You are on page 1of 7

Penentuan Energi Kisi Oksida-Oksida Piroklor

Dede Suhendar, Ismunandar


Kelompok Keahlian Kimia Anorganik dan Fisik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Bandung, Bandung
e-mail: ismu@chem.itb.ac.id
Diterima September 2005, disetujui untuk dipublikasi Januari 2006
Abstrak
Prediksi energi kisi oksida piroklor sangat penting untuk memperkirakan kestabilan oksida yang akan disintesis.
Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk mencari rumusan yang dapat digunakan untuk meramalkan energi
kisi oksida piroklor. Sebagai standar awalnya ditentukan energi kisi, yang data kalor pembentukannya telah
diketahui, dengan menggunakan siklus Born Haber, sehingga didapat U(BHC). Energi kisi, U, oksida-oksida
piroklor telah ditentukan dengan persamaan energi kisi Glasser, (G), Glasser-Jenkins, (GJ), dan Yoder-Flora, (YF).
Plotting U(BHC), terhadap U(G), U(GJ) dan U(YF) berturut-turut memperoleh R2 = 0,9564, 0,8671, dan 0,9993.
Berdasarkan hasil plotting yang cocok pada U(BHC) vs. U(YF), persamaan Yoder-Flora kemudian dicoba
dikombinasikan dengan persamaan Kapustinskii untuk melihat korelasinya terhadap U(BHC) oksida piroklor, dan
menghasilkan persamaan kombinasi Yoder-Flora-Kapustinskii pada oksida piroklor,
U(YFK)piroklor = U(K) oksida A + U (K) oksida B
dengan U(K) merupakan energi kisi hasil perhitungan dengan persamaan Kapustinskii dari oksida dengan jari-jari
ion A pada bilangan koordinasi delapan dan ion B pada koordinasi enam, kecuali untuk ion B yang berasal dari
oksida berstruktur fluorit memakai jari-jari ion pada koordinasi delapan. Hasil perhitungan U(YFK) mendapatkan
selisih < 3 % terhadap U(BHC).
Kata kunci: Energi kisi, Oksida piroklor, Persamaan energi kisi
Abstract
Lattice energy of pyrochlore oxides prediction is important in relation with the synthesis effort. This work was
aimed to find an equation that could be used to predict the lattice enthalpy of pyrochlore oxides. As standards,
pyrochlores with known enthalpy formation were used to calculate the lattice entalphy via Born Haber cycle
U(BHC). Lattice energies, U, of pyrochlore oxides were calculated by Glasser (G), Glasser-Jenkins, (GJ), and
Yoder-Flora, (YF) equations. Plotting of Born-Haber lattice energies U(BHC) vs. U(G), U(GJ), and U(YF) resulted
in R2 = 0.9564, 0.8671, and 0.9993, respectively. Based on the fitting of U(BHC) vs. U(YF), then a combination of
Yoder-Flora and Kapustinskii equations were formulated and tested for U(BHC) of pyrochlore oxides. The YoderFlora-Kapustinskii (YFK) equation was
U(YFK)pyrochlore = U(K) oxide of A + U (K) oxide of B
where U(K) is lattice energy of oxide calculated by Kapustinskii equation using ionic radii of A in eight
coordination number, and B in six coordination number, except for B ions from oxide fluorite structures in eight
coordination number. The differences between U(YFK) and U(BHC) were < 3 %..
Keywords: Lattice energy, Pyrochlore oxides, Lattice energy equation
1.

Pendahuluan

Oksida piroklor memiliki rumus umum


A2B2O7 (A dan B adalah ion logam, dengan 1,3 <
rA/rB < 2,3) adalah keluarga oksida ionik terner yang
memiliki struktur kubus, kelompok ruang Fd3m, a
10 dan parameter posisi atom O(48f) 0,3125 < x <
0,375 (Subramanian et al., 1983). Gambar struktur
tiga dimensi dari oksida piroklor seperti terlihat pada
gambar 1. Dengan rentang jari-jari ion dan variasi
konfigurasi elektron dari logam-logam yang dapat
disubstitusi begitu lebar, maka keluarga oksida terner
ini memiliki rentang sifat listrik dan magnet yang
lebar pula. Karena menariknya fenomena senyawa
ini, baik dari kajian sains maupun aplikasinya, maka
perlu diketahui apa yang menjadi kendali
termodinamika pembentukannya, yakni energi kisi.

