga rutin
Kebersihan Hygiene: : cukup bersih, mandi 2-3 kali perhari. Dengan sarana

ix.
x.
xi.

MCK yang memadai.


Rekreasi: Mudik setahun sekali saat lebaran.
Ibadah: Rajin sholat.
Pola membersihkan rumah/ lingkungan : Menyapu rumah setiap hari sekali,
menyikat wc rutin sebelum berlumut dan menyikat ember dan menguras

xii.

tempat penampungan air tiap minggu.


Pola pengobatan (tradisional, puskesmas dll) : Berobat ke puskesmas, dan

xiii.

klinik. Bila sudah mendapatkan resep sering membeli obat sendiri.


Pola hubungan social : antara tetangga terjalin harmonis.

j) Keadaan Rumah yang Mempengaruhi Penyakit dalam Keluarga


i. Kebersihan Rumah: Kurang bersih karena rumah berdebu dan terlalu sempit
ii.

dengan banyak tumpukan barang yang tidak tertata rapi.


Keadaan udara/ polusi dalam rumah: Keadaan ruang tamu yang telaknya di
depan pintu masuk utama memiliki sirkulasi udara yang memadai karena
ada jendela dengan pintu yang terbuka, tetapi ruangan bagian dalam tidak

iii.
iv.
v.
vi.
vii.
viii.
ix.
x.
xi.
xii.

memiliki ventilasi sama sekali dan cukup sesak.


Luas rumah/bangunan : 5 X 3 m2, tidak memiliki jarak antara rumah ke
rumah.
Luas tanah ;Jumlah orang yang tinggal dalam rumah: 5 orang
Luas kamar pasien atau yang sakit : 3X2 m2
Jumlah orang yang tinggal sekamar dengan yang sakit : 1 orang
Jenis lantai : Semen, dan hanya bagian ruang utama yang keramik
Jenis tembok : Semen
Jenis atap :Genteng
Perbandingan Ventilasi rumah (udara, sinar matahari dll) : tidak ada ventilasi
Perbandingan Ventilasi kamar (udara, sinar matahari dll) : tidak ada ventilasi
namun pencahayaan cukup karena bagian genteng ada bagian yang diberi
genteng bening (tembus cahaya)

k) Keadaan Dapur dan Kebersihan


i. Tempat penyimpanan makanan (tercemar debu, kotoran, vector dll) : ii. Tempat penyimpanan alat makan : terbuka
iii.
Tempat cuci tangan (air mengalir, sabun dan lap tangan bersih dll) : semua
dikerjakan di kamar mandi, tidak memiliki tempat mencuci piring khusus
Page | 4

iv.

Keadaan kamar mandi ( kebersihan, sabun, air, bak,dll) : kurang bersih, air

v.
vi.
vii.
viii.
ix.
x.
xi.

cukup dan jernih.


Tipe kakus dan system pembuangan : memiliki kloset
Keadaan wc : kurang bersih
Sumber air sehari hari : air PDAM, kalo macet harus membeli air.
Tempat penyimpanan air : di dalam ember, tidak memiliki bak.
Sumber air minum : air galon
Kebersihan tempat penyimpanan air minum : tertutup
Tempat sampah di dalam rumah (tertutup atau terbuka , vector, bau dll) :

xii.

tempat sampah di dalam dapur dan terbuka namun kering


Sumber Pencahayaan dalam rumah (jenis dan keadaan pencahayaan):

xiii.

pencahayaan cukup
System pembuangan air limbah : Lewat saluran got

l) Kebersihan Sekitar Rumah:


i.
Tempat Sampah di Luar Rumah: Tidak ada
ii.
Keadaan Udara Luar Rumah: Sirkulasi kurang karena letak antar rumah
iii.

terlalu berdempetan dan lokasinya dalam gang sempit .


Keadaan Pekarangan: Tidak memiliki pekarangan

m) Pemeriksaan Kesehatan Pasien dan Keluarga


i.
Keadaan Umum: Tampak sedikit sakit
ii.
Tanda vital : Semua dalam batas normal. TD 110/70, suhu 36,8 derajat
iii.
iv.

celcius, RR:19x/menit nadi 76x/menit.


Status gizi : Berat badan tidak proporsional (berlebih)
Pemeriksaan fisik : Nyeri kedua sendi lutut saat posisi jongkok dan dari

duduk berdiri.
v.
Pemeriksaan hygiene : Kuku bersih
n) Diagnosis Pasien : Osteoartritis
o) Diagnosis banding : Rematoid artritis, Osteoporosis, Gout
p) Diagnosis keluarga :-

Resume masalah kesehatan keluarga dan factor risikonya


- Masalah kesehatan pasien berhubungan dengan pola hidup dan status gizi. Aktifitas yang terlalu
berat seperti yang dilakukan pasien berjalan kaki terlalu jauh tiap harinya di tambah berat badan
yang berlebih menyebabkan percepatan terjadi proses degenerasi tulang rawan sendi.
Prognosis penyakit pasien dan keluarga
Page | 5

