Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 7% dalam beberapa tahun kedepan.
Hal itu menuntut seluruh stakeholder untuk bekerja keras bahu membahu menumbuhkan ekonomi nasional. Ada banyak sumber daya yang bisa digunakan sebagai pendukung target pemerintah untuk menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi, salah satunya adalah dengan memanfaatkan dana kas masjid yang ada di berbagai daerah di tanah air. Menurut data yang diperoleh dari survey lapangan, rata-rata masjid di Indonesia memiliki dana kas lebih dari Rp.20.000.000. Bahkan masjid-masjid yang berskala besar dan memiliki jamaah banyak bisa memiliki dana kas hingga ratusan juta rupiah. Contohnya adalah Masjid Agung Jawa Tengah yang memiliki kas tidak kurang dari Rp.200.000.000. Jumlah dana sebanyak itu tentu disayangkan apabila tidak dilakukan pengolahan lebih luas. Pengolahan dana kas tersebut bisa berbentuk pengalihan dana menuju BMT ( Baitul Maal wat Tamwill) dengan mengalihkan sebanyak 30-40% per tahun dari total kas masjid dibawah pengawasan Dewan Masjid Indonesia dan sesuai dengan ijtihad Takmir Masjid. Dengan pengalihan sebesar itu, jumlah modal yang akan dikelola oleh BMT menjadi cukup besar dan bisa menunjang masyarakat kelas menengah ke bawah untuk mendirikan usaha. BMT sebagai rumah dana (al maal) yang fungsinya sama seperti Lembaga Amal Zakat (LAZ) sebagai lembaga sosial non provit atau tidak mengambil keuntungan. Selain itu BMT juga merupakan rumah usaha (at tamwiil) yang berperan sebagai lembaga bisnis yang menyediakan jasa simpan pinjam dengan pola syariah yaitu prinsip bagi hasil dan prinsip jual beli. Dengan sistem funding and finding, BMT menghimpun dana dari masyarakat kemudian menyalurkan dana pada sektor ekonomi halal dan menguntungkan. Dibandingkan sistem perbankan, BMT mampu melakukan diverifikasi atau penganekaragaman produk bidang usaha selain di bidang keuangan. Selain itu sistem pembiayaan dalam BMT memiliki aturan yang lebih fleksibel. Dalam kredit aturan perbankan mewajibkan berbagai persyaratan seperti kelayakan jaminan kredit, ijin usaha, dan lain - lain. Hal tersebut terkadang membuat para pengusaha mikro terpaksa meminjam modal pada rentenir. Sedangkan BMT melihat kelayakan dan kesehatan kredit yang diberikan menurut parameter BMT, sehingga pengusaha mikro mendapat modal secara mudah tanpa terjebak bunga tinggi rentenir. Keberadaan BMT yang dekat dengan rakyat menjadikannya tumbuh dan berkembang dari rakyat bawah sehingga diharapkan munculnya bibit wirausaha yang mampu memperbaiki perekonomian masyarakat Indonesia. Apabila kerjasama antara Dewan Masjid Indonesia dan BMT dapat terjalin, maka diharapkan BMT bisa memiliki modal yang cukup besar. Selain itu, dana-dana yang begitu menumpuk didalam masjid tidak lagi mubadzir dan bisa dikembangkan lebih luas agar memberikan manfaat yang lebih besar serta mampu menjadi pendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Tinjauan Pelaksanaan Pendaftaran Pasien Rawat Jalan Pasca Akreditasi Berdasarkan Standar Apk 1.1, Apk 3.4 Dan HPK 6.3 Di RS Roemani Muhammadiyah Semarang 2017 PDF