You are on page 1of 2

Muslim Negarawan

Solusi atas Krisis Kepemimpinan Bangsa


Oleh Agus Sugito*
Judul ini penulis ambil dari launching school of leader nya teman-teman KAMMI UNY Yogya tanggal 5 Maret
2006 kemarin yang mendatangkan mantan ketua MPR, Amien Rais juga Ketua KAMMI Pusat yang baru saudara
Febriansyah.
Ada sebuah pertanyaan mendasar kenapa KAMMI yang relative berusia masih muda, baru 8 tahun di 29 Maret
2006 nanti senang mengganti arah gerakan atau apalah namanya yang sejatinya merubah arah gerakan kader KAMMI itu
sendiri. Padahal organisasi sebesar HMI yang berdiri dari sejak awal kemerdekaan bangsa ini saja, tidak berani merubah
arah gerakan mereka, begitu kata salah seorang sumber. Tetapi berbeda dengan KAMMI, diawal berdirinya KAMMI
hanyalah gerakan aksi yakni sebuah front aksi yang mengorganisir massa untuk turun kejalan dengan tujuan menggulingkan
Soeharto waktu itu. Baru setelah beberapa bulan Soeharto lengser KAMMI melakukan konsolidasi, tepatnya mengadakan
Munas yang diadakan di Bekasi, dan mulai saat itulah KAMMI memasuki ranah kaderisasi dan mulai mengembangkan
sayap dan mulai berpikir jauh kedepan terkait kondisi bangsa ini.
Selang beberapa tahun tepatnya di Munas Samarinda tahun 2004 kemarin KAMMI mencoba mengevaluasi filosofi
gerakan yang ada dan tercetuslah ide Gerakan Intelektual Profetik sebagai salah satu filosofi KAMMI yang baru, sebuah
harapan bahwa kader KAMMI mampu memberikan kontribusi pada permasalahan rakyat dengan basis keilmuannya dan
berdasar manhaj prophet yakni manhaj nubuwah atau kenabian. Sayang ternyata banyak kader yang mengartikan kata
profetik dengan profesi bukan prophet seperti harapan para perumusnya.
Dan yang terakhir ketika di akhir tahun 2005 kemarin teman-teman melakukan Loknas Kaderisasi yang
menghasilkan manhaj baru yakni Manhaj Kaderisasi 1427 dengan Muslim Negarawan nya. Begitu beraninya KAMMI
merubah arah gerakannya, sembronokah KAMMI atau sebagai bentuk ketidak konsistenan KAMMI? Akhirnya banyak
pertanyaan yang keluar yang senada dengan itu. Tetapi dalam hemat penulis banyak pertimbangan kenapa harus dengan
Muslim Negarawan bangsa ini dapat berubah. Tentunya dengan perspektif Tim Sini Bukit ( yakni sebuah forum alumni
DM 2 Kamda Semarang sebagai gerakan reaktif atas Tim Situ Gunung yakni tim penyusun manhaj Kaderisasi 1427 Muslim
Negarawan) yang akan penulis sampaikan.
Satu hal yang perlu kita catat adalah sejak Negara ini berdiri kita telah dipimpin oleh presiden yang belatar militer
sebanyak tiga orang yakni Soekarno , Soeharto dan sekarang adalah SBY, walaupun Soekarno bukan seorang jendaral tetapi
dia adalah presiden sipil yang bergaya militer. Kita juga pernah tiga kali dipimpin presiden sipil mulai dari Habibie, Gusdur
dan Megawati. Tetapi, apa yang dihasilkan dari keeam presiden itu terhadap perbaikan bangsa dan terutama umat muslim?
Padahal kita tahu bahwa dari keenam presiden itu semuanya muslim, tetapi mereka hanyalah negarawan muslim bukan
Muslim Negarawan.