- Terutama untuk pasien dengan OA bila berat badan tidak dikontrol akan memperparah nyeri
sendinya karena beban yang semakin berat, dan sangat rentan untuk fraktur bila terjadi trauma
dan tidak menutup kemungkinan OA bisa berkembang menjadi deformitas.
Perkiraan akan timbulnya keadaan penyakit ditinjau dari perilaku dan lingkungan
- Dari kondisi rumah yang sempit dan sesak ada kemungkinan akan timbul penyakit infeksi
saluran pernafasan karena sirkulasi udara yang tidak baik dan pola kebiasaan minum minuman
yang manis bisa saja menyebabkan diabetes militus.
Saran Upaya Pencegahan penyakit:
1. Promotif : Perubahan gaya hidup,perbanyakkan olahraga
2. Preventif : batasi makanan yang kandungan asam uratnya tinggi, minum susu untuk
elakkan osteoporosis
3. Kuratif : mendapatkan ubat OA (OAINS) dari puskesmas
4. Rehabilitatif : kurangkan membuat kerja berat

Anamnesis
Sebuah wawancara yang dilakukan antara dokter dan pasien yang bertujuan untuk
mengetahui penyakit yang dikeluhkan pasien.
Riwayat penyakit
Riwayat penyakit sangat penting dalam langkah awal diagnosis semua penyakit,
termasuk pula penyakit reumatik. Sebagaimana biasanya diperlukan riwayat penyakit yang
deskriptif dan kronologis; ditanyakan pula faktor yang memperberat penyakit dan hasil
pengobatan untuk mengurangi keluhan pasien
Umur
Penyakit reumatik dapat menyerang semua umur, tetapi frekuensi setiap penyakit

Page | 6

terdapat pada kelompok umur tertentu. Misalnya osteoartritis lebih sering ditemukan pada pasien
usia lanjut dibandingkan dengan usia muda. Sebaliknya lupus eritematosus sistemik lebih sering
ditemukan pada wanita usia muda dibandingkan dengan kelompok usia lainnya.1
Pada umumnya pasien OA mengatakan bahwa keluhan-keluhannya sudah berlangsung lama,
tetapi berkembang secara perlahan-lahan.
Nyeri sendi
Penting untuk membedakan nyeri yang disebabkan perubahan mekanis dengan nyeri
yang disebabkan inflamasi. Nyeri yang timbul setelah aktivitas dan hilang setelah istirahat serta
tidak timbul pada waktu pagi hari merupakan tanda nyeri mekanis. Sebaliknya nyeri inflamasi
akan bertambah berat pada pagi hari saat bangun tidur disertai kaku sendi atau nyeri yang sangat
hebat pada awal gerak dan berkurang setelah melakukan aktivitas.
Pada osteoartritis nyeri paling berat pada malam hari, pagi hari terasa lebih ringan dan
membaik pada siang hari. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang
dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih
dibanding gerakan yang lain. Nyeri pada OA juga dapat berupa penjalaran atau akibat
radikulopati, misalnya pada OA servikal dan lumbal. OA lumbal yang menimbulkan stenosis
spinal mungkin menimbulkan keluhan nyeri di betis, yang biasa disebut dengan claudicatio
intermitten. Nyeri malam hari terutama bila dirasakan seperti suatu regangan merupakan nyeri
akibat peninggian tekanan intra-artikular akibat suatu nekrosis avaskular atau kolaps tulang
akibat artritis yang berat. Nyeri yang menetap sepanjang hari (siang dan malam) pada tulang
merupakan tanda proses keganasan.1
Hambatan Gerakan Sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat pelan-pelan sejalan dengan
bertambahnya rasa nyeri.
Kaku sendi
Kaku sendi merupakan rasa seperti diikat, pasien merasa sukar untuk menggerakan sendi
(worn off). Keadaan ini biasanya akibat desakan cairan yang berada diantara sekitar jaringan
Page | 7

yang mengalami inflamasi (kapsul sendi, sinovia atau bursa). Kaku sendi makin nyata pada pagi
hari atau setelah istirahat. Setelah digerak-gerakan, cairan akan menyebar dari jaringan yang
mengalami inflamasi dan pasien merasa terlepas dari ikatan (wears off). Lama dan beratnya kaku
sendi pada pagi hari atau setelah istirahat biasanya sejajar dengan beratnya inflamasi sendi (kaku
sendi pada artritis reumatoid lebih lama dari osteoarthritis.1
Gaya berjalan
Gaya berjalan yang normal terdiri dari 4 fase, yaitu heel strike phase, loading/stance
phase, toe off phase, dan swing phase.
Gaya berjalan yang abnormal :
a. Gaya berjalan antalgik, dimana pasien akan segera mengangkat tungkai yang nyeri atau
deformitas sementara pada tungkai yang sehat akan lebih lama diletakan di lantai; biasanya
akan diikuti oleh gerakan lengan yang asimetri.
b. Gaya berjalan trendelenburg, disebabkan oleh abduksi koksae yang tidak efektif sehingga
panggul kontralateral akan jatuh pada swing phase.
c. Waddle gait, yaitu gaya berjalan trendelenburg bilateral sehingga pasien akan berjalan
dengan pantat bergoyang.
d. Gaya berjalan histerikal/psikogenik, tidak memiliki pola tertentu.
e. Gaya berjalan paraparetik spastik, kedua tungkai melakukan gerakan fleksi dan ekstensi
secara kaku dan jari-jari kaki mencengkram kuat sebagai usaha agar tidak jatuh.
f. Gaya berjalan paraparetik flaksid (high stepping gait = steppage gait), yaitu gaya berjalan
seperti ayam jantan, tungkai diangkat vertikal terlalu tinggi karena terdapat foot drop akibat
kelemahan otot tibialis anterior.
g. Gaya berjalan hemiparetik, tungkai yang parese akan digerakan ke samping dulu baru diayun
kedepan karena koksae dan lutut tidak dapat difleksikan.
h. Gaya berjalan ataktik/serebelar (broad base gait), kedua tungkai dilangkahkan secara
bergoyang-goyang kedepan dan ditapakkan secara ceroboh diatas lantai secara berjauhan
satu sama lain.
i. Gaya berjalan parkinson (stopping, festinant gait), gerak berjalan dilakukan perlahan,
setengah diseret, tertatih-tatih dengan jangkauan yang pendek-pendek. Tubuh bagian atas
fleksi kedepan dan selama gerak berjalan, ngan tidak diayun.
j. Scissor gait, yaitu gaya berjalan dengan kedua tungkai bersikap genu velgum sehingga lutut
yang satu berada di depan lutut yang lain secara bergantian.
Page | 8

