You are on page 1of 21

MACAM-MACAM CAIRAN INFUS BESERTA FUNGSINYA

Jumat, April 09, 2010


INFUS
Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril. Secara tradisional
keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat penghancuran dan
penghilangan semua mikroorganisme hidup. Konsep ini menyatakan bahwa steril adalah
istilah yang mempunyai konotasi relative, dan kemungkinan menciptakan kondisi mutlak
bebas dari mikroorganisme hanya dapat diduga atas dasar proyeksi kinetis angka kematian
mikroba.
( Lachman, hal 1254 ).
Sediaan parenteral volume besar umumnya diberikan lewat infus intravena untuk menambah
cairan tubuh, elektrolit, atau untuk memberi nutrisi. Infus intravena adalah sediaan parenteral
dengan volume besar yang ditujukan untuk intravena. Pada umumnya cairan infus intravena
digunakan untuk pengganti cairan tubuh dan memberikan nutrisi tambahan, untuk
mempertahankan fungsi normal tubuh pasien rawat inap yang membutuhkan asupan kalori
yang cukup selama masa penyembuhan atau setelah operasi. Selain itu ada pula kegunaan
lainnya yakni sebagai pembawa obat-obat lain.
Cairan infus intravena dikemas dalam bentuk dosis tunggal, dalam wadah plastik atau gelas,
steril, bebas pirogen serta bebas partikel-partikel lain. Oleh karena volumenya yang besar,
pengawet tidak pernah digunakan dalam infus intravena untuk menghindari toksisitas yang
mungkin disebabkan oleh pengawet itu sendiri. Cairan infus intravena biasanya mengandung
zat-zat seperti asam amino, dekstrosa, elektrolit dan vitamin.
Walaupun cairan infus intravena yang diinginkan adalah larutan yang isotonis untuk
meminimalisasi trauma pada pembuluh darah, namun cairan hipotonis maupun hipertonis
dapat digunakan. Untuk meminimalisasi iritasi pembuluh darah, larutan hipertonis diberikan
dalam kecepatan yang lambat.
Persyaratan
1. Sesuai kandungan bahan obat yang dinyatakan didalam etiket dan yang ada dalam sediaan;
terjadi pengurangan efek selama penyimpanan akibat perusakan obat secara kimia.
2. Penggunaan wadah yang cocok, yang tidak hanya memungkinkan sediaan tetap steril tetapi
juga mencegah terjadinya interaksi bahan obat dengan material dinding wadah.
3. Tersatukan tanpa terjadi reaksi. untuk itu, beberapa faktor yang paling banyak menentukan
adalah:
a) bebas kuman
b) bebas pirogen

c) bebas pelarut yang secara fisiologis tidak netral


d) isotonis
e) isohidris
f) bebas bahan melayang
Keuntungan pemberian infus intravena adalah menghasilkan kerja obat yang cepat
dibandingkan cara-cara pemberian lain dan tidak menyebabkan masalah terhadap absorbsi
obat. Sedangkan kerugiannya yaitu obat yang diberikan sekali lewat intravena maka obat
tidak dapat dikeluarkan dari sirkulasi seperti dapat dilakukan untuk obat bila diberikan per
oral, misalnya dengan cara dimuntahkan
Pembahasan:
Infus tidak perlu pengawetkarena volume sediaan besa. Jika ditambahkan pengawet maka
jumlah pengawet yang dibutuhkan besar sehingga dapat menimbulkan efek toksis
INFUS IV Ca GLUKONAT / GLUKONAT
Dalam percobaan ini akan dibuat sediaan infus intravena kalsium glukonat yang merupakan
larutan supersaturasi yang distabilkan dengan penambahan 35 mg kalsium D-saccharate, dan
harus disimpan pada suhu kamar. Laju infus maksimum yang disarankan adalah 200
mg/menit.
Farmakologi :
Kalsium merupakan mineral yang penting untuk pemeliharaan kesempurnaan fungsi susunan
saraf, otot, sistem rangka, dan permeabilitas membran sel. Kalsium adalah aktivator yang
penting pada beberapa reaksi enzimatis dan berperan dalam proses fisiologi yang mencakup
transmisi rangsangan oleh saraf, kontraksi jantung, otot polos dan otot rangka, fungsi renal,
pernafasan dan koagulasi darah. Kalsium juga berperan dalam reaksi pelepasan dan
penyimpanan neurotransmiter dan hormon, pengambilan dan pengikatan asam amino,
absorbsi vitamin B12 dan sekresi asam lambung.
Farmakokinetik :
Injeksi garam kalsium langsung masuk kedalam pembuluh darah. Setelah diinjeksi, kalsium
darah meningkat dengan cepat dan kembali turun dalam 30 menit sampai 2 jam, terdistribusi
cepat dalam jaringan serta dieliminasi melalui urine.
INFUS IV DEKSTRAN
Kehilangan darah, sejauh jumlahnya tidak melampaui 10% dari jumlah total, tubuh masih
dapat menyeimbangkannya kembali. Jika kehilangannya lebih besar, harus disuplai cairan
pengganti darah untuk mengisi plasma melalui jalan infus ke dalam tubuh. Hal tersebut
dibutuhkan juga pada syok perdarahan, akibat luka (kebakaran, luka dalam) pada sakit perut
atau muntah yang berkepanjangan.

