You are on page 1of 13

LAPORAN PENDAHULUAN

INVERSIO UTERI
A; DEFINISI
1; Inversi uterus adalah inversi / prolabs uterus ke dalam vagina atau vulva selama kala
III persalinan, menyebabkan kolaps mendadak dan serius pada ibu.
(Sumber : Chapman, Vicky.2006. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran. Hal.
300)
2; Inversio uteri adalah terbalik dan melepasnya uterus demikian rupa sehingga lapisan
endometriumnya dapat tampak di luar perineum atau dunia luar.
(Sumber : Ida Bagus Gde Manuaba, Ida Ayu Chandranita Manuaba. 2007. Pengantar
Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC)
3; Inversio uterus merupakan komplikasi kala III persalinan yang jarang terjadi, tetapi
sangat mengancam jiwa dan diklasifikasikan berdasar waktu dan keparahannya.
(Sumber : Boyle, Maureen. 2007. Kedaruratan dalam Persalinan. Hal. 151)
4; Inversio uteri adalah keadaan dimana bagian atas uterus (fundus uteri) memasuki
kavum uteri, bahkan ke dalam vagina atau keluar vagina dengan dinding
endometriumnya sebelah luar.
(Sumber : Sarwono Prawirohardjo. 2005. Ilmu Kandungan. Hal. 442)

B; EPIDEMOLOGI
1; Kroll dan Lyne mengatakan bahwa variasi dalam statistik bergantung pada
penatalaksanaan kala tiga dan tingkat pelaksanaannya.
(Sumber : Chapman, Vicky. 2006. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran.
Hal. 300)
Pembagian inversio uteri :
TINGKAT INVERSIO UTERI
Pertama

KETERANGAN
Inversio uteri hanya sampai osteum

uteri internum
Teraba fundus uteri nya hilang atau
terdapat lekukan.

Kedua

Seluruh endometrium terbalik, tetapi


tidak sampai diluar perineum

Ketiga

Fundus uteri hilang pada palpasi


Seluruh endometrium terbalik sampai

tampak diluar perineum


Fundus uteri sama sekali tidak dapat
diraba

Pada semua tingkat inversio uteri, dapat disertai plasenta masih melekat, karena
terjadi pada plasenta adesiva, akreta atau perkreta. Makin erat perlekatan plasenta jika
salah tatalaksana pada persalinannya ( kala III) makin besar kemungkinan terjadi
inversio uteri.
2; Inversi uterus lebih sering terjadi pada ibu primigravida.
(Sumber : Boyle, Maureen. 2007. Kedaruratan dalam Persalinan. Hal. 153)

C; ETIOLOGI
Inversio uteri biasanya terjadi pada kala III persalinan atau sesudahnya. Inversio
uteri juga terjadi diluar persalinan, misalnya pada myoma geburt yang sedang ditarik
untuk dilahirkan. Secara lebih jelas penyebab inversio uteri dijelaskan sebagai berikut :
1; Spontan : grande multipara, atoni uteri, kelemahan alat kandungan, tekanan intra
abdominal yang tinggi (mengejan dan batuk).
2; Tindakan : cara Crade yang berlebihan, tarikan tali pusat, manual plasenta yang
dipaksakan, perlekatan plasenta pada dinding rahim.
Faktor yang mempermudah terjadinya inversio uteri :
a; Tunus otot rahim yang lemah
b; Tekanan atau tarikan pada fundus (tekanan intraabdominal, tekanan dengan
tangan, tarikan pada tali pusat)
c; Canalis servikalis yang longgar.
Faktor risiko yang berhubungan :
a; Penggunaan obat oksitosik
b; Traksi tali pusat yang dikontrol terlalu dini dan berlebihan sebelum tanda
pelepasan plasenta.
c; Traksi tali pusat yang dikontrol saat uterus relaksasi.
d; Penggunaan tekanan fundus dengan atau tanpa traksi tali pusat.
(Sumber : Boyle, Maureen. 2007. Kedaruratan dalam Persalinan. Hal. 152)
e; Kontraksi uterus yang tidak normal. (Sarwono Prawirohardjo. 2005 : 443)
f; Cara Crade yang berlebihan.