Keadaan ini hampir selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat
badan. Terutama dijumpai pada OA lutut, sendi paha dan OA tulang belakang dengan stenosis
spinal.
Kenaikan Suhu Sekitar Sendi
Pada perubahan dengan menggunakan punggung tangan akan dirasakan adanya kenaikan
suhu disekitar sendi yang mengalami inflamasi.
Bengkak Sendi
Bengkak sendi dapat disebabkan oleh cairan, jaringan lunak atau tulang. Cairan sendi
yang terbentuk biasanya akan menumpuk di sekitar daerah kapsul sendi yang resistensinya
paling lemah dan mengakibatkan bentuk yang khas pada tempat tersebut.
Bulge sign ditemukan pada keadaan efusi sendi dengan jumlah cairan yang sedikit dalam
rongga yang terbatas. Bila dilakukan tekanan pada satu titik akan menyebabkan
penggelembungan di tenpat lain. Keadaan ini sangat spesifik pada efusi sendi. Pembengkakan
kapsul sendi merupakan tanda spesifik sinovitis. Pada pembengkakan tergambar batas kapsul
sendi, yang makin nyata pada pergerakan dan teraba pada pergerakan pasif.3
Nyeri Raba
Menentukan lokasi nyeri raba yang tepat merupakan hal yang penting untuk menentukan
penyebab keluhan pasien. Nyeri raba kapsular / artikular terbatas pada daerah sendi merupakan
tanda artropati atau penyakit kapsular. Nyeri raba periartikular agak jauh dari batas daerah sendi
merupakan tanda bursitis atau entesopati.
Krepitus
Krepitus merupakan bunyi berderak yang dapat diraba sepanjang gerakan struktur yang
terserang. Krepitus halus merupakan krepitus yang dapat didengar dengan menggunakan
stetoskop dan tidak dihantarkan ke tulang di sekitarnya. Keadaan ini ditemukan pada radang
sarung tendon, bursa atau sinovia. Pada krepitus kasar, suaranya dapat terdengar dari jauh tanpa
bantuan stetoskop dan dapat diraba sepanjang tulang. Keadaan ini disebabkan kerusakan rawan
Page | 9

sendi atau tulang.


Gejala ini lebih berarti untuk pemeriksaan klinis OA lutut. Pada awalnya hanya berupa
perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa.
Dengan bertambah beratnya penyakit, krepitasi dapat terdengar sampai jarak tertentu. Gejala ini
mungkin timbul karena gesekan kedua permukaan tulang sendi pada saat sendi digerakkan atau
secara pasif dimanipulasi.3
Gangguan fungsi
Fungsi sendi dinilai dengan observasi pada penggunaan normal; seperti bangkit dari kursi
dan berjalan dapat digunakan untuk menilai sendi koksae, lutut dan kaki.
Gambaran Radiologi :
a. Foto konvensional lutut posisi AP
Pada sebagian besar kasus radiografi pada sendi lutut yang terkena osteoartritis sudah
cukup memberikan gambaran diagnostik. Gambaran radiologi sendi yang menyokong
diagnosis OA adalah : 7
- Penyempitan celah sendi akibat hilangnya kartilago.
Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian yang
menanggung beban)
- Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral
- Kista tulang
- Osteofit pada pinggir sendi, sentral, marginal atau periostal
- Perubahan struktur anatomi sendi akibat hilangnya sebagian besar dari tulang rawan
Kemudian diikuti oleh perubahan yang lambat pada tulang yaitu:
- Meningkatnya gambaran taji (spur).
- Adanya tanda destruksi kartilago.
- Meningkatnya sclerosis pada tepi sendi disertai dengan hilangnya garis normal sendi.
- Kecenderungan untuk mengadakan subluksasi.
- Perubahan bentuk osteofit dari taji menjadi lingkaran atau hilangnya bagian penting dari
tulang.
b. CT-Scan
CT-Scan dapat memperlihatkan kelainan jaringan lunak lebih baik daripada foto
konvensional. Pemeriksaan ini merupakan alternative yang baik dan mungkin bermanfaat
pada situasi dimana keterangan lebih lanjut tentang osteofit sangat diperlukan.
c. Magnetic resonance imaging (MRI)
MRI dapat memberi penekanan pada jaringan atau status metabolik yang berbeda. MRI
Page | 10

