Professional Documents
Culture Documents
TEORI
1.1.
untuk mencegah terjadinya masalah yang kurang baik bagi ibu maupun janin agar dapat
melalui persalinan dengan sehat dan aman, diperlukan kesiapan fisik dan mental ibu sehingga
ibu dalam keadaan status kesehatan yang optimal, karena dengan keadaan kesehatan ibu yang
optimal sangat berpengaruh bagi pertumbuhan janin yang dikandungnya (Departemen
Kesehatan RI, 2007).
Tujuan Pelaya nan Antenatal adalah sebagai berikut :
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan keseh atan ibu dan tumbuh
kembang janin.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu.
3. Mengenali dan mengurangi secara dini adanya penyulit / ko
mplikasi yang mungkin
terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara u mum, kebidanan dan
pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan dan persalinan yang aman dengan trauma
seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan normal dan memper siapkan ibu agar dapat
memberikan ASI secara eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran janin agar dapat
tumbuh kembang secara normal.
7. Mengurangi bayi lahir prematur, kelahiran mati dan kematian neonatal.
Salah satu bentuk pelayanan kesehatan untuk ibu hamil dalam pengertian keseluruhan
adalah apa yang disebut dengan K4. Kunjungan antenatal empat kali (K4) adalah kontak ibu
hamil dengan tenaga professional yang keempat (atau lebih) untuk mendapatkan pelayanan
antenatal sesuai standar yang ditetapkan dengan syarat minimal satu kali kontak pada
trisemester pertama (K1), minimal satu kali kontak pada trisemester kedua (K2), minimal dua
kali kontak pada trisemester ketiga (K3 dan K4).
Pemeriksaan kehamilan dapat dilaksanakan dengan kunjungan ibu hamil. Kunjungan
ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan
pelayanan antenatal sesuai dengan standar. Istilah kunjungan, tidak mengandung arti bahwa
selalu ibu hamil yang dikunjungi petugas kesehatan dirumahnya atau diposyandu (Pedoman
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu Dan Anak (PWS-KIA) Direktorat Bina
epkes RI, 1993).
Kunjungan baru ibu hamil (K1) adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan
petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dengan standar 7T. Hubungan
kunjungan baru ibu hamil (K1) sampai dengan kunjungan empat kali pemerksaan kehamilan
(K4) secara langsungadalah jika ibu memeriksakan kehamilannya yang pertama kali dan
Kesehatan Keluarga, D
kontak ibu yang keempat atau lebih dengan petugas kesehata n untuk mendapatkan
pemeriksaan kehamilan hubungannya adalah dapat memantau
kemajuan kehamilan,
mengenali sejak dini adanya ketidak normalan atau komplikasi pada ib u dan janin.
Tujuan K1 Ad alah untuk menfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun
bayinya dengan jalan menegakkan hubungan kepercayaan dengan ibu,
mendeteksi
berjalan
normal
dan
tetap
demikian
seterusnya
(http://.blogspot.com/pengetahuan-ibu-hamil-tentang-kontak.html,
(JHPIEGO,2001).
Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota, Biro Hukum Dan
Organisasi SetJen DepKes RI, 2008
yang
telah mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali,
Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu Dan Anak (PWS-KIA) Direktorat Bina
Kesehatan Keluarga,
DepKes
RI, 1993 yang dianjurkan adalah minimal satu kali pada
distribusi
pemberian
pelayanan
dengan
trisemester
pertama, satu kali pada trisemester kedua dan dua kali pada trisemester ketiga umur
kehamilan.
Kunjungan ibu hamil sesuai standar adalah pelayanan yang mencakup minimal :
a. Timbang badan dan ukur badan. Tujuannya, untuk mengetahui sesuai tidaknya berat
badan ibu. Pemeriksaan berat badan akan dilakukan setiap ibu berkunjung nantinya.