g; Pada grande multipara karena terjadi antonia uteri


h; Tali pusat terlalu pendek terkadang terjadi pada kasusu plasenta akreta
i; Plasenta terlatu erat melekat pada implantasinya
(Sumber : Ida Bagus Gde Manuaba, Ida Ayu Chandranita Manuaba. 2007.
Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC)
Penatalaksanaan yang salah tersebut merupakan permulaan masuknya fundus uteri ke
dalam kavum uteri dan kontraksi yang berturut-turut mendorong fundus yang terbalik ke
bawah. Korpus uteri yang terbalik dapat melewati serviks uteri yang terbuka sampai ke
vagina, bahkan kadang-kadang uterus seluruhnya keluar dari vagina. Jika penderita dapat
mengatasi masalah ini dengan uterus tidak di reposisi, penyakitnya menjadi menahun.
Inversi uteri dapat pula terjadi di luar persalinan dan secara spontan.
1; Inversi uteri di luar persalinan
Mioma uteri submukosum yang sedang dilahirkan., secara perlahan-lahan
menarik tempat insersinya pada dinding uterus ke bawah kavum uteri, dan
menyebabkan inversio uteri menahun.
(Sumber : Sarwono Prawirohardjo. 2005. Ilmu Kandungan. Hal. 443)
2; Inversi uteri secara spontan
Setelah dekompresi uterus mendadak seperti pada kelahiran bayi makrosomia
atau kembar, atau jarang terjadi, setelah peningkatan tekanan intra abdomen saat
uterus dapat terdorong dan keluar akibat batuk dan muntah.
(Sumber : Boyle, Maureen. 2007. Kedaruratan dalam Persalinan. Hal. 152).
D; KLASIFIKASI
1; Tipe inversio uteri :
1; Inversio Lokal
Fundus uteri menonjol sedikit ke dalam kavum uteri.
2; Inversio Parsial
Tonjolan fundus uteri terbatas hanya sampai pada kavum uteri.
Partial inversion occurs when only the fundus invert into the uterus.
Artinya : Inversi parsial terjadi ketika hanya fundus membalikkan ke
dalam rahim.

(Sumber : Linda V, Walgh. 2001. Midwifery 2)


3; Inversio Inkomplit
Penonjolan sampai mencapai kanalis servikalis.
4; Inversio Komplit
Tonjolan telah mencapai ostium uteri eksternum.
Complete inversion occurs when the fundus passes through the cervic into
vagina.
Artinya : Inversi lengkap terjadi ketika fundus melewati cervic ke dalam
vagina.
(Sumber : Linda V, Walgh. 2001. Midwifery 2)
5; Inversio Total
Tonjolan telah mencapai vagina atau keluar vagina.
(Sumber : Sarwono Prawirohardjo. 2005. Ilmu Kandungan. Hal. 443)
2; Berdasar Waktu
6; Inversi Akut
Inversi akut dapat terjadi selama kala tiga, saat plasenta masih melekat atau
sudah lepas dan sampai 24 jam setelah kelahiran bayi. Inversi akut juga
berhubungan dengan kontraksi serviks dan kontraksi serviks juga dapat terbentuk,
yang akan mengganggu pengembalian uterus.
7; Inversi Sub-Akut
Inversi sub-akut terjadi 24 jam setelah kelahiran dan sampai 28 hari pasca
partum. Cincin kontraksi serviks biasanya terbentuk.
8; Inversi Kronis
Inversi yang terjadi setelah 28 hari.
3; Berdasar Keparahan (Ditentukan oleh derajatnya)
9; Derajat Pertama (Inkomplet)
Fundus menjalar ke serviks, tetapi tidak melewatinya.
10; Derajat Kedua
Fundus menonjol ke serviks dan melewati cincin serviks.
11; Derajat Tiga (Komplet)
Fundus menjulur ke perineum. Jika fundus, serviks dan vagina terlihat,
keadaan ini merupakan prolabs uterus.

