You are on page 1of 2

OPTIMALISASI DANA KAS MASJID MELALUI BMT DALAM

MENDUKUNG USAHA MIKRO

Disusun oleh :

1. Afan Ramdani

A12.2013.04953

2. Ulfa Ryani Hasanah

A11.2014.08666

3. M Rosyid Muafa

B11.2014.03527

UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO


SEMARANG
2015

ABSTRAK

Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 7% dalam beberapa tahun kedepan.


Hal itu menuntut seluruh stakeholder untuk bekerja keras bahu membahu menumbuhkan
ekonomi nasional. Ada banyak sumber daya yang bisa digunakan sebagai pendukung target
pemerintah untuk menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi, salah satunya adalah dengan
memanfaatkan dana kas masjid yang ada di berbagai daerah di tanah air. Menurut data yang
diperoleh dari survey lapangan, rata-rata masjid di Indonesia memiliki dana kas lebih dari
Rp.20.000.000. Bahkan masjid-masjid yang berskala besar dan memiliki jamaah banyak bisa
memiliki dana kas hingga ratusan juta rupiah. Contohnya adalah Masjid Agung Jawa Tengah
yang memiliki kas tidak kurang dari Rp.200.000.000. Jumlah dana sebanyak itu tentu
disayangkan apabila tidak dilakukan pengolahan lebih luas. Pengolahan dana kas tersebut
bisa berbentuk pengalihan dana menuju BMT ( Baitul Maal wat Tamwill) dengan
mengalihkan sebanyak 30-40% per tahun dari total kas masjid dibawah pengawasan Dewan
Masjid Indonesia dan sesuai dengan ijtihad Takmir Masjid. Dengan pengalihan sebesar itu,
jumlah modal yang akan dikelola oleh BMT menjadi cukup besar dan bisa menunjang
masyarakat kelas menengah ke bawah untuk mendirikan usaha. BMT sebagai rumah dana (al
maal) yang fungsinya sama seperti Lembaga Amal Zakat (LAZ) sebagai lembaga sosial non
provit atau tidak mengambil keuntungan. Selain itu BMT juga merupakan rumah usaha (at
tamwiil) yang berperan sebagai lembaga bisnis yang menyediakan jasa simpan pinjam
dengan pola syariah yaitu prinsip bagi hasil dan prinsip jual beli. Dengan sistem funding and
finding, BMT menghimpun dana dari masyarakat kemudian menyalurkan dana pada sektor
ekonomi halal dan menguntungkan. Dibandingkan sistem perbankan, BMT mampu
melakukan diverifikasi atau penganekaragaman produk bidang usaha selain di bidang
keuangan. Selain itu sistem pembiayaan dalam BMT memiliki aturan yang lebih fleksibel.
Dalam kredit aturan perbankan mewajibkan berbagai persyaratan seperti kelayakan jaminan
kredit, ijin usaha, dan lain - lain. Hal tersebut terkadang membuat para pengusaha mikro
terpaksa meminjam modal pada rentenir. Sedangkan BMT melihat kelayakan dan kesehatan
kredit yang diberikan menurut parameter BMT, sehingga pengusaha mikro mendapat modal
secara mudah tanpa terjebak bunga tinggi rentenir. Keberadaan BMT yang dekat dengan
rakyat menjadikannya tumbuh dan berkembang dari rakyat bawah sehingga diharapkan
munculnya bibit wirausaha yang mampu memperbaiki perekonomian masyarakat Indonesia.
Apabila kerjasama antara Dewan Masjid Indonesia dan BMT dapat terjalin, maka diharapkan
BMT bisa memiliki modal yang cukup besar. Selain itu, dana-dana yang begitu menumpuk
didalam masjid tidak lagi mubadzir dan bisa dikembangkan lebih luas agar memberikan
manfaat yang lebih besar serta mampu menjadi pendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

Kata kunci : dana kas, masjid, BMT

You might also like