Infus dextran 70 merupakan larutan makromolekul yang memiliki waktu tinggal yang lebih
panjang dalam pembuluh darah, karena tidak atau sedikit mengalami difusi, juga airnya
terikat secara hidratasi. Yang menentukan dextran 70 sebagai bahan pengganti plasma adalah
berat molekulnya diatas 20.000. Pengisisan volume darah dapat dilakukan dengan larutan
NaCl fisiologis atau dengan larutan elektrolit, namun jumlah cairan yang dimasukkan
tersebut hanya sebentar berada dalam peredaran darah, untuk kemudian segera dieliminasi
keluar tubuh melalui ginjal
INFUS IV ELEKTROLIT UNTUK DEHIDRASI
Fungsi larutan elektrolit secara klinis digunakan untuk mengatasi perbedaan ion atau
penyimpangan jumlah normal elektrolit dalam darah. Ada 2 jenis kondisi plasma yang
menyimpang, yaitu :
1. Asidosis
Kondisi plasma darah yang terlampau asam akibat adanya ion klorida dalam jumlah berlebih.
2. Alkalosis
Kondisi plasma yang terlampau basa akibat ion Na, K, Ca dalam jumlah berlebih
Kehilangan natrium disebut hipovolemia, sedangkan kekurangan H2O disebut dehidrasi,
kekurangan HCO3 disebut asidosis, metabolic dan kekurangan K+ disebut hipokalemia.
(Formulasi Steril, Stefanus Lukas, hal. 62)
Dehidrasi adalah hilangnya elektrolit lebih rendah secara disproporsional dibandingkan
dengan hilangnnya air. Dehidrasi sebagai akibat meningkatnya tekanan osmotic cairan tubuh
akibat dari rasa haus yang tidak merangsang penggantian air yang hilang dengan cukup
(Dorlan ed. 26, hal. 498)
Pada pasien yang tidak sadar atau mengalami gangguan keseimbangan elektrolit akut,
sehingga harus segera diberikan ion-ion Ca2+, Na+, K+, Ce- dan HCO3-, dan sebagai sumber
kalori dimana pengganti cairan dan kalori dibutuhkan, karena ion-ion tersebut dibutuhkan
oleh tubuh untuk memnuhi kebutuhan elektrolit tubuh pada ekstrasel dan intrasel. Cairan
ekstrasel baik plasma darah maupun cairan intrsel mengandung ion natrium dan klorida
dalam jumlah yang besar, ion bilarbonat dalam jumlah yang agak besar, tetapi hanya
sejumlah kecil ion kalium, magnesium phospat, sulfat, dan asam organic.disamping itu
plasma mengandung protein dalam jumlah yang besar, sedangkan cairan intrasel hanya
mengandung protein dalm jumlah protein yang leih kecil.
Cairan intasel hanya mengandung sejumlah kecil ion natrium dan klorida serta hampir tidak
mengandung ion kalsium, tetapi ia mengandung ion kalium dan phospat dalam jumlah besar
serta ion magnesium dan sulfat dalam jumlah cukup besar, semuanya hanya ada dalam
konsentrasi yang kecil dalam cairan ekstrasel.
Bahan-bahan yang digunakan (NaCl, KCl, NaHCO3, CaCl2) mudah larut dalam air, sehingga
dapat digunakan air sebagai pembawanya. Air yang digunakan harus bebas pirogen. Pirogen
merupakan produk metabolisme m.o (umumnya bakteri, kapang dan virus). Secara kimiawi,

pirogen adalah zat lemak yang berhubungan dengan suatu molekul pembawa yang biasanya
merupakan polisakarida, tapi bisa juga peptide.
Pirogen menyebabkan kenaikan suhu tubuh yang nyata, demam, sakit badan, kenaikan
tekanan darah arteri, kira-kira 1 jam setelah injeksi. Pirogen dapat dihilangkan dari larutan
dengan absorbsi menggunakan absorban pilihan. (Lachman, hal. 1295-1296). Ion-ion ini
diberikan dalam bentuk injeksi iv karena diharapkan dapat segera memberikan efek.
INFUS IV GLUKOSA NaCl / GLUKOSA 10%
Pada umumnya larutan glukosa untuk injeksi digunakan sebagai pengganti kehilangan cairan
tubuh, sehingga tubuh kita mempunyai energi kembali untuk melakukan metabolismenya dan
juga sebagai sumber kalori. Dosis glukosa adalah 2,5-11,5 % (Martindale), pada umumnya
digunakan 5 %. Dalam formula ini ditambahkan NaCl supaya diapat larutan yang isotonis,
dimana glukosa disini bersifat hipotonis. Dalam pembuatan aqua p.i ditambahkan H2O2 yang
dimaksudkan untuk menghilangkan pirogen, serta di dalam pembuatan formula ini
ditambahkan norit untuk menghilangkan kelebihan H2O2.
INFUS IV MENGANDUNG Na, Ca, K
Kalium klorida (KCl), kalium merupakan kation (positif) yang terpenting dalam cairan
intraseluler dan sangat esensial untuk mengatur keseimbangan asam-basa serta isotonis sel.
Natrium klorida (NaCl), natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler dan
memegang peranan penting pada regulasi tekanan osmotisnya. Sering digunakan dalam infus
dengan elektrolit lain.
Equvalent elektrolit (Steril Dosage Form, hal 250) :
Na+ = 135 mEq
K+ = 5 mEq
Ca+ = 5 mEq
Mg+ = 2 mEq
Kesetaraan ekuivalen elektrolit (Martindale) :
1g NaCl ~ 17,1 mEq Na+ E1 = 1,00
1g KCl ~ 13,4 mEq K+ E1 = 0,76
1g CaCl ~ 13,6 mEq Ca+ E1 = 0,51
1g MgCl ~ 9,8 mEq Mg+ E1 = 0,45
INFUS IV NaCl
Natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler dan memegang peranan penting