Idealnya, selama triwulan I berat badan ibu harus naik 0,5 sampai 0,75 kg setiap
bulan. Pada triwulan II, berat badan ibu harus naik 0,25 kg setiap minggu. Dan pada
triwulan III, berat badan ibu harus naik sekitar 0,5 kg setiap minggunya. Atau secara
umum berat badan ibu bertambah minimal 8 kg selama kehamilan.
b. Ukur tekanan darah. Tujuannya, untuk mendeteksi apakah tekanan darah normal atau
tidak. Pemeriksaan ini juga dilakukan pada setiap kunjungan. Tekanan darah yang
tinggi dapat membuat ibu mengalami keracunan kehamilan, baik ringan maupun berat
bahkan sampai kejang - kejang. Sementara tekanan darah yang rendah menyebabkan
pusing dan lemah.
c. Skrining status imunisasi Tetanus Toksoid (TT). Tujuannya, untuk melindungi ibu
dan bayi yang dilahirkan nanti dari Tetanus Neonatorum. I munisasi ini diberikan
sebanyak lima ali
k - TT1 diberikan pada kunjungan antenatal
pertama, TT2
TT1,
diberikan empatetelah
minggu
s TT3 diberikan enam bulan setelah
TT2, TT4
T3, dan
TT5Tdiberikan satu tahun setelah TT4.
diberian satu tahun
setelah
d. Ukur tinggi fundus uteri. Tujuannya, untuk melihat pembes aran rahim. Dilakukan
dengan cara meraba perut dari luar. Termasuk juga untuk men getahui presentasi bayi,
serta bagian ja nin yang berada di puncak (fundus) dan letak
selanjutnya menentukan denyut jantung janin). Dalam pem eriksaan fisik ini juga
dilakukan pengukuran tinggi puncak rahim untuk kemudian disesuaikan dengan umur
kehamilan. Jika didapatkan besar rahim tidak sesuai dengan perkiraan umur
Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota, Biro Hukum Dan
Organisa s i S e tJ en D e p K es
k e h a m il a n , p emRI,e2r0ik08saan penunjang berikutnya dapat direncanakan.
Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu Dan Anak (PWS-KIA) Direktorat Bina Kesehatan
Kelu a rga , D ep k es R I , 1 9 9 3
atau Propinsi serta ketiadaan fasilitas mobil ambulans, perlu dipikirkan persiapanpersiapan berkenaan dengan rujukan. Terlebih untuk daerah-daerah yang terisolasi
oleh hutan, sungai, maupun laut. Oleh karenanya diperlukan komunikasi dengan
suami atau keluarga guna mempersiapkan rujukan jika nantinya diperlukan. Dengan
manajemen rujukan yang benar, cepat dan tepat, ibu dan janin / bayi yang dilahirkan
akan memperoleh penanganan yang benar. Sehingga daengan seirama akan membantu
menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi di Indonesia.
g. Test laboratorium sederhana (Hb, Protein urin) dan berdasarkan indikasi (HbsAg,
sifilis, HIV, malaria, TBC, PMS). Wanita, termasuk yang sedang hamil, merupakan
kelompok risiko tinggi terhadap Penyakit Menular Seksual (PMS). Penyakit Menular
Seksual (PMS) ini dapat menimbulkan kesakitan dan kematian, baik pada ibu maupun
janin yang dikandungnya. Jika dalam kunjungan pertama wanita hamil itu memiliki
risiko terhadap Penyakit Menular Seksual (PMS), maka perlu dilakukan penapisan.
Penapisan ini dapat berupa pemeriksaan cairan (sekret) vagin
a maupun
erdeteksinya
pemeriksaan darah.
Dengan tPenyakit Menular Seksial (PMS)
secara
dihindari
1.3.
memperoleh pelayanan
antenatal sesuai dengan standar paling sedi n ibu hamil yang telah
kit empat kali di satu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu (Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan Di Kabupaten / Kota, Biro Hukum Dan Organisasi Sekretariat Jenderal
DepKes RI, 2008).