Dan memang ketika kita mau melihat kembali umat muslim, maka seperti itulah wajah umat muslim kita saat ini.
Banyak dari para pemimpin kita yang menjadikan agama hanya sebagai ritual saja tanpa menterjemahkan Islam dalam setiap
ranah kehidupannya termasuk kehidupan bernegara. Maka dalam hemat penulis tidak benar ketika KAMMI dengan Muslim
Negarawannya adalah gerakan yang sembrono atau ketidak konsistenan KAMMI, justru KAMMI dengan Muslim
Negarawan adalah sebuah gerakan dengan sepenuh kesadaran bahwa Negara ini banyak membutuhkan pemimpin
pemimpin yang mampu membawa bangsa ini keluar dari lilitan masalahnya, dan tentunya tidak diragukan lagi bahwa
HANYA dengan Manhaj Islam lah Negara ini dapat di selamatkan. Oleh karena itu KAMMI berusaha membentuk kadernya
sebagai sosok-sosok Muslim Negarawan yang reaktif dan solutif atas permasalahan yang di hadapi bangsa dan umat ini.
Selain itu ketika kita mau berkaca kembali bahwa seorang mahasiswa adalah seorang intelektual, walaupun kata
intelektual sudah terjadi penyempitan makna hanya sebagai intelektual tradisional yakni berkutat pada keilmuan saja, dan
nanti berprofesi sesuai keilmuannya layaknya dokter, insinyur, guru. Padahal arti kata intelektual harusnya dikembalikan
pada arti intelektual organic yakni dengan berbasis ilmu pengetahuan mampu memberikan solusi atas permasalahan rakyat
dan bangsa ini, dan sebenarnya untuk itulah kata-kata intelektual ada dalam diri mahasiswa. Karena ketika kemarin penulis
mengikuti seminar dan lokakarnya kaderisasi yang dilakukan oleh teman teman BEM dan SMPT, salah satu yang
dinginkan oleh lulusan PT menurut Pak Bambang Triono seorang PR di UNDIP adalah lulusan yang mempunyai kapabilitas
intelektual agar menjadi warga Negara yang bertanggung jawab dan mampu berkontribusi pada daya saing bangsa, dan
pertanyaannya adalah apakah system atau kurikulum yang dibuat oleh sebuah PT sudah mengarah kesana? Kalau kita mau
jujur berapa sks kah yang kita dapatkan untuk mempelajari Negara ini, juga mencarikan solusi permasalahannya? Silahkan
anda jawab sendiri!!
Lalu akhirnya timbul sebuah pertanyaan kenapa Muslim Negarawan mampu menjadi solusi krisis
kepemimpinan bangsa dan siapa Muslim Negarawan itu? Sebelum jauh sebaiknya kita samakan persepsi tentang Muslim
Negarawan tentunya kembali dengan perspektif penulis sebagai Tim Sini Bukit. Seorang Muslim Negarawan adalah
seseorang yang telah mengucapkan syahadat dalam artian bahwa seorang yang telah menggariskan manhaj Islam sebagai
system hidup dan meleburkan dirinya dalam manhaj islam itu sendiri, seorang muslim yang dengan kemuslimmannya
mampu berkontribusi pada permasalahan bangsa, rakyat dan umat ini. Seorang Muslim Negarawan tidak harus menjadi
Presiden, Gubernur, Walikota atau Bupati, Camat dan Lurah atau Kepala Desa. Seorang Petani, Pedagang, Buruh, Nelayan
yang umumnya menjadi rakyat marginal di Indonesia, mampu menjadi seorang Muslim Negarawan.
Dalam garis besarnya setidaknya ada 5 (lima) karakteristik dari seorang Muslim Negarawan. Diantaranya adalah