memiliki beberapa keuntungan diantaranya MRI tidak mengionisasi. Tetapi terdapat


beberapa kerugian dari MRI yaitu medang magnet yang kuat dapat menggerakan objek metal
seperti logam asing dalam mata, menyebabkan gangguan alat pacu jantung, memanaskan
bahan logan sehingga menimbulkan luka baker, dan menarik bahan logam ke dalam magnet.
Pada keadaan tertentu, MRI merupaka pilihan utama yang cost effective dalam menilai
sendi lutut dimana diduga terdapat kerusakan internal.
d. Ultrasonografi (USG)
USG memberikan informasi unik dengan menimbulkan gambaran berdasarkan lokasi
interface akustik dan jaringan. Namun USG memiliki kekurangan karena ketergantungannya
kepada operator.
Kelebihan USG dapat dilihat dari penggunaannya untuk menuntun aspirasi cairan sendi
maupun ditempat lain dan dapat dipakai untuk menilai sifat permukaan rawan sendi.
e. Artrografi
Untuk pemeriksaan ini diperlukan suntikan bahan kontras kedalam sendi, diikuti oleh
pemeriksaan radiology. Kegunaan daripada artrografi ini antara lain untuk memeriksa
struktur dalam sendi seperti meniscus sendi lutut yang tidak dapat dilihat dengan
pemeriksaan radiology konvensional. Namun pemeriksaan ini junga mengandung resiko,
antara lain kemungkinan masuknya bakteri kedalam sendi atau adanya reaksi terhadap bahan
kontaras atau anastesi local.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Analisis cairan sendi
Jenis-jenis pemeriksaan cairan sendi meliputi :

Pemeriksaan makroskopis : pemeriksaan rutin, viskositas, potensi terbentuknya bekuan, dan


volume.

Pemeriksaan mikroskopis : jumlah leukosit, hitung jenis leukosit.

Mikrobiologi : pencegahan khusus (silver, PAS, Ziehl Nielson), kultur bakteri, jamur, virus,
dan bakteri tahan asam; menganalisa antigen atau asam nukleat mikroba.

Serologi : kadar komplemen hemolitik, kadar komponen komplemen, autoantibody.

Kimiawi : glukosa, protein total, pH, pO2, asam organic, LDH.5

Page | 11

Pada pemeriksaan pasein yang menderita OA :


a. Laju endap darah normal
b. Serum kolesterol sedikit meninggi
c. Pemeriksaan faktor rheumatoid negatif
Hasil pemeriksaan laboratorium pada OA biasanya tak banyak berguna. Darah tepi
(hemoglobin, leukosit, laju endap darah) dalam batas-batas normal, kecuali OA generalisata
yang harus dibedakan dengan artritis peradangan. Pemeriksaan imunologi (ANA, faktor
reumatoid dan komplemen) juga normal. Pada OA yang disertai peradangan, mungkin
didapatkan penurunan viskositas, pleositosis ringan sampai sedang, peningkatan ringan sel
peradangan (<8000/m) dan peningkatan protein.

Working Diagnosis
Osteoartritis
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan
kerusakan kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki paling sering terkena
OA. Prevalensi OA lutut radiologis di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 15.5% pada pria,
dan 12.7% pada wanita. Pasien OA biasanya mengeluh nyeri pada waktu melakukan aktivitas
atau jika ada pembebanan sendi yang terkena. Pada derajat yang lebih berat nyeri dapat
dirasakan terus menerus sehingga sangat mengganggu mobilitas pasien. Karena prevalensi yang
cukup tinggi dan sifatnya yang kronik-progresif, OA mempunyai dampak sosio-ekonomik yang
besar, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang
lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena OA. Pada abad mendatang tantangan terhadap
dampak OA akan lebih besar karena semakin banyaknya populasi yang berumur tua.1
Osteoarthritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini bersifat kronik,
berjalan progresif lambat, tidak meradang, dan ditandai oleh adanya deteriorasi dan abrasi rawan
sendi dan adanya pembentukan tulang baru pada permukaan persendian.
Osteoarthritis adalah bentuk arthritis yang paling umum, dengan jumlah pasiennya
sedikit melampaui separuh jumlah pasien arthritis. Gangguan ini sedikit lebih banyak pada
Page | 12

