Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang bersifat
kronis progresif, merupakan penyakit tersering kedua setelah demensia
Alzheimer. Penyakit ini memiliki dimensi gejala yang sangat luas sehingga
baik langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kualitas hidup penderita
maupun keluarga. Penyakit Parkinson yaitu penyakit system saraf yang
tersering. Penyakit ini disebut juga dengan Parkinson idiopati dan paralisis
(yang tidak diam). Penyakit ini untuk pertama kalinya diperbincangkan pada
tahun 1817 oleh James Parkinson.
Penyakit ini merupakan suatu kondisi ketika seseorang mengalami
ganguan pergerakan. Tanda-tanda khas yang ditemukan pada penderita
diantaranya resting tremor, rigiditas, bradikinesia, dan instabilitas postural.
Tanda-tanda motorik tersebut merupakan akibat dari degenerasi neuron
dopaminergik pada system nigrostriatal. Namun, derajat keparahan deficit
motorik tersebut beragam. Tanda-tanda motorik pasien sering disertai depresi,
disfungsi kognitif, gangguan tidur, dan disfungsi autonom.
Penyakit ini terjadi pada pria ataupun wanita pada usia pertengahan
dan usia lanjut (50-60 tahun) jumlah penderita wanita dan laki-laki seimbang.
Penyakit ini terjadi pada semua suku bangsa dan semua kelas anggota
masyarakat, kelangsungan penyakitnya bervariasi dari satu orang dengan
orang lainnya. 5 10 % orang yang terjangkit penyakit parkinson, gejala
awalnya muncul sebelum usia 40 tahun, tapi rata-rata menyerang penderita
pada usia 65 tahun. Secara keseluruhan, pengaruh usia pada umumnya
mencapai 1 % di seluruh dunia dan 1,6 % di Eropa, meningkat dari 0,6 % pada
usia 60 64 tahun sampai 3,5 % pada usia 85 89 tahun.
Penyakit ini dimulai secara samar-samar dan berkembang secara
perlahan. Pada banyak penderita, pada mulanya Penyakit Parkinson muncul
sebagai tremor (gemetar) tangan ketika sedang beristirahat, tremor akan
berkurang jika tangan digerakkan secara sengaja dan menghilang selama tidur.
Stres emosional atau kelelahan bisa memperberat tremor. Pada awalnya
tremor terjadi pada satu tangan, akhirnya akan mengenai tangan lainnya,
lengan dan tungkai. Tremor juga akan mengenai rahang, lidah, kening dan
kelopak mata. Penderita penyakit Parkinson mengalami kesulitan dalam
memulai suatu pergerakan dan terjadi kekakuan otot.
Jika lengan bawah ditekuk ke belakang atau diluruskan oleh orang
lain, maka gerakannya terasa kaku. Kekakuan dan imobilitas bisa
menyebabkan sakit otot dan kelelahan. Kekakuan dan kesulitan dalam
1
1.3.2
Tujuan Umum
Mengetahui konsep dasar dan asuhan keperawatan pada gangguan
neurobehaviour Parkinson.
Tujuan Khusus
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin dicapai dengan adanya makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Mahasiswa
Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami definisi, patofisiologi,
manifestasi klinis, penatalaksanaan medis pada gangguan neurobehaviour
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kelelahan
Sakit kepala
Ketegangan otot
Berdebar-debar atau denyut jantung tidak teratur
6
e)
f)
g)
h)
depresi dari pada pasien dengan tremor. Pada umumnya para peneliti
menganggap tidak ada hubungan antara abnormalitas suasana
perasaan (mood) dengan abnormalitas motorik, tetapi depresi mungkin
lebih sering pada sindrom dengan perubahan gaya berjalan dan sikap
tubuh. Di antara gejala penyakit Parkinson, tremor adalah gejala yang
paling tidak responsif terhadap dopamin. Jadi depresi lebih sering pada
sindrom Parkinson dengan gejala - gejala yang nyata responsif terhadap
dopamin.
Patofisiologi depresi pada penyakit Parkinson sampai saat ini
belum diketahui pasti. Namun teoritis diduga hal ini berhubungan
dengan defisiensi serotonin, dopamin dan noradrenalin.