Pertama Seorang Muslim Negarawan adalah seorang yang memiliki basis ideology Islam yang mengakar, seperti
yang disampaikan penulis diatas bahwa seorang Muslim Negarawan adalah seorang yang telah menjadikan Islam
sebagai manhaj hidup, yang dia rela, tunduk dan patuh atas aturan Islam, dan dia menjadikan Islam sebagai solusi
atas setiap permasalahan, baik permasalahan pribadi, permasalahan rakyat terlebih permasalahan Negara ini. Dia
tidak ragu dengan kemutlakkan kebenaran manhaj Islam. Dan dia berusaha untuk selalu meleburkan diri dalam
Islam itu sendiri, yakni Islam yang syamil yang tidak dipahami sempit bahwa Islam hanya sebagai agama ritual
saja, tetapi lebih dari itu.
Kedua Seorang Muslim Negarawan adalah seorang yang mempunyai basis ilmu pengetahuan yang kuat, disini
bukan berarti seorang Muslim Negarawan haruslah seorang professor yang sangat pakar di bidang ilmunya, sekali
lagi tidak. Seorang petani pun ketika dia mampu mengusai ilmu tani dengan baik kenapa tidak? Seorang pedagang
yang menguasai ilmu pemasaran dengan baik kenapa tidak? Artinya bagaimana dengan setiap profesinya seorang
muslim harus berupaya menguasai keilmuan profesinya tersebut. Dan bagaimana dengan basis keilmuan inilah
seorang Muslim Negarawan memberikan kontribusi terbaiknya bagi permasalahan rakyat dan bangsanya.
Ketiga Seorang Muslim Negarawan adalah seorang yang idealis dan konsisten, kata kuncinya adalah istiqomah
atau komitmen terhadap prinsip yang telah diperjuangkannya. Siapa yang meragukan idealisme fulan, seorang
ketua DPR RI zaman kemarin yang beberapa waktu lalu mengajukan kasasi ke MA terkait kasus korupsi dan
dikabulkan oleh MA, ketika menjadi mahasiswa. Yang ketika menjadi seorang mahasiswa, beliau termasuk salah
seorang pembesar sebuah organisasi besar pula yang begitu besar perjuangannya demi rakyat dan bangsa ini
dikala itu, tetapi seperti yang kita lihat ternyata konsisten itu mahal harganya. Dan ketidak konsistenan inilah yang
tidak diharapkan ada pada diri seorang Muslim Negarawan. Seorang Muslim Negarawan adalah orang yang tetap
teguh memegang prinsip Islam dimanapun dan kapanpun dia berada, tidak tergoda oleh harta, tahta dan wanita.
Keempat Seorang Muslim Negarawan adalah seorang yang mampu dan mau berkontribusi pada problematika umat
dan bangsa, dan disinilah amal nyata itu dilihat. Setelah seorang muslim itu mempunyai bekal keislaman yang
kokoh, basis ilmu pengetahuan yang kuat, serta mempunyai komitmen untuk meneguhkan prinsipnya, maka
seorang Muslim Negarawan dituntut untuk menjadi pioneer bagi penyelesaian permasalahan bangsa ini.
Kontribusi ini bisa dimulai dari hal yang paling kecil yakni berkontribusi bagi permasalahan rakyat di sekitarnya,
jadi seorang petanipun mampu berkontribusi dengan memberikan zakat bagi fakir miskin dilingkungannya. Tetapi
tidak menutup kemungkinan bila ada peran besar yang bisa di berdayakan sebagai jalan perbaikan bangsa ini
seorang Muslim Negarawan dapat mengambil peran itu. Dan sebenarnya pada peran inilah kata intelektual itu
layak di sandangkan pada seorang Muslim Negarawan.
Terakhir seorang Muslim Negarawan adalah seorang yang mampu menjadi perekat komponen bangsa dalam upaya
perbaikan. Ternyata bangsa ini tidak hanya terdiri dari satu komunitas saja, tetapi bangsa ini berdiri atas banyak
komponen yang heterogen, yang mempunyai banyak corak dan warna, yang mempunyai cara pandang yang tentu
berbeda dalam menyikapi setiap persoalan. Tetapi dalam upaya perbaikan bangsa, hal ini tidak menjadi sebuah
masalah besar bagi seorang Muslim Negarawan, karena dia mampu menjadi perekat dari setiap komponen
tersebut.
Seperti yang penulis kemukakan diawal bahwa Manhaj Muslim Negarawan adalah hasil dari Loknas Kaderisasi,
dan dijadikan sebagai prototype kader KAMMI selama 4 (empat) tahun kedepan, begitu kata perumusnya. Dan yang
menjadi pekerjaan kita adalah bagaimana semua sarana kaderisasi berujung pada pembentukan karakter Muslim Negarawan
dan kita sebagai kader KAMMI sendiri harus mulai mengevaluasi diri sejauh mana aplikasi Muslim Negarawan ada dalam
diri kita.
Sejarah bangsa adalah sejarah pemudanya!!! Dan seharusnya perubahan bangsa ini di pegang oleh para
pemudanya. Dan mampukah KAMMI menerima tanggung jawab besar ini? Jawabannya ada pada diri anda sendiri!!
Ing Ngarso Sung Tulodho
*

adalah salah seorang penggiat kaderisasi KAMMI Komisariat Teknik UNDIP

You might also like