perempuan daripada laki-laki dan terutama ditemukan pada orang-orang yang berusia lebih dari
45 tahun. Penyakit ini pernah dianggap sebagai suatu proses penuaan normal, sebab insidens
bertambah dengan meningkatnya usia. Osteoarthritis dahulu diberi nama arthritis yang rusak
karena dipakai karena sendi. Namun, menjadi luas dengan bertambahnya usia. Tetapi, temuantemuan yang lebih baru dalam bidang biokimia dan biomekanik telah menyanggah teori ini.9
Dengan alasan-alasan yang masih belum diketahui, sintesis proteoglikan dan kolagen
meningkat tajam pada osteoarthritis. Tetapi, substansi ini juga dihancurkan dengan kecepatan
yang lebih tinggi, sehingga pembentukan tidak mengimbangi kebutuhan. Sejumlah kecil
kartilago tipe I menggantikan tipe II yang normal, sehingga terjadi perubahan pada diameter dan
orientasi serat kolagen yang mengubah biomekanika dari kartilago. Rawan sendi kemudian
kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik. Walaupun penyebab yang sebenarnya dari
osteoarthritis tetap tidak diketahui, tetapi kelihatannya proses penuaan ada hubungannya dengan
perubahan-perubahan dalam fungsi kondrosit, menimbulkan perubahan pada komposisi rawan
sendi yang mengarah pada perkembangan osteoarthritis.
Faktor-faktor genetic memainkan peranan pada beberapa bentuk osteoarthritis.
Perkembangan osteoarthritis sendi-sendi interfalang distal tangan (Nodus Heberden) dipengaruhi
oleh jenis kelamin dan lebih dominan pada perempuan. Nodus Heberdens 10 kali lebih sering
ditemukan pada perempuan dibandingkan laki-laki.
Hormone seks dan faktor-faktor hormonal lain juga kelihatannya berkaitan dengan
perkembangan osteoarthritis. Hubungan antara esterogen dan pembentukan tulang dan
prevalensi osteoarthritis pada perempuan menunjukkan bahwa hormone memainkan peranan
aktif dalam perkembangan dan progresivitas penyakit ini.
Sendi yang paling sering terserang osteoarthritis adalah sendisendi yang harus memikul
beban tubuh, antara lain lutut, panggul, vertebra lumbal dan servikal, dan sendi-sendi pada jari.
Gambaran osteoarthritis yang khas adalah lebih seringnya keterlibatan sendi falang distal dan
proksimal, sementara sendi metakarpofalangeal biasanya tidak terserang.
Osteoarthritis terutama menyebabkan perubahan-perubahan biomekanika dan biokimia di
dalam sendi; penyakit ini bukan suatu gangguan peradangan. Namun, sering kali perubahanperubahan di dalam sendi ini disertai oleh sinovitis, menyebabkan nyeri dan perasaan tidak
nyaman.9

Page | 13

Diferensial Diagnosis
Artritis Reumatoid (AR)
Merupakan penyakit autoimun yang ditandai oleh sinovitis erosif yang simetris dan
pada beberapa kasus disertai keterlibatan jaringan ekstraartikular. Sebagian kasus
perjalanannya kronik fluktuatif yang mengakibatkan kerusakan sendi yang progresif,
kecacatan dan bahakan kematian dini.
Di Indonesia, dari hasil penelitian penduduk di Malang yang berusia diatas 40 tahun
didapatkan prevalensi AR 0,5% di daerah Kotamadya dan 0,6% di daerah Kabupaten.
Atritis Reumatoid ini sering mengenai usia-usia produktif sehingga memberi dampak
social dan ekonomi yang besar.
Gout atau asam urat
Merupakan sekelompok penyakit yang terjadi akibat deposit kristal monosodium urat
di jaringan. Deposit ini berasal dari jaringan ekstraselular yang sudah mengalami
supersarurasi dari hasil akhir metabolisme purin yaitu asam urat. Manifestasi klinik pada
gout memiliki tiga tahapan, yaitu, atritis gout akut, stadium interkritikal, dan stadium atritis
gout menahun, dimana pada atritis gout akut pasien akan merasakan gejala-gejala yang
bersifat monoartikuler yaitu nyeri pada sendi, bengkak terasa hangat dan sering disertai
demam.
Gambaran Klinis
1. Nyeri sendi

Terutama apabila sendi bergerak atau menganggung beban.


Nyeri tumpul ini berkurang bila pasien beristirahat, dan bertambah bila sendi digerakkan
atau bila memikul beban tubuh.

2. Kekakuan sendi

Setelah sendi tersebut tidak digerakkan beberapa lama, tetapi kekakuan ini akan hilang

setelah sendi digerakkan.


Kekakuan pada pagi hari, jika terjadi, biasanya hanya bertahan selama beberapa Spasme
otot atau tekanan pada saraf di daerah sendi yang terganggu adalah sumber nyeri.

