You are on page 1of 5

KLASIFIKASI PROFFIT ACKERMANN

Klasifikasi merupakan alat penting dalam prosedur perencanaan


diagnosis-pengobatan. Klasifikasi yang ideal akan menyimpulkan data
diagnostik dan menunjukkan rencana pengobatan. Dalam konsep
diagnosis, klasifikasi bisa dianggap sebagai reduksi database menjadi satu
daftar masalah pasien.
Perkembangan Sistem Klasifikasi
Klasifikasi ortodontik awal, adalah klasifikasi malocclusion Angle
menjadi kelas I, II dan III. Dasar klasifikasi Angle adalah hubungan gigi
molar pertama dan kesejajaran (atau ketidaksejajaran) gigi relatif
terhadap garis occlusion. Klasifikasi Angle membentuk empat kelompok:
Normal
Hubungan molar normal (kelas I), gigi pada garis
occlusion
occlusion
Malocclusion
Hubungan molar normal (kelas I) gigi padat, berputar
kelas I
dsb
Malocclusion
Molar bawah distal dengan molar atas, hubungan gigi
kelas II
lain dengan garis occlusion tidak disebutkan
Malocclusion
Molar bawah mesial dengan molar atas, hubungan gigi
kelas III
lain dengan garis occlusion tidak disebutkan
Sistem Angle adalah langkah maju, bukan hanya karena
memberikan cara untuk mengklasifikasi maloklusi tetapi juga karena
untuk pertama kalinya memberikan definisi sederhana untuk oklusi
normal, dan karena itu cara untuk membedakan normal occlusion dengan
malocclusion.
Setelah diakui bahwa klasifikasi Angle tidak sempurna, karena tidak
menyertakan karakteristik penting dari masalah pasien. Kekurangan
dalam sistem Angle menyebabkan sejumlah tambahan pada tahap awal.
Sejumlah pembagian kelas 1 disarankan oleh Martin Dewey. Bertahap
angka klasifikasi Angle dikembangkan hingga empat karakteristik berbeda
tetapi berhubungan: klasifikasi malocclusion, seperti pada rancangan
awal; hubungan molar, hubungan rahang; dan pola pertumbuhan. Jadi
hubungan rahang kelas II berarti mandibula terletak jauh dari maxilla. Ini
biasanya ditemukan berkaitan dengan hubungan molar kelas II tetapi
terkadang bisa juga ada meskipun hubungan molar kelas 1. Pertumbuhan
Kelas 1 dan kelas III susunannya ditujukkan seimbang dan tidak
seimbangnya pertumbuhan mandibula bagian depan.
Di tahun 1960-an, Ackerman dan Proffitt meresmikan sistem
tambahan informal pada metode Angle dengan mengidentifikasi lima
karakteristik utama dari malocclusion untuk digambarkan secara
sistematis pada klasifikasi. Pendekatan tersebut menutupi kelemahan
utama skema Angle. Secara spesifik, ia (1) menyertakan evaluasi

pemadatan dan asimetri pada gigi dan menyertakan evaluasi incisor


protrusion, (2) mengenali hubungan antara protrusion dan crowding, (3)
menyertakan bidang transverse dan vertikal dan juga anteroposterior, dan
(4) menyertakan informasi tentang proporsi rahang pada titik yang tepat,
yaitu pada gambaran hubungan pada tiap bidang. Pengalaman
membuktikan bahwa minimal lima karakteristik harus dipertimbangkan
dalam evaluasi diagnostik lengkap.
Meskipun elemen-elemen skema Ackerman-Profitt biasanya tidak
dikombinasikan seperti awalnya, sekarang banyak digunakan klasifikasi
dengan lima karakteristik utama. Seperti halnya diagnosis orthodontik
lain, klasifikasi dipengaruhi perubahan besar yang terjadi saat ini, seperti
perkembangan pencitraan tiga dimensi dan perkembangan lain dalam
teknologi orthodontik. Namun perubahan terpenting adalah penekanan
yang lebih besar pada evaluasi proporsi jaringan lunak pada wajah dan
hubungan gigi pada mulut dan pipi, pada senyum dan juga saat istirahat.
Revisi terbaru pada skema klasifikasi memfokuskan pada
pengembangannya untuk menyertakan aspek baru diagnostik orthodontik
ini. Empat puluh tahun lalu, kebanyakan orthodontist menganggap
perannya adalah untuk memperbaiki malocclusion dengan meratakan
gigi. Sekarang, tujuan pengobatan mempertimbangkan penampilan wajah
dan gigi dan juga hubungan gigi. Saat ini, evaluasi penampilan dentofacial
mencakup evaluasi wajah penuh, pertimbangan penampilan gigi anterior
saat istirahat dan ketika tersenyum, dan evaluasi jaringan lunak pada
tampak oblique (3/4) dan juga frontal dan profil. Sedikit sekali perubahan
pada deskripsi kepadatan atau jarak pada lengkung gigi, tetapi sekarang
dibutuhkan pemahaman yang lebih baik pada garis occlusion dalam
hubungannya dengan tujuan pengobatan. Tujuan pengobatan tidak lagi
membetulkan
malocclusion,
tetapi
memperbaiki
sekaligus
mengembalikan hubungan tulang gigi dan wajah yang normal dengan
jaringan lunak wajah dan intra-oral yang berarti membutuhkan analisis
sifat dentofacial yang lebih menyeluruh.
Klasifikasi berdasarkan karakteristik maloklusi
Langkah 1: Evaluasi dari proporsi wajah dan estetika
Langkah ini dilakukan selama pemeriksaan klinis pertama, dimana
asimetris wajah, proporsi wajah anteroposterior dan vertikal, dan
hubungan bibir-gigi (pada saat istirahat dan tersenyum) dievaluasi.
Evaluasi ini telah ditemukan lebih awal pada konteks pertimbangan
makro-, mini-, dan mikro-estetik. Penyatuan data ke dalam skema
klasifikasi, menggunakan sumbu rotasi sebagai tambahan terhadap tiga
bidang, yang akan dijelaskan kemudian. Hasilnya diringkas sebagai
masalah positif dari bagian pemeriksaan ini. Masalah klinis dapat
diperiksakan berlawanan dengan foto wajah dan lateral cephalometric

