Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
akhir dari pembedahan. Klien akan lebih mampu bekerja sama dan berpartisipasi dalam
perawatan jika perawat memberi informasi tentang peristiwa yang terjadi sebelum dan
sesudah pembedahan. Penyuluhan perioperatif in akan membantu mengurangi rasa takut
akibat ketidaktahuan klien dan keluarga dan akan mengurangi masa rawat di rumah sakit,
mengurangi penggunaan analgesic pascaoperatif dan klien dapat mematuhi aturan
pascaoperataif {Dalayon,1994).
Klien akan bertemu dengan beberapa anggota tim kesehatan, antara lain dokter
bedah, perawat anastesi atau ahli anastesi, petugas fisioterapi dan perawat. Semuanya
berperan dalam asuhan keperawatan dan pemulihan klien. Perawat mengkaji kesehatan
fisik dan emosional klien, mengetahui tingkat resiko pembedahan mengordinasi berbagai
pemeriksaan diagnostik, mnegidentifikasi diagnosa keperawatan yang menggambarkan
kebutuhan klien dan keluarga, mempersiapkan kondisi fisik dan mental klien untuk
menghadapi pembedahan, serta mengomunikasikan informasi yang berkaitan dengan
pembedahan kepada tim bedah.
1.2 Tujuan
2
Tujuan Umum
Agar Mahasiswa mengetahui, mengerti, dan mampu melaksanakan tugas perawat
dalam memberikan pelayan kepada pasien.
3
Tujuan Khusus
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, adalah agar mahasiswa atau pembaca
memperoleh pengetahuan tentang:
1. Dapat mengetahui kebutuhan cairan dan elektrolit pasien operasi.
2. Mampu memonitoring kebutuhan perioperatif.
3. Dapat mengetahui konsep luka.
4. Mengetahui jenis-jenis penutupan luka.
Manfaat
1
Bagi Mahasiswa
1. Mahasiswa dapat mengembangkan pola pikir ilmiah
dalam
3. Mahasiswa
dapat
melakukan
pengkajian,
menegakkan
dan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian.
Air (H2O) merupakan komponen utama yang paling banyak terdapat di
dalam tubuh manusia. Sekitar 60% dari total berat badan orang dewasa terdiri
dari air. Namun bergantung kepada kandungan lemak dan otot yang terdapat di
dalam tubuh, nilai persentase ini dapat bervariasi antara 50-70% dari total berat
badan orang dewasa. Oleh karena itu maka tubuh yang terlatih dan terbiasa
berolahraga seperti tubuh seorang atlet biasanya akan mengandung lebih banyak
air jika dibandingkan tubuh nonatlet.
Table 1: perubahan cairan tubuh sesuai total usia
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Usia
Kilogram berat (%)
Bayi premature
80
3 bulan
70
6 bulan
60
1-2 tahun
59
11-16 tahun
58
Dewasa
58-60
Dewasa dengan obesitas
40-50
Dewasa kurus
70-75
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi
Cairan intraseluler
Cairan ektraseluler(CES)
dari
adalah
volume
cairan intraselular.
cairan
tubuh
total.
Ini
hampir
sel
diseluruh
tubuh,
sedangkan
cairan
Body 100%
Tissue 40%
Water 60%(100)
Extraseluler space
20%(40)
Intraseluler space
40%(60)
Interstisial space
15%(30)
Intravascular space
5%(10)
C. Fungsi cairan
Komponen yang paling bsar dalam tubuh manusia adalah air yang
mempunyai fungsi yang sangat besar .fungsi cairan antra lain
a. Transportasi nutrin, partikel kimiawi, partikel adarah, energy, dan lain-lain
b. Pengatur suhu tubuh
c. Pembentuk struktur tubuh
d. Kekurangan cairan dapat menyebabkan kematian sel. Sementara unit dasar
fungsional tubuh adalah sel. Sel-sel ini yang membentuk struktur tubuh.
Dengan demikian keberlansungan proses pembentukan atau pebaikan
jaringan tubuh tidak terlepas dari peranan cairan tubuh.
e. Memfasilitasi reaksi kimia dalam tubuh, misalnya metabolism tubuh.
D. Sistem Tubuh yang Berperan.
Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh
ginjal, kulit, paru, dan gastrointestinal.
a. Ginjal
Organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur kebutuhan
cairan dan elektrolit.Fungsi ginjal, yaitu sebagai pengatur air, pengatur
konsentrasi garam dalam darah, pengatur keseimbangan asam basa darah,
dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini di awali oleh
kemampuan bagian ginjal, seperti glomerulus, dalam menyaring cairan.
Rata-rata setiap satu liter darah mengandung 500 cc plasma yang mengalir
melalui glomerulus, 16 % disaring keluar. Cairan yang tersaring (filtrate
glomerulus),kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang sel-selnya
menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi
6
dalam
mengeluarkan
cairan
dengan
menghasilkan
E.
perpindahan
zat
larutan
lain
melalui
membrane
solven
osmosis
adalah
penting
larutannya.Proses
dalam
mengatur
adalah
kepekatan
cara
larutan
untk
dengan
dalam
mengatur
keseimbangan
cc/hari.
Penagturan
mekanisme
keseimbangan
cairan
ini
Kation:
b.Anion:
10
1. Sodium (Na+)
1. Chloride (Cl -)
Kation berlebih di ruang
Kadar berlebih di ruang
ekstraseluler.
ekstrasel
Sodium
penyeimbang
Membantu
proses
cairan
di
ruang
keseimbangan natrium
300ml
metabolism
FLUID LOSES
Kidneys
1200-
1500 ml
Oralfluids
1100-1400 ml
Skin
TOTAL
2200-2700 ml
ml
TOTAL
2700 ml
500-600
2200-
akibat
muntah,
jaringan
lunak,
infeksi,
inflamasi
jaringan,
peritonitis,
dari
natrium
menjadi
isonatremik
(130-150
mEq/L),
natrium
volume intravascular
Dehidrasi hipertonis (hipernatremik) terjadi ketika kehilangan
cairan dengan kandungan natrium ebih sedikit dari darah (kehilangan
cairan hipotonis). Secara garis besar terjadi kehilangan air yang lebih
banyak dibandingkan natrium yang hilang. Karena kadar natrium tinggi,
13
air
di
kompartemen
ekstraskular
berpindah
ke
kompartemen
Dewasa
4%
6%
Anak
4% - 5 %
5% - 10 %
8%
10% - 15 %
Shock
15-20%
15-20%
Kelebihan volume
Kelebihan volume cairan ekstra selular merupakan suatu kondisi
akibat iatrogenik (pemberian cairan intra vena seperti NaCl yang
menyebabkan kelebihan air dan NaCl ataupun pemberian cairan
intravena glukosa yang menyebabkan kelebihan air) ataupun dapat
sekunder akibat insufisiensi renal (gangguan pada GFR), sirosis, atau
pungagal jantung kongestif. Kelebihan cairan intaseluler dapat terjadi
jika terjadi kelebihan cairan tetapi jumlah NaCl tetap atau berkurang.
b. Perubahan konsentrasi
Hiponatremia.
