You are on page 1of 27

BAB I

Pendahuluan
A. Latar Belakang
Agar dapat mempersiapkan manusia yang berkualitas tersebut, maka kita perlu
memelihara gizi anak sejak bayi berada dalam kandungan. Bayi dan anak yang mendapat
makanan yang bergizi akan tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas dan terhindar dari
berbagai penyakit infeksi.Selain memperhatikan gizi bayi maka perlu memelihara gizi ibu
terutama masa hamil dan menyusui.
Bayi yang lahir dari ibu yang gizinya baik selain dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik juga akan memberi air susu ibu (ASI) yang cukup untuk bayinya. ASI
merupakan makanan bergizi yang paling lengkap, aman, hygienis dan murah. ASI juga
meningkatkan keakraban ibu dan anak yang bersifat menambah kepribadian anak dikemudian
hari. Itulah sebabnya ASI terbaik untuk bayi.
Dari berbagai study dan pengamatan menunjukkan bahwa dewasa ini terdapat
kecenderungan penurunan penggunaan ASI dan mempergunakan pemberian ASI dengan susu
fomula di masyarakat.
Dengan kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja dan peningkatan
sarana komunikasi dan transportasi yang memudahkan periklanan susu buatan serta luasnya
distribusi susu buatan terdapat kecenderungan menurunnya kesediaan menyusui maupun
lamanya menyusui baik dipedesaan dan diperkotaan. Menurunnya jumlah ibu yang menyusui
sendiri bayinya pada mulanya terdapat pada kelompok ibu di kota-kota terutama pada
keluarga berpenghasilan cukup yang kemudian menjalar sampai ke desa-desa meskipun
menyadari pentingnya pemberian ASI tetapi budaya modern dan kekuatan ekonomi yang
semakin meningkat telah mendesak para ibu untuk segera menyapih anaknya dan memilih air
susu buatan sebagai jalan keluarnya. Meningkatnya lama pemberian ASI dan semakin
meningkatnya pemberian susu botol menyebabkan kerawanan gizi pada bayi dan balita.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Air Susu Ibu (Asi) ?
2. Apa saja Komposisi Air Susu Ibu (ASI) ?
3. Apa yang mempengaruhi pemberian ASI ekslusif?
4. Bagaimana Asuhan Keperawatan Keluarga yang diberikan kepada Ibu menyusui?

C. Tujuan
1. Tujuan Intruksional Umum

Mahasiswa keperawatan diharapkan mampu untuk mengerti dan memahami asuhan


keperawatan pada pasien yang mengalami Trauma Kepala dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Intruksional Khusus
Diharapkan pada akhir penulisan ini mahasiswa mengetahui gambaran penderita yang
mengalami trauma kepala dengan rumusan seperti berikut:
a)
b)
c)
d)

Apa definisi dari Asi ?


Apa saja Komposisi ASI
Apa yang mempengaruhi pemberian ASI ekslusif?
Bagaimana Asuhan Keperawatan Keluarga yang diberikan kepada Ibu menyusui?

D. Manfaat
1. Mahasiswa mengetahui dasar konsep ASI
2. Mahasiswa mampu melakukan proses asuhan keperawatan Keluarga pada Ibu
Menyusui

BAB II
Tinjauan Teoritis
A. Definisi Air Susu Ibu (ASI)
ASI adalah satu-satunya dari semua jenis susu yang trersedia dan paling cocok di
konsumsi oleh bayi, oleh karena susu tersebut, secara unik, telah disesuaikan dengan
kebutuhan kebutuhannya. Air susu ibu mengandung antibodi bakterial dan viral termasuk
konsentransi antibodi secretorik Ig A yang relative tinggi. Bayi yang mendapatkan ASI, yang
mempunyai titer anti poliomyelitis dalam darah, mereka, secara relative akan kebal terhadap
infeksi yang ditimbulkan oleh vaksin virus poliomyelitis hidup yang telah di encerkan.
Pengaruh tersebut akan terlihat sangat menonjol pada periode neonatus, tetapi nampaknya
tidak mengakibatkan terjadinya gangguan pada imunisasi aktif, yang akan dikerjakan jika
bayi tersebut telah mencapai usia 2, 4 & 6 bulan. Telah pula dapat diperlihatkan bahwa
pertumbuhan virus-virus yang menyebabkan timbulnya parotitis epidemica, influenza,
vaksinia dan B encephalitis jepang dapat dihambat oleh bahan-bahan yang terdapat dalam
ASI. Antibody yang di telan yang berasal dari kolostrum dan ASI dapat memberikan
kekebalan saluran penceran makanan lokal terhadap organisme yang memasuki tubuh melalui
jalan tersebut. ASI juga merupakan sumber laktoferin, yaitu protein air dadih yang mengikat
zat besi. Bahan ini secara normal, sepertiga jenuh dengan zat besi serta mempunyai pengaruh
yang menghambat atas pertumbuhan E coli dalam usus. Tinja bayi yang mendapatkan ASI
mempunyai pH yang lebih rendah jika dibandingkan dengan pH tinja pada anak-anak yang
mendapatkan air susu sapi kandungan bakteri yang terdapat pada tinja bayi yang
mendapatkan ASI terutama sakali adalah kelompok laktobasilus berlawanan dengan
kelompok koliform yang terdapat menonjol dalam tinja bayi yang diberi makanan secara
artificial. ASI mengandung suatu faktor pertumbuhan yang akan memberikan kemudahan
kepada pengkolonisasian usus oleh lactobacillus bifidus. Flora usus pada bayi yang
mendapatkan ASI dapat melindungi mereka terhadap isi infeksi-infeksi yang disebabkan oleh
beberapa jenis E coli. Susu yang berasal dari seorang ibu yang mendapatkan susunan
makanan yang secara kuantitatif mencukupi serta berimbang secara semestinya dapat
memasok bahan-bahan makanan yang dibutuhkan oleh bayi yang bersangkutan kecuali
mungkin vitamin D, setelah beberapa bulan dan fluorida. Kendatipun penyediaan air minum
umum mengandung cukup banyak flourida didalamnya, namun sorang bayi yang
mendapatkan ASI mungkin sekali hanya sedikit sekali menerima flourida yang berasal dari
tubuh ibu nya, oleh karena itu bayi harus mendapatkan pemasukan fluoride selama bulanbulan pertama kehidupannya.

