You are on page 1of 27

ASUHAN KEPERAWATAN

PRE DAN POST OPERATIF


NANDANG DD KHAIRARI, S.Kep., Ns., MAN

KEPERAWATAN PRE OPERATIF


Keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari

keperawatan perioperatif.
Pengkajian secara integral dari fungsi pasien meliputi
fungsi fisik biologis dan psikologis sangat diperlukan
untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi.
Kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan
sangat tergantung pada fase ini.

PERSIAPAN KLIEN DI UNIT PERAWATAN


PERSIAPAN FISIK (di unit perawatan & di ruang operasi)
Status kesehatan fisik secara umum : meliputi identitas
klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu,
riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap,
antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler,
status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi
endokrin, fungsi imunologi.
Status nutrisi : mengukur tinggi badan dan berat badan,

lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan


globulin) dan keseimbangan nitrogen.

Cont
Keseimbangan cairan dan elektrolit : Kadar natrium

serum (normal : 135 -145 mmol/l), kadar kalium serum


(normal : 3,5 - 5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70 1,50 mg/dl).
Kebersihan lambung dan kolon : pasien dipuasakan
dan dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon
dengan tindakan enema/lavement. Lamanya puasa
antara 7-8 jam (dari pkl. 24.00 WIB) untuk menghindari
aspirasi. Pemasangan NGT pada operasi CITO.
Pencukuran daerah operasi untuk menghindari
terjadinya infeksi
Personal Hygine

Cont
Pengosongan kandung kemih melakukan pemasangan kateter
Latihan Pra Operasi : sebagai persiapan pasien dalam menghadapi

kondisi pasca operasi, seperti : nyeri daerah operasi, batuk dan


banyak lendir pada tenggorokan.
LATIHAN BATUK EFEKTIF
1) Pasien condong ke depan dari posisi semifowler, jalinkan jari-jari
tangan dan letakkan melintang diatas incisi sebagai bebat ketika batuk.
2) Kemudian pasien nafas dalam seperti cara nafas dalam (3-5x)
3) Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga pernafasan terbuka
dan tidak hanya batuk dengan mengadalkan kekuatan tenggorokan
saja karena bisa terjadi luka pada tenggorokan. Hal ini bisa
menimbulkan ketidaknyamanan, namun tidak berbahaya terhadap
incisi.
4) Ulangi lagi sesuai kebutuhan.

LATIHAN NAFAS DALAM


1) Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk
(semifowler) dengan lutut ditekuk dan perut tidak boleh
tegang.
2) Letakkan tangan diatas perut
3) Hirup udara sebanyak-banyaknya dengan menggunakan
hidung dalam kondisi mulut tertutup rapat.
4) Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara
perlahan-lahan, udara dikeluarkan sedikit demi sedikit
melalui mulut.
5) Lakukan hal ini 15x
6) Lakukan latihan 2x sehari praopeartif.

FAKTOR RESIKO PEMBEDAHAN


Usia
Nutrisi
Penyakit kronis
Ketidaksempurnaan respon neuroendokrin
Merokok
Alkohol dan obat-obatan

PERSIAPAN PENUNJANG
Pemeriksaan radiologi dan diagnostik : foto thoraks,

abdomen, foto tulang (daerah fraktur), USG (Ultra Sono


Grafi), CT scan (computerized Tomography Scan) , MRI
(Magnrtic Resonance Imagine), BNO-IVP, Renogram,
Cystoscopy, Mammografi, CIL (Colon in Loop), EKG/ECG
(Electro Cardio Grafi), ECHO, EEG (Electro Enchephalo
Grafi)
Pemeriksaan laboratorium : : hemoglobin, angka leukosit,
limfosit, LED (laju enap darah), jumlah trombosit, protein
total (albumin dan globulin), elektrolit (kalium, natrium, dan
chlorida), CT/BT, ureum kretinin, BUN, Kadar Gula Darah
Biopsi

PEMERIKSAAN STATUS ANESTESI


METODE ASA
ASA grade I : Status fisik tidak ada gangguan organik,
biokimia dan psikiatri (penderita dengan herinia ingunalis
tanpa kelainan lain, orang tua sehat, bayi muda yang sehat)
ASA grade II : Status fisik gangguan sistemik ringan sampai
sedang yang bukan diseababkan oleh penyakit yang akan
dibedah (penderita dengan obesitas, penderita dengan
bronkitis dan penderita dengan diabetes mellitus ringan
yang akan mengalami appendiktomi)
ASA grade III : Status fisik penyakit sistemik berat
(penderita diabetes mellitus dengan komplikasi pembuluh
darah dan datang dengan appendisitis akut)