Jika<120mg/L maka akan timbul gejala disorientasi, gangguan
mental,letargi, iritabilitas,lemah dan henti pernafasan, sedangkan jika
kadar<110mg/L maka akan timbul gejala kejang, koma. Hiponatremia
ini dapat disebabkan oleh euvolemia (SIADH, polidipsi psikogenik),
hipovolemia (disfungsi tubuli ginjal, diare, muntah, third space losses,
diuretika), hipervolemia (sirosis, nefrosis). Keadaan ini dapat di terapi
dengan restriksi cairan (Na+125mg/L) atau NaCl 3% sebanyak (140-X)
x BB x 0,6 mg dan untuk pediatrik 1,5-2,5 mg/kg. Koreksi hiponatremia
yang sudah berlangsung lama dilakukan scara perlahan- lahan,
sedangkan untuk hiponatremia akut lebih agresif. Untuk menghitung Na
serum yang dibutuhkan dapat menggunakan rumus.
Na=Na0 x TBW
Na = Jumlah Na yang diperlukan untuk koreksi (mEq)
Na1 = 125 mEq/L atau Na serum yang diinginkan
Na0 =: Na serum yang aktual
14
K0
= serumkaliumyang terukur
BB
Hiperkalemia
Terjadi jika kadar kalium>5mEq/L, sering terjadi karena
insufisiensi renal atau obat yang membatasi ekskresi kalium (NSAIDs,
ACE-inhibitor, siklosporin, diuretik). Tanda dan gejalanya terutama
melibatkan susunan saraf pusat (parestesia, kelemahanotot) dan sistem
kardiovaskular (disritmik, perubahan EKG).Terapi untuk hyperkalemia
dapat berupa intravena kalsium klorida10% dalam10menit,sodium
bikarbona t50-100mEq dalam5-10menit,atau diuretik, hemodialysis.
15
2.1.2
Cairan Perioperative
A. Gangguan dalam keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan hal yang
umum terjadi pada pasien bedah karena kombinasi dari faktor-faktor
preoperatif, perioperatif dan postoperatif. Faktor-faktor preoperative:
a. Kondisi yang telah ada
Diabetes mellitus, penyakit hepar,atau insufisiensi renal dapat diperburuk
oleh stress akibat operasi.
b. Prosedur diagnostic
Arteri ogran atau pyelogram intravena yang memerlukan marke rintravena
dapat menyebabkan ekskresi cairan dan elektrolit urin yang tidak normal
karena efek diuresis osmotik.
c. Pemberian obat
Pemberian obat seperti steroid dan diuretic dapat mempengaruhi eksresi
air dan elektrolit
d. Preparasi bedah
Enema atau laksatif dapat menyebabkan peningkatan kehilangan air dan
elekrolit dari traktus gastrointestinal.
e. Penanganan medis terhadap kondisi yang telah ada
f. Restriksi cairan preoperative
Selama periode 6 jam restriksi cairan,pasien dewasa yang sehat
kehilangan cairan sekitar 300-500mL. Kehilangan cairan dapat meningkat
jika pasien menderita demam atau adanya kehilangan abnormal cairan.
g. Defisit cairan yang telah ada sebelumnya.
Harus dikoreksi sebelum operasi untuk meminimalkan efek dari anestesi.
B. Faktor Perioperatif
a. Induksi anestesi
Dapat menyebabkan terjadinya hipotensi pada pasien dengan
hipovolemia preoperatif karena hilangnya mekanisme kompensasi seperti
takikardia dan vasokonstriksi.
b. Kehilangan darah yang abnormal.
Kehilangan abnormal cairan ekstra selular ke thirdspace(contohnya
kehilangan cairan ekstraselular ke dinding dan lumen usus saat operasi)
c. Kehilangan cairan akibat evaporasi dari luka operasi (biasanya pada luka
operasi yang besar dan prosedur operasi yang berkepanjangan.
C. Faktor post operatif:
a. Stres akibat operasi dannyeri pasca operasi.
b. Peningkatan katabolisme jaringan
c. Penurunan volume sirkulasi yang efektif.
d. Risiko atau adanya ileus postoperatif
16
D. Gangguan cairan, elektrolit dan asam basa yang potensial terjadi perioperatif
adalah
a. Hiperkalemia
b. Asidosis metabolik
c. Alkalosis metabolic
d. Asidosis respiratorik
e. Alkalosisrepiratorik
E. Patofisiologi
Trauma, pembedahan dan anestesi akan menimbulkan perubahanperubahan pada keseimbangan air dan metabolism yang dapat berlangsung
sampai beberapa hari pasca trauma atau bedah. Perubahan-perubahan tersebut
terutama sebagai akibat dari:
a. kerusakan sel di lokasi pembedahan
b. Kehilangan dan perpindahan cairan baik lokal maupun umum
c. Pengaruh puasa pra bedah, selama pembedahan dan pasca bedah
d. Terjadi peningkatan metabolisme, kerusakan jaringan dan
fase
penyembuhan
Perubahan yang terjadi meliputi perubahan-perubahan hormonal
seperti:
ketakutan.
Kadar glukagon dalam plasma juga meningkat
Sekresi hormone dari kelenjar pituitary aanterior jugam engalami
peningkatan yaitu growth hormone dan adrenocorticotropic chormone
(ACTH). Trauma atau stres akan merangsang
hipotalamus sehingga
yang
mengekskresikan
freewater
atau
untukm
Dextrose
in
Tonicity
Na+
Cl-
K+
Ca2
Glucose
Lactate
(mosml/L)
(mEq/L)
(mEq/L)
(mEq/L)
(mEq/L)
(g/L
(mEq/L
)5
Hypo(253)
water
(D5W)
Normal saline
Iso(308)
154
154
D5 NS
Iso(330)
38,5
38,5
50
D5 NS
Hyper(407)
77
77
50
D5NS
Hyper(561)
154
154
50
Lactated
Iso(273)
130
109
Hyper(525)
130
109
28
Ringers
Injection(RL)
D5LR
50
28
NaCl
0,9%,
tetapi bila
Fraksi
60.000-70.000
kekentalan
(viskositas)
darah.
