1) Klasifikasi Proffit Ackermann menambahkan lima karakteristik utama maloklusi pada sistem Angle, meliputi evaluasi pemadatan gigi, hubungan antara protrusi dan pemadatan, serta bidang transvers dan vertikal.
2) Langkah klasifikasi meliputi evaluasi proporsi wajah, kesejajaran gigi, hubungan transvers, anteroposterior, dan vertikal untuk mendeskripsikan masalah secara menyeluruh.
3) Tujuan klasifikasi
1) Klasifikasi Proffit Ackermann menambahkan lima karakteristik utama maloklusi pada sistem Angle, meliputi evaluasi pemadatan gigi, hubungan antara protrusi dan pemadatan, serta bidang transvers dan vertikal.
2) Langkah klasifikasi meliputi evaluasi proporsi wajah, kesejajaran gigi, hubungan transvers, anteroposterior, dan vertikal untuk mendeskripsikan masalah secara menyeluruh.
3) Tujuan klasifikasi
1) Klasifikasi Proffit Ackermann menambahkan lima karakteristik utama maloklusi pada sistem Angle, meliputi evaluasi pemadatan gigi, hubungan antara protrusi dan pemadatan, serta bidang transvers dan vertikal.
2) Langkah klasifikasi meliputi evaluasi proporsi wajah, kesejajaran gigi, hubungan transvers, anteroposterior, dan vertikal untuk mendeskripsikan masalah secara menyeluruh.
3) Tujuan klasifikasi
Klasifikasi merupakan alat penting dalam prosedur perencanaan
diagnosis-pengobatan. Klasifikasi yang ideal akan menyimpulkan data diagnostik dan menunjukkan rencana pengobatan. Dalam konsep diagnosis, klasifikasi bisa dianggap sebagai reduksi database menjadi satu daftar masalah pasien. Perkembangan Sistem Klasifikasi Klasifikasi ortodontik awal, adalah klasifikasi malocclusion Angle menjadi kelas I, II dan III. Dasar klasifikasi Angle adalah hubungan gigi molar pertama dan kesejajaran (atau ketidaksejajaran) gigi relatif terhadap garis occlusion. Klasifikasi Angle membentuk empat kelompok: Normal Hubungan molar normal (kelas I), gigi pada garis occlusion occlusion Malocclusion Hubungan molar normal (kelas I) gigi padat, berputar kelas I dsb Malocclusion Molar bawah distal dengan molar atas, hubungan gigi kelas II lain dengan garis occlusion tidak disebutkan Malocclusion Molar bawah mesial dengan molar atas, hubungan gigi kelas III lain dengan garis occlusion tidak disebutkan Sistem Angle adalah langkah maju, bukan hanya karena memberikan cara untuk mengklasifikasi maloklusi tetapi juga karena untuk pertama kalinya memberikan definisi sederhana untuk oklusi normal, dan karena itu cara untuk membedakan normal occlusion dengan malocclusion. Setelah diakui bahwa klasifikasi Angle tidak sempurna, karena tidak menyertakan karakteristik penting dari masalah pasien. Kekurangan dalam sistem Angle menyebabkan sejumlah tambahan pada tahap awal. Sejumlah pembagian kelas 1 disarankan oleh Martin Dewey. Bertahap angka klasifikasi Angle dikembangkan hingga empat karakteristik berbeda tetapi berhubungan: klasifikasi malocclusion, seperti pada rancangan awal; hubungan molar, hubungan rahang; dan pola pertumbuhan. Jadi hubungan rahang kelas II berarti mandibula terletak jauh dari maxilla. Ini biasanya ditemukan berkaitan dengan hubungan molar kelas II tetapi terkadang bisa juga ada meskipun hubungan molar kelas 1. Pertumbuhan Kelas 1 dan kelas III susunannya ditujukkan seimbang dan tidak seimbangnya pertumbuhan mandibula bagian depan. Di tahun 1960-an, Ackerman dan Proffitt meresmikan sistem tambahan informal pada metode Angle dengan mengidentifikasi lima karakteristik utama dari malocclusion untuk digambarkan secara sistematis pada klasifikasi. Pendekatan tersebut menutupi kelemahan utama skema Angle. Secara spesifik, ia (1) menyertakan evaluasi
pemadatan dan asimetri pada gigi dan menyertakan evaluasi incisor