pada regulasi tekanan osmotisnya, juga pada pembentukan perbedaan potensial ( listrik )
yang perlu bagi kontraksi otot dan penerusan impuls di syaraf.
Defisiensi natrium dapat terjadi akibat kerja fisik yang terlampau berat dengan banyak
berkeringat dan banyak minum air tanpa tambahan garam ekstra. Gejalanya berupa mual,
muntah, sangat lelah, nyeri kepala, kejang otot betis, kemudian juga kejang otot lengan dan
perut.
Selain pada defisiensi Na, natrium juga digunakan dalam bilasan 0,9 % ( larutan garam
fisiologis ) dan dalam infus dengan elektrolit lain.
INFUS IV PENGGANTI CAIRAN TUBUH
Air beserta unsur-unsur didalamnya yang diperlukan untuk kesehatan sel disebut cairan
tubuh.
Cairan tubuh dibagi menjadi dua yaitu :
1. Cairan Intraseluler, cairan ini mengandung sejumlah ion Na dan klorida serta hampir tidak
mengandung ion kalsium, tetapi cairan ini mengandung ion kalium dan fosfat dalam jumlah
besar serta ion Magnesium dan Sulfat dalam jumlah cukup besar.
2. Cairan Ekstraseluler, cairan ini mengandung ion Natrium dan Klorida dalam jumlah besar,
ion bikarbonat dalam jumlah besar, tetapi hanya sejumlah kecil ion Kalium, Kalsium,
Magnesium, Posfat, Sulfat,dan asam-asam organik (Guyton hal 309).
Keseimbangan air dalam tubuh harus dipertahankan supaya jumlah yang diterima sama
dengan jumlah yang dikeluarkan. Penyesuaian dibuat dengan penambahan / pengurangan
jumlah yang dikeluarkan sebagai urin juga keringat.
Ini menekankan pentingnya perhitungan berdasarkan fakta tentang jumlah cairan yang masuk
dalam bentuk minuman maupun makanan dan dalam bentuk pemberian cairan lainnya.
Elektrolit yang penting dalam komposisi cairan tubuh adalah Na, K, Ca, dan Cl. Berdasarkan
latar belakang tersebut diatas maka dibuatlah sediaan infuse pengganti cairan tubuh yaitu
infuse Ringers.
Injeksi Ringer adalah larutan steril Natrium klorida, Kalium klorida, dan Kalsium klorida
dalam air untuk obat suntik. Kadar ketiga zat tersebut sama dengan kadar zat-zat tersebut
dalam larutan fisiologis. Larutan ini digunakan sebagai penambah cairan elektrolit yang
diperlukan tubuh (Ansel hal 408).
INFUS IV PROTEIN UNTUK DBD
Bilamana seorang penderita harus diberikan makanan yang memadai tetapi tidak dapat
melalui saluran cerna. Indikasi cara ini biasanya digunakan untuk persiapan bedah pada
penderita kurang gizi, persiapan kemoterapi radioterapi dan kelainan saluran cerna berat.
Nutrisi parenteral total memerlukan larutan yang mengandung asam amino; glukosa; lemak;
elektrolit; dan vitamin.
Glukosa merupakan sumber karbohidrat yang lebih disukai, tapi bila tiap harinya diberikan

lebih dari 180 g maka harus ada monitoring kadar gula darah. Bila mungkin diperlukan
insulin. Glukosa dengan ragam kekuatan 10 50 % harus di infus melalui kateter vena
central. Untuk menghindari trombosis (gumpalan darah yang terbentuk pembuluh darah).
Jumlah volume infuse intravena biasanya 500 mL dan 250 mL mengandung zat-zat sebagai
nutrisi, penambah darah, elektrolit, asam amino, antibiotik, dan obat yang umumnya
diberikan lewat jarum yang dibiarkan di vena atau kateter dengan diteteskan terus menerus.
Tetesan atau kecepatan mengalir dapat diatur oleh dokter atau perawat sesuai dengan
kebutuhan pasien. Umumnya 2-3 mL permenit.
Untuk Infus, intravena jarum/kateter biasanya ditusukkan divena yang menonjol di lengan
atau kaki dan diikat erat di tempat tersebut sehingga tidak akan bergeser dari tempat selama
diinfus. Bahaya utama infus intravena ialah kemungkinan terbentuknya trombus akibat
rangsang tusukan jarum pada dinding vena.
Trombus akan lebih mungkin terjadi bila larutan infus bersifat mengiritasi jaringan tubuh.
Trombus adalah gumpalan darah yang terbentuk dalam pembuluh darah (atau jantung) yang
umumnya disebabkan oleh melambatnya aliran atau perubahan darah atau pembuluh darah.
Bila gumpalan darah itu beredar maka gumpalan tersebut menjadi embolus, dibawa oleh
aliran darah sampai tersangkut di pembuluh darah, menghalangi dan mengakibatkan
hambatan atau sumbatan yang disebut emboli. Suatu hambatan dapat sangat berbahaya
tergantung pada tempat dan keparahan hambatan tersebut. Obat-obat yang diberikan lewat
intravena biasanya harus berupa larutan air, bercampur dengan darah dan tidak mengendap.
Keadaan tertentu dapat menimbulkan terjadinya trombus dan kemudian menghalangi aliran
darah. (Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi keempat, Howard C Ansel, hal 402)
Demam berdarah adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan virus Dengue tipe I-IV,
disertai demam 5-7 hari gejala-gejala perdarahan, dan bila timbul syok: angka kematian
cukup tinggi.
Gejala dan tanda :
1. panas 5-7 hari, gejala umum tidak khas
2. perdarahan spontan (petekie, ekimosa, epistaksis , derajat hematemesis, melena,
perdarahan gusi, uterus, telinga, dll)
3. ada gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (> 120/menit), tekanan
nadi sempit (<>
4. nadi tidak teraba, tekanan darah tidak terukur, denyut jantung > 140/menit, acral dingin,
berkeringat, kulit biru
Gejala Lain :
1. Hati membesar, nyeri spontan dan pada perabaan
2. Asites
3. Cairan dalam rongga pleura (kanan)

