Professional Documents
Culture Documents
DIABETES MELITUS
A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian Diabetes Mellitus
a. Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang
mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan
berkembang
menjadi
komplikasi
makrovaskuler,
mikrovaskuler
dan
b.
normal.
c.) Pada hypoglikemia efek langsung glukosa darah yang rendah terhadap
hypothalamus adalah merangsang simpatis. Sebaliknya epinefrin yang
disekresikan oleh kelenjar adrenalin masih menyebabkan pelepasan glukosa
yang lebih lanjut dari hati. Juga membantu melindungi terhadap
hypoglikemia berat.
Adapun efek utama insulin terhadap metabolisme karbohidrat, yaitu :
a.) Menambah kecepatan metabolisme glukosa
2).
Glukagon
Glukagon adalah suatu hormon yang disekresikan oleh sel-sel alfa pulau
langerhans mempunyai beberapa fungsi yang berlawanan dengan insulin.
Fungsi yang terpenting adalah : meningkatkan konsentrasi glukosa dalam
darah. Glukagon merupakan protein kecil mempunyai berat molekul 3842
dan terdiri dari 29 rantai asam amino.
Dua efek glukagon pada metabolisme glukosa darah :
a.) Pemecahan glikogen (glikogenolisis)
b.) Peningkatan glukosa (glukogenesis)
Pengatur sekresi glukosa darah perubahan konsentrasi glukosa darah
mempunyai efek yang jelas berlawanan pada sekresi glukagon dibandingkan
pada sekresi insulin, yaitu penurunan glukosa darah dapat menghasilkan
sekresi glukagon, bila glukagon darah turun 70 mg/100 ml darah pancreas
mengekresi glukosa dalam jumlah yang sangat banyak yang cepat
memobilisasi glukosa dari hati. Jadi glukagon membantu melindungi
terhadap hypoglikemia.
3.
Etiologi
Etiologi dari Diabetes Mellitus sampai saat ini masih belum diketahui dengan
pasti dari studi-studi eksperimental dan klinis kita mengetahui bahwa Diabetes
Mellitus adalah merupakan suatu sindrom yang menyebabkan kelainan yang
berbeda-beda dengan lebih satu penyebab yang mendasarinya.
Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab yaitu :
1. Dibetes melitus tipe I
Diabetes melitus tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta
pankreas yang merupakan kombinasi dari beberapa faktor:
Faktor genetik
Penderita tidak mewarisi diabetas tipe I sendiri tetapi mewarisi suatu
predisposisi kearah terjadinya diabetas tipe I yaitu dengan ditmukannya tipe
antigen HLA (Human Leucolyte antoge) teertentu pada individu tertentu
Faktor imunologi
Pada diabetae tipe I terdapat suatu respon autoimun sehingga antibody
terarah pada sel-sel pulau lengerhans yang dianggapnya jaringan tersebut
seolah-olah sebagai jeringan abnormal
Faktor lingkungan
Penyelidikan dilakukan terhadap kemungkinan faktor-faktor ekternal
yang dapat memicu
penyelidikan yang
menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun
yang menimbulkan destruksi sel beta.
2.
gangguan sekresi insulin pada diabetas melitus tipe II masih belum diketahui.
Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin dan juga terspat beberap faktor resiko teetentu yang
berhubngan dengan proses terjadinya diabetea tipe II yaitu:
3.
a.
Infeksi
Virus dianggap sebagai trigger pada mereka yang sudah mempunyai
predisposisi genetic terhadap Diabetes Mellitus.
b.
Nutrisi
a.) Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.
b.) Malnutrisi protein
c.) Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis.
c.
Stres
Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi biasanya
menyebabkan hyperglikemia sementara.
d.
Hormonal
Klasifikasi
Patofisiologi
Sebagian besar patologi Diabetes Mellitus dapat dikaitkan dengan satu
dari tiga efek utama kekurangan insulin sebagai berikut : (1) Pengurangan
penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat peningkatan konsentrasi
glukosa darah setinggi 300 sampai 1200 mg/hari/100 ml. (2) Peningkatan
mobilisasi lemak dari daerah-daerah penyimpanan lemak, menyebabkan kelainan
Gambaran Klinik
Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan Diabetes Mellitus adalah
untuk mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan
kronik. Jika klien berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar
dari hyperglikemia atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada
ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi
dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin. Penyuluhan kesehatan awal dan
berkelanjutan penting dalam membantu klien mengatasi kondisi ini.
8.
Komplikasi
a.
Akut
1.) Hypoglikemia
2.) Ketoasidosis
3.) Diabetik
b.
Kronik
1.) Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah
jantung pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.