Persediaan cadangan zat besi akan mencukupi untuk memenuki kebutuhan bayi
selama 6-9 bulan pertama, pada bayi yang cukup umur. Zat besi yang terdapat dalam ASI
dapat diserap dengan baik oleh bayi, oleh karena itu bayi yang mendapat ASI mungkin tidak
memerlukan penambahan zat besi selama tahun pertama kehidupannya. ASI mengandung
cukup banyak persediaan vitamin C untuk dapat memenuhi kebutuhan seorang bayi, dengan
catatan bahwa ibu yang bersangkutan juga mendapatkan vitamin C dengan secukupnya.
Menyusukan anak bayi sendiri hendaknya dapat dimulai sedini mungkin setelah
persalinan, begitu pula dengan keadaan ibu maupun bayi yang bersangkutan memungkinkan
nya untuk mendapatkan ASI dalam jarak waktu beberapa jam setelah lahir. Frekuensi
pemberian ASI masing-masing setiap 3 jam pada siang hari dan setiap 4 jam pada malam
hari. Namun banyak bayi merasa lapar kembali 2 jam setelah diberikan ASI.
Faktor penting yang berpengaruh dalam pemberian ASI:
1. Keadaan jiwa yang bahagia dan santai
Kekhawatiran serta ketidak bahagiaan adalah cara yang paling berpengaruh dalam
menurunnya atau bahkan meniadakan sama sekali sekresi buah dada.
2. Keletihan
Menghindarkan keletihan juga sangat berpengaruh dalam pemberian ASI, oleh karena
itu seorang ibu yang baru saja melahirkan membutuhkan latihan serta kegiatan fisik,
sehingga dengan demikian ia akan mendapatkan perasaan sehat dan kesejahteraan
fisik.
3. Kebersihan Minimal dalam satu hari buah dada harus dicuci dengan bersih.
Kalau sabun yang digunakan mengering pada puting susu dan daerah areola maka
pemakaiannya harus dihentikan. Sama sekali tidak diperkenakan menggunakan asam
borat. Beberapa orang ibu akan merasa lebih nyaman, kalau mereka dapat memakai
bra yang benar-benar cocok siang dan malam. Batasan mangkok-mangkok bra yang
terbuat dari plastik hendaknya disingkirkan. Lapisan bra yang sifatnya menyerap
(yang dapat dibeli dipasaran) atau sapu tangan yang bersih dan dapat ditempatkan
dalam bra untuk dapat menyerap susu yang mesih terus keluar.
4. Susunan makanan atau diet
susunan makanan yang diberikan kepada ibu yang baru melahirkan hendaknya
mengandung cuku banyak kalori untuk dapat mengkompensasikan yang disekresikan
di dalam air susu maupun yang diperlukan untuk menghasilkan susu tersebut. Tidak
ada sesuatu bahan makanan yang perlu disingkirkan dari susunan makanan ibu,
kecuali bahan makanan yang bersangkutan dengan jelas menyebabkan timbulnya
gangguan pada bayi. Kalau masih memungkinkan, maka seorang ibu yang sedang
menyusui, sebaiknya tidak mengkonsumsi obat-obatan, oleh karena banyak sediaan
4

obat yang mempunyai pengaruh buruk yang akan merugikan bayi. Pengobatan yang
menggunakan bahan-bahan seperti antitiroid, lithium, bahan-bahan anti kanker,
isoniazid dan fenidion merupakan kontraindikasi untuk diberikan kepada para ibu.
Pemberian ASI harus dianjurkan kepada setiap ibu yang melahirkan oleh karena :
a. Asi yang pertama (kolostrum) mengandung beberapa benda penangkis (anti-body)
yang dapat mencegah infeksi pada bayi;
b. Bayi yang minum ASI jarang menderita gastroenteritis;
c. Lemak dan protein asi mudah dicerna dan diserap secara lengkap dalam saluran
pencernaan ; asi merupakan susu yang paling baik untuk pertumbuhan dan tidak
mungkin bayi akan menjadi gemuk berlebihan dengan asi (obese);
d. Kemungkinan bayi menderita kejang oleh karena hipokalsemia sangat sedikit;
e. Pemberian asi merupakan satu-satunya jalan yang paling baik untuk mengeratkan
hubungan ibu dan bayi; dan ini sangat dibutuhkan bagi perkembangan bayi yang
normal terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan;
f. Asi merupakan susu buatan alam yang lebih baik daripada susu buatan mana pun oleh
karena mengandung benda penangkis (kolostrum mengandungnya 15 kali lebih
banyak daripada asi), sucihama, segar, murah, tersedia setiap waktu, dengan susu
yang sebaik-baiknya untuk diminum.
B. Komposisi ASI
ASI bersifat khas untuk bayi karena susunan kimianya, mempunyai nilai biologis
tertentu, dan mempunyai substansi yang spesifik. Ketiga sifat itulah yang membedakan ASI
dengan susu formula. Pengeluaran ASI tergantung dari umur kehamilan sehingga ASI yang
keluar dari ibu dengan kelahiran prematur akan berbeda dengan ibu yang bayinya cukup
bulan. Dengan demikian pengeluaran ASI sudah diatur sehingga sesuai dengan tuanya
kehamilan.

Komposisi ASI:
-

ASI mengandung protein dan lemak yang paling cocok untuk bayi dalam jumlah

yang tepat.
ASI mengandung lebih banyak laktosa (gula susu) daripada susu lainnya dan

laktosa merupakan zat yang diperlukan bagi manusia.


ASI mengandung vitamin yang cukup bagi bayi. Bayi selama 6 bulan tidak

memerlukan vitamin tambahan


ASI mengandung zat besi yang cukup untuk bayi. Tidak terlalu banyak zat besi
yang dikandung, tetapi zat besi ini diserap usus bayi dengan baik. Bayi yang
disusui tidak akan menderita anemia kekurangan zat besi.
5

ASI mengandung cukup air bagi bayi bahkan pada iklim yang panas.
ASI mengandung garam, kalsium dan fosfat dalam jumlah yang tepat

Pengeluaran ASI dapat dibedakan atas:


a. Kolostrum
Dibanding dengan susu matur yang akhirnya disekresi oleh payudara, kolostrum
mengandung lebih banyak protein, yang sebagian besar adalah globulin, dan lebih
banyak mineral tetapi gula lemak lebih sedikit. Meskipun demikian kolostrum
mengandung globul lemak agak besar di dalam yang disebut korpustel kolostrum,
yang oleh beberapa ahli dianggap merupakan sel-sel epitel yang telah mengalami
degenerasi lemak dan oleh ahli lain dianggap sebagai fagosit mononuklear yang
mengandung cukup banyak lemak. Sekresi kolostrum bertahan selama kurang lebih
lima hari, dengan perubahan menjadi susu matur. Antibody mudah ditemukan dalam
kolostrum. Kandungan immunoglobulin A mungkin memberikan perlindungan kepada
neonatus melawan infeksi enteric. Faktor-faktor kekebalan hospes lainnya, juga
immunoglobulin-immunoglobulin, terdapat didalam kolostrum manusia dan air susu.
Faktor ini meliputi komponen komplemen, makrofag, limfosit, laktoferin,
laktoperoksidase, dan lisozim.
Ciri-ciri kolostrum:
-

Berwarna

kuning

jernih

dengan

protein

berkadar

tinggi

Mengandung

imunoglobulin, laktoferin, ion-ion (Na, Ca, K, Zn, Fe), vitamin (A, D, E, K),
-

lemak, dan rendah laktosa.