Selain
itu
Dextran
melancarkan
aliran
darah.
Pemberian
Dextran
melebihi
Ada 3 macamgelatin,yaitu:
modified fluid gelatin (Plasmion dan Hemacell)
Urea linked gelatin
Oxypoly gelatin
Merupakan plasma expanders dan banyak digunakan pada
penderita gawat. Walaupun dapat menimbulkan reaksi anafilaktik
(jarang) terutama dari golongan urea linked gelati
Tabel. Crystalloid versus colloid
Crystalloid
Colloid
21
Advantages
Inexpensive
Moresustained
increase
(qintravascular
intravascullar
hr)
Maintain
trauma/hemorrhage.
Requiressmaller
Expandsintravascular
Lessperipheral
retained intravascularly)
(more
intravascullar)
fluid
orqplasma
volume
edema
remains
Expensive
incidence
pulmonary edema
coagulopathy
volume
potentiate
fluid
loss to the cairan
Dehidrasi Requireslarge
hipotonis (hiponatremik)
terjadi
ketika
kehilangan
dengan kandungan natrium lebih banyak dari darah (kehilangan cairan
hipertonis). Secara garis besar terjadi kehilangan natriumyang lebih banyak
dibandingkan air yang hilang. Karena kadar natrium serum rendah, air
dikomparteme intravascular berpindah ke kompartemen ekstravaskular, sehingga
menyebabkan
penurunan
volume
intravascular.
Dehidrasi
hipertonis
keragaman
fungsi
keperawatan
yang
berkaitan
dengan
keragaman
adalah
fungsi
istilah
yang
digunakan
keperawatan
yang
berkaitan
untuk
dengan
keringat (lewatkulit) dan pengeluaran lewat paru atau dikenal dengan insensible
water losses. Cairan yang hilang ini pada umumnya bersifat hipotonus (air lebih
banyak dibandingkan elektrolit).
Defisit cairan dan elektrolit pra bedah dapat
timbul
akibat
Dehidrasi pada fase ini terjadi jika kehilangan kira-kira 2% BB (1500 ml air).
Fase moderat, ditandai rasa haus. Mukosa kering otot lemah, nadi cepat dan
seperti garam fisiologis, Ringer Laktat dan Dextrose. Pada penderita yang karena
penyakitnya tidak mendapat nutrisi yang cukup maka sebaiknya diberikan nutrisi
enteral atau parenteral lebih dini lagi.
Untuk mengganti cairan yang hilang, cairan preoperatif diberikan dalam
bentuk cairan pemeliharaan, pada dewasa 2 ml/kgBB/jam. Atau 60 ml ditambah 1
ml/kgBB untuk berat badan lebih dari 20 kg. Pada anak-anak 4 ml/kg pada 10 kg
BB I, ditambah 2 ml/kg untuk 10 kgBB II, dan ditambah 1 ml/kg untuk berat
badan sisanya.
Kecuali penilaian terhadap keadaan umum dan kardiovaskuler, tanda
rehidrasi tercapai ialah dengan adanya produksi urine 0,5-1 ml/kgBB.
Persiapan pembedahan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yang meliputi
persiapan psikologi baik pasien maupun keluarga dan persiapan fisiologi (khusus
pasien).
a. Persiapan Psikologi
24
Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi emosinya tidak
stabil. Hal ini dapat disebabkan karena :
a. Takut akan perasaan sakit, narcosa atau hasilnya.
b. Keadaan sosial ekonomi dari keluarga. Penyuluhan merupakan fungsi
penting dari perawat pada fase pra bedah dan dapat mengurangi cemas
pasien. Hal-hal dibawah ini penyuluhan yang dapat diberikan kepada pasien
pra bedah.
Penjelasan tentang peristiwa
Informasi yang dapat membantu pasien dan keluarganya sebelum operasi :
- Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi (alasan persiapan).
- Hal-hal yang rutin sebelum operasi.
- Alat-alat khusus yang diperlukan
- Pengiriman ke ruang bedah.
- Ruang pemulihan.
- Kemungkinan pengobatan-pengobatan setelah operasi
- Perlu peningkatan mobilitas sedini mungkin.
- Perlu kebebasan saluran nafas.
- Antisipasi pengobatan.
- Bernafas dalam dan latihan batuk Latihan kaki Mobilitas
- Membantu kenyamanan
b. Persiapan Fisiologi
a) Diet 8 jam menjelang operasi pasien tidak diperbolehkan makan, 4 jam
sebelum operasi pasien tidak diperbolehkan minum, (puasa) pada operasi
dengan anaesthesi umum. Pada pasien dengan anaesthesi lokal atau spinal
anaesthesi makanan ringan diperbolehkan. Bahaya yang sering terjadi
akibat makan/minum sebelum pembedahan antara lain :
- Aspirasi pada saat pembedahan
- Mengotori meja operasi.
- Mengganggu jalannya operasi.
b) Persiapan Perut.
Pemberian leuknol/lavement sebelum operasi dilakukan pada bedah
saluran pencernaan atau pelvis daerah periferal.Untuk pembedahan pada
saluran pencernaan dilakukan 2 kali yaitu pada waktu sore dan pagi hari
menjelang operasi. Maksud dari pemberian lavement antara lain :
- Mencegah cidera kolon
- Memungkinkan visualisasi yang lebih baik pada daerah yang akan
dioperasi.
- Mencegah konstipasi.
- Mencegah infeksi.
c) Persiapan Kulit
Daerah yang akan dioperasi harus bebas dari rambut. Pencukuran
dilakukan pada waktu malam menjelang operasi. Rambut pubis dicukur
25
bila perlu saja, lemak dan kotoran harus terbebas dari daerah kulit yang
akan dioperasi. Luas daerah yang dicukur sekurang-kurangnya 10-20 cm2.
d) Hasil Pemeriksaan.