(Sumber : Boyle, Maureen. 2007. Kedaruratan dalam Persalinan. Hal. 151-152)


E; FAKTOR PRESDIPOSISI
Inversi uterus lebih sering terjadi pada ibu primigravida. Faktor presdiposisi lain
meliputi :
1. Posisi plasenta berada di fundus.
2. Tali pusat pendek.
3. Abnormalitas plasenta (misalnya, plasenta akreta)
4. Anomali kongenital (misalnya, uterus bikornus)
5. Berat gravitasi masa intrauterus (misalnya, fibroid)
(Sumber : Boyle, Maureen. 2007. Kedaruratan dalam Persalinan. Hal. 153)
6; Riwayat inversio uteri pada persalinan sebelumnya
7; Atonia uteri
8; Penggunaan obat oksitosik.
9; Kemungkinan salah penatalaksanaan kala ketiga persalinan, seperti gagal secara
efektif menjaga uterus selama traksi tali pusat terkontrol atau pemakaian tekanan
fundus sambil melakukan penarikan kuat pada tali pusat,
( Chapman, Vicky. 2006. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran. Hal. 3003001)
F; TANDA DAN GEJALA
1; Uterus Terlihat
a; Uterus bisa terlihat sebagai tonjolan mengilat, merah lembayung di vagina.
b; Plasenta mungkin masih melekat.
(Sumber : Chapman, Vickey. 2006. Asuhan Kebidanan Persalinan dan
Kelahiran. Hal. 301)
2; Perdarahan
Perdarahan kadang-kadang terdapat pada inversi uteri bahwa plasenta belum lepas
seluruhnya atau sebagian dari dinding uterus. Jika plasenta belum lepas sama sekali,
tidak timbul perdarahan. Tetapi apabila plasenta lepas baru sebagian akan terjadi
perdarahan.
(Sumber : Sarwono Prawirohardjo. 2005. Ilmu Kandungan. Hal. 443)
3; Syok

Terjadi secara tiba-tiba, berat, dan mungkin tidak seimbang dengan banyaknya
kehilangan darah dan derajat inversi. Syok terjadi sebagai respon terhadap stimulus
neurogenik dan hipovolemia.
(Sumber : Boyle, Maureen. 2007. Kedaruratan dalam Persalinan. Hal. 153).
4; Nyeri hebat
Nyeri biasanya hebat, di abdomen bawah, dan disertai dengan sensasi ingin
mengejan. Nyeri disebabkan oleh traksi pada ligamen infundibulo-pelvikum, ligamen
teres dan ovarium.
(Sumber : Boyle, Maureen. 2007. Kedaruratan dalam Persalinan. Hal. 153)

G; PATOLOGI
Inversio Uteri dapat terjadi pada kasus pertolongan persalinan kala III aktif .
khususnya bila dilakukan tarikan talipusat terkendali pada saat masih belum ada kontraksi
uterus dan keadaan ini termasuk klasifikasi tindakan iatrogenik ( gambar 2 )
;

Faktor yang berhubungan dengan Inversio Uteri :


1; Riwayat inversio uteri pada persalinan sebelumnya
2; Implantasi plasenta di bagian fundus uteri
3; Penggunaan obat oksitosik.
4; Kadang-kadang terjadi pada kasus plasenta akreta atau tali pusat pendek.
5; Kemungkinan salah penatalaksanaan kala ketiga persalinan, seperti gagal secara
efektif menjaga uterus selama traksi tali pusat terkontrol atau pemakaian tekanan
fundus sambil melakukan penarikan kuat pada tali pusat,
( Sumber : Chapman, Vicky. 2006. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran.
Hal. 300-3001)

H; DIAGNOSA
Diagnosis tidak sukar dibuat jika diingat kemungkinan inversio uteri. Pada penderita
dengan syok, perdarahan, dan fundus uteri tidak ditemukan pada tempat yang lazim pada
kala III atau setelah persalinan selesai, pemeriksaan dalam dapat menunjukkan tumor
yang lunak diatas serviks uteri atau dalam vagina, sehingga diagnosis inversi uteri dapat
dibuat.
Pada mioma uteri submukosum yang lahir dalam vagina terdapat pula tumor yang
serupa, akan tetapi fundus uteri ditemukan dalam bentuk dan pada tempat biasa, sedang