Pengeluaran kolostrum berlangsung sekitar dua sampai tiga hari dan diikuti ASI
yang mulai berwarna putih.

Terdapat beberapa pengertian yang salah mengenai kolostrum, yang diperkirakan ASI
yang kotor, buruk sehingga tidak patut diberikan pada bayi. Ternyata kolostrum sebagai
pembuka jalan agar bayi dapat menerima ASI penuh. Kolostrum banyak mengandung
antibodi dan anti-infeksi serta dapat menumbuhkembangkan flora dalam usus bayi, untuk
sap menerima ASI. Memperhatikan perkembangan pengeluaran ASI, tiada ASI yang tidak
berguna. Alam telah mempersiapkan bayi untuk tumbuh kembang hanya dengan ASI
sampai umur empat bulan.
b. ASI transisi (antara)
ASI antara, mulai berwarna puting bening dengan susunan yang disesuaikan dengan
kebutuhan bayi,
dan kemampuan mencerna usus bayi.
c. ASI sempurna
6

Pengeluaran ASI penuh sesuai dengan perkembangan usus bayi, sehingga dapat
menerima susunan ASI sempurna.
Produksi ASI selama 2 tahun Umur Bayi Produksi ASI Sama dengan Susu bubuk
ml/hari kalori/hari Susu sapi Susu gula gram
-

0-6 bulan 850 600 1555,5 183 24.600


7-12 bulan 500 385 91,5 105 14.000
13-18 bulan 500 385 91,5 105 14.000
19-24 bulan 200 154 36,5 42 5.700
0-24 bulan 512,5 381 375 437 58.300

Catatan:
Bayi dengan umur 0 sampai 4/5 bulan cukup dengan ASI saja. Setelah berumur 4 bulan
pemberian ASI memerlukan makanan tambahan berupa bubur susu atau nasi tim, buah
dan sebagainya, sehingga mencapai umur satu tahun sudah siap mendapatkan makanan
seperti orang dewasa. 850 ml/hari, selama 6 bulan 153.000 ml dengan jumlah kalori
108.000 kalori. Sedangkan susu sapi diperlukn 155.500 ml, susu gula 18.300 ml dan susu
bubuk sebanyak 24.600 gram. Kenyataannya, pemberian ASI yang dikombinasikan
dengan pemberian susu botol tidak dapat dihindari, karea ibu-ibu bekerja di luar rumah
sedangkan di tempat kerja tidak terdapat fasilitas untuk memberikan ASI dan
penampungan bayi.
C. Perubahan dalam kandungan ASI
Kandungan ASI tidak selalu sarna, tetapi ada keragaman normal yang sering terjadi.
ASI juga akan sedikit beragam sesuai dengan diet yang dijalankan oleh sang ibu, tetapi
perubahan ini jarang menjadi masalah. Kadang-kadang seorang ibu mendapatkan bahwa
makanan yang tidak biasa dimakannya akan mengganggu bayinya, tapi banyak ibu dapat
terus makan makanan yang biasa saat menyusui. Bahkan bumbu yang keras, seperti cabai,
tidak akan mempengaruhi ASI atau mengganggu bayi.
Kandungan susu berubah selama pemberian ASI :
a. Susu awal
Susu ini muncul pada awal pemberian, berwama bim dan encer. Susu ini kaya akan
protein, laktosa, vitamin, mineral dan air.
b. Susu akhir
Susu ini muncul diakhir pemberian ASI. Kelihatannya lebih putih daripada susu awal
karena susu akhir mengandung lebih banyak lemak. Lemak ini membuat susu akhir
kaya akan energi. Lemak memasok lebih dari 50 % energi dalam ASI.
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif
1. Umur
7

Ibu dengan usia antara 20-30 tahun merupakan usia produktif yang umumnya dapat
mengahasilkan cukup ASI dibandingkan dengan ibu yang berumur lebih dari 30
tahun, sebab usia ini merupakan resiko tinggi dan erat kaitannya dengan anemia gizi
sehingga berpengaruh pada produksiASI.
2. Pendidikan
Pendidikan akan memberikan kesempatan kepada orang untuk mebuka jalan pikiran
dalam menerima ide-ide baru. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pola
pemberian ASI terutama di kota-kota besar. Biasanya ibu dengan pendidikan tinggi
akan memberikan susu botol lebih dini dibandingkan dengan ibu dengan pendidikan
lebih rendah. Di satu sisi, ibu dengan pendidikan tinggi mengetahui bahwa tidak ada
satupun susu formula yang dapat menandingi ASI, namun di sisi lain ibu tersebut
merasa tidak berguna bila tidak mengamalkan ilmunya untuk bekerja sehingga hal ini
akan menyebabkan ibu tersebut akan enggan untuk menyusui bayinya.
3. Pekerjaan
Adanya kecenderungan banyaknya ibu-ibu yang tidak memberikan ASI pada bayinya
adalah karena banyaknya ibu-ibu yang bekerja.
E. Kontra Indikasi Pemberian ASI
Sekalipun upaya untuk memberikan ASI digalakkan tetapi pada beberapa kasus
pemberian ASI tidak dibenarkan.
1. Faktor ibu
- Ibu dengan penyakit jantung yang berat, akan menambah beratnya penyakit ibu.
- Ibu dengan preeklampsia dan eklampsia, karena banyaknya obat-obatan yang
-

telah diberikan, sehingga dapat mempengaruhi bayinya.


Penyakit infeksi berat pada payudara, sehingga kemungkinan menular pada

bayinya.
Karsinoma payudara mungkin dapat menimbulkan metastase.
Ibu dengan psikosis, dengan pertimbangan kesadaran ibu sulit diperkirakan

sehingga dapat membahayakan bayi.


Ibu dengan infeksi virus.
Ibu dengan TBC atau lepra.

2. Faktor dari bayi


- Bayi dalam keadaan kejang-kejang, yang dapat menimbulkan bahaya aspirasi ASI.
- Bayi yang menderita sakit berat, dengan pertimbangan dokter anak tidak
-

dibenarkan untuk mendapatkan ASI


Bayi dengan berat badan lahir rendah, karena refleks menelannya sulit sehingga
bahaya aspirasi mengancam.

Bayi

palatognatokisis, labiognatopalatokisis).
Bayi yang tidak dapat menerima ASI, penyakit metabolisme seperti alergi ASI.

dengan cacat bawaan yang tidak mungkin menelan (labiokisis,

Pada kasus tersebut untuk memberikan ASI sebaiknya dipertimbangkan dengan


dokter anak.