Agar tujuan tersebut tercapai, pemeriksaan kehamilan harus segera dilaksanakan
begitu terjadi kehamilan yaitu ketika haidnya terlambat sekurang-kurangnya satu bulan, dan
dilaksanakan terus secara berkala selama kehamilan. Ibu harus melaksanakan pemeriksaan
antenatal paling sedikit empat kali. Satu kali kunjungan pada trisemester I, satu kali
kunjungan pada trisemester II dan dua kali kunjungan pada trisemester III (Prawirohardjo S,
2002).
Kebanyakan ibu hamil harus menyadari bahwa sedang hamil sewaktu kehamilan
sudah berusia 1 sampai 2 bulan. Dan disaat mereka memeriksakan diri ke dokter biasanya
kehamilannya sudah berusia 2 atau 3 bulan, tiga bulan pertama kehamilan adalah masa yang
sangat penting. Banyak hal-hal penting terjadi sebelum ibu hamil pergi ke dokter dan
mengetahui bahwa ibu sedang hamil.
Cakupan kunjungan ibu hamil di suatu pelayanan kesehatan dapat dilihat dengan
rumus di bawah ini :
Jumlah ibu hamil yang memperoleh pelayanan antenatal K4 di satu
Cakupan
kunjungan
antenatal
empat kali
(K4)
x
100%
Jumlah sasaran ibu hamil dihitung melalui estimasi dengan rumus : 1,10 x Crude
Petunjuk Teknis Standar Pel ayanan Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota, Biro Hukum Dan
Birth
RateSetJen
x jumlah
(pada tahun yang sama). Angka CBR dan jumlah penduduk
I, 2008
Organisasi
DepKes Rpenduduk
Pedoman Pemantauan Wilay ah Setempat Kesehatan Ibu Dan Anak (PWS-KIA) Direktorat Bina
Kabupaten
/ KotaDepKes
didapat
RI, dari
1993 BPS masing masing Kabupaten / Kota / Provinsi pada kurun
Kesehatan Keluarga,
waktu tertentu dan 1,10 merupakan konstanta untuk menghitung ibu hamil.
Indikator ini m engukur kemampuan manajemen program KIA dalam melindungi ibu
hamil sehingga kesehatan janin terjamin melalui penyediaan pelayana n antenatal.
Sumber data yang diperlukan berasal dari Sistem Informasi Pu skesmas (SIMPUS) dan
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) dan termasuk pelayanan yang
1.4.
Puskesmas
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang langsung memberikan
pelayanan secara menyeluruh pada masyarakat dalam suatu wilayah kerja tertentu dalam
bentuk usaha - usaha kesehatan pokok (Azwar, 1980).
Menurut Departemen Kesehatan RI, 1991, Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi
kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang
membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh atau
terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
kepada
Nasrul Effendy, 1998 Dasar Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat Edisi 2, EGC
Nasrul Effendy, 1998. Dasar Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat Edisi 2, EGC
i. Pengawasan dan bimbingan kepada taman kanak kanak dan para dukun
bayi.
Nasrul Effendy, 1998. Dasar Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat Edisi 2, EGC
Nasrul Effendy, 1998. Dasar Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat Edisi 2, EGC
sumber
Nasrul Effendy. 1998. Dasar Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat Edisi 2, EGC
2,. EGC
a. Upa
b. Peni
penyuluhan kesehatan,
ngkatan kesehatan masyarakat dalam bentuk
men
haraan kesehatan mata.
ciptakan kemandirian masyarakat dalam pemeli
c. Pengembangan kesehatan mata masyarakat.
15 Upaya laboratorium sederhana
a. Kegiatan di ruangan laboratorium.
b. Kegiatan terhadap spesimen yang akan dirujuk.
c. Kegiatan laboratorium di ruang klinik yang dilakukan oleh perawat atau
bidan.
d. Kegiatan laboratorium di luar gedung.
16 Upaya pencatatan dan pelaporan dalam rangka sistem informasi kesehatan
Nasrul Effendy, 1998/ Dasar Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat Edisi 2. EGC
1.5.
Pendidikan
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU
RI No. 20 tahun 2003).
Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal dan informal yang dapat
saling melengkapi dan memperkaya jenjang. Pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar,
b.
c.
Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan kemampuan seseorang untuk mengingat fakta, simbol,
prosedur, tehnik, dan teori (Notoatmodjo, 1997). Menurut Taufik (2007), pengetahuan
merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera
yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya).
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setiap orang
melakukan
penginderaan terhadap suatu objek. Pada umumnya pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh
pendidikan yang pernah diterima, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
semakin baik pula tingkat pengetahuannya (Nursalam, 2001).
maka
e. Sintesis
(Synthesis)
Notoatmodjo,
S. 1997.
Ilmu Kesehatan Masyarakat,. Jakarta :Rineka Cipta
Sintesis
menunjukan
kepada
suatu
kemampuan
untuk
melakukan
atau
menghubungkan bagian bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata
lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang baru dari formula
formula yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu
materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria kriteria yang ada (Notoatmodjo, 2003).
Proses penyerapan ilmu pengetahuan menurut Soekidjo Notoatmodjo, 2003 bahwa
suatu pesan yang diterima oleh setiap individu melalui lima tahapan, yaitu :
a. Kesadaran (Awarnees)
Yaitu keadaan dimana seseorang sadar bahwa ada suatu peranan yang disampaikan,
bahwa ada suatu pesan yang disampaikan.
b. Merasa Tertarik (Interest)
Yaitu seseorang mulai tertarik akan misi pesan yang disampaikan.
c.
(Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan tentang kehamilan harus dimiliki ibu hamil untuk dapat menyiapkan fisik
atau mental agar sampai akhir kehamilannya sama sehatnya, bilamana ada kelainan fisik atau
psikologis bisa ditemukan secara dini dan diobati, serta melahirkan tanpa kesulitan dengan
bayi yang sehat. Berdasarkan sebuah konsep perilaku K-A-P (Knowledge, attitude, pracite)
menjelaskan bahwa perilaku seseorang (misalnya perilaku ibu hamil terhadap kunjungan
empat kali pemeriksaan kehamilan) sangat dipengaruhi oleh sikapnya yang mendukung
terhadap anjuran pemeriksaan kehamilannya. Sikap (attitude) dipengaruhi oleh pengetahuan
(knowledge) tentang sesuatu (misalnya pengetahuan manfaat pemeriksaan kehamilan bagi
ibu hamil) (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan tentang pemeriksan kehamilan yang masih kurang dapat dilihat dari
frekuensi kunjungan pemeriksaan selama kehamilan. Sedangkan frekuensi kunjungan
pemeriksaan kehamila n dapat ditinjau dari tingkat kepatuhan ibu h amil dalam melakukan
kunjungan pemeriksaan kehamilan di tempat pelayanan KIA.
Kepatuhan melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu
bentuk perilaku seor ang ibu hamil. Menurut Lawrence Green,
pendukung, dan
pengetahuan,
or pendukung
erakhir yang
termasuk
faktor pendorong adal endidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rine modjo, 2003).
98. Prosedur Penelitian ( Suatu Pendekatan dan Pr
Notoatmojo, S. 2003. P
Cipta
Arikunto,
aktik
).
Rieneka
Cipta : Jakarta
1.7. Sikap
Suharsimi.
ka
19
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulasi atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian
reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan suatu reaksi
yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2003).
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen
pokok :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
c. Menghargai
(valuing)
Notoatmojo,
S. 2003. Pen
didikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka
Daniel J Mueellerr, op. ci Cipta t, p.3.
Mengajak oran g lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah
suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung j awab atas segala sesuatu yang telah dipilihny a dengan segala resiko
merupakan sikap yang paling tinggi.
e. Praktik atau tindakan (practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung
atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor
dukungan (support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :
f. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan
diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
i. Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah ber kembang dengan baik.
Artinya tindak an itu sudah dimodifikasi tanpa menguran gi kebenaran tindakan
tersebut.