4. Ensepalopati: kejang, gelisah, sopor, koma


Prinsip penatalaksanaan :
1. Memperbaiki keadaan umum
2. Mencegah keadaan yang lebih parah
3. Memperbaiki syok dan perdarahan (pen: rehidrasi sampai hari ke 7, namun hati-hati pada
hari ke 6 dapat terjadi arus balik cairan intersitiel ke pembuluh darah)
INFUS IV UNTUK MEMPERTAHANKAN KESEIMBANGAN ASAM TUBUH
Pembuatan infus ini mengacu pada penggunaannya sebagai cairan infus yang dapat
menstabilkan jumlah elektrolit-elektrolit yang sama kadarnya dalam cairan fisiologis normal,
sehingga diharapkan pasien dapat mempertahankan kondisi elektrolitnya agar sesuai dengan
batas-batas atau jumlah elektrolit yang normal pada plasma. Selain itu, digunakan
pengisotonis dekstrosa yang diharapkan mampu menambah kalori bagi pasien serta
meningkatkan stamina karena biasanya kondisi pasien yang kekurangan elektrolit dalam
keadaan lemas (sehingga perlu diinfus).
Ion natrium (Na+) dalam injeksi berupa natrium klorida dapat digunakan untuk mengobati
hiponatremia, karena kekurangan ion tersebut dapat mencegah retensi air sehingga dapat
menyebabkan dehidrasi.
Kalium klorida (KCl), kalium merupakan kation (positif) yang terpenting dalam cairan
intraseluler dan sangat esensial untuk mengatur keseimbangan asam-basa serta isotonis sel.
Ion kalsium (Ca2+), bekerja membentuk tulang dan gigi, berperan dalam proses
penyembuhan luka pada rangsangan neuromuskuler. Jumlah ion kalsium di bawah
konsentrasi normal dapat menyebabkan iritabilitas dan konvulsi.
Ion Magnesium (Mg2+) juga diperlukan tubuh untuk aktivitas neuromuskuler sebagai
koenzim pada metabolisme karbohidrat dan protein.
Dekstrosa, suatu bentuk karbohidrat yang diberikan secara parenteral diharapkan dapat
memberikan tambahan kalori yang diperlukan untuk menambah energi pada tubuh.
Batas konsentrasi normal elektrolit dalam plasma (Steril Dosage Form, hal 251-252) :
Na+ = 135-145 mEq/L
K+ = 3,5-5 mEq/L
Ca2+ = 5 mEq/L
Mg2+ = 2 mEq/L
INFUS IV UNTUK PENGELOLAAN DEHIDRASI