3. Keadaan patologi pada payudara


Pada rawat gabung dapat diharapkan bahwa kemungkinan stagnasi ASI yang dapat
menimbulkan infeksi dan abses dapat dihindari. Sekalipun demikian masih ada
keadaan patologis payudara yang memerlukan konsultasi dokter sehingga tidak
merugikan ibu dan bayinya. Keadaan patologis yang memerlukan konsultasi adalah:
Infeksi payudara
Terdapat abses yang memerlukan insisi
Terdapat benjolan payudara yang membesar saat hamil dan menyusui
ASI yang bercampur dengan darah.
Memperhatikan hal-hal yang disebutkan di atas sudah wajarlah bila payudara yang
sangat vital dipelihara sebagaimana mestinya. Salah satu tugas utama wanita adalah
memberikan ASI yang merupakan tugas alami yang hakiki.

BAB III
Tinjauan Kasus
I.

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Hari/tanggal

: Sabtu, 7 Agustus 2004

Oleh

: Ayu Khuzaimah Kurniawati

Metode

: Wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik

1.

Data Keluarga
1. Identitas Keluarga
a. Nama KK

: Tn S

b. Jenis Kelamin

: Laki-laki

c. Umur

: 31 tahun

d. Pendidikan

: SD tamat

e. Agama

: Islam

f. Pekerjaan

: Buruh swasta

g. Alamat
h. Suku/kebangsaan

: RT 03/RW 22
Dukuh Jetis, Tirtoadi, Mlati, Sleman,
Yogyakarta
: Jawa/Indonesia

i. Jumlah anggota keluarga

: 4 orang

2. Susunan anggota keluarga


No
1
2
3

Nama

umur

Sex

Ny Sr
An Reza
An Arya

28 th
9 th
1,5 bln

P
L
L

Hub dg
KK
Istri
Anak 1
Anak 2

Pendd

Pekerjaan

Ket

SD tamat
SD kls 4
SMEA

IRT
Pelajar
-

Sehat
Sehat
Sehat

3. Tipe keluarga
Jenis keluarga ini adalah keluarga inti/Nuclear Family yang terdiri dari Ayah, Ibu,
dan anak. Ada kakek dan nenek (orang tua Tn S) yang tinggal bersama keluarga,
namun sudah terpisah.

4. Genogram

10

Keterangan :
: Perempuan

: Ny Sr

: Laki-laki

: Meninggal

: Garis Perkawinan
: Garis Keturunan

: kembar

: Tinggal dalam satu rumah


5. Suku Bangsa dan Agama
Keluarga Tn S semuanya suku jawa asli dan masih memegang adat kebiasaan
jawa yang ditampakkan dengan hubungan keluarga yang masih kuat. Semua
anggota keluarga beragama Islam.
6. Status Sosial Ekonomi Keluarga
a. Penghasilan Keluarga
Tn S berasal hasil buruh, dan satu-satunya sumber ekonomi keluarga adalah
Tn S. Penghasilan keluarga dalam satu bulan diperkirakan sebesar Rp
400.000,-.
b. Pemanfaatan Dana Keluarga
Sebagian besar uang keluarga hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan
pokok saja. Keluarga Tn S tidak memiliki tabungan. Pengelolaan dana
keluarga diserahkan kepada Ny Sr.
c. Sosial Keluarga
Hubungan antar anggota keluarga baik, begitu pula dengan tetangga. Keluarga
Tn S masih mengikuti kegiatan-kegiatan di masyarakat seperti kumpulan rutin,
pengajian, dan kerja bakti kampung. Sedang Ny Sr jarang mengikuti kegiatan
di masyarakat semenjak hamil tua dan melahirkan.
7. Aktifitas Rekreasi
Keluarga Tn S jarang mengadakan rekreasi dengan bepergian ke suatu tempat.
Waktu senggang yang ada mereka gunakan untuk melihat TV atau berbincangbincang dengan tetangga dekat.
11

2.

Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


1. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Tn S saat ini baru saja mempunyai anak yang kedua, sedang anak pertama sudah
sekolah yaitu SD kelas 4, sehingga keluarga ini termasuk dalam taraf
perkembangan keluarga dengan anak sekolah.
2. Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
Tn

S dan Ny Sr mempunyai anak yang masih kecil-kecil, sehingga tahap

perkembangan keluarga dengan anak remaja atau dewasa belum terpenuhi.


3. Riwayat Kesehatan Keluarga Saat ini
Tn S
Tn S saat ini dalam keadaan sehat, dan tidak ada keluhan. Selama ini Tn S juga
tidak pernah mengalami sakit sehingga harus mondok di RS.
Ny Sr
Ny Sr mengatakan bahwa kondisi kesehatannya saat ini baik. Hanya kadang
kurang tidur karena harus menyusui Bayi Ar pada malam hari.

Ny Sr

mengatakan, ASI saya lancar Mbak, anak saya juga minumnya banyak. Ny Sr
juga mengatakan, Kalau sekarang saya belum berani memberi minuman lain
selain ASI, katanya menunggu sampai 4 bulan baru boleh diberikan yang lain, iya
to Mbak?. Ny Sr mengatakan, Rencananya saya akan menyusui sampai usia 2
tahun.
An Rz
Pada saat pengkajian anak dalam keadaan sehat dan tidak ada keluhan.
Bayi Ar
Pada saat pengkajian, Bayi Ar sedang tidur. Ny Sr mengatakan bahwa Bayi Ar
sehat, tidak sedang menderita sakit. Berat badan sekarang 5,3 kg, dan BBL
adalah 3 kg. Imunisasi yang sudah diberikan kepada Bayi Ar adalah BCG, polio,
Hepatitis I, dan Hepatitis II.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya
Ny Sr mengatakan dalam keluarga Tn S tidak ada yang menderita penyakitpenyakit keturunan seperti DM, Hipertensi, asma, dsb.
3.

Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi Keluarga

12

Komunikasi dalam keluarga berjalan dengan baik, menggunakan bahasa Jawa, dan
bila ada permasalahan dimusyawarahkan secara terbuka dengan seluruh anggota
keluarga bahkan kadang dengan saudara-saudara yang dekat.
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Kerukunan dan komunikasi terbuka khas suku jawa merupakan kekuatan pada
keluarga Tn S, mereka menerima keadaan masing-masing dan bertekad menjaga
kerukunan keluarga.
3. Struktur Peran
Setiap anggota berperan sesuai posisinya. Tn S berperan sebagai pencari nafkah,
sedang Ny Sr menjalankan perannya sebagai ibu rumah tangga.
4. Nilai dan Norma Keluarga
Keluarga Tn S menganut nilai dan norma Jawa/islami dalam kehidupan seharihari, berkumpul dengan anggota keluarga pada setiap hari dan dengan sanak
saudara pada waktu-waktu senggang. Tidak ada nilai dan norma yang
bertentangan dengan kesehatan.
4.