Page | 14

3. Keterbatasan dalam gerakan (terutama tidak dapat berekstensi penuh), nyeri tekan local,
pembesaran tulang di sekitar sendi, sedikit efusi sendi, dan krepitasi.
4. Perubahan yang khas terjadi pada tangan. Nodus Heberden atau pembesaran tulang sendi
interfalang distal sering dijumpai. Nodus Bauchard lebih jarang ditemukan, yaitu pembesaran
tulang sendi interfalangs proksimal.
5. Perubahan yang khas juga terlihat pada tulang belakang, yang akan menjadi nyeri, kaku, dan
mengalami keterbatasan dalam bergerak (ROM). Pertumbuhan tulang yang berlebihan atau spur
dapat mengiritasi radiks yang keluar dari tulang vertebra. Hal ini akan menyebabkan terjadinya
perubahan neuromuscular, seperti nyeri, kekakuan, dan keterbatasan gerak. Ada beberapa orang
yang mengeluh sakit kepala sebagai akibat langsung dari osteoarthritis pada tulang belakang
bagian leher.
Manifestasi klinis
Primer : rasa nyeri, kaku, dan gangguan fungsional.
Gangguan fungsional disebabkan oleh rasa nyeri ketika sendi digerakkan dan keterbatasan
gerakan yang terjadi akibat perubahan structural dalam sendi. Meskipun osteoarthritis terjadi
paling sering pada sendi penyokong berat badan (panggul, lutut, servikal, dan tulang belakang),
sendi tengah dan ujung jari juga sering terkena.
Nyeri merupakan keluhan utama tersering dari pasien-pasien dengan OA yang
ditimbulkan oleh kelainan seperti tulang, membran sinovial, kapsul fibrosa, dan spasme otot-otot
di sekeliling sendi. Nyeri awalnya tumpul kemudian semakin berat, hilang timbul, dan diperberat
oleh aktivitas gerak sendi. Nyeri biasanya menghilang dengan istirahat.9
Kekakuan pada kapsul sendi dapat menyebabkan kontraktur (tertariknya) sendi dan
menyebabkan terbatasnya gerakan. Penderita akan merasakan gerakan sendi tidak licin yang
disertai bunyi gemeretak (krepitus). Sendi terasa lebih kaku setelah istirahat. Perlahan-lahan
sendi akan bertambah kaku. Sendi akan terlihat membengkak karena adanya penumpukan cairan
di dalam sendi. Pembengkakan ini terlihat lebih menonjol karena pengecilan otot sekitarnya
Page | 15

yang diakibatkan karena otot menjadi jarang digunakan.


Faktor resiko osteoarthritis antara lain umur, obesitas, trauma, genetik, hormone, sex, penyakit
otot, lingkungan :
o Umur
Faktor ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi, dan beratnya osteoartritis semakin
meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini disebabkan karena adanya hubungan antara
umur dengan penurunan kekuatan kolagen dan proteoglikan pada kartilago sendi. OA hampir
tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur di bawah 40 tahun dan sering pada umur di
atas 60 tahun.
o Jenis kelamin
Pada orang tua yang berumur lebih dari 55 tahun, prevalensi terkenanya osteoartritis
pada wanita lebih tinggi dari pria. Usia kurang dari 45 tahun Osteoarthritis lebih sering
terjadi pada pria dari wanita. Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA banyak sendi, dan
lelaki lebih sering terkena OA paha, pergelangan langan dan leher. Secara keseluruhan, di
bawah 45 tahun frekuensi OA kurang lebih sama pada laki-laki dan wanita, tetapi di atas 50
tahun (setelah menopause) frekuensi OA lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal ini
menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis OA.
o Suku bangsa
Osteoartritis primer dapat menyerang semua ras meskipun terdapat perbedaan prevalensi
pola terkenanya sendi pada osteoartritis.
o Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoarthritis. Adanya mutasi dalam gen
prokolagen II atau gen-gen struktural lain untuk unsur-unsur tulang rawan sendi seperti
kolagen tipe IX dan XII, protein pengikat atau proteoglikan dikatakan berperan dalam
timbulnya kecenderungan familial pada osteoartritis.
o Kegemukan dan penyakit metabolic
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan mekanik pada sendi
penahan beban tubuh, dan lebih sering menyebabkan osteoartritis lutut. Kegemukan ternyata
tidak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tetapi juga
dengan osteoartritis sendi lain, diduga terdapat faktor lain (metabolik) yang berperan pada
Page | 16

timbulnya kaitan tersebut antara lain penyakit jantung koroner, diabetes melitus dan
hipertensi.
o Cedera sendi (trauma), pekerjaan dan olah raga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian suatu sendi yang terus-menerus, berkaitan
dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Demikian juga cedera sendi dan oleh raga
yang sering menimbulkan cedera sendi berkaitan resiko osteoartritis yang lebih tinggi. Peran
beban benturan yang berulang pada timbulnya OA masih menjadi pertentangan. Aktivitasaktivitas tertentu dapat menjadi predisposisi OA cedera traumatik (misalnya robeknya
meniscus, ketidakslabilan ligamen) yang dapat mengenai sendi.
o Kelainan pertumbuhan
Kelainan congenital dan pertumbuhan paha (misalnya penyakit Penhes dan dislokasi
congenital paha) telah dikaitkan dengan timbulnya OA paha pada usia muda. Mekanisme ini
juga diduga berperan pada lebih banyaknya OA paha pada laki-laki dan ras tertentu.
o Faktor-faktor lain
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan risiko timbulnya OA.
Merokok dilaporkan menjadi faktor yang melindungi untuk timbulnya OA, meskipun
mekanismenya belum jelas.
Penatalaksanaan
TERAPI NON-FARMAKOLOGIS

Penerangan

Maksud dari penerangan adalah agar pasien mengetahui sedikit seluk-beluk tentang
penyakitnya, bagaimana menjaganya agar penyakitnya tidak bertambah parah serta
persendiannya tetap dapat dipakai.