protrusion, (2) mengenali hubungan antara protrusion dan crowding, (3) menyertakan bidang transverse dan vertikal dan juga anteroposterior, dan (4) menyertakan informasi tentang proporsi rahang pada titik yang tepat, yaitu pada gambaran hubungan pada tiap bidang. Pengalaman membuktikan bahwa minimal lima karakteristik harus dipertimbangkan dalam evaluasi diagnostik lengkap. Meskipun elemen-elemen skema Ackerman-Profitt biasanya tidak dikombinasikan seperti awalnya, sekarang banyak digunakan klasifikasi dengan lima karakteristik utama. Seperti halnya diagnosis orthodontik lain, klasifikasi dipengaruhi perubahan besar yang terjadi saat ini, seperti perkembangan pencitraan tiga dimensi dan perkembangan lain dalam teknologi orthodontik. Namun perubahan terpenting adalah penekanan yang lebih besar pada evaluasi proporsi jaringan lunak pada wajah dan hubungan gigi pada mulut dan pipi, pada senyum dan juga saat istirahat. Revisi terbaru pada skema klasifikasi memfokuskan pada pengembangannya untuk menyertakan aspek baru diagnostik orthodontik ini. Empat puluh tahun lalu, kebanyakan orthodontist menganggap perannya adalah untuk memperbaiki malocclusion dengan meratakan gigi. Sekarang, tujuan pengobatan mempertimbangkan penampilan wajah dan gigi dan juga hubungan gigi. Saat ini, evaluasi penampilan dentofacial mencakup evaluasi wajah penuh, pertimbangan penampilan gigi anterior saat istirahat dan ketika tersenyum, dan evaluasi jaringan lunak pada tampak oblique (3/4) dan juga frontal dan profil. Sedikit sekali perubahan pada deskripsi kepadatan atau jarak pada lengkung gigi, tetapi sekarang dibutuhkan pemahaman yang lebih baik pada garis occlusion dalam hubungannya dengan tujuan pengobatan. Tujuan pengobatan tidak lagi membetulkan malocclusion, tetapi memperbaiki sekaligus mengembalikan hubungan tulang gigi dan wajah yang normal dengan jaringan lunak wajah dan intra-oral yang berarti membutuhkan analisis sifat dentofacial yang lebih menyeluruh. Klasifikasi berdasarkan karakteristik maloklusi Langkah 1: Evaluasi dari proporsi wajah dan estetika Langkah ini dilakukan selama pemeriksaan klinis pertama, dimana asimetris wajah, proporsi wajah anteroposterior dan vertikal, dan hubungan bibir-gigi (pada saat istirahat dan tersenyum) dievaluasi. Evaluasi ini telah ditemukan lebih awal pada konteks pertimbangan makro-, mini-, dan mikro-estetik. Penyatuan data ke dalam skema klasifikasi, menggunakan sumbu rotasi sebagai tambahan terhadap tiga bidang, yang akan dijelaskan kemudian. Hasilnya diringkas sebagai masalah positif dari bagian pemeriksaan ini. Masalah klinis dapat diperiksakan berlawanan dengan foto wajah dan lateral cephalometric
radiograph, yang mana harus dikonfirmasikan dengan pertimbangan
klinis. Langkah 2 : Evaluasi kesejajaran dan simetri pada dental arches Langkah ini dilakukan dengan cara memeriksa dental arches dari sisi oklusal, mengevaluasi pertama simetri pada masing-masing dental arch dan kedua, jumlah crowding atau spacing. Analisis space mengukur crowding atau spacing, namun cara/pola ini harus diinterpretasikan dalam jumlah sedikit pada masalah lain dalam evaluasi keseluruhan pasien. Poin yang utama ialah adanya atau tidak adanya protusi incisor yang berlebihan, yang tidak dapat dievaluasi tanpa pengetahuan mengenai pemisahan bibir pada akhirnya. Untuk alasan tersebut, hubungan dentofacial dikenal pada pemeriksaan klinis pertama yang harus dipertimbangkan sesegera mungkin sejalan dengan hubungan gigi dengan garis oklusi. Langkah 3: Evaluasi rangka dan hubungan gigi pada bidang transvers Pada tahap ini, cast dibawa ke dalam oklusi dan hubungan oklusal diperiksa, dimulai dengan bidang transverse (crossbite posterior). Sisi objektifnya adalah untuk mendeskripsikan secara akurat oklusinya dan untuk membedakan antara kontribusi maloklusi rangka dan gigi. Pada poin ini, evaluasi yang utama adalah dental cast dan radiografi, tapi perlu kita ingat bahwa baik roll dan yaw pada rahang dan pertumbuhan gigi mempengaruhi hubungan transverse dentofacial. Faktor-faktor tersebut seharusnya sudah dapat dikenali pada klasifikasi langkah pertama, dan dapat diperjelas pada langkah ketiga ini. Posterior crossbite dideskripsikan pada keadaan molar atas (gbr. 6-71). Dengan demikian crossbite lingual (atau palatal) maksila bilateral berarti bahwa molar atas lebih ke posisi lingual dari posisi normalnya pada kedua sisi, sedangkan crossbite buccal mandibular unilateral berarti molar mandibula berada pada posisi lebih ke buccal pada satu sisi. Terminologi ini memerincikan gigi mana (maksila atau mandibula) yang tergeser dari posisi normalnya. Step 4: evaluasi dari hubungan skeletal dan dental di anteroposterior plane dari space. Menindak dental casts di oklusi akan menyelesaikan masalah anteroposterior apapun di bukal oklusi atau di hubungan anterior. Klasifikasi Angle akan dibahas disini. Penting disini untuk menenyakan sebuah end-to-end,hubungan segmen bukal kelas II maupun III atau reverse overjet dari incisor yang disebabkan oleh discrepancy tulang rahang, pergantian gigi pada rahang dengan proporsi baik (kelas II atau III), atau kombinasi skeletal dan displacement gigi. Penurunan atau excessive pada pertumbuhan rahang hampir selalu