Sekitar 60% berat badan manusia terdiri dari cairan. Setiap hari sekitar 1,7 liter cairan di
dalam tubuh keluar melalui urin, tinja, keringat dan pernapasan. Cairan yang keluar tersebut
akan digantikan oleh cairan yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman,
yakni sebanyak 3 liter perhari. Jika cairan yang keluar dai tubuh terjadi secara berlebihan dan
tidak diimbangi dengan cairan yang masuk, maka terjadilah dehidrasi (kekurangan cairan
tubuh).
Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh, karena terjadi
pengeluaran yang lebih banyak daripada pemasukan. Gangguan kehilangan cairan tubuh ini
disertai dengan gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh. Zat eletrolit yang diperlukan
tubuh terdiri dari anion dan kation antara lain Na+, K+, Ca2+, SO42-, dan Cl-.
Dehidrasi terdiri dari :
a. Absolut :Kandungan air dibawah normal atau dibawah standar.
b. Hypenatermic : Keadaan hilangnya elektrolit lebih rendah secara disproporsional
dibandingkan dengan hilangnya air.
c. Relatif : Dehidrasi sebagai akibat meningkatnya tekanan osmotik cairan tubuh.
d. Voluntari : Akibat dari rasa haus yang tidak merangsang penggantian air yang hilang
dengan cukup.
INFUS MENGANDUNG KARBOHIDRAT
Karbohidrat merupakan bahan bakar utama (sumber energi) bagi tubuh yang didalam
makanan terdapat sebagai monosakarida, disakarida dan polisakarida. Selain sumber energi
juga berperan penting dalam menjaga keseimbangan asam-basa, pembentukan struktur sel,
jaringan dan organ tubuh. Bilamana seorang penderita harus diberikan makanan yang
memadai tetapi tidak dapat melalui saluran cerna atau mengalami gangguan saluran cerna
seperti diare maka sumber energi utama yakni karbohidrat dapat diberikan melalui infus yang
mengandung karbohdrat.
Glukosa merupakan sumber karbohidrat yang lebih disukai dan salah satu senyawa yang
penting didalam tubuh sebagai sumber energi.
INFUS Na BIKARBONAT UNTUK ASIDOSIS METABOLIK
Asidosis metabolic adalah suatu keadaan dimana pH arterial bersifat asam dan konsentrasi
bikarbonat plasma dibawah normal. Pada asidosis metabolic akut, pH arterial dibawah 7,17,2 dan konsentrasi bikarbonat plasma, <8>
Farmakologi
Na.bikarbonat merupakan agen pengalkali yang berdisosiasi membentuk ion bikarbonat.
Bikarbonat merupakan komponen basa konjugasi dari buffer ekstraseluler utama yang ada di
tubuh,yaitu buffer bikarbonat-asam karbonat. Pada kondisi normal buffer ini menjaga pH
plasma yaitu 7,37-7,42. Namun bila terjadi gangguan pada system buffer ini maka pH plasma

dapat naik ataupun turun. pH plasma yang dibawah normal mengindikasikan terjadinya
asidosis metabolic. Pemberian Na.bikarbonat akan menigkatkan konsentrasi bikarbonat
plasma dan meningkatkan pH plasma sehingga pH plasma normal kembali (DI 2003 hal
2472-2473).
INFUS PROTEIN
Protein merupakan makromolekul yang pada hidrolisa hanya menghasilkan asam amino. Sel
hidup menghasilkan berbagai macam makromolekul (protein, asam nukleat dan polisakarida)
yang berfungsi sebagai komponen struktural, biokatalisator, hormon, reseptor dan sebagai
tempat penyimpanan informasi genetik. Makromolekul ini merupakan biopolimer yang
dibentuk dari unit monomer atau bahan pembangun.
Asam amino dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Asam amino essensial yaitu asam amino yang diperlukan oleh tubuh tetapi tidak dapat
disintesis dalam tubuh sehingga harus diperoleh dari luar. Contoh : Arginin, histidin,
isoleusin, lisin, metionin, fenil alanin, treonin, triptofan, dan valin.
2. Asam amino non essensial yaitu asam amino yang dapat disintesa didalam tubuh. Contoh:
Alanin, asparagin, asam aspartat, sistein, asam glutamate, glutamin, glisin, prolin,
hidroksiprolin, serin, dan tirosin.
Arginin mempunyai fungsi yang sama seperti asam amino, yaitu meningkatkan stimulan
hormon pertumbuhan, prolaktin, dan glukosa darah. Arginin dapat menambah konsentrasi
glukosa darah. Efek ini dapat langsung berpengaruh dari hati menjadi asam amino yang
berkualitas.(DI hal 1341)
INFUS IV DEKSTROSA
Farmakologi (DI, hal 1427)
Dekstrosa dengan mudah dimetabolisme, dapat meningkatkan kadar glukosa darah dan
menambah kalori. Dekstrosa dapat menurunkan atau mengurangi protein tubuh dan
kehilangan nitrogen, meningkatkan pembentukan glikogen dan mengurangi atau mencegah
ketosis jika diberikan dosis yang cukup. Dekstrosa dimetabolisme menjadi CO2 dan air,
maka larutan dekstrosa dan air dapat mengganti cairan tubuh yang hilang. Injeksi dekstrosa
dapat juga digunakan sebagai diuresis dan volume pemberian tergantung kondisi klinis
pasien.
LARUTAN PENCUCI PADA OPERASI LAMBUNG
Larutan irigasi adalah larutan steril, bebas pyrogen yang digunakan untuk tujuan pencucian
dan pembilasan. Sodium Klorida ( NaCl ) secara umum digunakan untuk irigasi ( seperti
irigasi pada rongga tubuh, jaringan atau luka ). Larutan irigasi NaCl hipotonis 0,45% dapat
digunakan sendiri atau tanpa penambahan bahan tambahan lain. Larutan irigasi NaCl 0,9%
dapat digunakan untuk mengatasi iritasi pada luka. ( DI 2003 hal 2555 )
Larutan irigasi dimaksudkan untuk mencuci dan merendam luka atau lubang operasi,
sterilisasi pada sediaan ini sangat penting karena cairan tersebut langsung berhubungan