Terapi Fisik dan Rehabilitasi

Terapi ini untuk melatih pasien agar persendiannya tetap dapat dipakai dan melatih pasien
untuk melindungi sendi yang sakit.

Penurunan Berat Badan

Berat badan yang berlebihan ternyata merupakan faktor yang akan memperberat penyakit
OA. Oleh karenanya berat badan harus selalu dijaga agar tidak berlebihan. Apabila berat badan
berlebihan, maka harus diusahakan penurunan berat badan, bila mungkin mendekati berat badan
Page | 17

ideal.1
TERAPI FARMAKOLOGIS

Analgesik Oral Non Opiat

Pada umumnya pasien telah mencoba untuk mengobati sendiri penyakitnya, terutama dalam hal
mengurangi atau menghilangkan rasa sakit. Banyak sekali obat-obatan yang dijual bebas yang
mampu mengurangi rasa sakit. Pada umumnya pasien mengetahui hal ini dari iklan pada media
masa, baik cetak (koran), radio maupun televisi.

Analgesik Topikal

Analgesik topikal dengan mudah dapat kita dapatkan dipasaran dan banyak sekali yang dijual
bebas. Pada umumnya pasien telah mencoba terapi dengan cara ini, sebelum memakai obatobatan peroral lainnya.

Obat Anti Inflamasi Non Steroid (GAINS).

Apabila dengan cara-cara tersebut di atas tidak berhasil, pada umumnya pasien mulai datang ke
dokter. Dalam hal seperti ini kita pikirkan untuk pemberian GAINS, oleh karena obat golongan
ini di samping mempunyai efek analgetik juga mempunyai efek anti inflamasi. Oleh karena
pasien OA kebanyakan usia lanjut, maka pemberian obat-obatan jenis ini harus sangat berhatihati. Jadi pilihlah obat yang efek sampingnya minimal dan dengan cara pemakaian yang
sederhana, di samping itu pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya efek samping selalu
harus dilakukan.

Chondroprotective Agent.

Yang dimaksud dengan Chondroprotective agent adalah obat-obatan yang dapat menjaga atau
merangsang perbaikan (repair) tulang rawan sendi pada pasien OA. Sebagian peneliti
menggolongkan obat-obatan tersebut dalam Slow Acting and Osteoarthritis Drugs (SAAODs)
atau Disease Modifying Anti Osteoarthritis Drugs (DMAODs). Sampai saat ini yang termasuk
dalam kelompok obat ini adalah : tetrasiklin, asam hialuronat, kondroitin sulfat,
glikosarninoglikan, vitamin-C, superoxide desmutase dan sebagainya.
Tetrasiklin dan derivatnya mempunyai kemampuan untuk menghambat kerja enzim
MMP dengan cara menghambatnya. Salah satu contoh adalah doxycycline, sayangnya
Page | 18

obat ini baru dipakai pada hewan dan belum dipakai pada manusia.
Asam hialuronat disebut juga sebagai viscosupplement oleh karena salah satu manfaat
obat ini adalah dapat memperbaiki viskositas cairan sinovial, obat ini diberikan secara
intra-artikuler. Asam hialuronat temyata memegang peranan penting dalam pembentukan
matriks tulang rawan melalui agregasi dengan proteoglikan. Di samping itu pada
binatang percobaan, asam hialuronat dapat mengurangi inflamasi pada sinovium,
menghambat angiogenesis dan khemotaksis sel-sel inflamasi.
Glikosaminoglikan, dapat menghambat sejumlah enzim yang berperan dalam proses
degradasi tulang rawan, antara lain : hialuronidase, protease, elastase dan cathepsin B1 in
vitro dan juga merangsang sintesis proteoglikan dan asam hialuronat pada kultur tulang
rawan sendi manusia. Dari penelitian Rejholec tahun 1987 (dikutip dari Fife & Brandt,
1992) pemakaian glikosarninoglikan selama 5 tahun dapat memberikan perbaikan dalam
rasa sakit pada lutut, naik tangga, kehilangan jam kerja (mangkir), yang secara statistic
bermakna. Juga dilaporkan pada pemeriksaan radiologis menunjukkan progresivitas
kerusakan tulang rawan yang menurun dibandingkan dengan kontrol.
Kondroitin sulfat, merupakan komponen penting pada jaringan kelompok vertebrata, dan
terutama terdapat pada matriks ekstraselular sekeliling sel. Salah satu jaringan yang
mengandung kondroitin sulfat adalah tulang rawan sendi dan zat ini merupakan bagian
dari proteoglikan. Menurut Hardingham (1998), tulang rawan sendi, terdiri dari 2% sel
dan 98% matriks ekstraselular yang terdiri dari kolagen dan proteoglikan. Matriks ini
membentuk satu struktur yang utuh sehingga mampu menerima beban tubuh. Pada
penyakit sendi degeneratif seperti OA terjadi kerusakan tulang rawan sendi dan salah satu
penyebabnya adalah hilangnya atau berkurangnya proteoglikan pada tulang rawan
tersebut. Menurut penelitian Uebelhart dkk (1998) pemberian kondroitin sulfat pada
kasus OA mempunyai efek protektif terhadap terjadinya kerusakan tulang rawan sendi.
Sedang Ronca dkk (1998) telah mengambil kesimpulan dalam penelitiannya tentang
kondroitin sulfat sebagai berikut : efektivitas kondroitin sulfat pada pasien OA mungkin
melalui 3 mekanisme utama, yaitu : 1) anti inflamasi; 2) efek metabolik terhadap sintesis
hialuronat dan proteoglikan; 3) anti-degradatif melalui hambatan enzim proteolitik dan
menghambat efek oksigen reaktif.
Vitamin C, dalam penelitian temyata dapat menghambat aktivitas enzim lisozim. Pada
pengamatan temyata vitamin C mempunyai manfaat dalam terapi OA. (Fife & Brandt,
Page | 19