Diagram. Patofisiologi Depresi pada Penyakit Parkinson
Kehilangan neuron batang otak
akibat penyakit Parkinson
Deplesi (penyusutan)
biokimiawi korteks dan
ganglia basalis
ganglia basalis antara 32% -87%. Inti-inti subkortikal ini merupakan sumber
utama neurotransmitter. Terlibatnya struktur ini mengakibatkan berkurangnya
dopamin di nucleus kaudatus (berkurang sampai75%), putamen (berkurang
sampai 90%), hipotalamus (berkurang sampai 90%). Norepinefrin berkurang
43% di lokus sereleus, 52% di substansianigra, 68% di hipotalamus posterior.
Serotonin berkurang 40% di nukleus kaudatus dan hipokampus, 40% di lobus
frontalis dan 30% di lobus temporalis, serta 50% di ganglia basalis. Selain itu
juga terjadi pengurangan nuropeptid spesifik seperti met-enkephalin, leuenkephalin, substansi P, dan bombesin. Perubahan neurotransmiter dan
neuropeptid menyebabkan perubahan neurofisiologik yang berhubungan
dengan perubahan suasana perasaan. Sistem transmiter yang terlibat ini
menengahi proses reward, mekanisme motivasi, dan respons terhadap stres.
2.3.1. Sistem Dopamin
Sistem dopamin berperan dalam proses reward dan
reinforcement. Febiger mengemukakan hipotesis bahwa abnormalitas
sistem neurotransmiter pada penyakit parkinson akan mengurangi
keefektifan mekanisme reward dan menyebabkan anhedonia,
kehilangan motivasi dan apatis. Sedang Taylor menekankan
pentingnya peranan sistemdopamin forebrain dalam fungsi-fungsi
tingkah laku terhadap pengharapan dan antisipasi. Sistem ini berperan
dalam motivasi dan dorongan untuk berbuat, sehingga disfungsi ini
akan mengakibatkan ketergantungan yang berlebihan terhadap
lingkungan dengan berkurangnya keinginan melakukan aktivitas,
menurunnya
perasaan
kemampuan
untuk mengontrol
diri.
Berkurangnya perasaan kemampuan untuk mengontrol diri sendiri
dapat bermanifestasi sebagai perasaan tidak berguna dan kehilangan
harga diri. Ketergantungan terhadap lingkungan dan ketidakmampuan
melakukan aktivitas akan menimbulkan perasaan tidak berdaya dan
putus asa.
Metabolisme dopamin endogen juga menyebabkan peningkatan
produksi racun yang mempertinggi terjadinya stress oksidatif pada
pasien dengan penyakit parkinson. Kemungkinan ini pada akhirnya
menimbulkan kecemasan tersendiri terhadap terapi dengan levodopa
yang pada akhirnya levodopa ini akan dikonversi menjadi dopamine
sehingga pada mekanisme lebih lanjut akan mempercepat kematian sel
neuron dalam pars kompakta substansia nigra. Tentu saja, argumen ini
merupakan salah satu penyebab penundaan pemakaian levodopa pada
pasien penyakit parkinson. Walaupun bukti nyatadari berbagai
penelitian mengenai efek toksik levodopa masih diperdebatkan dan
observasiklinik terhadap manusia tanpa penyakit parkinson namun
12
14
a. Golongan Trisiklik
Obat ini bekerja pada sistem noradrenergic dan serotonergik.
Tertiary amine (impramin, amitriptilin, klomipramin) bekerja pada
sistem serotorgenik. Secondary amine (desipramin, nortriptylin,
proptylin) bekerja mengaktifkan sistem noradrenergic. Impramin
dan desipramin dilaporkan mempunyai pengaruh yang bermanfaat
terhadap abnormalitas motorik.
b. Golongan Seretonin Reuptake Inhibitor
Golongan ini bekerja menghambat reuptake serotonin di celah
sinaps, sehingga kadar serotonin dicelah sinaps meningkat. Yang
termasuk golongan ini yaitu, fluoksetin, sertralin dan fluvoksamin.