dengan cairan dan jaringan tubuh yang merupakan tempat infeksi dapat terjadi dengan
mudah.( Ansel hal 399 )
INFUS PENDERITA DIARE BERAT
(LOCKE RINGER)
Locke Ringer mengandung zat-zat yang dibutuhkan tubuh yaitu elektrolit-elektrolit dan
karbohidrat sesuai untuk penderita diare berat
Digunakan norit, yaitu untuk menyerap pirogen dan mengurangi kelebihan H2O2. Cara
sterilisasi yang digunakan adalah dengan teknik otoklaf karena bahan-bahan yang digunakan
tahan panas
Pembahasan : hipertonis (harap diperhatikan laju tetesan per menit)
INFUS UNTUK PENGELOLAAN METABOLIK ALKALOSIS
Alkalosis metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena
tingginya kadar bikarbonat. Alkaosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan banyak asam.
Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang
berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang
kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut)
Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang mengkonsumsi
terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat. Selain itu, alkalosis metabolik
dapat terjadi bia kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah yang banyak mempengaruhi
kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan asam basa darah.
Penyebab utama alkalosis metabolik :
1. Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)
2. Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
3. Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma cushing atau akibat penggunaan
kortikosteroid).
Gejala :
1. Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah tersinggung), otot berkedut dan
kejang otot, atau tanpa gejala sama sekali.
2. Bila terjadi alkalosis yang berat, dapat terjadi kontraksi (pengerutan) dan spasme (kejang)
otot yang berkepanjangan (tetani).
3. Diagnosa dilakukan pemeriksaan darah arteri untuk menunjukkan darah dalam keadaan
basa.
Pengobatan :

Biasanya alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian cairan dan elektrolit (natrium dan
kalium)
INFUS LARUTAN IRIGASI GLISIN
Larutan irigasi adalah sediaan larutan steril dalam jumlah besr. Larutan tidak disuntikkan ke
dalam vena, tapi digunakan di luar sistem peredaran darah dan umumnya menggunakan jenis
tutup yang diputar atau plastik yang dipatahkan, sehingga memungkinkan pengisian larutan
dengan cepat. Larutan ini digunakan untuk merendam atau mencuci luka2. Sayatan bedah
atau jaringan tubuh dan dapat pula mengurangi pendarahan.
Persyaratan larutan irigasi adalah sbb :
1. Isotonik
2. Steril
3. Tidak disbsorpsi
4. bukan larutan elektrolit
5. Tidak mengalami metabolisme
6. Cepat diekskresi
7. Mempunyai tekanan osmotik diuretik
8. bebas pirogen
Larutan irigasi glisin digunakan selama operasi kelenjar prostat dan prosedur transuretral
lainnya. Larutan yg digunakan untuk luka dan kateter uretra yg mengenai jaringan tubuh hrs
disterilkan dgn cara aseptis.
INFUS IV YG MGD NUTRISI
Glukosa termasuk monosakarida dimana sebagian besar monosakarida dibawa oleh aliran
darah ke hati. Di dalam hati, monosakarida mengalami proses sintetis menghasilkan glikogen,
oksidasi menjadi CO2 dan H2O atau dilepaskan untuk dibawa dengan aliran darah ke bagian
tubuh yg memerlukannya. Sebagian lain monosakarida dibawa langsung ke sel jaringan organ
tertentu dan mengalami proses metabolisme lbh lanjut. Karena pengaruh berbagai faktor dan
hormon insulin yg dihasilkan oleh kelnjar pankreas, hati dapat mengatur kadar glukosa dalam
darah. Kadar glukosa dalam darah merupakan faktor yg sgt penting utk kelancaran kerja
tubuh.
INFUS IV RINGER LAKTAT
Jika untuk mengatasi kondisi kekurangan volume darah, larutan natrium klorida 0,9% - 1,0%
menjadi kehilangan maka secara terapeutik sebaiknya digunakan larutan ringer, larutan ini
mengandung KCl dan CaCl2 disamping NaCl. Beberapa larutan modifikasi jg mengandung

NaHCO3 maka larutan dapat disterilakan dengan panas yang stabil. Pengautoklafan larutan
natrium hidrogen karbonat hanya diproses mempunyai penyaringan kuman.
Pembahasan : larutan ini bersifat hipertonis. Harap diperhatikan laju tetesan per menit. Laju
tetesan maksimal 5 ml per menit
INFUS IV AMMONIUM KLORIDA
(PENDAHULUANNYA SAMA DENGAN ALKALOSIS METABOLIK)
Ammonium klorida digunakan sebagai z.a yang dapat berkhasiat untuk pengobatan gangguan
metabolisme alkalosis dalam tubuh serta menggantikan ion klorida yang hilang dalam tubuh.
INFUS IV MENGANDUNG ELEKTROLIT DAN KARBOHIDRAT
Walaupun cairan infus intravena yang diinginkan adalah larutan yang isotonis untuk
meminimalisasi trauma pada pembuluh darah, namun cairan hipotonis maupun hipertonis
dapat digunakan. Untuk meminimalisasi iritasi pembuluh darah, larutan hipertonis diberikan
dalam kecepatan yang lambat.

Macam atau jenis cairan infus dan kegunaanya


1. Cairan hipotonik.
Adalah cairan infuse yang osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum
(konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam
serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan ditarik dari dalam
pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari
osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang
dituju. Digunakan pada keadaan sel mengalami dehidrasi, misalnya pada pasien
cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar
gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan
adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel,
menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam
otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
2. Cairan Isotonik.
Adalah cairan infuse yang osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati
serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam
pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi
(kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko
terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung
kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal
saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).