Gambar 1. Struktur oksida piroklor.

18

Dede Suhendar dan Ismunandar, Penentuan Energi Kisi Oksida-Oksida Piroklor 19

Terdapat tiga rumusan penting mengenai


energi kisi senyawa ionik kompleks (terdiri lebih dari
dua jenis ion), yakni persamaan Glasser, GlasserJenkins dan Yoder-Flora (tabel 1). Ketiga persamaan
memiliki dasar perumusan yang berbeda. Persamaan

Glasser
dan
Glasser-Jenkins
merupakan
penyederhanaan dari persamaan Kapustinskii yang
diterapkan pada senyawa ionik kompleks, sedangkan
persamaan Yoder-Flora diturunkan berdasarkan
siklus Born-Haber.

Tabel 1. Persamaan Kapustinskii, Glasser, Glasser-Jenkins dan Yoder Flora


Nama persamaan

Persamaan
1200,5 V Z + Z
0,345
1
rc + ra
rc + ra

Kapustinskii (K)

U =

Glasser (G)

U =

Glasser-Jenkins (GJ)

2I

U = AI
V
m

Pustaka


1 nk z 2k
r
r
1

Glasser,
1995
Glasser and
Jenkins,
2000

U ( BHC) garam rangkap = U ( BHC) garam sederhana

Yoder-Flora (YF)

West, 1984

Yoder and
Flora, 2005

(K), (G), (GJ), dan (YF) secara berturut-turut merupakan simbol yang digunakan untuk membedakan
persamaan energi kisi dari Kapustinskii, Glasser, Glasser-Jenkins, dan Yoder-Flora pada paper ini.
Persamaan Kapustinskii berlaku untuk senyawa ionik biner dan merupakan dasar penurunan persamaan
Glasser dan Glasser-Jenkins. Persamaan Yoder-Flora diturunkan sebagai hasil observasi dari siklus BornHaber yang hasilnya dapat disimpulkan bahwa energi kisi garam rangkap memiliki selisih yang sangat
kecil terhadap jumlah energi kisi garam-garam sederhananya, sehingga harga perubahan entalpinya dapat
diabaikan.
Keterangan simbol pada persamaan:
U
=
Energi kisi (kJ mol-1) yang diperoleh melalui persamaan yang diturunkan
dari Hukum Coulomb,
U(BHC)
=
Energi kisi (kJ mol-1) yang dihitung melalui Siklus Born-Haber,
V
=
Jumlah ion dalam satuan rumus,
=
Muatan ion positif,
Z+
Z=
Muatan ion negatif,
=
Jari-jari kation (),
rc
=
Jari-jari anion (),
ra
A
=
Faktor konversi elektrostatik yang besarnya 1200,5 pada pers.
Kapustinskii, dan 1213,9 kJ mol-1 pada pers. Glasser dan GlasserJenkins; merupakan hasil perkalian antara kuadrat muatan elektron,
bilangan Avogadro dan tetapan Madelung, M, dibagi permitivitas dalam
vakum, 4o,
=
Jarak
rata-rata kation ke anion (); jarak kation ke anion yang dimaksud
r
adalah jumlah jari-jari kation dan anion dengan memakai jari-jari ion
Goldscmidt koordinasi enam,
=
Konstanta tolakan yang besarnya 0,345,

2
I
=
n z = kekuatan ion,
k k

nk
zk
Vm

=
=
=

Jumlah ion ke-k,


Muatan ion ke-k,
Volume satuan rumus.

Sampai saat ini belum ada kajian secara


khusus perihal prediksi energi kisi oksida-oksida
yang berstruktur piroklor. Penelitian ini bertujuan
mencari rumusan energi kisi yang paling tepat dan
berlaku untuk senyawa oksida berstruktur piroklor.

2.