memproduksi sebuah oklusal discrepansy , tetapi kebanyakan apabila
penyabab discrepancy adalah rahang, kasus ini termasuk sebagai skeletal kelas II atau III. Terminologi tadi menjelskan bahwa hubungan skeletal atau rahang adalah merupakan penyebab dari kelas II dental oklusi. Perbedaan antara dental dan skeletal adalah penting karena perawatan pada keduanya berbeda. Perbedaannya dapat dilihat dari analisis cephalometricnya. Analisis cephalometric ini diperlukan untuk meyakinkan tentang penyabab alami masalahnya. Objek ini dievaluasi secara akurat. Kadang-kadang oklusi molar memiliki satu sisi kelas II, dan sisi lain adalah kelas I. Angle menyebutkan kasus kelas II ini dibagi menjadi subdivisi kanan atau kiri bergantung dari sudut pandang kita masing-masing. Dalam klasifikasi modern, klasifikasi subdivisi jarang digunakan karena klasifikasi ini tidak menjelaskan masalah yang sebenarnya. Hubungan molar yang asimetris menybabkan ke tidak simetrisan pada satu atau kedua dental arch. Hal ini perlu diperhatikan dan harus sudah dirumuskan ketika di langkah pertama maupun langkah kedua di prosedur klasifikasi. Langkah 5 : Evaluasi dari hubungan skeletal dan dental pada bidang vertikal Pada oklusi, permasalahan vertical dapat dijabarkan dalam kasus anterior open bite (kegagalan gigi anterior untuk overlap), anterior deep bite (overlap yang berlebihan pada gigi anterior), atau posterior open bite (kegagalan gigi posterior untuk beroklusi baik secara unilateral atau bilateral). Gigi posterior bereupsi secara normal, tapi gigi anterior tidak, terdapat ketidakcocokan pada garis oklusi dan garis estetik pada gigigeligi. Hal ini dihasilkan pada 2 masalah yang berhubungan, yaitu gigi anterior mengalami open bite dan tidak seperti penampilan normal pada gigi anterior rahang atas. Kenaikan puncak anterior pada gigi RA mungkin terjadi tetapi hal ini jarang menjadi alasan utama bagi anterior open bite. Malah, pasien yang mengalami anterior open bite biasanya memiliki setidaknya beberapa erupsi yang berlebihan pada gigi posterior RA. Jika gigu anterior bererupsi secara normal tetapi gigi posterior bererupsi berlebihan, maka anterior open bite juga tidak dapat dihindarkan. Dalam kasus ini, hubungan antara gigi anterior dengan bibir akan normal, dan penampilan gigi posterior akan berlebihan. Garis oklusi dan garis estetik pada gigi-geligi akan "pitched down" secara posterior. Hal ini merujuk konsep yang penting namun terkadang sulit : pasien dengan skeletal open bite biasanya akan mengalami maloklusi pada anterior bite, hal ini dikarakteristikan oleh erupsi berlebih pada gigi posterior, rotasi ke arah bawah pada mandibula dan maksila, dan erupsi normal pada gigi anterior. Pola fasial dan dental ini kadang disebut "long
face syndrome". Berlawanan pada muka pendek, hubungan skeletal deep
bite. Dalam konteks ini, akan terlihat erupsi normal pada gigi insisif namun rotasi ada kedua rahang dan erupsi yang tidak cukup pada gigi posterior. Komponen skeletal dapat diketahui dengan rotasi rahang, refleksi pada bidang palatal dan mandibular angel. Jika angel antara mandibular dan palatal rendah, maka terdapat skeletal deep bite tedency. Begitu juga, jika angel amndibular dan palatal tinggi, maka terdapat skeletal open bite tendency. Penting untuk diingat bidang mandibular angel biasanya rata, perbaikan pada deep bite atau open bite dibutuhkan perubahan posisi vertikal dari gigi posterior jadi mandibula dapat berotasi menjadi inklinasi yang lebih normal. Analisis cephalometris dibutuhkan untuk mengevaluasi pasien dengan kasus skeletal vertikal, berlawanan dengan tujuan penjelasan secara akurat pada hubungan skeletal dan dental. Evaluasi klinis yang awas apasa hubungan gigi-geligi dengan jaringan lunak juga merupakan hal yang penting. Open bite dan deep bite dapat dihasilkan dari banyak kombinasi komponen dental dan skeletal, dan kasus biasanya termasuk hubungan gigi dan bibir yang salah. Analisis yang awas dibutuhkan jika perawatan yang dilakukan bertujuan untuk estetik dan stabil.