Professional Documents
Culture Documents
PEMBAHASAN
2.
3.
4.
5.
6.
7.
merupakan hasil yang berbeda dan melibatkan 1 atau lebih dari mekanisme
psikodinamika.4
2.5 Gambaran Klinis Gangguan Waham Menetap
1. Status Mental
a. Deskripsi Umum
Pasien biasanya berdandan dengan baik dan berpakian baik, tanpa bukti
adanya disintegritas nyata pada kepribadian atau aktifitas harian. Tetapi
pasien mungkin terlihat aneh, pencuriga atau bermusuhan. Jika pasien
berusaha melibatkan klinisi sebagai suatu sekutu di dalam wahamnya,
klinisi tidak boleh berpura-pura menerima wahamnya, karena dengan
melakukan hal itu akan lebih jauh mengacaukan kenyataan dan
menentukan batas untuk perkembangan ketidakpercayaan antara pasien
dan ahli terapi. Hal yang mencolok paling penting dalam gangguan waham
adalah bahwa pemeriksaan status mental menunjukkan bahwa mereka
sangat normal kecuali adanya system waham abnormal yang jelas.1,7
b. Mood, Perasaan dan Afek
Mood pasien biasanya konsisten atau sejalan dengan isi waham. Misalnya
pasien dengan waham kejar akan curiga.1,7
c. Gangguan Persepsi
Menurut DSM-IV-TR, waham raba atau cium mungkin ditemukan jika hal
tersebut konsisten dengan waham (sebagai contoh; waham somatik tentang
bau badan). Beberapa pasien dengan gangguan waham juga mengalami
pengalaman halusinasi lainnya hampir semuanya selalu dnegar, bukan
visual. 1,7
d. Pikiran
Gangguan isi pikiran berupa waham merupakan gejala utama dari
gangguan ini. Waham biasanya bersifat sistematis dan karakteristiknya
adalah dimungkinkan. 1,7
2.
gangguan waham tipe ini akan mudah marah, mudah tersinggung dan terkadang
dapat bersikap agresif bahkan sampai melakukan tindakan pembunuhan.8
b.
Gangguan waham menetap tipe ini juga dikenal dengan conjugal paranoia
dan sindroma Othello. Waham tipe ini lebih sering terjadi pada laki-laki daripada
wanita. Waham ini jarang dijumpai, hanya sekitar kurang dari 0,2% dari semua
pasien psikiatrik. Onsetnya seringkali mendadak dan gejalanya akan menghilang
hanya setelah perpisahan atau kematian pasangannya.1,7 Waham cemburu dapat
menyebabkan penyiksaan verbal dan fisik yang bermakna terhadap pasangannya
dan bahkan dapat menyebabkan pembunuhan.7,8,9
e. Tipe Somatik (Somatic Type)
Waham
tipe
ini
juga
dikenal
sebagai
psikosis
hipokondriakal
derajat
keparahan
waham
ini
berfluktuasi.
Kecemasan
dan
kewaspadaan yang berlebihan adalah karakteristik dari waham ini.7,8 Waham yang
paling sering diderita adalah infeksi (misalnya bakteri, virus, parasit),
dismorfofobia (misalnya bentuk yang tidak sesuai pada hidung, payudara), waham
tentang bau badan yang berasal dari kulit, mulut atau vagina, atau waham bahwa
bagian tubuh tertentu seperti usus besar, tidak berfungsi. Dapat terjadi halusinasi
taktil yang behubungan dengan tema waham, misalnya pasien merasa ada
merayap dibawah kulitnya.1,7
f. Tipe Campuran (Mixed Type)
Pasien menunjukkan lebih dari satu tipe waham diatas dan tidak ada satu
tema waham yang menonjol.1,7
g.
Unspecified Type
Pasien menunjukkan tema waham yang tidak memenuhi salah satu waham
diatas. Sebagai contoh misidentifikasi sindroma, seperti sindroma Capgras, yaitu
keadaan yang dikarakteristikan dimana pasien percaya bahwa anggota
keluarganya telah di gantikan dengan seorang penipu ulung.1,8
2.7 Diagnosis Gangguan Waham Menetap
Dalam mendiagnosa suatu gangguan waham menetap, dapat digunakan kriteria
berdasarkan DSM-IV-TR, yaitu1,3,7 :
Tabel 2.1 Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Waham Menetap
A : Waham yang tidak aneh (yaitu melibatkan situasi yang terjadi didalam
kehidupan nyata, seperti sedang diikuti, diracuni, ditulari virus, dicintai dari
jarak jauh atau dikhianati oleh pasangan atau kekasih atau menderita suatu
penyakit) selama sekurangnya 1 bulan.
B : Kriteria A untuk skizofrenia tidak terpenuhi (pasien tidak menunjukkan
gejala halusinasi yang dominan, bicara terdisorganisasi, gejala negatif seperti
afek datar). Catatan : halusinasi taktil dan cium mungkin ditemukan pada
gangguan delusional jika berhubungan dengan waham.
C : Terlepas dari gangguan waham (-waham) atau percabangannya, fungsi adalah
tidak terganggu dengan jelas dan perilaku tidak jelas aneh atau kacau.
D : Jika episode mood telah terjadi secara bersama-sama dengan waham, lama
totalnya adalah relatif singkat dibandingkan lama periode waham.
E : Gangguan adalah bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat
(misalnya obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi
medis umum.