Metode

Untuk mencapai tujuan penelitian ini, langkah


pertama adalah menentukan harga energi kisi standar
dari oksida-oksida piroklor. Penentuan harga energi
kisi standar (sebagai pembanding) ini memakai siklus
Born-Haber, dan hasil perhitungannya sebagai

20 JURNAL MATEMATIKA DAN SAINS, MARET 2006, VOL. 11 NO. 1

U(BHC). Kemudian, dihitung harga energi kisi


oksida-oksida piroklor dengan persamaan Glasser,
U(G), Glasser-Jenkins, U(GJ) dan Yoder-Flora
U(YF), hasilnya dibandingkan (dalam % selisih) dan
diplotkan terhadap U(BHC).
Energi kisi dari siklus Born-Haber, U(BHC),
tiap oksida piroklor akan ditentukan dengan
menggunakan data entalpi atomisasi (Hatom),
ionisasi (Hion), dan afinitas (Haf), dari tiap unsur
dan molekul yang terlibat dalam pembentukan oksida

piroklor, serta entalpi pembentukan oksida piroklor


dari oksida-oksida binernya, (Hfox). Dengan
melihat skema pada gambar 2, data-data ini dapat
digunakan untuk menentukan energi kisi oksida
piroklor melalui persamaan:
U ( BHC ) = H atom + H ion + H af

(1)

H fo (oksida A) - H fo (oksida B) - H f ox

Gambar 2. Siklus Born-Haber dan proses-proses yang menghasilkan entalpi pembentukan standar, Hf pada
pembentukan oksida piroklor (A3+)2(B4+)2O7. Tahap-tahap I, II, III, dan IV merupakan Siklus Born-Haber. Tahaptahap V dan VI merupakan tahap pembentukan dari unsur-unsurnya menjadi oksida-oksida biner dan akhirnya
menjadi oksida piroklor. Untuk mengubah unsur A, B dan molekul O2 menjadi atom-atomnya diperlukan energi
atomisasi, dan perubahan entalpinya disebut entalpi atomisasi, Hatom (I); atom-atom A, B dan O kemudian diubah
menjadi A3+ dan B4+ memerlukan entalpi ionisasi (jumlah entalpi ionisasi pertama, kedua, dan ketiga untuk ion A;
jumlah entalpi ionisasi pertama, kedua, ketiga dan keempat untuk atom B), Hion, dan O2- menghasilkan entalpi
afinitas, Haf (II); selanjutnya ion-ion ini bergabung membentuk kisi struktur oksida piroklor yang menghasilkan
entalpi kisi, HL (III); Jumlah dari perubahan-perubahan entalpi tahap I, II dan III adalah entalpi pembentukan
standar, Hf (IV). Bila tidak ada data Hf, data entalpi pembentukan oksida A, Hf(A2O3(s)) dan oksida B,
Hf(2BO2(s)) (V), serta entalpi pembentukan oksida piroklor A2B2O7(s) dari oksida A dan B, Hfox (VI) dapat
digunakan.
Perhitungan U(G) dan U(YF) tidak dilakukan
terhadap semua piroklor mengingat terbatasnya data
yang tersedia untuk perhitungan dengan kedua
persamaan tersebut. Sedangkan untuk perhitungan
U(GJ), datanya cukup tersedia karena hanya
membutuhkan data parameter sel a (Subramanian et
al., 1983) untuk menghitung volume satuan rumus,
Vm. Untuk menghitung U(G), diperlukan data jari-jari
ion dari Goldschmidt (Goldschmidt, 1926) yang
sangat terbatas jumlahnya untuk kation-kation pada
oksida-oksida piroklor. Sedangkan, kendala pada
perhitungan U(YF) untuk keseluruhan oksida
piroklor adalah karena data termokimia (untuk
menghitung U(BHC)) dari oksida-oksida biner
pembentuknya sangat terbatas jumlahnya.
Dengan mempertimbangkan hasil perhitungan
yang diperoleh pada U(G), U(GJ) dan U(YF) serta
plotting-nya terhadap U(BHC) akan ditentukan

rumusan yang dianggap paling cocok untuk oksida


piroklor.

