Professional Documents
Culture Documents
DAFTAR ISI
KATA PENGANTARi
DAFTAR ISI1
BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................3
2.1
Definisi..................................................................................................3
2.2
Epidemiologi.........................................................................................3
2.3
2.4
Klasifikasi.............................................................................................6
2.5
Etiologi..................................................................................................7
2.6
Patogenesis............................................................................................7
2.7
Manisfestasi klinis.................................................................................9
2.8
Diagnosis Banding..............................................................................12
2.9
Terapi...................................................................................................13
2.10
Prognosis.............................................................................................15
BAB 1. PENDAHULUAN
Kata vitiligo berasa dan bahasa latin vitellus yang berarti anak sapi, karena
kulit penderita berwarna putih seperti kulit anak sapi yang berbercak putih. Vitilgo
umunya ditandai dengan munculnya lesi depigmentasi dengan berbagai ukuran.
Penyebabnya sampai sekarang masih belum diketahui, tetapi ada beberapa
hipotesis mengenai penyakit ini.
Vitiligo umumnya jelas diagnosanya ketika pemeriksaan fisis dan dapat
dibedakan dengan penyakit lain dengan melakukan pemeriksaan lampu Wood,
KOH atau biopsi kulit. Prinsip pengobatan vitiligo adalah repimentasi,maka
banyak cara dapat dilakukan, umumnya pengobatan vitiligo melibatkan
penggunaan kortikisteroid topikal, psoralens plus PUVA, atau untuk vitiligo yang
berat, dimana dipigmentasi kulit agak menyebar luas penatalaksanaan dapat
dilakukan dengan hydroquinone.
2.2 Epidemiologi
Vitiligo dapat mengenai semua ras dan gender dan semua umur. Vitiligo lebih
sering terjadi (50%) pada usia 10-30 tahun. Terdapat faktor genetic yang
mempengaruhi munculnya vitiligo ini yakni penderita vitiligo akan memiliki
kemungkinan 5% memiliki anak dengan kelainan serupa. Riwayat keluarga
vitiligo berkisar 30%. Penyakit ini lebih sering diderita oleh orang kulit berwarna
dan biasanya dengan derajat yang lebih berat.
2.3 Anatomi dan Fisiologi
Tahap 1 :
Sebuah vesikel dikelilingi oleh membran dan menunjukkan awal proses dari
aktivitas enzim tirosinase dan pembentukan substansi granul halus; pada
bagian perifernya. Untaian-untaian padat elektron memiliki suatu susunan
molekul tirosinase yang rapi pada sebuah matrik protein.
Tahap 2 :
Vesikel (melanosom) berbentuk oval dan memperlihatkan pada bagian
dalam filamen-filamen dengan jarak sekitar 10 nm atau garis lintang dengan
jarak sama. Melanin disimpan dalam matriks protein.
Tahap 3 :
Peningkatan pembentukan melanin membuat struktur halus agak sulit
terlihat.
Tahap 4 :
Granul melanin matang dapat terlihat dengan mikroskop cahaya dan
melanin secara sempurna mengisi vesikel. Utrastruktur tidak ada yang
terlihat. Granul yang matang berbentuk elips, dengan panjang 1 m dan
diameter 0,4 m.
Ketika dibentuk granul melanin migrasi di dalam perluasan sitoplasma
melanosit dan ditransfer ke sel-sel dalam stratum germinativum dan
spinosum dari epidermis. Proses transfer ini telah diobservasi secara
langsung pada kultur jaringan kulit.
Granul melanin pada dasarnya diinjeksikan ke dalam keratinosit. Ketika di
dalam keratinosit, granul melanin berakumulasi di dalam sitoplasma
2.4 Klasifikasi
Berdasarkan distribusi dan bentuk lesinya, vitiligo diklasifikasikan menjadi 2.
Klasifikasi ini penting dalam memahami prognosis penyakit. Ada 2 bentuk
vitiligo:
1. Lokalisata
dapat dibagi dibagi lagi:
a. Fokal
Satu atau lebih macula pada satu area saja tetapi tidak segmental.
b. Segmental
Satu atau lebih macula pada satu area, dengan distribusi menurut
dermatom. Misalnya pada satu tungkai.
c. Mukosal
Hanya terdapat pada membran mukosa.
Vitiligo lokalisata jarang berubah menjadi vitiligo generalisata.