ASA grade IV : Status fisik penyakit/gangguan sistemik

berat yang menbahayakan jiwa yang tidak selalu dapat


diperbaiki dengan pembedahan (infark miokard)
ASA grade V : Status fisik penyakit/gangguan sistemik

berat yang menbahayakan jiwa yang tidak dapat


diperbaiki dengan pembedahan (pasien koma)

PERSIAPAN MENTAL/PSIKIS
Membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan

yang dialami pasien sebelum operasi, memberikan informasi


pada pasien tentang waktu operasi, hal-hal yang akan
dialami oleh pasien selama proses operasi, dll.
Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap
tindakan persiapan operasi sesuai dengan tingkat
perkembangan.
Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk
menanyakan tentang segala prosedur yang ada dan memberi
kesempatan pada pasien dan keluarga untuk berdoa
bersama-sama sebelum pasien di antar ke kamar operasi.
Mengoreksi pengertian yang saah tentang tindakan
pembedahan dan hal-hal lain

Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat

pre medikasi untuk menurunkan kecemasan dan pasien


dapat tidur sehingga kebutuhan istirahatnya terpenuhi.
Memberikan kesempatan keluarga untuk mengantar

pasien sampai ke batas kamar operasi

MANAJEMEN KEPERAWATAN
Pengkajian (langkah awal dan dasar dalam proses
keperawatan secara menyeluruh)
Sirkulasi (riwayat masalah jantung, GJK, edema
pulmonal, dll)
Integritas ego (perasaan cemas,takut,marah,apatis)
Makanan/cairan (insufisiensi pancreas/DM predisposisi
untuk hipoglikemia/ketoasidosis. Malnutrisi obesitas)
Pernafasan ( infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok)
Keamanan (alergi/sensitive terhadap obat/makanan,
Riwayat reaksi transfusi darah)
Penyuluhan/Pembelajaran

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG


MUNCUL PADA PREOPERATIF
Ansietas.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan, efek

samping penanganan, factor budaya atau spiritual yang


berpengaruh pada perubahan penampilan.
Coping individu, ketidakefektifan berhubungan dengan perubahan
penampilan, keluhan terhadap reaksi orang lain, kehilangan
fungsi, diagnosis kanker.
Proses keluarga, perubahan berhubungan dengan terapi yang
kompleks, hospitalisasi/perubahan lingkungan, reaksi orang lain
terhadap perubahan penampilan.
Ketakutan berhubungan dengan proses penyakit/prognosis
(misalnya kanker), ketidakberdayaan.
Mobilitas fisik, hambatan berhubungan dengan penurunan rentang
gerak, kerusakan saraf/otot, dan nyeri.

INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI


ANSIETAS
Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien.
R : memudahkan intervensi.
Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien untuk mengatasi
ansietas di masa lalu.
R : mempertahankan mekanisme koping adaptif, meningkatkan
kemampuan mengontrol ansietas.
Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaan.
R : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk
mengeksternalisasikan kecemasan yang dirasakan.
Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat
ini, harapa-harapan yang positif terhadap terapI yang di jalani.
R : alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan
untuk mengurangi kecemasan.

Berikan penguatan yang positif untuk meneruskan

aktivitas sehari-hari meskipun dalam keadaan cemas.


R : menciptakan rasa percaya dalam diri pasien bahwa
dirinya mampu mengatasi masalahnya dan memberi
keyakinan pada diri sendri yang dibuktikan dengan
pengakuan orang lain atas kemampuannya.
Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.
R : menciptakan perasaan yang tenang dan nyaman.
Sediakan informasi factual (nyata dan benar) kepada
pasien dan keluarga menyangkut diagnosis, perawatan
dan prognosis.
R : meningkatkan pengetahuan, mengurangi kecemasan.
Kolaborasi pemberian obat anti ansietas.
R : mengurangi ansietas sesuai kebutuhan.

GANGGUAN CITRA TUBUH


Kaji dan dokumentasikan respons verbal dan non verbal pasien
tentang tubuhnya.
R : factor yang mengidentifikasikan adanya gangguan persepsi
pada citra tubuh.
Kaji harapan pasien tentang gambaran tubuh.
R : mungkin realita saat ini berbeda dengan yang diharapkan
pasien sehingga pasien tidak menyukai keadaan fisiknya.
Dengarkan pasien dan keluarga secara aktif, dan akui realitas
adanya perhatian terhadap perawatan, kemajuan dan
prognosis.
R : meningkatkan perasaan berarti, memudahkan saran
koping, mengurangi kecemasan.
Berikan perawatan dengan cara yang tidak menghakimi, jaga
privasi dan martabat pasien.
R : menciptakan suasana saling percaya, meningkatkan harga
diri dan perasaan berarti dalam diri pasien.