Fungsi Keluarga
1. Fungsi Biologis
a. Keadaan Kesehatan
Saat pengkajian, keluarga Tn S dalam keadaan sehat dan tidak ada keluhan.
Ny Sr mengatakan, Alhamdulillah Mbak Ayu, semua diberi kesehatan.
b. Kebersihan Perseorangan
Seluruh anggota keluarga mempunyai kebiasaan mandi 2 kali sehari,
menggunakan sabun mandi, menggosok gigi dengan pasta gigi, dan keramas
2-3 kali seminggu dengan menggunakan sampo. Seluruh anggota keluarga
nampak bersih.

c. Penyakit yang Sering Diderita


Keluarga Tn S tidak pernah menderita penyakit berat, sehingga harus mondok
di RS. Penyakit yang sering terjadi seperti batuk, pilek dan pusing.
d. Penyakit Keturunan
Menurut keluarga Tn S tidak ada yang mempunyai penyakit-penyakit
keturunan, seperti kencing manis, asma, tekanan darah tinggi, dsb.
e. Penyakit Kronis/Menular
13

Tidak ada penyakit kronis atau menular di keluarga Tn S.


f. Kecacatan Anggota Keluarga
Tidak ada anggota keluarga Tn S yang mengalami cacat fisik.
g. Pola Makan dan Minum
Keluarga Tn S secara umum makan 3 kali sehari dengan komposisi nasi, lauk
pauk, sayuran, kadang makan buah. Ny Sr yang sedang menyusui makan 3-4
kali sehari. Bayi Ar masih mengkonsumsi ASI eksklusif.
Semua anggota keluarga mempunyai kebiasaan minum air putih yang sudah
dimasak rata-rata 4-6 gelas per hari. Ny Sr kadang minum susu selama
menyusui.
h. Pola Aktivitas dan Istirahat
Tn S bekerja hampir seharian, meskipun kadang tidak menentu waktunya.
Sedang Ny Sr jarang bepergian, apalagi semenjak Bayi Ar lahir, Ny Sr
membawa Bayi Ar ke Posyandu.
Kebiasaaan istirahat masing-masing anggota keluarga Tn S berbeda beda. Tn
S jarang tidur siang, sedang Ny Sr mempunyai kebiasaan tidur siang. Tidak
ada anggota keluarga mengeluh mengalami gangguan dalam hal tidur.
2. Fungsi Psikologis
a. Keadaan Emosi
Hubungan antar anggota keluarga baik dan cukup harmonis. Selama ini tidak
ada masalah yang menyebabkan hubungan antar anggota keluarga menjadi
renggang. Keadaan emosi semua anggota keluarga stabil.
b. Kebiasaan yang Merugikan Kesehatan
Tidak nampak adanya kebiasaan keluarga yang merugikan kesehatan.
c. Pengambilan Keputusan
Musyawarah tetap dilakukan jika ada permasalahan yang menyangkut
keluarga, tetapi peran Tn S masih dominan untuk pengambilan keputusan.
d. Ketergantungan Obat/Bahan
Keluarga Tn S jarang mengkonsumsi obat pada saat sakit. Apabila sakit sudah
parah dan lama, baru keluarga memeriksakan ke Puskesmas dan minum obat
yang diberikan.
e. Mencari Pelayanan Kesehatan
Keluarga Tn S telah memanfaatkan fasilitas kesehatan seperti RS atau
Puskesmas untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Keluarga memeriksakan

14

diri apabila sakit tidak dapat diatasi sendiri dan sakit dirasa sudah
mengganggu aktivitas sehari-hari.
3. Fungsi Sosial
a. Tingkat Pendidikan
Pendidikan terakhir Tn S dan istrinya adalah SD. Semua anggota keluarga
dapat berbicara dengan bahasa Indonesia dan Jawa, menulis dan mambaca.
b. Hubungan antar Anggota Keluarga
Hubungan antar anggota keluarga baik dan cukup harmonis.
c. Hubungan dengan Orang Lain
Hubungan dengan tetangga-tetangga baik dan saling tolong menolong.
d. Kegiatan Organisasi Sosial
Anggota keluarga masih aktif mengikuti kegiatan-kegiatan kemasyarakatan,
tetapi Ny Sr sudah tidak mengikuti kegiatan di masyarakat semenjak hamil tua
dan melahirkan.
4. Fungsi Spiritual
Semua anggota keluarga taat beribadah, menjalankan sholat 5 waktu dan kegiatan
keagamaan di kampung sering diikuti, seperti pengajian bapak dan ibu.
5. Fungsi Kultural
a. Pengambilan Keputusan
Tn S mempunyai peran yang cukup besar dalam pengambilan keputusan
dalam keluarga.
b. Adat yang Berpengaruh terhadap Kesehatan
Adat-adat Jawa yang dianut oleh keluarga masih termasuk wajar dan tidak
berpengaruh terhadap kesehatan keluarga.
c. Tabu dalam Keluarga
Tidak ada tabu-tabu dalam keluarga.

6. Fungsi Reproduksi
Kebutuhan pasangan Tn S dan Ny Sr tentang seksual keluarga terpenuhi meskipun
tidak seintensif pada saat belum melahirkan.
7. Fungsi Ekonomi
a. Tulang Punggung
Tn S merupakan tulang punggung utama keluarga dalam menopang kebutuhan
ekonomi.
15

b. Penghasilan Keluarga
Penghasilan Tn P adalah sekitar Rp 400.000,- setiap bulan. Sedang
penghasilan lain belum ada.
c. Pengelolaan Dana Keluarga
Pengelolaan dana keluarga diserahkan kepada Ny Sr dan Ny P.
d. Pemanfaatan Dana Keluarga
Sebagian besar uang keluarga hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan
pokok saja. Ny Sr mengatakan, Lha untuk nyumbang itu kan pengeluaran
wajib yang tidak sedikit to Mbak?
e. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Keluarga termasuk dalam ekonomi menengah. Ny Sr mengatakan, Ya
dicukup-cukupin ya Mbak, seberapapun itu kita kan harus mensukurinya, iya
kan?
8. Fungsi Perawatan Kesehatan
a. Mengenal Masalah
Keluarga mengetahui bahwa bayi yang baru saja hadir dalam keluarga Tn S
tersebut adalah buah hati yang membuat keluarga bahagia, dan tentunya harus
diperhatikan dalam segala kebutuhannya. Salah satu kebutuhan yang penting
adalah kebutuhan kesehatan bagi bayi.
b. Mengambil Keputusan yang Tepat
Sejauh ini, Ny Sr mengambil keputusan untuk merawat bayinya seoptimal
mungkin. Dalam merawat Bayi Ar, Ny Sr menuruti anjuran-anjuran dari
petugas kesehatan, orang-orang terdekat dan tetangga-tetangga. Ny Sr juga
selalu