Meliputi hasil laboratorium, foto roentgen, ECG, USG dan lain-lain.
e) Persetujuan Operasi / Informed Consent.
f) Izin tertulis dari pasien / keluarga harus tersedia. Persetujuan bisa didapat
dari keluarga dekat yaitu suami / istri, anak tertua, orang tua dan kelurga
terdekat. Pada kasus gawat darurat ahli bedah mempunyai wewenang
untuk melaksanakan operasi tanpa surat izin tertulis dari pasien atau
keluarga, setelah dilakukan berbagai usaha untuk mendapat kontak dengan
anggota keluarga pada sisa waktu yang masih mungkin.
c. Persiapan Akhir Sebelum Operasi Di Kamar Operasi (Serah terima dengan
perawat OK)
1. Mencegah Cidera
Untuk melindungi pasien dari kesalahan identifikasi atau cidera perlu
dilakukan hal tersebut di bawah ini :Cek daerah kulit / persiapan kulit dan
persiapan perut (lavement).Cek gelang identitas / identifikasi pasien.Lepas
tusuk konde dan wig dan tutup kepala/peci. Lepas perhiasan Bersihkan cat
kuku.Kontak lensa harus dilepas dan diamankan.Protesa (gigi palsu, mata
palsu) harus dilepas.Alat pendengaran boleh terpasang bila pasien kurang/
ada gangguan pendengaran.Kaus kaki anti emboli perlu dipasang pada
pasien yang beresiko terhadap tromboplebitis.Kandung kencing harus
sudah kosong.Status pasien beserta hasil-hasil pemeriksaan harus dicek
meliputi
- Catatan tentang persiapan kulit.
- Tanda-tanda vital (suhu, nadi, respirasi, TN).
- Pemberian premedikasi.
- Pengobatan rutin.
- Data antropometri (BB, TB).
- Informed Consent
- Pemeriksan laboratorium.
2. Pemberian Obat premedikasi
Obat-obat pra anaesthesi diberikan untuk mengurangi kecemasan,
memperlancar induksi dan untuk pengelolaan anaesthesi.Sedative
biasanya diberikan pada malam menjelang operasi agar pasien tidur
banyak dan mencegah terjadinya cemas.
Pengkajian Keperawatan Pra Bedah
a. Data Subyektif
26
penghayatan
dan
ketakutan-
ketakutan
akibat
penguapan
(evaporasi)
akan lebih banyak pada pembedahan dengan luka pembedahan yang luas dan lama.
Sedangkan perpindahan cairan atau lebih dikenal istilah perpindahan keruang
ketiga atau sequestrasi secara massif dapat berakibat terjadi defisit cairan
intravaskuler. Jaringan yang mengalami trauma, inflamasi atau infeksi dapat
mengakibatkan sequestrasi sejumlah cairan interstitial dan perpindahan cairan
keruangan serosa (ascites) atau kelumen usus. Akibatnya jumlah cairan ion
fungsional dalam ruang ekstraseluler meningkat. Pergeseran cairan yang terjadi
tidak dapat dicegah dengan cara membatasi cairan dan dapat
merugikan secara
yang
cm) mengandung
sebanyak
ml/kgBB/jam
28
untuk
kebutuhan
dasar
ditambah
Rates* (Crystallid)
Minor
0 3 ml/kg/hr
Moderate
Major
TendonRepair
Tympanoplasty
Hysterectomy
Inguinal
hernia
Totalhip replacement Abdominal
with peritonitis
6ml/kg/hr
case 9ml/kg/hr
Volume darah
Neonatus
*Prematur
*fullterm
Bayi
Dewasa
*Laki-laki
*Wanita
90 ml/kgBB
85 ml/kgBB
80 ml/kgB
75 ml/kgBB
65 ml/kgBB
29
transfusi
darah tetap
harus
d.
lain :
a. Memanage keamanan fisik pasien.
b. Mempertahankan prinsip dan teknik asepsis.
2.2.4 Monitoring post operatif
Keperawatan postoperatif
adalah
periode
akhir
dari
keperawatan
Padahari pertama
pasca
pemberian kalium karena adanya pelepasan kalium dari sel/jaringan yang rusak,
proses katabolisme dan transfusidarah.
dilepaskan aldosterone dan ADH yang cenderung menimbulkan retensi air dan
natrium. Oleh sebab itu, pada 2-3 hari pasca bedah tidak perlu pemberian
natrium. Penderita dengan keadaan umum baik dan trauma pembedahan
minimum, pemberian karbohidrat 100-150 mg/hari cukup memadai untuk
memenuhi kebutuhan kalori dan dapat menekan pemecahan protein sampai 50%
kada ralbumin harus dipertahankan melebihi 3,5 gr %.
Penggantian
cairan pasca bedah cukup dengan cairan hipotonis dan bila perlu larutan garam
isotonis.
makan.
b) Mengganti kehilangan cairan pada masa pasca bedah:
Akibat demam, kebutuhan cairan meningkat sekitar 15% setiap kenaikan1C
Suhu tubuh.
Adanya pengeluaran cairan lambung melalui sonde lambung atau muntah
Penderita denganhiperventilasi atau pernapasan melalui trakeostomi dan
humidifikasi.
c) Melanjutkan penggantiandefisit cairan pembedahan dan selama pembedahan
yangbelum selesai. Bila kadar hemoglobin kurang dari 10 gr %, sebaiknya
diberikan transfusi darah untuk memperbaiki daya angkut oksigen.
d) Koreksi terhadap gangguan keseimbangan yang disebabkan terapi cairan
tersebut.Monitoring organ-organ vital dilanjutkan secara seksama meliputi
tekanan darah, frekuensi nadi, diuresis, tingkat kesadaran, diameter pupil, jalan
nafas,frekuensi nafas, suhu tubuh dan warna kulit.
1. Faktor yang Berpengaruh Postoperatif
32
Ventilasi
dan
oksigenasi
dapat
Mobilisasi dini yang dapat dilakukan meliputi ROM, nafas dalam dan juga
batuk efektif yang penting untuk mengaktifkan kembali fungsi neuromuskuler
dan mengeluarkan sekret dan lendir.
d.
Rehabilitasi
Rehabilitasi diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien kembali.
Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam latihan spesifik yang diperlukan
untuk memaksimalkan kondisi pasien seperti sedia kala.
e. Discharge Planning.
- Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien
dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan
sehubungan dengan kondis/penyakitnya post operasi.
Ada 2 macam
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit ( Taylor, 1997).
Luka adalah keadaan hilang atau terputusnya kontinuitas jaringan yang disebabkan
banyak hal atau berbagai faktor.
Luka adalah keadaan hilang/terputusnya kontinuitas jaringan (Mansjoer,
2000:396). Menurut InETNA, luka adalah sebuah injuri pada jaringan yang
mengganggu proses selular normal, luka dapat juga dijabarkan dengan adanya
kerusakan pada kuntinuitas/kesatuan jaringan tubuh yang biasanya disertai dengan
kehilangan substansi jaringan.