COPING INDIVIDU (ketidakmampuan membuat penilaian yang tepat


terhadap stressor)
Kaji pandangan pasien terhadap kondisinya dan kesesuaiannya dengan
pandangan pemberi pelayanan kesehatan.
R : mengidentifikasi persepsi pasien terhadap kondisinya.
Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
R : menghindari ketakutan dan menciptakan hubungan saling percaya,
memudahkan intervensi
Anjurkan pasien untuk mengidentifikasi gambaran perubahan peran
yang realitas.
R : memberikan arahan pada persepsi pasien tentang kondisi nyata
yang ada saat ini.
Bantu pasien dalam mengidentifikasi respons positif dari orang lain.
R : meningkatkan perasaan berarti, memberikan penguatan yang
positif.
Libatkan sumber-sumber yang ada di rumah sakit dalam memberikan
dukungan emosional untuk pasien dan keluarga.
R : menciptakan suasana saling percaya, perasaan berarti, dan
mengurangi kecemasan.

EVALUASI
Stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam

pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk


memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan Pre Operasi
Tumor :
Ansietas berkurang/terkontrol.
Pasien memiliki persepsi yang positif terhadap penampilan dan fungsi
tubuh.
Pasien menunjukkan koping yang efektif.
Pasien dan keluarga memahami perubahan perubahan dalam peran
keluarga.
Pasien akan memperlihatkan pengendalian ketakutan.
Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.

ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERATIF


PENGKAJIAN AWAL
Status Respirasi
- Kebersihan jalan nafas
- Kedalaman pernafasaan.
- Kecepatan dan sifat pernafasan.
- Bunyi nafas
Status sirkulatori (Nadi, Tekanan darah, Suhu, warna kulit)
Status neurologis (tingkat kesadaran)
Balutan
- Keadaan drain
- Terdapat pipa yang harus disambung dengan sistem
drainage.

Kenyamanan (nyeri, mual, muntah)


Keselamatan

- Diperlukan penghalang samping tempat tidur.


- Kabel panggil yang mudah dijangkau.
- Alat pemantau dipasang dan dapat berfungsi.
Perawatan
- Cairan infus, kecepatan, jumlah cairan, kelancaran cairan.
- Sistem drainage : bentuk kelancaran pipa, hubungan
dengan alat penampung, sifat dan jumlah drainage.
Nyeri (waktu, tempat, frekuensi, kualitas, faktor yang
memperberat/memperingan)

DATA SUBJEKTIF
Pasien hendaknya ditanya mengenai gejala-gejala

ketidaknyamanan setelah ditempatkan ditempat tidur


dengan posisi tubuh yang menunjang.

DATA OBJEKTIF (penilaian perawat secara


langsung)
Sistem Respiratori
Status sirkulatori
Tingkat Kesadaran
Balutan
Posisi tubuh
Status Urinari / eksresi.

PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
Yang perlu diperhatikan : umur, prosedur pembedahan,

efek samping dari prosedur pembedahan dan


pengobatan, body image dan pola/gaya hidup. Juga tanda
fisik yang menandakan kecemasan termasuk denyut nadi,
tekanan darah, dan kecepatan respirasi serta ekspresi
wajah.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM POST


OPERASI
Analisa serum dan elektrolit, glukosa dan pemeriksaaan

darah lengkap.
Pemeriksaann urine sekitar setiap 4 jam untuk klien
dengan resiko dehidrasi dan insufisisensi ginjal.

MASALAH KEPERAWATAN POST


OPERATIF
Diagnosa Umum
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek
samping dari anaesthesi.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post
operasi.
Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan.
Resiko injury berhubungan dengan kelemahan fisik, efek
anaesthesi, obat-obatan (penenang, analgesik) dan imobil
terlalu lama.

Diagnosa Tambahan
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
peningkatan produksi sekret.
Resiko retensi urine berhubungan dengan anaesthesi,
bedah pelvis, dan kurang gerak.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah
memahami informasi.
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang prosedur pembedahan.
Nausea berhubungan dengan efek anaesthesi, narkotika,
ketidaseimbangan elektrolit.
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan anoreksoia, lemah, nyeri, mual.
Konstipasi berhubungan dengan efek anaesthesi.

You might also like