radiograph, yang mana harus dikonfirmasikan dengan pertimbangan


klinis.
Langkah 2 : Evaluasi kesejajaran dan simetri pada dental arches
Langkah ini dilakukan dengan cara memeriksa dental arches dari sisi
oklusal, mengevaluasi pertama simetri pada masing-masing dental arch
dan kedua, jumlah crowding atau spacing. Analisis space mengukur
crowding atau spacing, namun cara/pola ini harus diinterpretasikan dalam
jumlah sedikit pada masalah lain dalam evaluasi keseluruhan pasien. Poin
yang utama ialah adanya atau tidak adanya protusi incisor yang
berlebihan, yang tidak dapat dievaluasi tanpa pengetahuan mengenai
pemisahan bibir pada akhirnya. Untuk alasan tersebut, hubungan
dentofacial dikenal pada pemeriksaan klinis pertama yang harus
dipertimbangkan sesegera mungkin sejalan dengan hubungan gigi
dengan garis oklusi.
Langkah 3: Evaluasi rangka dan hubungan gigi pada bidang
transvers
Pada tahap ini, cast dibawa ke dalam oklusi dan hubungan oklusal
diperiksa, dimulai dengan bidang transverse (crossbite posterior). Sisi
objektifnya adalah untuk mendeskripsikan secara akurat oklusinya dan
untuk membedakan antara kontribusi maloklusi rangka dan gigi. Pada
poin ini, evaluasi yang utama adalah dental cast dan radiografi, tapi perlu
kita ingat bahwa baik roll dan yaw pada rahang dan pertumbuhan gigi
mempengaruhi hubungan transverse dentofacial. Faktor-faktor tersebut
seharusnya sudah dapat dikenali pada klasifikasi langkah pertama, dan
dapat diperjelas pada langkah ketiga ini.
Posterior crossbite dideskripsikan pada keadaan molar atas (gbr. 6-71).
Dengan demikian crossbite lingual (atau palatal) maksila bilateral berarti
bahwa molar atas lebih ke posisi lingual dari posisi normalnya pada kedua
sisi, sedangkan crossbite buccal mandibular unilateral berarti molar
mandibula berada pada posisi lebih ke buccal pada satu sisi. Terminologi
ini memerincikan gigi mana (maksila atau mandibula) yang tergeser dari
posisi normalnya.
Step 4: evaluasi
dari
hubungan
skeletal
dan
dental
di
anteroposterior plane dari space.
Menindak dental casts di oklusi akan menyelesaikan masalah
anteroposterior apapun di bukal oklusi atau di hubungan anterior.
Klasifikasi Angle akan dibahas disini.
Penting disini untuk menenyakan sebuah end-to-end,hubungan segmen
bukal kelas II maupun III atau reverse overjet dari incisor yang disebabkan
oleh discrepancy tulang rahang, pergantian gigi pada rahang dengan
proporsi baik (kelas II atau III), atau kombinasi skeletal dan displacement
gigi. Penurunan atau excessive pada pertumbuhan rahang hampir selalu