Tabel dari DSM-IV : Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disodred, ed. 4. Hak cipta: American Psychiatric
Association Washington, DC; 1994. Digunakan dengan izin.
Penyakit medis dan neurologis dapat tampak dengan waham. Tempat yang
paling sering untuk lesi ini adalah ganglia basalis dan sistem limbik. Pemeriksaan
medis termasuk skrining toksikologi dan pemeriksaan laboratorium rutin harus
dilakukan. Tes neuropsikologi dan elektroensefalografi (EEG) atau suatu
pemeriksaan tomografi computer (CT-Scan) mungkin diindikasikan pada saat
persentasi pertama, khususnya jika tanda atau gejala lain menyatakan adanya
gangguan kognitif atau lesi elektrofisiologi atau struktural.1
Tabel 2.2 Kondisi Neurologis dan Medis yang Dapat Tampak dengan Waham1
Gangguan ganglia basalis penyakit Parkinson, penyakit Huntington
Keadaan Defisiensi B12, folat, tiamin, niasin
Delirium
Demensia penyakit Alzheimer, penyakit Pick
Akibat obat amfetamin, antikolinergik, antidepresan, antihipertensif, obat
antituberkulosis, obat antiparkinson, cimetidine, kokain, disulfiram
(Antabuse), halusinogen
Endokrinopati adrenal, tiroid, paratiroid
Patologi sistem limbik epilepsi, penyakit serebrovaskuler, tumor
Sistemik ensefalopati hepatik, hiperkalsemia, hipoglikemia, porfiria,
uremia
Diagnosis banding yang paling mendekati gangguan waham menetap
adalah skizofrenia tipe paranoid.1,3,7 Dimana, hal yang membedakannya dengan
gangguan waham menetap adalah kualitas waham. Menurut PPDGJ III, pedoman
diagnostik Skizofrenia tipe paranoid adalah sebagai berikut11 :
1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
2. Sebagai tambahan :
a. Halusinasi dan/atau waham harus menonjol :
Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah,
atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit
(whistling), mendengung (humming) atau bunyi tawa (laughing).
10
dari kelas lain harus dicoba. Beberapa peneliti telah menyatakan bahwa
Pimozide (Orap) mungkin efektif pada gangguan waham menetap tipe
somatik. Terapi kombinasi sering dilakukan, termasuk mengkombinasi obat
antipsikotik dengan antidepresan. Secara keseluruhan, penderita gangguan
waham menetap sangat berespon terhadap pengobatan (antipsikosik) yang
diberikan, dimana 50% dilaporkan sembuh dari gejalanya, 90% menunjukkan
adanya perubahan dari klinisnya.1
c. Psikoterapi
Memberikan informasi dan edukasi yang benar mengenai penyakit pasien,
sehingga diharapkan keluarga dapat menerima pasien dan mendukungnya ke
arah
penyembuhan.
Memberitahukan
kepada
keluarga
untuk
tidak
Prognosis
Gangguan waham menetap diperkirakan merupakan diagnosis yang cukup
stabil. Kurang dari 25% dari semua pasien gangguan waham menetap menjadi
skizofrenia. Kira-kira 50% pasien pulih pada follow up jangka panjang, 20%
lainnya mengalami penurunan gejalanya dan 30% lainnya tidak mengalami
perubahan pada gejalanya.1
2.11. Komplikasi
Tingkat keparahan komplikasi dihubungkan dengan jenis waham dan
daerah sistem limbik pasien yang terkait dengan kehidupan sehari-hari. Dalam
beberapa kasus kehidupan pasien mungkin tampak hampir sama sekali tidak
terganggu. Seorang pasien dengan paranoia grandiosa mungkin menghabiskan
banyak waktunya seharian di tempat yang tertutup dan sendiri, membuat suatu
sketsa/gambar yang rumit, namun perilakunya normal dengan keluarga dan di
11
dapat
menjadi
penganiaya
dan
membunuh
orang
yang
menganiayanya sebelumnya.12
DAFTAR PUSTAKA
12
(diakses
Mei
2012).
Diunduh
dari
URL:
www.webmed.com/schizophrenia/delusional-disorder.
7. Ulfandi, Devby. Gangguan Delusional (Makalah Ilmiah). Jakarta: Fakultas
Kedokteran Univeritas Trisakti.
8. Chopra, Shivani dan Raheel A. Khan. Delusional Disorder. 2011 Maret 10
(diakses
Mei
2012).
Diunduh
dari
URL:
http://emedicine.medscape.com/article/292991-overview#aw2aab6b3.
9. Grover, Sandeep, Nitin Gupta dan Suhendra Kumar Matto. 2005. Delusional
Disorder : An Overview (diakses 7 Mei 2012). Diunduh dari URL:
www.gjpsy.uni-goettingen.de.
10. Kesley, Jeffrey E, D Jeffrey Newport dan Charles B. Nemeroff. 2006.
Prinsiples of Psychopharmacology for Mental Health Professionals. Canada :
Wiley-Liss Inc.
11. Amir, Nurmiati. Skizofrenia. Dalam: buku ajar psikiatri. Sylvia D.E,
Gitayanti H., editor. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
2010. hal. 172 3.
12. Soares JC, Gershon S. 2004 Handbook of Medical Psychiatry ed. 2 nd.
Philadelphia : Elsevier.
13
14