Sikap mempu nyai ketahanan yang relatif dalam arti dapat bersifat permanen atau
kurang permanen dala m mereaksi suatu objek. Dengan demikian si kap bukanlah perilaku.
Antara sikap dan perilaku merupakan fenomena psikologis yang terpisah. Karena sikap
belum merupakan pe rilaku tetapi masih dalam bentuk apresiasi terhadap respon maka
terhadap sikap diangg ap sebagai respon tertutup (covert respon) seb agaimana definisi yang
dikemukakan oleh R alph Linton (1945) dalam Daniel J Muell er bahwa sikap dapat
didefinisikan sebagai respon tertutup yang menimbulkan nilai.
1.8.
Sosial Ekonomi
Faktor yang berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang adalah tingkat
sosial ekonomi (FKM UI, 2007). Sosial ekonomi merupakan gambaran tingkat kehidupan
seseorang dalam masyarakat yang ditentukan dengan variabel pendapatan, pendidikan dan
pekerjaan, karena ini dapat mempengaruhi aspek kehidupan termasuk pemeliharaan
kesehatan (Notoatmodjo, 2003).
Keadaan sosial ekonomi yang rendah pada umumnya berkaitan erat dengan berbagai
masalah kesehatan yang dihadapi, hal ini disebabkan karena ketidakmampuan dan
ketidaktahuan dalam mengatasi berbagai masalah tersebut (Effendy Nasrul, 1998).
Menurut
WHO
(Notoatmodjo,
terhadap
seseorang
dalam
ekonomi
keluarga
juga
keputusan
bertindak
upaya
2003)
deteksi
berperan
termasuk
faktor
dini
bagi
tindakan
ekonomi
komplikasi
seseorang
yang
juga
berpengaruh
kehamilan.
dalam
berhubungan
Status
mengambil
dengan
kesehatan.
Ekonomi menjadi faktor penentu dalam proses kehamilan yang sehat. Keluarga dengan
persalinan di tenaga kesehatan dan melakukan persiapan lainnya dengan baik. Namun dengan
adanya perencanaan ya ng baik sejak awal, membuat tabungan bersalin, maka kehamilan dan
proses persalinan dapat berjalan dengan baik.
1.9.
Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu se ndiri yang mempunyai
bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, mena ngis, tertawa, bekerja,
kuliah, menulis, mem baca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud perilaku ma nusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati
langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa
perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar.
Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan
kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori S-O-R atau
Stimulus Organisme Respon.
Definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah reaksi yang dapat diamati
secara umum atau obyektif, merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan
respon yang bersifat sederhana atau kompleks.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan
menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung
atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang
menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
b. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.
Respon terhadap stim ulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tinda kan atau praktek, yang
dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
Perilaku ke sehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu respon seseorang
(organisme) terha dap stimulus atau objek yang berkaitan deng an sakit atau penyakit,
sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingku ngan. Dari batasan ini,
perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :
a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).
Adalah perila ku atau usaha-usaha seseorang untuk mem elihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
b. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau sering
disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior).
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita
penyakit dan atau kecelakaan.
Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial
budaya, dan sebagainya.
Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap faktor penentu yang dapat
mempengaruhi perilaku khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain
:
1 Teori Lawrence Green (1980)
Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan.
Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku
(behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes).
Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :
a. Faktor predisp osisi (predisposing factor), yang terwujud dala m pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
b. Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lin gkungan fisik, tersedia
atau tidak ter sedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-saran a kesehatan, misalnya
puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya.
c. Faktor pendor ong (reinforcing factor) yang terwujud dala m sikap dan perilaku
petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari
perilaku masyarakat.
2 Teori Snehandu B. Kar (1983)
Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku
merupakan fungsi dari :
a. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan
kesehatannya (behavior itention).
b. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support).
c. Adanya
atau
tidak adanya
informasi
tentang
Notoatmojo,
S. 2003.
Pendidikan
dan Perilaku
Kesehatan.
Jakarta :kesehatan
Rineka Ciptaatau
fasilitas kesehatan
(accesebility of information).
d. Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau
keputusan (personal autonomy).
c. Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek.