Luka dapat diartikan sebagai gangguan atau kerusakan integritas dan fungsi
jaringan pada tubuh (suriadi 2007).
Luka adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau
organ tubuh lain (Kozier, 1995).
Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
2. Jenis Jenis Luka
a. Berdasarkan sifat luka, luka dibagi menjadi
1) luka disengaja: misalnya luka terkena radiasi atau bedah
2) luka tidak disengaja( trauma) juga dapat di bagi menjadi dua luka tertutup dan
luka terbuka. Disebut luka tertutup jika tidak terjadi robekan, sedengkan luka
terbuka jika terjadi robekan dan kelihatan seperti luka abrasio(luka akibat
gesekan), luka puncture (luka akibat tusukan), dan hautration (luka akibat alat
perwatan luka) (muttaqin Arief 2009)
b. Berdasarkan penyebabnya
Menurut Kozier, 1995, Taylor, 1997)
1) Vulnus ekskoriasi atau luka lecet/gores adalah cedera pada permukaan epidermis
akibat bersentuhan dengan benda berpermukaan kasar atau runcing. Luka ini
banyak dijumpai pada kejadian traumatik seperti kecelakaan lalu lintas, terjatuh
maupun benturan benda tajam ataupun tumpul.
2) Vulnus scissum adalah luka sayat atau iris yang di tandai dengan tepi luka berupa
garis lurus dan beraturan. Vulnus scissum biasanya dijumpai pada aktifitas seharihari seperti terkena pisau dapur, sayatan benda tajam ( seng, kaca ), dimana
bentuk luka teratur .
3) Vulnus laseratum atau luka robek adalah luka dengan tepi yang tidak beraturan
atau compang camping biasanya karena tarikan atau goresan benda tumpul. Luka
35
ini dapat kita jumpai pada kejadian kecelakaan lalu lintas dimana bentuk luka
tidak beraturan dan kotor, kedalaman luka bisa menembus lapisan mukosa hingga
lapisan otot.
4) Vulnus punctum atau luka tusuk adalah luka akibat tusukan benda runcing yang
biasanya kedalaman luka lebih dari pada lebarnya. Misalnya tusukan pisau yang
menembus lapisan otot, tusukan paku dan benda-benda tajam lainnya.
Kesemuanya menimbulkan efek tusukan yang dalam dengan permukaan luka
tidak begitu lebar.
5) Vulnus morsum adalah luka karena gigitan binatang. Luka gigitan hewan
memiliki bentuk permukaan luka yang mengikuti gigi hewan yang menggigit.
Dengan kedalaman luka juga menyesuaikan gigitan hewan tersebut.
6) Vulnus combutio adalah luka karena terbakar oleh api atau cairan panas maupun
sengatan arus listrik. Vulnus combutio memiliki bentuk luka yang tidak beraturan
dengan permukaan luka yang lebar dan warna kulit yang menghitam. Biasanya
juga disertai bula karena kerusakan epitel kulit dan mukosa.
c. Berdasarkan tingkat kontaminasi
1) Luka bersih
Luka bersih adalah luka yang tidak terdapat inflamasi dan infeksi, yang
merupakan luka sayat elektif dan steril dimana luka tersebut berpotensi untuk
terinfeksi. Luka tidak ada kontak dengan orofaring,traktus respiratorius maupun
traktus genitourinarius. Dengan demikian kondisi luka tetap dalam keadaan
bersih. Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.
2) Luka bersih terkontaminasi
Luka bersih terkontaminasi adalah luka pembedahan dimana saluran
pernafasan, saluran pencernaan dan saluran perkemihan dalam kondisi terkontrol.
Proses penyembuhan luka akan lebih lama namun luka tidak menunjukkan tanda
infeksi. Kemungkinan timbulnya infeksi luka sekitar 3% - 11%.
3) Luka terkontaminasi
Luka terkontaminasi adalah luka yang berpotensi terinfeksi spillage saluran
pernafasan, saluran pencernaan dan saluran kemih. Luka menunjukan tanda
infeksi. Luka ini dapat ditemukan pada luka terbuka karena trauma atau
kecelakaan (luka laserasi), fraktur terbuka maupun luka penetrasi. Kemungkinan
infeksi luka 10% - 17%.
4) Luka kotor
Luka kotor adalah luka lama, luka kecelakaan yang mengandung jaringan
mati dan luka dengan tanda infeksi seperti cairan purulen. Luka ini bisa sebagai
36
1) Usia
Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua lebih
sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu sintesis dari
faktor pembekuan darah.
2) Nutrisi
Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien memerlukan
diit kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral seperti Fe, Zn.
Klien kurang nutrisi memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi mereka
setelah pembedahan jika mungkin. Klien yang gemuk meningkatkan resiko infeksi
luka dan penyembuhan lama karena supply darah jaringan adipose tidak adekuat.
3) Infeksi
Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab infeksi.
Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi
penyembuhan luka. Adanya sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan lemak
(yang memiliki sedikit pembuluh darah). Pada orang-orang yang gemuk
penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak lebih sulit menyatu, lebih mudah
infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran darah dapat terganggu pada orang dewasa
dan pada orang yang menderita gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi atau
diabetes millitus. Oksigenasi jaringan menurun pada orang yang menderita anemia
atau gangguan pernapasan kronik pada perokok. Kurangnya volume darah akan
mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi
untuk penyembuhan luka
4) Hematoma
Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara
bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan
yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga
menghambat proses penyembuhan luka.
5) Benda asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan
terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari
serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu
cairan yang kental yang disebut dengan nanah (Pus).
6) Iskemia
Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah
pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat
dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu
adanya
obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
38
7) Diabetes
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula
darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi
penurunan protein-kalori tubuh.
8) Keadaan Luka
Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas penyembuhan
luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.
9) Obat
Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti neoplasmik
mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat membuat
seseorang rentan terhadap infeksi luka.
a. Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera
b. Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan
c. Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab
kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak
akan efektif akibat koagulasi intravaskular.