2. Generalisata
Hampir 90% penderita mengalami vitiligo generalisata yang biasanya
simetris. Vitiligo generalisata ini terbagi atas:
a. Akrofasial
Depigmentasi hanya terjadi di bagian distal ekstremitas dan muka,
merupakan stadum permulaan vitiligo generalisata.
b. Vulgaris
Macula tanpa pola tertentu di banyak tempat.
c. Universalisata
Depigmentasi terjadi menyeluruh atau hampir menyeluruh merupakan
vitiligo total. Vitiligo tipe universalisata merupakan depigmentasi kulit
secara total atau hampir seluruh tubuh.
Vitiligo yang diklasifikasi berdasarkan bentuk lesinya, antara lain :
1.
Trichrome vitiligo : vitiligo yang terdiri atas lesi berwarna coklat, coklat
2.
3.
2.5 Etiologi
Penyebab vitiligo hingga kini belum diketahui. Beberapa faktor pencetus
antara lain
Beberapa faktor predisposisi terjadinya vitiligo antara lain:
1) Faktor mekanis
Pada 30% penderita vitiligo timbul lesi setelah trauma fisik, misalnya
setelah tindakan bedah atau pada tempat bekas trauma fisik dan kimiawi.
2) Faktor sinar matahari atau penyinaran ultra violet A.
Ada 715% penderita vitiligo timbul lesi setelah terpajan yang berat.
3) Faktor trauma psikis
Contoh: kematian anggota keluarga, kehilangan pekerjaan.
4) Faktor hormonal
2. Hipotesis neurogenik
Hipotesis ini mengatakan
bahwa
mediator
neurokimiawi
seperti
10
katekol yang mempunyai efek merusak melanosit. Pada beberapa lesi ada
gangguan keringat dan pembuluh darah terhadap respons transmitter saraf,
misalnya asetilkolin.
Secara klinis dapat terlihat pada vitiligo segmental satu atau dua
dermatom, dan seringkali timbul pada daerah dengan gangguan saraf
seperti pada daerah paraplegia, penderita polineuritis berat.
3. Autotoksik
Sel melanosit membentuk melanin melalui oksidasi tirosin ke DOPA dan
DOPA ke dopakinon yang kemudian dioksidasi menjadi berbagai indol
dan radikal bebas. Melanosit pada lesi vitiligo dirusak oleh penumpukan
precursor melanin. Secara invitro dibuktikan tirosin, DOPA, dan dopakrom
merupakan sitotoksik terhadap melanosit.
4. Pajanan terhadap bahan kimiawi
Depigmentasi kulit dapat terjadi terhadap pajanan monobenzil eter dalam
sarung tangan
Dipigmentasi kulit dapat terjadi akibat paparan monobenzil eter
hidroquinon yang terdapat pada sarung tangan atau detergen yang
mengandung fenol. Terdapat sejumlah bahan kimia yang mampu
menyebabkan terjadinya depigmentasi yaitu thiol, derivat katekol,
merkaptoamin, dan beberapa quinon. Menghirup dan menelan senyawa
kimia ini akan berperan dalam terjadinya dipigmentasi.
2.7 Manisfestasi klinis
Anamnesa
Diagnosis vitiligo didasarkan pada anamnesis dan gambaran klinis. Hal yang
ditanyakan kepada penderita meliputi:
o Awitan penyakit
o Riwayat keluarga tentang timbulnya lesi dan uban yang timbul sendiri
o Riwayat penyakit kelainan tiroid, alopesia areata, diabetes mellitus,
dan anemia pernisiosa
o Kemungkinan faktor pencetus, misalnya stress emosi, terbakar sinar
matahari, dan pajanan bahan kimia
11
12
Pemeriksaan fisik
Macula berwarna putih pucat atau putih susu atau putih seperti kapur tulis
dengan diameter 5mm 5cm atau lebih, bulat atau lonjong dengan batas tegas.
Kadang-kadang terlihat macula hipomelanotik selain macula apigementasi seperti
pada salah satu varian yakni trichrome vitiligo dengan macula berwarna putih,
coklat muda, dan coklat tua. Pemeriksaan fisik dapat pula dilakukan dengan
lampu Wood, terutama pada area yang tertutup pakaian/tidak terpajan sinar
matahari dan pada orang berkulit terang.
Di dalam macula vitiligo dapat ditemukan macula dengan pigmentasi
normal atau hiperpigmentasi disebut repigmentasi perifolikuler. Kadang-kadang
ditemukan ditemukan tepi lesi yang meninggi, eritema dan gatal, disebut
inflamatoar.
Lokasi predileksi antara lain bagian ekstensor terutama di atas jari,
periorbita, mulut dan hidung, tibialis anterior, dan pergelangan tangan bagian
fleksor. Lesi bilateral dapat simetris atau asimetris. Pada area yang terkena trauma
dapat timbul vitiligo. Mukosa jarang terkena, kadang-kadang mengenai genital
eksterna, puting susu, dan ginggiva.