konsistensi mioma lebih keras daripada korpus uteri setelah persalinan. Selanjutnya
jarang sekali mioma submukosum ditemukan pada persalinan cukup bulan atau hampir
cukup bulan.
(Sumber : Sarwono Prawirohardjo. 2006. Ilmu kebidanan. 661)
Inversi derajat pertama dapat tidak diketahui karena fundus tidak terlihat pada
introitus atau terpalpasi pada serviks dan mungkin tidak ada tanda dan gejala. Akan
tetapi, lekukan dapat terpalpasi fundus.
Inversi derajat kedua lebih mudah diidentifikasi. Pada inversi derajat tiga, uterus tidak
terpalpasi di abdomen dan pada pemeriksaan dalam, fundus yang mengalami inversi
teraba di dalam vagina atau terlihat pada introitus. Plasenta mungkin masih melekat atau
sudah lepas. Inversi derajat dua atau tiga memerlukan respon segera.
(Sumber : Boyle, Maureen. 2007. Kedaruratan dalam Persalinan. Hal. 153)
Dasar diagnosa inversio uteri
1; Terjadi peningkatan tekanna intra abdominal (misalnya, batuk batuk, bersin) pada
post partum sehingga menyebabkan inversio uteri
2; Inversio uteri yang terjadi menimbulkan :
a; Rasa nyeri abdomen bagian bawah
b; Dapat disertai kolap, sekalipun belum terdapat perdarahan sebagai akibat syok
neurogenik
3; Pada palpasi abdomen fundus uteri.
4; Pada pemeriksaan dalam dapat dijumpai :
a; Tingkat inversio II atau I
b; Inversio uteri tingkat III mungkin didiagnosis karena seluruh endometrium telah
berada di luar
(Sumber : Ida Bagus Gde Manuaba, Ida Ayu Chandranita Manuaba. 2007.
Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC)
I; PENATALAKSANAAN
Pentalaksanaan yang dilakukan pada inversio uteri yaitu :
1; Segera reposisi uterus

Kaji ulang indikasi


Kaji ulang prinsip dasar perawatan dan pasang infus
Berikan petidin dan diazepam IV damlam semprit berbeda secara perlahan-

lahan, atau anastesi umum jika diperlukan


Basuh uterus dengan larutan antiseptik dan tutup dengan kain basah (dengan

NaCl hangat) menjelang operasi


Reposisi manual :

o Jika reposisi tidak berhasil, lakukan hidrostatik.


Reposisi hidrostatik
Reposisi manual dengan anestesia umum
Reposisi kombinasi abdominal-vaginal
Jika inversi sudah diperbaiki, berikan infus oksitosin 20 unit dalam 200 ml

cairan NaCl/Ringer Laktat IV dengan kecepatan tetes 10tetes/menit


Jika dicurigai perdarahan, berikan infus sampai dengan 60 tetes/menit
Jika kontraksi uterus kurang baik, berikan ergometrin 0,2 mg atau
prostaglandin
Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal
Lakukan perawatan pascabedah jika dilakukan koreksi kombinasi abdominalvaginal
Jika ada tanda infeksi berikan antibiotik kombinasi sampai pasien bebas
demam selam 48 jam
Berikan analgetika bila perlu
NB : apabila plasenta belum terlepas, jangan melepaskan plasenta sebelum
dilakukan reposisi secara manual.
(Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar Dan
Rujukan. 2013. Jakarta: WHO. Hal 281)
2; Pemberian petidin 1mg/kg berat badan (tetapi tidak lebih dari 100mg) melalui IM/ IV
secara perlahan atau berikan morfin 0,1 kg berat badan melalui IM untuk ibu yang
mengalami nyeri hebat.
(Sumber : Devi Yulianti. 2005. Buku Saku Manajemen Komplikasi Kehamilan dan
Persalinan. Jakarta : EGC)