3. Hasil dan Diskusi


Kendala dalam penentuan energi kisi siklus
Born Haber dari oksida-oksida piroklor adalah
jarangnya data mengenai entalpi pembentukan
standarnya, Hf. Telah dilakukan eksperimen
penentuan entalpi pembentukan oksida piroklor,
Hfox, dari oksida piroklor Ln2Ti2O7 dan Ln2Zr2O7
(Ln = unsur-unsur lantanoida) (Helean et al., 2004;
Navrotsky et al., 2005). Dari linearitas antara Hfox
dengan perbandingan jari-jari Ln3+ terhadap Ti4+ dan
Zr4+, dilakukan ekstrapolasi pada oksida-oksida
piroklor lain untuk memperoleh keseluruhan Hfoxnya. Penggunaan data Hfox hasil ekstrapolasi ini
tidak terlalu berpengaruh besar terhadap akurasi
harga energi kisi hasil perhitungan dari siklus Born-

Dede Suhendar dan Ismunandar, Penentuan Energi Kisi Oksida-Oksida Piroklor 21

Haber, mengingat energi kisi oksida ionik terner


sangat besar (Yoder and Flora, 2005).
Selanjutnya, dihitung U(BHC) pada piroklor
(A3+)2(B4+)2O7. Mengingat harga Hfox sangat kecil,
maka diperkirakan bahwa U(BHC) piroklor vs.
U(BHC) oksida-oksida binernya akan memiliki
korelasi yang sangat dekat. Plotting kedua harga ini
seperti terlihat pada (gambar 3) yang menghasilkan
persamaan (2):

Upiroklor=

selanjutnya digunakan sebagai energi kisi


pembanding.
Energi kisi kemudian juga dihitung dengan
persamaan Glasser. Plotting data U(BHC) terhadap
U(G) seperti diberikan dalam (gambar 4), sementara
hasil perhitungan energi kisi oksida piroklor dengan
persamaan Glasser-Jenkins diberikan sebagai plotting
data U(BHC) terhadap U(GJ) (gambar 5).
Dalam publikasinya, Yoder dan Flora
mengusulkan bahwa energi kisi mineral-mineral
ionik
kompleks
dapat
dihitung
dengan
memperlakukannya sebagai gabungan energi kisi
masing-masing garam-garam tunggalnya. Plotting
energi kisi oksida piroklor U(BHC) dan energi kisi
hasil hitungan dengan memakai persamaan YoderFlora di mana U(YF) = U oksida A + U oksida B
terlihat pada gambar 6. Nampak dari hasil
perhitungan dengan ketiga persamaan tersebut serta
plotting-nya terhadap energi kisi dari siklus BornHaber memiliki variasi linearitas dengan R2 secara
berturut 0,9564, 0,8671 dan 0,999.

0,9793 (U A2O3 + 2 UBO2) + 676,7 (2)


kJ/mol

U (BHC) =1,0607U (G)-1009,9


2
R = 0,9564

33000

34000

35000

-1

38000
37000
36000
35000
34000
33000
32000

U(BHC) / kJ mol

U (BHC) / kJ mol

-1

Untuk menghasilkan persamaan (2), harga energi kisi


oksida-oksida piroklor, Upiroklor, telah dihitung
melalui konversi entalpi kisi menjadi energi kisi.
Tentang rumusan konversi ini lebih lanjut dapat
dilihat pada publikasi Glasser dan Jenkins. Sebagian
data energi kisi oksida A dan B diketahui dari
literature (Lattice Energies, 2003) dan sebagian lagi
dihitung dengan bantuan data entalpi pembentukan
standar yang ada (Rayner-Canham, 2000). Hasil
perhitungan energi kisi dengan persamaan (2)

36000

U (BHC) = 1,0218U (GJ) - 4043,8

45000

R 2 = 0,8626

40000
35000
30000
35000 37000 39000 41000 43000 45000 47000

-1

-1

U (G) / kJ mol

Gambar 3 Plotting U A2B2O7 vs. (U A2O3 + 2U BO2).

U (GJ) / kJ mol

Gambar 4 Plotting U(BHC) vs. U(G).

(U A2O3 +2U BO2) / kJ mol-1

Gambar 5 U(BHC) vs. U(GJ).

-1

U (BHC) / kJ mol

U A2B2O7 / kJ mol-1

U (BHC) = 0,9767U (YF) + 774,15

42000
U A2B2O7=0,9793(U A2O3+2U BO2)+675,62
2
40000
R = 0,9996
38000
36000
34000
32000
33000
35000
37000
39000
41000

42000
40000
38000
36000
34000
32000
33000

R = 0,9993

35000

37000

39000
-1

U (YF) / kJ mol

Gambar 6 U(BHC) vs. U(YF).