2.) Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik,
nefropati diabetic.
3.) Neuropati diabetic.
9.
Test Diagnostik
Kriteria diagnostik menurut WHO(1985) untuk diabetes melitus pada orang
Perencanaan makan
Standar yang dianjurkan adalah makan dengan komposisi seimbangan
dalam hal Karbohidrat (KH), Protein, lemak yang sesuai kecukupan gizi :
a. KH 60 70 %
b. Protein 10 15 %
c. Lemak 20 25 %
Beberapa cara menentukan jumlah kelori uantuk pasien DM
melalui
perhitungan mennurut Bocca: Berat badan (BB) Ideal: (TB 100) 10% kg
2). Kebutuhhan basal dihitung seperti 1), tetapi ditambah kalori berdasarkan
persentase kalori basal:
Kerja ringan ditambah 10% dari kalori basal
Kerja sedang ditambah 20% dari kalori basal
Kerja berat ditambah 40 100 % dari kalori basal
Pasien kurus, masih tumbuh kumbang, terdapat infeksi, sedang hamil atau
menyesui, ditambah 20 30-% dari kalori basal
3) Suatu pegangan kasar dapat dibuat sebagai berikut:
Pasien kurus
Pasien nermal
Pasien gemuk
2. Latihan jasmani
Dianjurkan latihian jasmani secara teratur (3 4 x seminggu) selama
kurang lrbih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit
penyerta. Latihian yang dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki, jogging, lari,
renang, bersepeda dan mendayung. Sespat muingkain zona sasaran yaitu 75 85
% denyut nadi maksimal : DNM = 220-umur (dalam tahun)
3. Pengelolaan farmakologi
a. Obat hipoglikemik oral (OHO)
1) Golongan sulfonilures bekerja dengan cara:
-
2) Biguanid
Menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai bawah normal.
Preparat yang ada dan aman adalah metformin. Obat ini dianjurkan untuk
pasien gemuk
3)
B. KONSEP KEPERAWATAN
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang
melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien dan keluarga, untuk
mencapai tingkat kesehatan yang optimal dalam melakukan proses terapeutik
maka perawat melakukan metode ilmiah yaitu proses keperawatan.
Proses keperawatan merupakan tindakan yang berurutan yang dilakukan
secara sistematis dengan latar belakang pengetahuan komprehensif untuk
mengkaji status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah dan diagnosa,
merencanakan intervensi mengimplementasikan rencana dan mengevaluasi
rencana sehubungan dengan proses keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem endokrin.
1.
Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin Diabetes Mellitus
Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada
ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata
cekung.
c.
Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
d.
Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
e.
Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot,
Nyeri
Pembengkakan perut, meringis.
g.
Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
h.
Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
i.
Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan
teori, maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien Diabetes
Mellitus yaitu :
a.
Rasional
2.) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.
Rasional
yang adekuat.
3.)
Rasional
Intervensi :
1.)
Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
terapeutik.
2.) Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.
Rasional
dan utilisasinya).
3.)
etnik/kultural.
Rasional
Tujuan :
-
terjadinya infeksi.
Intervensi :
1).
Rasional
baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya
sendiri.
Rasional
3).
Rasional
: Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik
Rasional
memobilisasi sekret.
d.
Intervensi :
1.)
Rasional
2.)
kebutuhannya.
Rasional
paha/kaki.
Rasional
Tujuan :
-
yang diinginkan.
Intervensi :
1.)
Rasional
melakukan aktivitas.
Rasional
fisiologis.
4.)
toleransi.
Rasional
Intervensi :
1.)
pemecahan masalah.
2.) Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau keluarga.
Rasional
Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang lain
Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan
diri sendiri dan berikan umpan balik positif sesuai dengan usaha yang
dilakukannya.
Rasional
4.) Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri
sendiri.
Rasional
g.
tindakan.
Intervensi :
1.)
Rasional
Rasional
Pelaksanaan
b.
Melakukan observasi
c.
d.
Pelaksanaan
tindakan
keperawatan
yang
telah
direncanakan,
dilakukan
Evaluasi
b.
c.
d.
e.
sesuai kebutuhan ?
f.
perawatannnya sendiri ?
g.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, (1998), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta.
Doenges, E. Marylin, dkk, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan (edisi 3), EGC,
Jakarta.
Guyton and Hall, (1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, EGC. Jakarta.
Price, A. Sylvia dan Lorraine M. Wilson, (1995), Patofisiologi, Edisi IV, EGC.
Jakarta.
Tjokronegoro, Arjatmo, Prof. dr. Ph.D, Hendra Utama,(1999), Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Edisi III, EGC. Jakarta.