5. Penyembuhan Luka
Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan
mamulihkan dirinya. Peningkatan aliran darah kedaerah yang rusak, membersihkan sel
dan benda asing serta perkembangan awal seluluer bagian dari proses penyembuhan
luka. Proses penyembuhan terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa
bahan perawatan dapat membantu untuk mendukung proses penyembuhan. Sebagai
contoh,
melindungi
area
luka
yang
bebas
dari
kotoran
dengan
menjaga
kolagen sampai jahitan menyatu berakhir hari ke-21 (Taylor,C,1997). Kolagen sebagai
jembatan penyembuhan ini muncul pada hari ke-5 sampai ke-7 post operasi. Bila lebih
dari 7 hari berarti terjadi perlambatan sintesis kolagen yang berarti penyembuhan luka
lambat (Black & Jacobs, 1997).
Suatu luka bersih akan tetap bersih bila dilakukan persiapan operasi yang baik
dan tehnik pembedahan yang baik serta perawatan luka post operasi yang baik pula.
Pemberian antibiotik peroral yang adekuat mampu mencegah terjadinya infeksi
sehingga meski tanpa cairan antiseptik proses penyembuhan luka dapat tetap terjadi
(Kartono, dikutip oleh Oetomo, 1994)
A. Prinsip penyembuhan luka
Ada beberapa prinsip dalam penyembuhan luka menurut Taylor (1997) yaitu:
a. Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi oleh luasnya
b.
c.
d.
e.
40
angiogenesis
dan
fagositosis.
Peningkatan
kadar
glucosa
penyembuhan, menutup defek dan membawa ujung kulit tertutup bersamasama. Skar yang matur selanjutnya terbentuk. Skar yang matur tidak
mengandung pembuluh darah dan pucat, serta lebih terasa nyeri dari pada
fase granulasi
b. Healing by Secondary Intention (Penutupan luka sekunder) .
Luka yanmg terjadi dari trauma, ulserasi dan infeksi dan memiliki sejumlah
besar eksudat dan luas, batas luka ireguler dengan kehilangan jaringan yang
cukup luas menyebabkan tepi luka tidak merapat. Reaksi inflamasi dapat lebih
besar dari pada penyembuhan luka. Kegagalan penutupan sekunder dari luka
terbuka akan berakibat terbentuknya luka terbuka kronis
c. Healing by Tertiary Intention (Penutupan luka tertier)
43
granulasi
dan
kemudian
dijahit.
Intension
tersier
biasanya
mengakibatkan skar yang lebih luas dan lebih dalam dari pada intension primer
atau sekunder.
D. Fase-fase penyembuhan luka
Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan hal ini juga
berhubungan dengan regenerasi jaringan. Fase penyembuhan luka digambarkan
seperti yang terjadi pada luka pembedahan (Kozier,1995).
Menurut Kozier, 1995.
1) Fase Inflamatori
Fase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3 4 hari. Dua proses
utama terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan pagositosis. Hemostasis
(penghentian perdarahan) akibat fase konstriksi pembuluh darah besar di daerah
luka, retraksi pembuluh darah, endapan fibrin (menghubungkan jaringan) dan
pembentukan bekuan darah di daerah luka. Bekuan darah dibentuk oleh platelet
yang menyiapkan matrik fibrin yang menjadi kerangka bagi pengambilan sel.
Scab (keropeng) juga dibentuk dipermukaan luka. Bekuan dan jaringan mati, scab
membantu hemostasis dan mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme.
Dibawah scab epithelial sel berpindah dari luka ke tepi. Epitelial sel membantu
sebagai barier antara tubuh dengan lingkungan dan mencegah masuknya
mikroorganisme Fase inflamatori juga memerlukan pembuluh darah dan respon
seluler digunakan untuk mengangkat benda-benda asing dan jaringan mati. Suplai
darah yang meningkat ke jaringan membawa bahan-bahan dan nutrisi yang
diperlukan pada proses penyembuhan. Pada akhirnya daerah luka tampak merah
dan sedikit bengkak. Selama sel berpindah lekosit (terutama neutropil) berpindah
ke daerah interstitial. Tempat ini ditempati oleh makrofag yang keluar dari
monosit selama lebih kurang 24 jam setelah cidera/luka. Makrofag ini menelan
mikroorganisme dan sel debris melalui proses yang disebut pagositosis. Makrofag
juga mengeluarkan faktor angiogenesis (AGF) yang merangsang pembentukan
ujung epitel diakhir pembuluh darah. Makrofag dan AGF bersama-sama
44
4) Kenakan sarung tangan kedua, tuang normal saline di atas luka dengan
menampung waskom dibawah luka.
5) Pegang kasa steril pada sisanya/pinggir luka, bagian depan (yang menyentuh
luka) jangan samapai tersentuh oleh tangan yang mengenakan sarung tanga
tidak steril.
6) Bersihkan luka dengan gerakan sirkuler/ melingkar diawali dari bagian dalam
luka kearah luar. Untuk tiap putaran kasa diganti dengan yang baru.
7) Bersihkan dan keringkan juga disekeliling luka.
8) Tutup kembali luka dengan meletakkan balutan di atasnya, pegang sisi/sudut
balutan penutup dan letakkan bagian yang tidak tersentuh di atas permukaan
luka.
9) Tutup dengan balutan transparan, tulis tunggal, jam dan initial balutan.
Gunakan Sodium Clorida 0,9% untuk irigasi dan bersihkan luka. Minimalkan
trauma dengan gosokan luka secra hati-hati. Ganti balutan baru setiap kali
membersihkan luka.
b. Moist wound healing (penyembuhan luka dengan kondisi lembab) Kondisi
fisiologis jaringan adalah dengan kondisi hidrasi yang seimbang untuk
mempertahankan kelembaban.Kondisi yang lembab memfasilitasi pertumbuhan
jaringan yang baru (granulasi). Keadaan ini biasanya dapat terjaga dengan baik
bila kondisi kulit utuh. Namun inilah masalahnya dimana kulit sudah mengalami
kerusakan dan gagal melakukan fungsinya. Untuk itu seorang perawat
memikirkan bagai mana mempertahankan kondisi hidrasi luka yang sudah
kehilang perlindungan yaitu kulit, dan bahan apa yang dapat menggantikan kulit
tersebut.