Fluvoksamin dilaporkan bermanfaat dalam pengobatan depresi
pada penyakit Parkinson serta dapat menurunkan dosis levodopa
yang digunakan untuk penyakit Parkinson, sedangkan fluoksetin
dapat meningkatkan dsisabilitas pasien.
c. Bromokriptin
Bromokriptin adalah salah satu agonis dopamine yang
mempunyai pengaruh mengurangi depresi pada pasien dengan
Parkinson
d. Antokolinergik
Selain digunakan sebagai obat anti Parkinson, obat ini juga
mempunyai efek euphoria ringan sehingga akan memperbaiki
suasana perasaan depresi, tetapi secara relative obat ini mempunyai
efek antidepresan. Obat dari golongan ini yang paling sering
digunakan adalah Triheksifenidil.
e. Terapi Pembedahan
Talamoktomi dan palidektomi sekarang sduah jarang dilakukan,
tapi transplantasi jaringan medulla adrenal atau jaringan subtansia
15
16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
Anamnesis
Anamnesis pada Parkinson meliputi identitas klien, keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, dan pengkajian psikososial.
a.
Identitas Klien.
b.
Meliputi nama, umur (lebih sering pada kelompok usia lanjut, pada
Keluhan Utama
Klien mengeluhkan adanya tremor pada salah satu tangan dan lengan,
kemudian ke bagian yang lain, dan akhirnya bagian kepala, walaupun
tremor ini tetap unilateral. Adanya perubahan pada sensasi wajah, sikap
tubuh, dan gaya berjalan. Adanya keluhan rigiditas deserebrasi,
berkeringat, kulit berminyak dan sering menderita dermatitis seboroik,
sulit menelan, konstipasi.
e.
obat-obat
antikoagulan,
aspirin,
vasodilator,
dan
Pengkajian psiko-sosio-spiritual
bradikardi,hipotensi,dan
Saraf VIII : Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi yang berhubungan
dengan proses senilis dan penurunan aliran darah regional
Saraf IX dan X: Ditemukan kesulitan dalam menelan makanan
Saraf XI : Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius
Saraf XII: Lidah simetris, tidak ditemukan deviasi pada satu sisi dan tidak
ada fasikulasi.
Sistem motorik
Inspeksi gaya berjalan,tremor dan kaku pada seluruh gerakan tonus otot,
ditemukan meningkat.
Keseimbangan dan koordinasi,ditemukan mengalami gangguan karena
adanya kelemahan otot,kelelahan,perubahan pada gaya berjalan,tremor dan
kaku pada seluruh gerakan.
Sistem Sensorik
Mengalami penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif
B4 (Bladder)
Penurunan refleks kandung kemih perifer dihubungkan dengan disfungsi
kognitif
dan
persepsi
klien
secara
umum.
Ketidakmampuan
19
b)
c)
menurunnya
kekuatan,
kehilangan
kontrol
otot/koordinasi.
3.3 Intervensi
a)
KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF YANG BERHUBUNGAN DENGAN
DEPRESI DAN DISFUNGSI KARENA PERKEMBANGAN PENYAKIT (Arif
Muttaqin, 2008)
Tujuan koping individu menjadi efektif.
Kriteria : mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang
situasi dan perubahan yang sedang terjadi, mampu menyatakan penerimaan diri terhadap
situasi, mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan cara yang
akurat tanpa harga diri yang negatif.
INTERVENSI
RASIONALISASI
Kaji perubahan dari gangguan persepsi dan Menentukan bantuan individual dalam
hubungan dengan derajat ketidakmampuan
menyusun
rencana
perawatan
atau
pemilihan intervensi.
Dukung kemampuan koping
membantu
memperlambat
dengan
mempertahankan
parsitpasi aktif.
Catat ketika klien menyatakan terpengaruh Mendukung penolakan terhadap bagian
seperti
sekarat
atau
mengingkari
realitas
bahwa
masih
menggunakan sisi yang sakit dan belajar klien untuk merasakan adanya harapan dan
mengontrol sisi yang sehat.
Beri
dukungan
psikologis
menyeluruh
sendiri.
Perasaan
ini
dapat
kecil.