41000

43000

22 JURNAL MATEMATIKA DAN SAINS, MARET 2006, VOL. 11 NO. 1

Persentase selisih yang sangat besar dalam


penentuan energi kisi oksida piroklor hanya terjadi
pada pemakaian persamaan Glasser-Jenkins.
Penyebabnya dapat ditelusuri dari dasar
pengambilan rumusan yang dilakukan oleh Glasser
dan Jenkins. Mereka mulai menurunkan rumusan
Kapustinskii dengan memodelkan pada struktur
NaCl. Pada NaCl, kisi kubus sangat efisien
ditempati oleh ion-ion Na+ dan Cl-. Berbeda
halnya dengan struktur oksida piroklor di mana
terdapat tempat-tempat dalam kisi yang kosong.
Selain kurang efisiennya kisi pada oksida piroklor,
bertambahnya faktor tolakan antar atom oksigen
pada polihedra (BO6)6 menyebabkan turunnya
harga energi kisi dari perkiraan. Seperti diketahui
bahwa Glasser dan Jenkins memasukkan faktor
tolakan, R, dalam dasar penurunan rumusannya
karena melihat adanya kekonstanan pada (Vm/2I)1/3
vs. <r> (Glasser and Jenkins, 2000). Pada kasus
oksida piroklor terdapat tolakan yang kuat antar
atom oksigen seperti diilustrasikan pada gambar 7.

Gambar 7. Ilustrasi tolakan O-O antar oktahedra


BO6 yang menyumbang pada faktor tolakan R.
Pada gambar, bertambahnya gaya tolakan antar
atom diberi tanda .
Hasil perhitungan energi kisi dengan
menggunakan persamaan Glasser dan Yoder-Flora
lebih baik dibandingkan dengan persamaan
Glasser-Jenkins, bahkan persamaan Yoder-Flora
menghasilkan selisih < 0,75 % terhadap energi kisi
standar. Pemakaian persamaan Glasser agak
kurang memuaskan (persentase selisih sekitar 2-4
% terhadap U(BHC)). Kemungkinan besar hal ini
disebabkan kelemahan asumsi pengambilan harga
<r> yang merupakan rata-rata jarak kation-anion
bisa yang kurang representatif, dalam oksida
piroklor tingginya bilangan oksidasi logam (sekitar
4+) serta kecilnya ukuran kation menyebabkan
bertambahnya karakter ikatan kovalen pada
oktahedra BO6. Pemakaian persamaan YoderFlora dapat dikatakan sangat memuaskan.
Khususnya untuk senyawa-senyawa oksida ionik
kompleks, persamaan Yoder-Flora terbukti
keakuratannya seperti pada kasus piroklor maupun
pada hasil observasi mereka pada sejumlah
mineral oksida yang menghasilkan rata-rata selisih

kurang dari 0,75 % (Yoder and Flora, 2005).


Penyebab keakuratannya karena kenyataan pada
pembentukan oksida piroklor (juga oksida-oksida
ionik kompleks lain) dari oksida-oksida
pembentuknya hanya menghasilkan perubahan
entalpi yang sangat kecil (Yoder and Flora, 2005;
Helean et al., 2004; Navrotsky et al., 2005),
sehingga perhitungan energi kisi suatu oksida
ionik kompleks akan sangat kecil persentase
selisihnya terhadap energi kisi siklus Born-Haber.

Perumusan persamaan empiris baru


Tetapi bagaimanapun juga, persamaan
Yoder-Flora akan menjadi tidak realistis untuk
penentuan energi kisi sebagian besar oksida
piroklor, mengingat harga-harga energi kisi siklus
Born-Haber dari sebagian besar oksida-oksida
pembentuk piroklor belum diketahui sampai
sekarang. Oksida-oksida logam tersebut terutama
dari golongan logam transisi blok-d seri kedua dan
ketiga serta logam transisi blok-f (lantanida dan
aktinida).
Hasil yang baik pada perhitungan energi
kisi dengan persamaan Yoder-Flora, membawa
kepada ide untuk menggunakan persamaan
Kapustinskii yang telah sukses dalam memprediksi
energi kisi senyawa ionik biner. Dengan kenyataan
bahwa energi kisi oksida ionik terner tidak banyak
perbedaan dengan jumlah energi kisi oksida ionik
biner pembentuknya (Yoder and Flora, 2005),
maka persamaan Yoder-Flora (YF) dapat
dikombinasikan dengan persamaan Kapustinskii
(K) pada oksida piroklor yang menghasilkan
persamaan kombinasi Yoder-Flora-Kapustinskii
(YFK):
m + 2
n + 2
U piroklor = U (K) A 2 O m + U (K) B 2 O n
m+