G. Pengkajian luka
a) Lokasi
Lokasi luka dapat mempengaruhi penyembuhan luka, dimana tidak
semua lokasi tubuh mendapatkan peredaran darah yang sama. Ditinjau dari
prinsip fisiologis, pada bagian tubuh yang memiliki pembuluh darah yang
banyak akan mendapatkan aliran darah yang banyak. Hal ini akan mendukung
penyembuhan luka lebih cepat dibandingkan dari bagian tubuh yang lebih
sedikit mendapat aliran darah.
b) Ukuran luka
47
Diukur panjang, lebar dan diameternya bila bentuk luka bulat dengan
sentimeter, gambarkan bentuk luka tersebut dengan lembar transparan yang
telah dicatat berpola kotak-kotak berukuran sentimeter.
c) Kedalaman luka
Kedalaman luka dapat diukur dengan kapas lidi steril yang sudah
dilembabkan dengan normal saline, masukan dengan hati-hati kedalam luka
dengan posisi tegak lurus (90o) hingga kedasar luka. Beri tanda pada lidi sejajar
dengan permukaan kulit disekitar luka. Ukur dengan sentimeter.
d) Gowa atau terowongan
Gowa dan terowongan dapat diketahui denga melakukan palpas
jaringan disekeliling pinggir luka, dimana akan teraba tenderness/perlukan.
Masukan saline melalui mulut lubang ke dasar luka/ujung terowongan. Beri
tanda pada lidi sejajar dengan permukaan kulit disekitar luka. Beri tekanan
/palpasi dengan hati-hati dan kaji saluran yang abnormal tersebut. Jangan
pernah menggunakan kekuatan dorongan yang berlebilan bila menggunakan
kapas lidi. Ukur lokasi dan kedalaman lubang/penetrasi. Untuk penentuan
lokasi ditetepkan dengan pola arah jarum jam dengan pusat pada tengah luka
dan jam 12 sesuai garis anatomis sumbu tubuh manusia. Misalnya lokasi mulut
lubang terdapat pada posisi jam 8 dengan kedalaman 5 cm atau dapat dibuatkan
gambar jam dengan tanda pada posisi jam 8
e) Warna dasar luka
Warna dasar luka sangat penting dikaji karena berhububungan dengan
penentuan terapi topikal dan jenis balutan luka.
Ada beberapa macam warna dasar luka yang membutuhkan perlakuan
spesifik terhadap masing-masing sesuai warna dasar tersebut.
1) Nekrotik
Biasanya warna dasar hitam, tampak kering dan keras disebut keropeng.
Kering tidak berarti jaringan dibawahnya tidak terinfeksi atau tidak ada
sksudat, ini tidak dapat dipastikan tanpa dilakukan palpasi terlebih dahulu.
Dengan melakukan palpasi dapat dirasakan ada tenderness atau tidak
dibawah jaringan keropang tersebut dan disekitar luka teraba panas dan
tampak tanda radang disekelilingnya yang perlu diperhatikan. Dan juga
tidak terlepas dari keluhan penderita apakah merasa nyeri berdenyut
dibawah jaringan nekroit tersebut. Untuk luka seperti ini membutuhkan
48
suasana yang lembab sehingga nekrotik yang kering tersebut dapat lepas
dengan sendirinya. Jenis balutan yang baik adalah hidrogel. Diatasnya
diletakan kasa dan balutan transparan.
2) Sloughy
Warna dasar luka ini tampak kekuningan, sangat eksudatif atau tampak
berair/basah. Sloughy ini harus diangkat dari permukaan luka karena
jaringan ini juga sedang mengalami nekrotik, dengan demikian pada dasar
luka akan tumbuh jaringan granulasi buntuk proses penyembuahan. Untuk
luka seperti ini dibutuhkan hydrogen untuk melepas jaringan nekroit.
Gunakan hydrofiber untuk menyerap eksudat yang berlebihan sehingga
tercipta lingkungan yang konduksif. (moist/lembab) untuk proses
panyembuhan luka. Bila luka mudah berdarah lebih baik digunakan calcium
alginate.
Hydrofiber
yang
mengandung
calcium
alginato
dapat
Sodium Clorida 0,9% adalah larutan fisiologis yang ada di seluruh tubuh
karena tidak ada reaksi hiper sensi tivitas terhadap Sodium Clorida (Nacl).
Normal saline aman digunakan untuk kondisi apapun (Liley & Aucker, 1999).
Natrium dan clorida sama seperti plasma darah. Larutan ini tidak mempengaruhi
sel darah merah (Handarson, 1992). Nacl tersedia dalam beberapa konsentrasi,
yang paling sering adalah Sodium Clorida 0,9%.
Merupakan larutan isotonis aman untuk tubuh, tidak iritan, melindungi
granulasi jaringan dari kondisi kering, menjaga kelembapan sekitar luka dan
membantu proses penyembuhan luka serta mudah didapat dengan harga relatif
murah. (http://promise. Com/wound care/). Hanya normal saline solutio yang di
rekomondasikan oleh American Health Care Police and Research ( ALICPR)
untuk perawatan luka seperti membersihkan dan membalut luka.
Normal saline fisiologis tidak akan merusak kulit dan secara adekuat
menjaga kebersihan luka (Black, JM & Jacobs, EM, 1997).
b. Povidine Iodine
Povidine Iodine adalah elemen non metalik yang tersedia dalam bentuk
garam yang di kombinasi dengan bahan lain. Walaupun Iodine bahan non metalik,
Iodine berwarna hitam kebiru-biruan, kilau metalik dan bau yang jelas. Iodine
hanya larut sedikit di air tetapi dapat larut keseluruhan dalam alkohol (Lilley &
Auker, 1999).
Larutan ini akan melepaskan Iodine anorganik bila kontak dengan kulit atau
selaput lendir sehingga cocok untuk luka kotor dan terinfeksi bakteri gram positif
dan negatif, spora, jamur dan protozoa. Bahan ini agak iritan dan alargen serta
maninggalkan residu (Sodikin, 2002).
Studi menunjukkan bahwa antiseptik seperti Povidine Iodine toxic terhadap
sel (Tompson, J, 2001). Iodine dengan konsentrasi > 3% dapat memberi rasa
panas pada kulit. Rosa terbakar akan nampak ketika daerah yang di rawat ditutup
dengan balutan Oklusif kulit dapat ternoda serta nyeri pada sisi luka (Lilley &
Aucker, 1999). Povidine Iodine 10% mempunyai aktivitas baktericida yang baik
terhadap bakteri yang ada di kulit dan kelenjar keringat yang kemudian pada kulit
sering timbul resida atau sisa warna Iodine (Oetomo, Ks, 1994).
I. Merawat Luka
1. Pengertian
50
Merawat luka untuk mencegah trauma (injury) pada kulit, membran mukosa
ataujaringan lain yang disebabkan oleh adanya trauma, fraktur, luka operasi yang
dapat merusakpermukaan kulit
2. Tujuan
a. Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalam kulit dan
membran mukosa
b. Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan
c. Mempercepat penyembuhan
d. Membersihkan luka dari benda asing atau debris
e. Drainase untuk memudahkan pengeluaran eksudat
f. Mencegah perdarahan
g. Mencegah excoriasi kulit sekitar drain.