menjaga

kondisi

kesehatannya

sendiri,

karena

kesehatannya

menentukan kesehatan bayinya. Ny Sr membawa bayinya ke Posyandu dan


akan memeriksakan bayinya apabila sakit atau mengalami masalah kesehatan.
c. Merawat Anggota Keluarga yang Sakit
Keluarga memperhatikan masalah kesehatan satu dengan lainnya, sehingga
saling mengingatkan dan membantu apabila ada anggota keluarga yang sakit.
Ny Sr mengatakan, Alhamdulillah, selama ini keadaan bayi saya baik-baik
saja. Kalau bayi saya sakit, ya tentu akan segera saya bawa ke Puskesmas atau
ke Dokter.
d. Memelihara Lingkungan Rumah yang Mendukung Kesehatan
Karena Dukuh Jetis akan mewakili Kelurahan Tirtoadi untuk lomba
lingkungan sehat pada saat HUT RI, maka keluarga memindah kandang
16

kambing yang ada tepat di depan rumah ke tempat yang agak jauh, tetapi
masih di dalam pekarangan depan rumah. Keluarga Tn S mampu memelihara
lingkungan rumah yang bersih dan rapi.
e. Memanfaatkan Fasilitas Kesehatan
Ny Sr mengatakan, Saya selalu memeriksakan kehamilan saya ke Puskesmas
sampai kelahiran bayi saya.
5.

Stress dan Koping Keluarga


1. Stressor Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Keluarga memandang kelahiran bayi mereka adalah suatu anugrah, dan menyusui
adalah suatu hal yang sangat penting bagi Ny Sr sebagai seorang ibu. Ny Sr
mengatakan, Saya kadang mangkel sama Bapaknya anak-anak, karena kalau
malam hari tidak mau menggantikan saya menjaga Bayi Ar.
Stressor jangka panjang keluarga Tn S adalah menghadapi pendidikan anak
menuju tahap-tahap perkembangan yang sempurna.
3. Kemampuan Berespon Terhadap Stress
Keluarga berusaha menghadapi situasi yang ada. Ny Sr juga mengatakan akan
selalu berusaha mengikis perasaan-perasaan cemas dalam menjalani pengasuhan
bayinya.
4. Strategi Koping Yang Digunakan
Ny Sr selalu menanyakan hal-hal yang belum diketahui dalam mengasuh bayinya,
dan mengikuti anjuran-anjuran baik dari dokter, petugas kesehatan, maupun dari
orang-orang terdekat.
5. Strategi Adaptasi Disfungsional
Tidak nampak adanya strategi adaptasi disfungsional pada keluarga Tn S.

6.

Faktor Lingkungan dan Masyarakat


1. Karakteristik Rumah
a. Denah Rumah
Secara geografis letak rumah keluarga Tn S berada di Dusun Jetis RT 03 RW
22 Kelurahan Tirtoadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman. Adapun denah
rumah Tn S adalah sebagai berikut :

dapur

KM

Kmr tidur

Ruang Keluarga

17

Ruang Tamu

Pekarangan

kandang

Keterangan :

|| : Pintu

KM : Kamar Mandi
b. Keadaan Lingkungan Dalam Rumah
Keluarga Tn S menempati rumah dengan luas 7 x 7 meter persegi. Jenis rumah
Tn S adalah dinding permanen. Lantai terbuat dari plester dan bagian dapur
masih berupa tanah. Terdiri dari 1 ruang tamu, 1 kamar tidur, 1 ruang keluarga,
1 dapur, 1 kamar mandi yang menjadi satu dengan WC. Rumah tersebut
adalah milik sendiri.
c. Keadaan Lingkungan Sekitar Rumah
1) Kondisi halaman rumah
Pada saat kunjungan halaman rumah agak kotor dan berdebu. Di depan
rumah ada kandang kambing yang kotor. Letak kandang semula tepat di
depan rumah, namun pada saat pengkajian dilakukan, kandang dipindah ke
tempat yang agak jauh dari rumah tetapi masih dalam pekarangan.
2) Pemanfaatan halaman
Halaman rumah berukuran 7 x 5 meter persegi. Sebagian halaman depan
rumah ditanami pohon pisang dan rambutan. Halaman juga masih
dimanfaatkan untuk pemeliharaan ternak, yaitu kambing.
3) Sumber air minum
Keluarga menggunakan sumur gali yang terletak dibelakang dekat dapur,
kualitas air baik, tidak berbau dan tidak berasa dan tidak berwarna
4) Pembuangan air kotor/limbah keluarga
Keluarga Tn S mempunyai saluran pembuangan air limbah yang dialirkan
dengan pralon dan ditampung di bak penampungan yang tertutup.
5) Pembuangan sampah
Sampah rumah tangga dibuang di jogangan di depan rumah dan dibakar.
18

6) Jamban
Keluarga Tn S mempunyai jamban sendiri, dan jarak septiktank dengan
sumur kurang lebih 10 meter.
7) Sumber pencemaran
Sumber pencemaran berasal dari kandang kambing yang ada di depan
rumah. Kandang nampak kotor dan kadang menimbulkan bau.
8) Sanitasi rumah
Lingkungan disekitar rumah tampak bersih dan perabot rumah tertata rapi.
Ruang-ruang yang ada di dalam rumah nampak gelap. sirkulasi udara
cukup, namun kurang sinar matahari.
2. Karakteristik Tetangga dan Komunitas
Jarak antar rumah berdekatan dan hubungan dengan tetangga baik. Ada rutinitas
kegiatan di perkampungan tersebut, seperti kerja bakti.
3. Mobilitas Geografi Keluarga
Keluarga merupakan penduduk asli Yogyakarta. Tn S dan Ny Sr jarang bepergian.
Tn S bekerja setiap hari dari pagi hingga sore, sedang Ny Sr mengurusi segala
urusan ibu rumah tangga.
4. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Tn S masih sering mengikuti kegiatan-kegiatan di masyarakat seperti pengajian,
perkumpulan, dan kerja bakti. Sedang Ny Sr lebih banyak di rumah karena
mengasuh bayinya.
5. Sistem Pendukung Keluarga/Fasilitas Keluarga
Fasilitas perdagangan seperti pasar yang berjarak + 3 km dari rumah, fasilitas
kesehatan yaitu Puskesmas berjarak + 3 km, bidan praktek + 1 km, rumah sakit
sakitar 7-8 km, dan fasilitas peribadatan seperti masjid 100 meter dari rumah.
7.

8.

Pemeriksaan Fisik
No

Nama

KU

TTV

Tn S

Baik

Ny Sr

Baik

3
4

An Rz
By Ar

Baik
Baik

TD:130
/80
TD:110
/80
TD:N:100x
/mnt
RR:44x
/mnt
BB:5,3
kg

Penglihat
an
Baik

Pende
ngaran
Baik

Pencer
naan
Baik

Elimi
nasi
Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik
Baik

Baik
Baik

Baik
Baik

Baik
Baik

Harapan Keluarga
1. Persepsi Terhadap Masalah
19

Keluhan
Tidak ada
Sering
kurang tidur
Tidak ada
Tidak ada

Keluarga berpendapat bahwa masalah-masalah yang ada harus diatasi.


