Professional Documents
Culture Documents
K M B II
Dosen : Agustina Nugrahini,.S.Kep, Ns
Oleh :
MARDIONO
NIM. 2011.02B.C.00016
a. Pengertian
Otitis media akut pada umumnya sering terjadi pada anak-anak. Pasalnya
saluran eustachia anak lebih pendek dari orang dewasa sehingga bakteri dan virus
mudah masuk ketelinga tengah. Tetapi penyakit iti bisa juga terjadi pada orang
dewasa.
Otitis media akut (OMA) adalah pada rongga telinga tengah, sering diderita
oleh bayi dan anak-anak peneybabnya infeksi virus atau bakteri. Pada penyakit
bawaan seperti down syndrome dan anak dengan alergi sering terjadi. Terapi
antibiotika dan kunjungan ke dokter THT dalam proses perbaikan sangat di
sarankan
Pada anak-anak otitis menyebabkan mereka menjadi rewel, sering
menggaruk dan menaik telinga, demam muntah serta keluar cairan dari telinga. Hal
serupa juga bisa terjadi pada orang dewasa, sering kali disertai pusing dan
kehilangan keseimbngan.
Pada otitis ekternam, telingan dan saluran menjadi merah dan membengkak
sehingga nyeri apabila disentuh. Kadang juga keluar cairan, rasa penuh pada
telinga, serta kehilangan pendengaran.
Otitis media akut merupakan peradangan telinga bagian tengah yang terjadi
kurang dari 6 minggu.
b. Etiologi
Penyebab otitis media adalh virus atau bakteri piogenik (seperti
streptococcus hemolyticus, staphylococcus aereus, pneumokok, H.influenza,
E.coli, P.vulgaris dan P.aeruginosa). Bisa juga akibat alergi, pemebesaran adenoid
(jaringan limpoid dirongga tekak bagian atas) maupun batuk pilek
Factor pencetus terjadinya otitis media akut yaitu infeksi saluran nafas atas,
gangguan factor pertahanan tubuh serta usia pasien (terutama penderita pada anakanak).
Peradangan telinga tengah biasanya juga disebabkan oleh kelainan
Nasofaring.
e. Komplikasi
Ketulian sementara / menetap
Mastoiditis
Abses subperiosteal
Meningitis
Abses otak
Radang otak
Infeksi pada tulang di sekitar telinga tengah (mastoiditis atau petrositis)
Labirintitis (infeksi pada kanalis semisirkuler)
f. Penatalaksanaan
Terapi tergantung pada stadium penyakitnya, pengobatan pada stadium awal
ditunjukan untuk mengobati infeksi saluran nafas, dengan pemberian antibiotik,
dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik. Dapat diberikan preparat topical
berupa tetes telinga.
Oklusi tuba eustachius terapi : Obat tetes hidung & antibiotic
Hipermis terapi
Supurasi terapi
Perforasi terapi
Resolusi terapi
: Antibiotik
Pengobatan biasanya dengan antibiotic oral, bisa juga dengan tetes telinga
mengandung antibiotic untuk membunuh bakteri. Jika penyebab jamur diberi anti
jamur. Seringkali dikter memberikan obat pelega pernafasan, antihidtamin maupun
penghilang nyeri sesuai kebutuhan.
Penderita disarankan beristirahat untuk menungkatkan kondisi tubuh,
minum banayk 6-8 gelas/hari terutama jika ada demam.
Jika obat-abatan tidak efektif dokter akan melakukan miringotomi, insisi
(irisa kecil) pada gendang telinga untuk mengeluarkan cairan yang terkumpul
dibelakangnya, serta menghilangkan nyeri.
g. Pemeriksaan Medis
Pemeriksaan gendang telinga tampak tertarik kedalam dan warna agak
keemasan karena ada cairan.