n+

(3)

dengan A 2 O m dan B 2 O n adalah oksidaoksida pembentuk piroklor yang memiliki


bilangan oksidasi m dan n. Bilangan koordinasi
Am+ dan Bn+ biasanya berkisar antara 4 sampai 8
pada oksidanya. Pada kasus oksida piroklor, ionion logam A pada oksidanya memiliki bilangan
koordinasi 6 sampai 8, sedangkan pada logam B
dari 4 sampai 8. Pada struktur oksida piroklor, ion
Am+ dan Bn+ secara berturut-turut memiliki
bilangan koordinasi 8 dan 6, yakni pada ikatan
O2AO6 dan BO6 (O = O(16b), dan O =
O(48f)). Faktor konversi elektrostatik sebesar
1200,5 kJ mol-1 -1 (pada persamaan Kapustinskii)
pada perhitungan energi kisi dalam paper ini
diganti dengan 1213,9 kJ mol-1 -1 (persamaan
Glasser dan Glasser-Jenkins), dan jumlah dan
muatan, VZ+Z- diganti dengan istilah kekuatan ion,
2I = nkzk2, seperti pada persamaan Glasser dan

Dede Suhendar dan Ismunandar, Penentuan Energi Kisi Oksida-Oksida Piroklor 23

Glasser-Jenkins (Glasser, 1995); (Glasser and


Jenkins, 2000).
Asumsi awal untuk memulai perumusan,
bahwa perubahan bilangan koordinasi Am+ dan Bn+
pada struktur oksida binernya dengan struktur
piroklor tidak akan membawa kepada perubahan
yang besar pada energi kisi, sehingga persamaan
(3) dapat menggunakan data jari-jari ion dari
Shannon and Prewitt (Ionic radii in crystals, ed.,
2003), untuk Am+ pada lingkungan bilangan
koordinasi 8 dan Bn+ pada koordinasi 6. Untuk ion
O2- pada bilangan koordinasi delapan, dipakai jarijari 1,42 (untuk oksida A) dan koordinasi enam 1,4
(untuk oksida B).
Pada oksida piroklor yang mengandung ion
Hf4+, didapatkan bahwa hasil yang baik dengan
menggunakan persamaan kombinasi Yoder-FloraKapustinskii (YFK) diperoleh bila data jari-jari ion
yang dipakai adalah jari-jari ion pada bilangan
koordinasi 8. Fenomena ini makin menguatkan
asumsi bahwa energi kisi oksida ionik terner
hampir sama dengan jumlah energi kisi oksidaoksida ionik binernya. Seperti diketahui, struktur
oksida-oksida B kebanyakan berstruktur rutil
(koordinasi 6), sedangkan HfO2 memiliki struktur
fluorit (koordinasi 8). Dengan demikian,
perhitungan energi kisi oksida piroklor yang
mengandung ion yang pada oksida binernya
memiliki bilangan koordinasi 8 dapat diperlakukan
sama juga dengan perhitungan energi kisi piroklor
hafnat ini.
Selengkapnya tabulasi data dan hasil
perhitungan energi kisi dengan persamaan
kombinasi Yoder-Flora-Kapustinskii, U(YFK),
serta % selisihnya terhadap energi kisi dari siklus
Born-Haber, U(BHC) disajikan sebagai suplemen.
Hasil perhitungan U(YFK) dari 75 oksida piroklor
cukup memuaskan, memiliki persentase selisih 0,3
3 % dan rata-ratanya 1,19 % terhadap U(BHC).
Bila data difraksi oksida biner tersedia, persamaan
Kapustinskii hanya memerlukan data jarak
r(AO) dan r(BO) pada oksida A dan B untuk
memperkirakan harga energi kisi oksida piroklor
yang terbentuk. Perhitungan dengan menggunakan
data jarak kation anion sebenarnya dalam struktur
oksida binernya diharapkan akan lebih teliti
hasilnya.
Dengan berhasil dirumuskannya persamaan
kombinasi ini, maka energi kisi senyawa oksida
piroklor lainnya maupun oksida terner hipotetis
dapat diperkirakan melalui persamaan ini, karena
rumusan tidak bergantung pada struktur senyawa
yang terbentuk.

diminta ke penulis dengan menuliskan surat atau


email.