13
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan histopatologi
Dengan pewarnaan hematoksilin eosin tampak normal kecuali tidak
ditemukan melanosit, kadang ditemukan limfosit di tepi macula.
Reaksi dopa untuk melanosit negative pada daerah apigmentasi, tapi
14
2.9 Terapi
Penatalaksanaan dilakukan dengan:
1. Penerangan tentang penyakit kepada penderita.
15
2. Kosmetika: tabir surya untuk proteksi dan cover mask concealer untuk
kamuflase.
3. Repigmentasi dengan fototerapi
a. Fototerapi topical
Fototerapi psoralen topikal dilakukan apabila lesi terbatas (kurang
dari 20% permukaan tubuh) atau pada anak lebih dari 5 tahun
dengan vitiligo fokal. Larutan yang digunakan adalah larutan
metoksalen 1% dan 8-metoksipsoralen (8-MOP) topikal dengan
cara dioleskan secara hati-hati. Olesan tidak sampai ke batas tepi,
karena diharapkan akan terjadi difusi intradermal.
b. Fototerapi sistemik
Pengobatan sistemik menggunakan 5-Metoksipsoralen (5-MOP)
dengan sinar matahari atau 8-MOP dan 5-MOP dengan sinar
matahari artifisial. Bahan ini bersifat photosensitizer. Sebagai
sumber sinar, digunakan sinar matahari atau sinar buatan yang
mengandung ultraviolet gelombang panjang (ultraviolet A). Dosis
psoralen adalah 20-30 mg atau 0,6 mg/kg berat badan yang
diminum 2 jam sebelum penyinaran. Penyinaran dilakukan dua kali
seminggu. Lama penyinaran dimulai sebentar kemudian setiap hari
dinaikkan perlahan-lahan (antara sampai 4 menit). Terapi
dilakukan selama 6 bulan sampai setahun. Pengobatan dengan
psoralen secara topical yang dioleskan lima menit sebelum
penyinaran sering menimbulkan dermatitis kontak iritan. Selain itu,
dapat pula digunakan narrow-band UVB tanpa psoralen.
Perlu diwaspadai akan terjadinya efek samping, baik jangka pendek
maupun jangka panjang. Efek samping jangka pendek berupa
nausea (dapat diatasi dengan minum susu), kulit kering dan gatal
(dapat diberikan antihistamin), eritema, nyeri dan PUVA-pain.
4. Kortikosteroid
16
17
2.10 Prognosis
Vitiligo bukanlah penyakit yang membahayakan kehidupan. Keberhasilan
terapi bergantung pula pada kesabaran dan kepatuhan penderita terhadap
pengobatan yang diberikan. Efek psikososial vitiligo dapat berupa hambatan
sosial atau psikis.
18
SIMPULAN
Vitiligo merupakan kelainan depigmentasi didapat yang disebabkan hilangnya
melanosit pada epidermis, membran mukosa, mata dan rambut. Penyebab
hilangnya melanosit belum diketahui dengan pasti dan banyak hipotesis yang
mencoba untuk menjelaskannya. Vitiligo terbanyak dijumpai pada usia 10-30
tahun, walaupun pada bayi vitiligo jarang dijumpai tetapi kongenital vitiligo
pernah dilaporkan. Gambaran klinis berupa makula atau bercak putih seperti susu,
berbatas tegas, pinggir yang hiperpigmentasi, asimptomatik dan mempunyai
distribusi lesi yang tertentu.
Pemeriksaan menggunakan lampu wood, biopsi, pewarnaan khusus untuk
melanosit dan melanin, dapat membantu menegakkan diagnosa vitiligo.
Pengobatan pada vitiligo sangat individual dan memiliki banyak pilihan sehingga
membutuhkan kecermatan dalam memilih pengobatan dan terjadinya repigmentasi
membutuhkan waktu yang lama, sehingga diperlukan kesabaran penderita, orang
tua maupun dokter yang merawatnya.
19
DAFTAR PUSTAKA
Fauci, dkk. 2010. Harrisons Principles of Internal Medicine 17thEdition.
McGraw-Hill.
Fitzpatrick, Johnson, Wolff. Fitzpatrick's Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology. McGraw Hill Professional.
Junquiera L.C, Carneiro J, Kelley R.O. Basic Histology. 10th edition, Washington,
Lange.
Nordlund dan Hann. 2000. Vitiligo: a Monograph on The Basic and Clinical
Science. London: Wiley-Blackwell.
Siregar. 2005. Atlas Berwarna: Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC.
Torello Lotti, Jana Hercogov. 2004. Vitiligo: Problems and Solutions. Marcel
Dekker.