1992)
Superoxide Dismutase, dapat dijumpai pada setiap sel mamalia dan mempunyai
kemampuan untuk menghilangkan superoxide dan hydroxil radicals. Secara in vitro,
radikal superoxide mampu merusak asam hialuronat, kolagen dan proteoglikan sedang
hydrogen peroxyde dapat merusak kondrosit secara langsung. Dalam percobaan klinis
dilaporkan bahwa pemberian superoxide dismutase ini dapat mengurangi keluhankeluhan pada pasien OA. (Fifi & Brandt, 1992)
Steroid intra-artikuler, pada penyakit artritis reumatoid menunjukkan hasil yang baik.
Kejadian inflamasi kadang-kadang dijumpai pada pasien OA, oleh karena itu
kortikosteroid intra artikuler telah dipakai dan mampu mengurangi rasa sakit, walaupun
hanya dalam waktu yang singkat. Penelitian selanjutnya tidak menunjukkan keuntungan
yang nyata pada pasien OA, sehingga pemakaiannya dalam hal ini masih kontroversial.1
TERAPI BEDAH
Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk mengurangi rasa
sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi deformitas sendi yang mengganggu
aktivitas sehari-hari.1

Page | 20

BAB III
PENUTUP
I.

Kesimpulan
Osteoartritis merupakan penyakit degenerasi yang mengenai cartilago(tulang rawan
sendi) dimana hal ini mengganggu aktivitas sehar-hari terutama bila mengenai sendi
lutut. Ternyata osteoartritis merupakan penyakit yang perlu perhatian khusus dan
tidak bisa dianggap ringan, karena bila penyakit ini tidak didapatkan terapi secara
intensif maka akan memperberat keadaan sendi itu sendiri di mana sendi akan
mengalami kemunduran.

II.

Saran
1.
2.
3.
4.

Lakukan olahraga sesuai kebutuhan dan kemampuan


Kendalikan berat badan
Konsumsi makanan sehat
Berikan kompres panas untuk mengurangi nyeri, relaksasi & melancarkan

aliran darah.
5. Berikan kompres dingin untuk mengurangi rasa sakit & ketegangan otot saat
6.
7.
8.
9.

terjadi kekambuhan
Pilih alas kaki yang tepat & nyaman
Lakukan relaksasi dengan berbagai teknik
Konsumsi obat-obatan sesuai anjuran dokter
Dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari :
- Gunakan alat bantu untuk mengatasi rasa nyeri
- Hindari gerakan yang meregangkan sendi jari tangan
- Sesekali rileks agar tidak terlalu letih
- Gunakan otot & sendi yang paling kuat
- Sebarkan beban pada beberapa sendi

BAB IV
LAMPIRAN

Page | 21

BAB V
Daftar Pustaka

Page | 22

1. Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, dkk. Buku ajar ilmu penyakit dalam : osteoartritis. Edisi IV.
Jilid II. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia ; 2006. h. 1205-12.
2. Nasution AR, Sumariyono. Buku ajar ilmu penyakit dalam : Introduksi reumatologi. Edisi
IV. Jilid II. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia ; 2006. h. 1083-87.
3. Isbagio H, Setiyohadi B. Buku ajar ilmu penyakit dalam : Anamnesis dan pemeriksaan fisis
penyakit muksuloskeletal. Edisi IV. Jilid II. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 2006. h. 1149-56.
4. Price SA, Wilson LM. Patofisiologis: konsep klinis proses-proses penyakit ; alih bahasa ,
Brahm U. Pendit ... [et. al.] ; editor edisi bahasa Indonesia, Huriawati Hartanto ... [et. al.].
Edisi 6. Jakarta : EGC ; 2005.
5. Sumariyono. Buku ajar ilmu penyakit dalam : Atrosentesis dan analisis cairan sendi. Edisi
IV. Jilid II. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia ; 2006. h. 1157-60.
6. Osteoartritis.

Januari

2009.

Diunduh

dari

Diunduh

dari

http://www.lenterabiru.com/2009/01/osteoartritis.html. 18 Juli 2011.


7. Osteoartritis.

Juni

2009.

http://www.irwanashari.com/2008/01/osteoarthritis.html. 19 Juli 2011.


8. Penatalaksanaan

Osteoartritis.

Maret

2009.

Diunduh

dari

http://www.irwanashari.com/2009/03/penatalaksanaan-osteoartritis.html. 19 Juli 2011.


9. Price S.A., Wilson L.M., Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit Buku II. Edisi 6.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2005.

Page | 23

You might also like