3. Persiapan alat
a. Set steril yang terdiri atas :
-
Pembungkus
2 pasang pinset
pasien.
Tempatkan balutan yang kotor dalam kantong plastik.
Buka set steril
Tempatkan pembungkus steril di samping luka
Angkat balutan paling dalam dengan pinset dan perhatikan jangan sampai
mengeluarkandrain atau mengenai luka insisi. Jika gaas dililitkan pada drain
gunakan 2 pasang pinset,satu untuk mengangkat gaas dan satu untuk
memegang drain.
l. Catat jenis drainnya bila ada, banyaknya jahitan dan keadaan luka.
m. Buang kantong plastik. Untuk menghindari dari kontaminasi ujung pinset
dimasukkandalam kantong kertas, sesudah memasang balutan pinset dijauhkan
dari daerah steril.
n. Membersihkan luka menggunakan pinset jaringan atau arteri dan kapas
dilembabkandengan anti septik, lalu letakkan pinset ujungnya labih rendah
daripada pegangannya.Gunakan satu kapas satu kali mengoles, bersihkan dari
insisi kearah drain :
Bersihkan dari atas ke bawah daripada insisi dan dari tengah keluar
Jika ada drain bersihakan sesudah insisi
Untuk luka yang tidak teratur seperti dekubitus ulcer, bersihkan dari tengah
o.
p.
q.
r.
s.
t.
kedaerah
yang
terkontaminasi
karena
drainnya
yang
basah
d. Jahit sesuai lapis demi lapis Sub cutis: pakai plain (benang diserap) Cutis : pakai silk
(benang yang tak diserap) Tutup dengan kasa steril. Tehnik menjahit yang sesuai
dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang baik dalam pembedahan kulit. Hasil
postoperasi dengan desain tertutup yang cantik dapat membahayakan jika tehnik
jahitan yang dipilih tidak benar atau jika jahitannya terlalu sedikit. Sebaliknya, jika
jahitannya terlalu banyak juga tidak bisa dibenarkan. Selain itu, insisi yang kurang
baik pada kulit dengan tujuan untuk meregangkan garis tegangan kulit dan
pengangkatan jaringan yang terlalu banyak serta perkiraan batas yang tidak adekuat
dapat membatasi tindakan ahli bedah dalam penutupan luka dan penjahitan. Pegang
jaringan secara hati-hati dan lembut karena dapat mengoptimalkan penyembuhan
luka.
Pemilihan tehnik jahitan tergantung pada jenis dan lokasi anatomi luka, ketebalan
kulit, derajat ketegangan, dan hasil kosmetik yang diinginkan. Penempatan jahitan
yang baik membutuhkan perkiraan batas luka yang tepat, yang membantu
meminimalkan dan menyebarkan tegangan kulit. Eversi luka penting dilakukan
untuk memaksimalkan perkiraan bagian epidermal kulit. Eversi ini dilakukan untuk
meminimalkan resiko pembentukan scar sekunder dan kontraksi jaringan selama
penyembuhan. Biasanya, inversi tidak dilakukan dan hal ini tidak menurunkan resiko
hipertrofi scar pada pasien yang rentan dengan resiko ini. Eliminasi ruang mati,
pemulihan bentuk anatomi alami, dan meminimalkan bekas jahitan juga penting
dalam mengoptimalkan hasil kosmetik dan fungsional luka.
e. Pengangkatan Jahitan
Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi. Waktu
pengangkatan jahitan tergantung dari berbagai faktor seperti, lokasi, jenis
pengangkatan luka, usia, kesehatan, sikap penderita dan adanya infeksi
(Mansjoer,2000:398 ; Walton, 1990:44).
Tabel 1. Waktu Pengangkatan Jahitan
No
Lokasi
Waktu
1
Kelopak mata
2
Pipi
3
Hidung, dahi, leher
4
Telinga,kulit kepala
5
Lengan, tungkai, tangan,kaki
6
Dada, punggung, abdomen
Sumber. Walton, 1990:44
3 hari
3-5 hari
5 hari
5-7 hari
7-10+ hari
7-10+ hari
54
BAB I
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keperawatan perioperatif dilakukan berdasarkan proses keperawatan dan
perawat perlu menetapkan strategi yang sesuai dengan kebutuhan individu selama
periode perioperatif sehingga klien memperoleh kemudahan sejak datang sampai klien
sehaat kembali. Pada model ini sangat ditekankan kesinambungan asuhan keperawatan.
Saat mengalami pembedahan klien akan mengalami berbagai stressor.
Pembedahan yang ditunggu pelaksanaanya akan menyebabkan rasa takut dan ansietas
pada klien yang menghubungkan pembedahan dengan rasa nyeri, kemungkinan cacat,
menjadi bergantung pada orang lain, dan mungkin kematian. Anggota keluarga sering
merasa takut gaya hidupnya terganggu dan merasa tidak berdaya menghadapi waktu
pembedahan yang semakin dekat. Kemampuan meningkatkan hubungan yang efektif
dengan klien dan mendengarkan keluhan mereka secara aktif sehingga seluruh
kekhawatiran mereka dapat diatasi merupakan hal yang penting untuk mencapai hasil
akhir dari pembedahan. Klien akan lebih mampu bekerja sama dan berpartisipasi dalam
perawatan jika perawat memberi informasi tentang peristiwa yang terjadi sebelum dan
sesudah pembedahan. Penyuluhan perioperatif in akan membantu mengurangi rasa takut
akibat ketidaktahuan klien dan keluarga dan akan mengurangi masa rawat di rumah sakit,
mengurangi penggunaan analgesic pascaoperatif dan klien dapat mematuhi aturan
pascaoperataif.
3.2 Saran
a. Bagi mahasiswa
Untuk mempelajari dengan baik dan benar mengenai konsep baik secara medik
maupun secara keperawatan yang berkenaan dengan pembahasan komprehensif 1
b. Bagi perawat
Perawat bertangguang jawab dalam merancang dan melaksanakan asuhan
keperawatan dengan baik dan tepat. Untuk mencapai hal tersebut dapat dilakukan
55
dengan memahami keadaan pasien dan struktur proses keperawatan serta refrensi
yang tidak hanya mengacu pada satu literature dan dapat mengerti apa saja tugas
yang dilakukan perawat sesuai dengan pembahasan yang di atas.
DAFTAR PUSTAKA
56