Seseorang
dekat. Sikap
. Sikap positif
kehamilannya. Selain pengetahuan mengenai kehamilan ibu, perilaku juga dipen garuhi oleh
pengalaman, sosial ekonomi, fasilitas (sarana dan jarak pelayanan), budaya, paritas (jumlah
anak) dan sebagainya. Tetapi diantara faktor-faktor tersebut untuk terbentuknya perilaku
yang langgeng adalah perilaku yang disadari oleh pengetahuan dan kesadaran (Notoatmodjo,
2003).
an atau aktivitas
m penelitian ini
adalah bidan.
Penghitungan tingkat kepatuhan dapat sebagai kontrol bahwa pelaksana program telah
melaksanakan program sesuai standar. Dalam hal ini kepatuhan kun jungan dapat diartikan
ketaatan dan tindakan yang berkaitan dengan perilaku seseorang. Sedangkan kepatuhan
kunjungan Antenatal Care (ANC) dapat diartikan ketaatan dalam
berkunjung ke
esehatan
ditetapkan oleh tenaga kesehatan (Depkes RI, 2002). Bila ibu tidak melakukan kunjungan
sesuai dengan standar tersebut dapat dikatakan bahwa ibu tersebut tidak patuh dalam
melakukan kunjungan antenatal
Kepatuhan pasien terhadap saran dokter / bidan ditentukan oleh beberapa hal antara
lain:
a. Pengalaman
Pengalaman seseorang dalam keberhasilan atau ketidakberhasilan mengobati sendiri
terhadap penyakit yang dideritanya juga akan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan
mereka terhadap nasehat tenaga kesehatan. Seseorang yang merasa selalu berhasil mengobati
penyakit yang dideritanya tanpa bantuan orang lain, akan cenderung tidak patuh atau taat
terhadap tenaga kesehatan, karena ia merasa tidak butuh bantuan atau nasehat orang lain.
Sementara yang sering gagal dalam mengobati diri sendiri akan cenderung lebih patuh
terhadap saran dari tenaga kesehatan termasuk melakukan kunjungan Antenatal Care (ANC).
b. Lingkungan (teman atau keluarga)
Lingkungan di mana seseorang tinggal juga memilki pengaruh terhadap kepatuhan
seseorang terhadap sar an / nasehat orang lain. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan
pergaulan / teman, dan lingkungan keluarga maupun masyarakat. Or ang yang tinggal dalam
lingkungan yang menj unjung tinggi aspek kesehatan akan cenderung patuh terhadap saransaran untuk menuju hi dup sehat. Sebaliknya mereka yang tinggal di l ingkungan dengan pola
hidup kumuh / jorok, a kan cenderung tidak patuh terhadap saran /
Tujuan utama asuhan antenatal adalah untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif
bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya dengan ibu,
mendeteksi komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan
memberikan pendidikan. Sehingga bila ANC tidak dilakukan sebagaimana mestinya maka
akan mengakibatkan dampak:
a. Ibu hamil akan kurang mendapat informasi tentang cara perawatan kehamilan yang
benar.
b. Tidak terdeteksinya tanda bahaya kehamilan secara dini
c. Tidak terdeteksinya anemia kehamilan yang dapat menyebabkan perdarahan saat
persalinan.
d. Tidak terdeteksinya tanda penyulit persalinan sejak awal seperti kelainan bentuk
panggul atau kelainan pada tulang belakang, atau kehamilan ganda.
e. Tidak terdetek sinya penyakit penyerta dan komplikasi selama kehamilan seperti pre
eklampsia, penyakit kronis seperti penyakit jantung, paru dan penyakit karena genetik
seperti diabetes, hipertensi, atau cacat kongenital. Sehingga ila
b tidak ditangani atau
bila tidak dilakukan screening sejak awal, akan mengakibatka
n komplikasi pada saat
hamil atau pada saat persalinan yang akan mengarah kepada kematian baik ibu
maupun janin.