2. Harapan Terhadap Masalah
Keluarga berharap masalah-masalah yang ada dapat diatasi dan semua akan
berjalan lancar dan baik-baik saja.
II. TIPOLOGI MASALAH KESEHATAN
Data
Data Subjektif
1.
Ny Sr mengatakan,
ASI saya lancar
Mbak, anak saya juga
minumnya banyak.
2.
Ny Sr juga
mengatakan, Kalau
sekarang saya belum
berani memberi
minuman lain selain
ASI, katanya
menunggu sampai 4
bulan baru boleh
diberikan yang lain,
iya to Mbak?.
3.
Ny Sr mengatakan,
Rencananya saya
akan menyusui
sampai usia 2 tahun.
4. Ny Sr mengatakan,
Saya belum pernah
dikasih tahu tentang
senam nifas dan
perawatan payudara.
Data Objektif
1.
Ny Sr menyusui
bayinya dengan benar
2.
Ny Sr sudah
mengetahui lama
pemberian ASI dan
PASI
3.
Ny Sr belum
mengetahui tentang
senam nifas dan
perawatan payudara
selama hamil maupun
selama menyusui
Data Subyektif
1.
Ny Sr
mengatakan,
Alhamdulillaah
Mbak, anak saya
selalu sehat dan tidak
minta sakit Mbak.
Data Obyektif
1. Bayi Ar berusia 1,5
bulan

Tipologi
Wellness

Masalah
Potensial
peningkatan
kesehatan pada ibu
menyusui

Penyebab
-

Wellness

Potensial
peningkatan status
kesehatan pada balita

20

2.
3.
4.
5.
6.

BB sekarang : 5,3 kg
BBL : 3 kg
N : 100x/mnt
RR : 44x/mnt
Badan nampak bersih

III. PERENCANAAN
a.

Penentuan Prioritas Masalah

1. Potensial peningkatan status kesehatan ibu menyusui pada keluarga Tn S.


No
1.

Kriteria
Sifat masalah : Wellness

Hitungan
1/3 x 1

Skor
1/3

2.

Kemungkinan
masalah
dapat diubah : mudah

2/2 x 2

3.

Potensial untuk dicegah :


cukup

2/3 x 1

2/3

4.

Menonjolnya masalah :
Masalah berat, harus
segera ditangani
Jumlah

2/2 x 1

Pembenaran
Ny Sr menyusui anaknya yang
kedua, jadi Ny Sr sudah
mempunyai
pengalaman
menyusui. Ny Sr
sudah
mengetahui cara menyusui yang
benar, lama pemberian ASI dan
PASI.
Keluarga
juga
memanfaatkan sumber daya
keluarga serta memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang ada.
Pengetahuan keluarga tentang
perawatan ibu menyusui ada,
tetapi minim.
Sumber daya keluarga : dana,
waktu, fasilitas ada.
Sumber daya
perawat
:
referensi, fasilitas ada, jarak
Puskesmas dekat.
Sumber daya masyarakat :
peduli dengan memberikan
saran-saran, tapi tidak dapat
berbuat banyak.
Kondisi Ny Sr sehat.
Masalah tidak rumit.
Tindakan yang sudah dilakukan
sekarang sangat mendukung.
Anggota keluarga berperan
terhadap perawatan Ny Sr di
rumah, sebatas kemampuan dan
pengetahuan mereka.
Keluarga merasa membutuhkan
informasi-informasi
tentang
perawatan pada ibu menyusui.

2. Potensial peningkatan status kesehatan balita pada keluarga Tn S


No
1.

Kriteria
Sifat masalah : wellness

2.

Kemungkinan

masalah

Hitungan
1/3 x 1

Skor
1/3

1/2 x 2

21

Pembenaran
Bayi Ar dalam keadaan sehat,
belum pernah menderita sakit
berat. Keluarga dapat
mengenali apabila anaknya
sakit dan akan segera membawa
ke Puskesmas apabila anaknya
sakit
Pengetahuan keluarga tentang

dapat diubah : sebagian

3.

Potensial untuk dicegah :


cukup

1/3 x 1

1/3

4.

Menonjolnya masalah :
Masalah berat, harus
segera ditangani

2/2 x 1

Jumlah

perawatan balita ada, tetapi


minim.
Sumber daya keluarga : dana,
waktu, fasilitas ada.
Sumber daya
perawat
:
referensi, fasilitas ada, jarak
Puskesmas dekat.
Sumber
daya
masyarakat
:peduli dengan memberi saransaran, tapi tidak dapat berbuat
banyak.
Keadaan balita sehat dan tidak
ada keluhan.
Masalah tidak rumit.
Tindakan yang sudah dilakukan
sekarang sangat mendukung.
Anggota keluarga berperan
terhadap perawatan balita di
rumah, sebatas kemampuan dan
pengetahuan mereka.
Keluarga
merasa
sangat
membutuhkan
informasiinformasi yang berhubungan
dengan kesehatan balita.

2 2/3

Dari hasil skoring di maka urutan prioritas pemecahan masalah adalah :


1. Potensial peningkatan status kesehatan ibu menyusui pada keluarga Tn S.
Data Subjektif

Ny Sr mengatakan, ASI saya lancar Mbak, anak saya juga minumnya


banyak.

Ny Sr juga mengatakan, Kalau sekarang saya belum berani memberi


minuman lain selain ASI, katanya menunggu sampai 4 bulan baru boleh
diberikan yang lain, iya to Mbak?.

Ny Sr mengatakan, Rencananya saya akan menyusui sampai usia 2 tahun.

Ny Sr mengatakan, Saya belum pernah dikasih tahu tentang senam nifas dan
perawatan payudara.

Data Objektif

Ny Sr menyusui bayinya dengan benar

Ny Sr sudah mengetahui lama pemberian ASI dan PASI

Ny Sr belum mengetahui tentang senam nifas dan perawatan payudara selama


hamil maupun selama menyusui

2. Potensial peningkatan status kesehatan balita pada keluarga Tn S.


Data Subyektif

Ny Sr mengatakan, Alhamdulillaah Mbak, anak saya selalu sehat dan tidak


minya sakit Mbak.
22

Data Obyektif

b.