Pemeriksaan garpu tala mengalami tuli konduktif
Pemeriksaan hidung dan tenggorokan menunjukkan penyumbatan tuba
eustachius
Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar
Timpanogram untuk mengukur keseuaian dan kekakuan membrane timpani
Kultur dan uji sensitifitas; dilakukan bila dilakukan timpanosentesis
(Aspirasi jarum dari telinga tengah melalui membrane timpani)
h. Asuhan keperawatan
1. Pengumpulan Data
2. Pengkajian Persistem
Tanda-tanda vital : Suhu meningkat, keluarnya otore
B2 ( Blood )
: Nadi meningkat
B3 (Brain)
B5 (Bowel)
: Nausea vomiting
B6 (Bone)
: Malaise, alergi
3. Pengkajian Psikososial
Nyeri otore berpengaruh pada interaksi
Aktivitas terbatas
Takut menghadapi tindakan pembedahan
4. Pemeriksaan diagnostik
Tes audiometri : pendengaran menurun
Xray : terhadap kondisi patologi, misal kolestetoma, kekaburan mastoid
5. Pemeriksaan pendengaran
Tes suara bisikan, tes garputala
RENCANA KEPERAWATAN
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan / Kriteria
1. Nyeri berhubungan dengan proses Tujuan : Nyeri yang dirasakan
klien berkurang rasa
peradangan
1.
Perencanaan
Intervensi
Ajarkan klien untuk
1.
Rasional
Metode pengalihan suasana
klien
2.
area telinga
3.
3.
4.
kolaborasi, beri
4.
No
Diagnosa Keperawatan
2. Gangguan komunikasi
berhubungan dengan efek
kehilangan pendengaran
Tujuan / Kriteria
Tujuan : Gangguan komunikasi
berkurang / hilang
1.
Perencanaan
Intervensi
Dapatkan apa metode
1.
Rasional
Dengan mengetahui metode
2.
3.
3.
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan / Kriteria
pemahaman
secara tepat.
Perencanaan
Intervensi
Rasional
tepat
3.
4.
dilindungi
3. Diagnosa dini terhadap keadaan
lanjut
permanen
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan / Kriteria
Perencanaan
Intervensi
Rasional
No
5
Perencanaan
Tujuan / Kriteria
Intervensi
Rasional
Kurangnya pengetahuan mengenai Tujuan : Klien akan mempunyai 1. Ajarkan klien mengganti balutan 1. Pendidikan kesehatan tenyang cara
pengobatan dan pencegahan
pemahaman yang baik tentang
dan menggunakan antibiotik
mengganti balutan dapat
kekambuhan
pengobatan dan cara pencegahan
secara kontinyu sesuai aturan.
meningkatkan pemahaman klien
kekambuhan.
sehingga dapat berpartisipasi dalam
2. Beritahu komplikasi yang
pencegahan kekambuhan.
mungkin timbul dan bagaimana 2. pemahaman tentang komplikasi
Kriteria hasil : Klien paham
cara melaporkannya
yang dapat terjadi pada klien dapat
mengenai pengobatan dan
membantu klien dan keluarga untuk
pencegahan kekambuhan
melaporkan ke tenaga kesehatan
3. Tekankan hal-hal yang penting
sehingga dapat dengan cepat
yang perlu ditindak lanjuti /
ditangani.
evaluasi pendengaran.
3. follow up sangat penting dilakukan
oleh anak karena dapat mengetahui
perkembangan penyakit dan
mencegah terjadinya kekambuhan.
Diagnosa Keperawatan
REFERENSI
Carpenito,Lynda Juall.2006.Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Edisi 10.EGC:Jakarta
Efendi, Narrul.1995. Pengantar Proses Keperawatan. Jakarta : EGC
Efiaty Arsyad, S, Nurbaiti Iskandar. 1997. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung
Tenggorokan, Edisi III, Jakarta: FKUI
FKUI.2000.Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III. Jakarta : Media Auscataplus
George L, Adams.1997.Buku Ajar Penyakit THT.Edisi 6.EGC:Jakarta
Marilynn E, Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta: EGC
Marthi D.2000. Rencanan Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Nanda. 2005. Definisi dan klasifikasi, Jakarta: Prima Medika
Rothrock, C.J.(2000).Perencanaan Asuha
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Jakarta: EGC