Klien
dibantu
dan
harus
aktif
berpartisasi
dalam
Bentuk program aktivitas pada keseluruhan Bentuk program aktivitas pada keseluruhan
hari
orang
yang
terdekat
untuk Menghidupkan
kembali
perasaan
harga
diri
serta
memengaruhi
proses
rehabilitasi.
Dukung
perilaku
atau
usaha
peningkatan minat atau partisipasi dalam dan pengertian tentang peran individu masa
aktivitas rehabilitasi.
Monitor
gangguan
mendatang.
tidur
kesulitan konsentrasi, letargi, dan menarik umumnya terjadi sebagai pengaruh dari
diri
Kolaborasi : rujuk, pada ahli neuropsikologi Dapat memfasilitasi perubahan peran yang
dan konseling bila ada indikasi.
dan
dukungan
partisipasi
b)
KERUSAKAN KOMUNIKASI VERBAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PENURUNAN
VOLUME
KETIDAKMAMPUAN
BICARA,
MENGGERAKKAN
PERLAMBATAN
OTOT-OTOT
BICARA,
WAJAH. (Arif
Muttaqin, 2008)
Tujuan
INTERVENSI
Kaji
kemampuan
RASIONAL
klien
berkomunikasi
lemah,
monoton,
halus
menuntut
atau
senang
dengan
isyarat-isyarat
gambar atau papan tulis, bahasa isyarat, sederhana, lebih baik dengan menggunakan
perjelas arti dari komunikasi yang pertanyaan ya/tidak.
disampaikan.
Pertimbangkan bentuk komunikasi bila Kateter intravena yang terpasang di tangan
terpasang intravenous kateter.
cara
menggunakannya. mengerti
Jawab
panggilan
tersebut
segera.
Penuhi
kebutuhan
bahwa
saelaam
menggunakan
Anjurkan
dekat
keluarga/orang
dngan
klien
lain
untuk
ini
dapat
kontak
23
nyata
sedang terjadi.
seperti
merasakanan
kehadiran
anggota
membentuk
peningkatan
latihan
c)
DEFISIT PERAWATAN DIRI YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELEMAHAN
NEUROMUSCULAR, MENURUNNYA KEKUATAN, KEHILANGAN KONTROL
OTOT/KOORDINASI. (Arif Muttaqin, 2008)
Tujuan
Kriteria : klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri,
klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan, dan
mengidentifikasi personal/masyarakat yang dapat membantu.
INTERVENSI
RASIONALISASI
dalam
mengantisipasi
dan
Hindari apa yang tidak dapat dilakukan Klien dalam keadaan cemas dan tergantung hal
klien dan bantu bila perlu.
Ajarkan dan dukung klien selama Dukungan pada klien selama aktivitas kehidupan
aktivitas.
Rencanakan
untuk
penglihatan seperti tempatkan makanan makanan, akan mampu melihat keluar masuknya
dan peralatan dalam suatu tempat, orang ke ruangan.
dekatkan tempat tidur ke dinding.
Modifikasi lingkungan
Modifikasi
lingkungan
diperlukan
untuk
Gunakan pagar di sekeliling tempat Penggunaan pagar di sekeliing tempat tidur, baik
tidur
Kolaborasi :
3.3 Evaluasi
1) Koping individu terhadap dapat menjadi efektif
2) klien dapat berkomunikasi dengan sumber kemampuan yang ada
3) klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat
kemampuan, dan mengidentifikasi personal/masyarakat yang dapat
membantu.
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Stress adalah keadaan yang kita alami ketika ada sebuah ketidaksesuaian
antara tuntutan-tuntutan yang diterima dan kemampuan untuk mengatasinya
(Looker & Gregson, 2005). Jadi stres adalah keadaan dimana individu merasa
terancam
oleh
lingkungannya,
dan
individu
tersebut
berusaha
untuk
3.2 Saran
Penulis menyarankan agar pembaca mampu memahami tentang parkinson
sehingga mampu mengatasi dan mencegah penyebab terjadinya gangguan
psikologi terutama stress pada penderita parkinson sehingga mencegah resiko
prognosis yang lebih buruk.
26
DAFTAR PUSTAKA
27