3. Cairan hipertonik.
Adalah cairan infus yang osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum,
sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh
darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan
mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan
hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+RingerLactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.
Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya :
1. Kristaloid: bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume
cairan (volume expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat,
dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera. Misalnya Ringer-Laktat
dan garam fisiologis.
2. Koloid: ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan
keluar dari membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka
sifatnya hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya
adalah albumin dan steroid.
Cairan yang digunakan dalam terapi
Cairan yang sering digunakan ialah cairan elektrolit (kristaloid) cairan nonelektrolit, dan cairan koloid.
Cairan elektrolit (kristaloid) :
Sesuai dengan penggunaannya dapat dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu
untuk pemeliharaan, pengganti dan tujuan khusus.
Cairan pemeliharaan (rumatan) :
Tujuannya adalah untuk mengganti kehilangan air tubuh lewat urin, feses, paru dan
keringat. Jumlah kehilangan air tubuh ini berbeda sesuai dengan umur, yaitu:
Dewasa : 1,5 2 ml/kg/jam
Anak-anak : 2 4 ml/kg/jam
Bayi : 4 6 ml/kg/jam
Orok (neonatus) : 3 ml/kg/jam
Mengingat cairan yang hilang dengan cara ini sedikit sekali mengandung elektrolit,
maka sebagai cairan pengganti adalah hipotonik, dengan perhatian khusus untuk
natrium.
Cairan kristaloid untuk pemeliharaan misalnya dekstrosa 5% dalam NaCl 0,45%
(D5NaCl 0,45).
Sediaan Cairan Pemeliharaan (rumatan)
Cairan pengganti :
Tujuannya adalah untuk mengganti kehilangan air tubuh yang disebabkan oleh
sekuestrasi atau proses patologi yang lain (misalnya fistula, efusi pleura, asites

drainase lambung dsb).


Sebagai cairan pengganti untuk tujuan ini digunakan cairan isotonis, dengan
perhatian khusus untuk konsentrasi natrium, misalnya dekstrose 5 % dalam ringer
laktat (D5RL), NaCl 0,9 %, D5 NaCl.
Sediaan Cairan Pengganti
Cairan untuk tujuan khusus (koreksi):
Yang dimaksud adalah cairan kristaloid yang digunakan khusus, misalnya natrium
bikarbonat 7,5 %, NaCl 3 %, dll.
Sediaan Cairan Koreksi
Cairan non elektrolit :
Contoh dekstrose 5 %, 10 %, digunakan untuk memenuhi kebutuhan air dan kalori,
dapat juga digunakan sebagai cairan pemeliharaan.
Cairan koloid :
Disebut juga sebagai plasma ekspander, karena memiliki kemampuan besar dalam
mempertahankan volume intra-vaskuler.
Contoh cairan ini antara lain : Dekstran, Haemacel, Albumin, Plasma, Darah.
Cairan koloid ini digunakan untuk menggantikan kehilangan cairan intra-vaskuler.
Cairan Infus
Berdasarkan osmolalitasnya, menurut Perry dan Potter (2005),
cairan intravena (infus) dibagi menjadi 3, yaitu:
a.Cairan ersifat isotonis: osmolaritas (tingkat kepekatan) cairan
mendekati serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus
berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang
mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan
darah terus menurun). Meiliki resiko terjadinya overload (kelebihan
cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongresif dan
hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal
saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
b.Cairan bersifat hipotonis: osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan
serum (kosentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga
larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan
ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya
(prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas
tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada
keadaan sel mengalami dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah
(dialysis) dalam terapi deuretik, juga pada pasien hiperglikemia
(kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetic. Komplikasi
yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam

pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan


peningkatan tekanan intrakarnial (dalam otak) pada beberapa orang.
Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
c.Cairan bersifat hipertonis: osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan
serum, sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel
ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah,
meningkatkan
produksi
urine,
dan
mengurangi
edema
bengkak).
Penggunaannya
kontradiktif
dengan
cairan
hipotonik.
Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5% + RangerLactate.
NDIKASI
Pada seseorang dengan penyakit berat, pemberian obat melalui intravena
langsung masuk ke dalam jalur peredaran darah. Misalnya pada kasus infeksi
bakteri dalam peredaran darah (sepsis). Sehingga memberikan keuntungan lebih
dibandingkan memberikan obat oral. Namun sering terjadi, meskipun pemberian
antibiotika intravena hanya diindikasikan pada infeksi serius, rumah sakit
memberikan antibiotika jenis ini tanpa melihat derajat infeksi. Antibiotika oral
(dimakan biasa melalui mulut) pada kebanyakan pasien dirawat di RS dengan
infeksi bakteri, sama efektifnya dengan antibiotika intravena, dan lebih
menguntungkan dari segi kemudahan administrasi RS, biaya perawatan, dan
lamanya perawatan.
Obat tersebut memiliki bioavailabilitas oral (efektivitas dalam darah jika
dimasukkan melalui mulut) yang terbatas. Atau hanya tersedia dalam sediaan
intravena (sebagai obat suntik). Misalnya antibiotika golongan aminoglikosida
yang susunan kimiawinya polications dan sangat polar, sehingga tidak dapat
diserap melalui jalur gastrointestinal (di usus hingga sampai masuk ke dalam
darah). Maka harus dimasukkan ke dalam pembuluh darah langsung.
Pasien tidak dapat minum obat karena muntah, atau memang tidak dapat
menelan obat (ada sumbatan di saluran cerna atas). Pada keadaan seperti ini,
perlu dipertimbangkan pemberian melalui jalur lain seperti rektal (anus),
sublingual (di bawah lidah), subkutan (di bawah kulit), dan intramuskular
(disuntikkan di otot).
Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi (tersedakobat masuk ke
pernapasan), sehingga pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan.
Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan melalui
injeksi bolus (suntikan langsung ke pembuluh balik/vena). Peningkatan cepat
konsentrasi obat dalam darah tercapai. Misalnya pada orang yang mengalami
hipoglikemia berat dan mengancam nyawa, pada penderita diabetes mellitus.
Alasan ini juga sering digunakan untuk pemberian antibiotika melalui
infus/suntikan, namun perlu diingat bahwa banyak antibiotika memiliki
bioavalaibilitas oral yang baik, dan mampu mencapai kadar adekuat dalam darah
untuk membunuh bakteri.