Bayi Ar berusia 1,5 bulan

BB sekarang : 5,3 kg

BBL : 3 kg

N : 100x/mnt

RR : 44x/mnt

Badan nampak bersih

Perencanaan Keperawatan

1. Perencanaan Dx 1. Potensial peningkatan status kesehatan ibu menyusui pada


keluarga Tn S.
No
1

Diagnosa
Keperawatan
Potensial
peningkatan
status kesehatan
ibu menyusui
pada kyteluarga
Tn S

Tujuan

Intervensi

Tujuan Umum :
Status kesehatan ibu
menyusui (Ny Sr) pada
keluarga Tn S meningkat
setelah dilakukan asuhan
keperawatan keluarga
selama 3 minggu.
Tujuan Khusus :
Keluarga Tn S mampu :
1. Menjelaskan
perawatan pada ibu
menyusui
2. Menjelaskan dan
mempraktikkan
perawatan pada
payudara

23

1. Kaji pengetahuan keluarga tentang


perawatan ibu menyusui
2. Kaji sumber daya, tenaga, biaya, waktu,
dan fasilitas/peralatan yang dimiliki
keluarga untuk melakukan perawatan
pada ibu menyusui
3. Diskusikan dengan keluarga mengenai
perawatan ibu menyusui
4. Ajarkan perawatan-perawatan pada ibu
menyusui : cara menyusui yang benar,
perawatan payudara, gizi pada ibu
menyusui
5. Demonstrasikan cara menyusui yang
benar, dan perawatan payudara selama
menyusui
6. Anjurkan keluarga melakukan perawatan
secara rutin
7. Dampingi keluarga saat melakukan
perawatan yang pertama kali setelah
diajarkan
8. Beri penekanan ulang kepada keluarga
pentingnya melakukan perawatan pada
masa menyusui
9. Evaluasi cara-cara perawatan selama
menyusui
10. Berikan reinforcement positif atas
keberhasilan keluarga dalam usaha
perawatan yang telah dilakukan

2. Perefdncanaan Dx 2. Potensial peningkatan status kesehatan balita pada keluarga


Tn S.
No
2

Diagnosa
Keperawatan
Potensial
peningkatan
status kesehatan
balita pada
keluarga Tn S

Tujuan

Intervensi

Tujuan Umum :
Status kesehatan balita
(Bayi Ar) pada keluarga
Tn S meningkat setelah
dilakukan asuhan
keperawatan keluarga
selama 3 minggu.
Tujuan Khusus :
Keluarga Tn S mampu :
a. Menjelaskan
perawatan balita
b. Menjelaskan gizi
yang seimbang untuk
belita

II.

11. Kaji pengetahuan keluarga tentang


perawatan pada balita
12. Kaji sumber daya, tenaga, biaya, waktu,
dan fasilitas/peralatan yang dimiliki
keluarga untuk melakukan perawatan
pada balita
13. Diskusikan dengan keluarga mengenai
perawatan balita
14. Ajarkan perawatan-perawatan pada balita
: pemberian ASI eksklusif, pemberian
PASI, manfaat ASI, kebersihan diri
balita, tumbuh kembang anak, penyakitpenyakit yang sering menyerang balita
dan cara penanganannya
15. Anjurkan keluarga melakukan
perawatan-perawatan pada balita yang
telah diajarkan
16. Dampingi keluarga saat melakukan
perawatan yang pertama kali setelah
diajarkan
17. Beri penekanan ulang kepada keluarga
pentingnya melakukan perawatan pada
balita
18. Evaluasi cara-cara perawatan balita
19. Berikan reinforcement positif atas
keberhasilan keluarga dalam usaha
perawatan yang telah dilakukan

PELAKSANAAN/IMPLEMENTAS
No
1

Pelaksanaan
Sabtu, 7 Agustus 2004 jam 16.0016.45 WIB
Memberi penyuluhan tentang
perawatan kesehatan ibu menyusui

Evaluasi
Struktur :
1. Keluarga bapak S terutama ibu Sr dapat bekerja
sama dengan mahasiswa
2. Keluarga bapak s terutama ibu Sr mengerti
maksud dan tujuan kunjungan hari ini
Proses :
1. Keluarga dapat terlihat aktif dalam diskusi
2. Keluarga dapat memberikan respons verbal dan
nonverbal secara baik
3. Keluarga ingin diajarkan cara perawatan
payudara
Hasil :
1. Keluarga dapat menjelaskan tentang cara
perawatan pada ibu menyusui
2. Keluarga dapat memperaktikkan perawatan
payudara

24

Sabtu, 7 Agustus 2004 jam 16.0016.45 WIB

Member penyuluhan
tentang perawatan dan
pemberian gizi balita

Struktur :
1. Keluarga bapak S terutama ibu Sr dapat
bekerja sama dengan mahasiswa
2. Keluarga bapak s terutama ibu Sr mengerti
maksud dan tujuan kunjungan hari ini
Proses :
1. Keluarga dapat terlihat aktif dalam diskusi
2. Keluarga dapat memberikan respons verbal
dan nonverbal secara baik
3. Keluarga sangat antusias dengan diskusi dan
ingin tahu cara perawatan balita
4. Keluarga ingin diberitahu tentang gizi
seibang pada balita
Hasil :
1. Keluarga dapat menjelaskan perawatan dan
pemberian gizi pada balita
2. Keluarga belum bisa memberi gizi yang
yang lebih karena ekonomi keluarga lemah

25

BAB IV
Penutup
A. Kesimpulan
1. Pemberian ASI oleh ibu melahirkan dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial budaya,
psikologis, fisik si ibu, kurangnya petugas kesehatan dan gencarnya promosi susu
kaleng.
2. Terdapat kecenderungan menurunnya lamanya menyusui. Hal ini ada kaitan tingkat
partisipasi wanita dalam angkatan kerja maupun akibat gencarnya promosi dari
periklanan susu buatan serta luasnya distribusi susu buatan.
3.

Masih kurang pengetahuan ibu terhadap manfaat-manfaat ASI pada anaknya dimana
sering dijumpai kebiasaan yang bertentangan dalam hal pemberian ASI

4. Kecenderungan menurunnya angka ibu menyusui terutama di kota-kota besar


diakibatkan oleh gencarnya promosi dan luasnya distribusi susu kaleng.
5. Peranan, sikap dan perhatian petugas kesehatan sangat diperlukan berkaitan dengan
menyusui.
6. Pendidikan kesehatan pada keluarga (masyarakat) dapat dilakukan oleh petugas
melalui beberapa cara antara lain: kerjasama dengan dukun bersalin, bekerja melalui
kelompok dalam masyarakat, menyuluh ibu-ibu yang datang ke BKIA, melalui
penggunaan media dan melalui selebaran atau poster.
B. Saran
1. Hendaknya praktek-praktek promosi pemberian ASI dikontrol seketat mungkin agar
tidak menyesatkan masyarakat.
2. Hendaknya petugas masyarakat mengurangi pemberian pemasaran susu botol kepada
ibu bayi.
3.

Jumlah tenaga kesehatan seharusnya ditambah agar pengetahuan masyarakat


mengenai pemberian ASI akan Meningkat

26

Daftar Pustaka
http://askep-keluarga-pada-ibu-menyusui-com
Manuaba, Ida Bagus.1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan. EGC: Jakarta.
Purwabti, Hubertin Sri. 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. EGC: Jakarta.
Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga. EGC: Jakarta.
Carpenito. 2001. Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta.
www.yahoo.com. Siregar, Arifin. 2004. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI
oleh Ibu Melahirkan.

27

You might also like