4. Kesimpulan
Dengan kesalahan kurang dari 3 %, pada
oksida piroklor juga berlaku rumusan energi kisi
yang merupakan persamaan kombinasi dari
rumusan Yoder-Flora dan Kapustinkii sebagai
berikut:

U piroklor = U (K) A m2+ O 2m +U (K) B n2 + O 2n


dengan
U (K) A m2 + O 2m =

1213,9 2 I
0,345
1
kJ/mol ;
(rA m + + 1,42) (rA m + + 1,42)

U (K) B n2 + O 2n =

1213,9 2 I
( r B n + + 1,4)

0,345
1
( r B n + + 1,4)

kJ/mol

dengan rAm+ = jari-jari ion Am+ pada bilangan


koordinasi delapan; rBn+ = jari-jari ion Bn+ pada
bilangan koordinasi enam, kecuali untuk ion Bn+
yang berasal dari oksida yang berstruktur fluorit
menggunakan jari-jari ion pada lingkungan
bilangan koordinasi delapan.

Ucapan Terima Kasih


DS dan Ism mengucapkan terimakasih
kepada Departemen Kimia ITB atas bantuan dana
penelitian.

Daftar Pustaka
Glasser, L. 1995, Lattice Energies of Crystals with
Multiple Ions: A Generalized Kapustinskii
Equation, Inorg. Chem., 34, 4935-4936.
Glasser, L. and H. D. B. Jenkins, 2000, Lattice
Energies and Unit Cell Volumes of Complex
Ionic Solids, J. Am. Chem. Soc., 122, 632638.
Helean, K. B., S. V. Ushakov, C. E. Brown, A.
Navrotsky, J. Lian, R.C. Ewing, J.M. Farmer,
and L.A. Boatner, 2004, Formation enthalpies
of rare earth titanate pyrochlores, J. Solid
State Chem., 177:6, 1858-1866.
Jenkins, H. D. B. and L. Glasser, 2002, Ionic
Hydrates, MpXqnH2O: Lattice Energy and
Standard Enthalpy of Formation Estimation,
Inorg. Chem., 41:17, 4378-4388.
Navrotsky, A., S. V. Ushakov, K. B. Helean, and
L. A. Boatner, Enthalpies of Formation of
Rare
Earth
Pyrochlores.
Sumber:
www.chem.udavis.edu/, diakses pada 15 April
2005.
Rayner-Canham, G., 2000, Descriptive Inorganic
Chemistry, 2 nd ed., Appendix 2,. 534-544,
W.H. Freeman and Co., New York.
Subramanian, M. A., G. Aravamudan, and G. V. S.
Rao, 1983, Pyrochlase oxides: Arieview,
Prog. Solid State Chem., 15, 55-142.
West, A. R. 1984, Solid State Chemistry and Its
Applications, John Wiley and Sons, New
York, 263-315.

24 JURNAL MATEMATIKA DAN SAINS, MARET 2006, VOL. 11 NO. 1

Yoder, C. H. and N. J. Flora, 2005, Geochemical


applications of the simple salt approximation
to the lattice energies of complex materials,
Am. Miner., 90, 488-496.
http://www.csv.warwick.ac.uk/fac/sci/Chemistry/t
hermochemistry/thermo10.htm Diakses pada
18 Juli 2005. Sumber asli: V. M.
Skrifter
Norske
Goldschmidt,
1926,
Videnskaps-Akad, Oslo, I, Mat. -Naturn. K1.

---, Ionic radii in crystals, (ed.), 2003, CRC


Handbook of Chemistry and Physics, CRC
Press, Boca Raton. 12-14 - 12-16.
---, Heats of formation of Inorganic compounds,
(ed.), 2003, CRC Handbook of Chemistry and
Physics, CRC Press, Boca Raton. 10-1 - 1010.
---, Lattice Energies, (ed.), 2003, CRC Handbook
of Chemistry and Physics, CRC Press, Boca
Raton. 12-22 - 12-35.

You might also like