Klien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara terus-menerus
melalui IV.
(http://www.sehatgroup.web.id/?p=200 )
2.5 KONTRAINDIKASI
Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus.
Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan
untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis
(cuci darah).
Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran
darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).
Jenis-jenis Cairan Intravena
1.
Cairan bisa bersifat isotonis (contohnya ; NaCl 0,9 %, Dekstrosa 5 % dalam air,
Ringer laktat / RL, dll)
2.
Cairan bisa bersifat hipotonis (contohnya ; NaCl 5 %)
3.
Cairan bisa bersifat hipertonis (contohnya ; Dekstrosa 10 % dalam NaCl, Dektrosa 10
% dalam air, Dektrosa 20 % dalam air)
beberapa alasan kenapa pasien di infus :
1.
pasien yang kekurangan cairan [ dehidrasi ]
2.
Pasien Koma [ tidak bisa melakukan aktifitas mengkonsumsi makanan sendiri]
3.
pasien yang sedang melakukan terapi pemberianobat melalui vena yang lebih dari 1
kali sehari, sehingga memasukkkan obatnya melalui cairan infus.
Ciri ciri vena yang bisa ditusukkan jarum infus :
1.
Tidak bercabang
2.
Lurus
Ada dua macam ukuran selang yang biasanya digunakan dalam pemasangan infus :
1.
Ukuran Macrodrip yang setiap 1ml nya terdiri dari 15 tetes dan biasanya digunakan
untuk pasien dewasa.
2.
Ukuran Microdrip yang setiap 1ml nya terdiri dari 60 tetes dan biasanya digunakan
untuk pasien yang masih anak-anak.
ASERING
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut, demam
berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:

Na 130 mEq

K 4 mEq

Cl 109 mEq


Ca 3 mEq

Asetat (garam) 28 mEq


Keunggulan:

Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami
gangguan hati

Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik
dibanding RL pada neonatus

Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi
dengan isofluran

Mempunyai efek vasodilator

Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml


RA, dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko memperburuk
edema serebral
kemasan : 500 ml
harga : Rp 21.750,-

KA-EN 1B

Indikasi:

Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus
emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)

< 24 jam pasca operasi

Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya 300500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak

Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam.
kemasan : 500ml
harga : Rp 17.000,-

KA-EN 3A & KA-EN 3B

Indikasi:
o Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral
terbatas
o Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)

o Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A


o Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
kemasan : 500ml
harga : Rp 20.700,KA-EN MG3

Indikasi :

Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral
terbatas

Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)

Mensuplai kalium 20 mEq/L

Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L


kemasan : 500 ml
harga : Rp 22.600,KA-EN 4A

Indikasi :

Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak

Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai
kadar konsentrasi kalium serum normal

Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

Komposisi (per 1000 ml):


Na 30 mEq/L
K 0 mEq/L
Cl 20 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 40 gr/L
harga :Rp 17.200,KA-EN 4B

Indikasi:

Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun

Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko hipokalemia

Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik


Komposisi:
Na 30 mEq/L
K 8 mEq/L
Cl 28 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 37,5 gr/L
harga : Rp 17.200,Otsu-NS
Indikasi:

Untuk resusitasi

Kehilangan Na > Cl, misal diare

Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum, insufisiensi


adrenokortikal, luka bakar)
kemasan : 25 ml
harga : Rp 3.800
Otsu-RL

Indikasi:

Resusitasi

Suplai ion bikarbonat

Asidosis metabolic
kemasan : 500 ml
harga : Rp 7900,MARTOS-10

Indikasi:

Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetik

Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi berat,
stres berat dan defisiensi protein

Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam

Mengandung 400 kcal/L


kemasan : 500 ml
harga : Rp 101.900,AMIPAREN

Indikasi:

Stres metabolik berat

Luka bakar

Infeksi berat

Kwasiokor

Pasca operasi

Total Parenteral Nutrition

Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit


harga : 145.750
kemasan 500 ml

AMINOVEL-600

Indikasi:

Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI


Penderita GI yang dipuasakan
Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca operasi)
Stres metabolik sedang
Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)

kemasan 500 ml
harga Rp 99.000
PAN-AMIN G

Indikasi:

Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan

Nitrisi dini pasca operasi

Tifoid

kemasan 500 ml
harga Rp61.800,-

You might also like