memproduksi sebuah oklusal discrepansy , tetapi kebanyakan apabila


penyabab discrepancy adalah rahang, kasus ini termasuk sebagai skeletal
kelas II atau III. Terminologi tadi menjelskan bahwa hubungan skeletal
atau rahang adalah merupakan penyebab dari kelas II dental oklusi.
Perbedaan antara dental dan skeletal adalah penting karena perawatan
pada keduanya berbeda. Perbedaannya dapat dilihat dari analisis
cephalometricnya.
Analisis cephalometric ini diperlukan untuk meyakinkan tentang penyabab
alami masalahnya. Objek ini dievaluasi secara akurat. Kadang-kadang
oklusi molar memiliki satu sisi kelas II, dan sisi lain adalah kelas I. Angle
menyebutkan kasus kelas II ini dibagi menjadi subdivisi kanan atau kiri
bergantung dari sudut pandang kita masing-masing. Dalam klasifikasi
modern, klasifikasi subdivisi jarang digunakan karena klasifikasi ini tidak
menjelaskan masalah yang sebenarnya. Hubungan molar yang asimetris
menybabkan ke tidak simetrisan pada satu atau kedua dental arch. Hal ini
perlu diperhatikan dan harus sudah dirumuskan ketika di langkah pertama
maupun langkah kedua di prosedur klasifikasi.
Langkah 5 : Evaluasi dari hubungan skeletal dan dental pada
bidang vertikal
Pada oklusi, permasalahan vertical dapat dijabarkan dalam kasus
anterior open bite (kegagalan gigi anterior untuk overlap), anterior deep
bite (overlap yang berlebihan pada gigi anterior), atau posterior open bite
(kegagalan gigi posterior untuk beroklusi baik secara unilateral atau
bilateral).
Gigi posterior bereupsi secara normal, tapi gigi anterior tidak,
terdapat ketidakcocokan pada garis oklusi dan garis estetik pada gigigeligi. Hal ini dihasilkan pada 2 masalah yang berhubungan, yaitu gigi
anterior mengalami open bite dan tidak seperti penampilan normal pada
gigi anterior rahang atas. Kenaikan puncak anterior pada gigi RA mungkin
terjadi tetapi hal ini jarang menjadi alasan utama bagi anterior open bite.
Malah, pasien yang mengalami anterior open bite biasanya memiliki
setidaknya beberapa erupsi yang berlebihan pada gigi posterior RA. Jika
gigu anterior bererupsi secara normal tetapi gigi posterior bererupsi
berlebihan, maka anterior open bite juga tidak dapat dihindarkan. Dalam
kasus ini, hubungan antara gigi anterior dengan bibir akan normal, dan
penampilan gigi posterior akan berlebihan. Garis oklusi dan garis estetik
pada gigi-geligi akan "pitched down" secara posterior.
Hal ini merujuk konsep yang penting namun terkadang sulit : pasien
dengan skeletal open bite biasanya akan mengalami maloklusi pada
anterior bite, hal ini dikarakteristikan oleh erupsi berlebih pada gigi
posterior, rotasi ke arah bawah pada mandibula dan maksila, dan erupsi
normal pada gigi anterior. Pola fasial dan dental ini kadang disebut "long

face syndrome". Berlawanan pada muka pendek, hubungan skeletal deep


bite. Dalam konteks ini, akan terlihat erupsi normal pada gigi insisif
namun rotasi ada kedua rahang dan erupsi yang tidak cukup pada gigi
posterior. Komponen skeletal dapat diketahui dengan rotasi rahang,
refleksi pada bidang palatal dan mandibular angel. Jika angel antara
mandibular dan palatal rendah, maka terdapat skeletal deep bite tedency.
Begitu juga, jika angel amndibular dan palatal tinggi, maka terdapat
skeletal open bite tendency.
Penting untuk diingat bidang mandibular angel biasanya rata,
perbaikan pada deep bite atau open bite dibutuhkan perubahan posisi
vertikal dari gigi posterior jadi mandibula dapat berotasi menjadi inklinasi
yang lebih normal. Analisis cephalometris dibutuhkan untuk mengevaluasi
pasien dengan kasus skeletal vertikal, berlawanan dengan tujuan
penjelasan secara akurat pada hubungan skeletal dan dental.
Evaluasi klinis yang awas apasa hubungan gigi-geligi dengan
jaringan lunak juga merupakan hal yang penting. Open bite dan deep bite
dapat dihasilkan dari banyak kombinasi komponen dental dan skeletal,
dan kasus biasanya termasuk hubungan gigi dan bibir yang salah. Analisis
yang awas dibutuhkan jika perawatan yang dilakukan bertujuan untuk
estetik dan stabil.

You might also like