3; Jika usaha reposisi tidak berhasil, lakuakn laparotomi

Gambar 3. Laparotomi
4; Jika laparotomi tidak berhasil, lakukan histerektomi
(Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar Dan Rujukan.
2013. Jakarta: WHO. Hal 108)
Tindakan Penatalaksanaan Yang Salah :
1; Melakukan tekanan fundus dengan satu tangan pada uterus yang berkontraksi, seperti
yang dilakukann dalam memfasilitasi pengeluaran plasenta jika uterus digunakan secara
keliru digunakan sebagai piston
2; Meminta ibu mengejan untuk membantu pengeluaran plasenta tanpa memeriksa terlebih
dahulu apakah uterus berkontrasi
3; Menarik tali pusat sebelum plasenta terlepas
4; Menarik plasenta selama pengangkatan manual sebelum plasenta benar benar terlepas.
(Sumber : Verney, Helen. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC)

Jika pengembalian uterus dengan reposisi secara manual gagal


5; Diperlukan intervensi medis atau bedah. Intervensi tersebut dapat dilakukan melalui
pengenalan metode hidrostatik O Sullivan walau metode ini sangat jarang dilakukan
dalam obstetri modern.
(Sumber : Boyle, Manureen. 2007. Kedaruratan dalam Persalinan. Hal. 155)
Pada inversi uteri menahun, prosedur di atas tidak dapat dilakukan karena
lingkaran kontraksi pada ostium uteri eksternum sudah mengecil dan menghalangi
lewatnya korpus uteri yang terbaik. Dalam hal ini perlu dilakukan operasi setelah
infeksi teratasi.
6; Melakukan tindakan operasi , meliputi :
;

Transabdominal menurut Kustner dan operasi menurut Spinelli.


Pada operasi pertama lingkaran dipotong di sebelah belakang, sedang pada
operasi ke dua pemotongan dilakukan di sebelah depan. Pemotongan lingkaran
dan dinding diatasnya memungkinkan reposisi, sesudah itu luka dijahit kembali.

Transvaginal menurut Haultain dan Huntington

Mengusahakan reposisi dengan laparatomi. Akhirnya, pada wanita yang


mendekati akhir masa reproduksi dapat dilakukan histerektomi.
(Sumber : Sarwono Prawirohardjo. 2005. Ilmu Kandungan. Hal. 444)
J; DIAGNOSA BANDING
Karena syok merupakan tanda utama inversi uterus, penting untuk menyingkirkan
diagnosis banding emboli paru atau emboli cairan amnion, infark miokardium, dan ruptur
uterus. Pemeriksaan dalam yang segera membantu konfirmasi adanya inversi uterus dan
penting untuk bertindak cepat guna meminimalkan morbiditas dan mortalitas maternal.
Jika penanganan terlambat, uterus menjadi edema dan kongesti. Keterlambatan juga
memungkinkan terbentuknya cincin kontraksi serviks, yang menghambat pengembalian
fundus yang mengalami inversi.
(Sumber : Boyle, Manureen. 2007. Kedaruratan dalam Persalinan. Hal. 154)
K; PROGNOSA
Walaupun inversi uteri kadang-kadang bisa terjadi tanpa banyak gejala dengan
penderita tetap dalam keadaan baik, namun umumnya kelainan tersebut menyebabkan
keadaan gawat dengan angka kematian tinggi (15-70%). Reposisi secepat mungkin
memberi harapan yang terbaik untuk keselamatan penderita.
(Sumber : Sarwono Prawirohardjo. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka
Prawirohardjo. Hal. 661)

LAMPIRAN

Gambar 1. Reposisi Inversio Uteri.


( a ) Inversio uteri total ( b ) Reposisi uterus melalui servik. ( c ) Restitusi uterus

Gambar 2. Akibat traksi talipusat dengan plasenta yang berimplantasi dibagian fundus
uteri dan dilakukan dengan tenaga berlebihan dan diluar kontraksi uterus akan
menyebabkan inversio uteri

DAFTAR PUSTAKA
Boyle, Manureen. 2007. Kedaruratan dalam Persalinan. Jakarta : TIM
Chapman, Vicky. 2006. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran. Jakarta : EGC
Devi Yulianti. 2005. Buku Saku Manajemen Komplikasi Kehamilan dan Persalinan. Jakarta :
EGC
Ida Bagus Gde Manuaba, Ida Ayu Chandranita Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri.
Jakarta: EGC
Linda V, Walgh. 2001. Midwifery 2.
Sarwono Prawirohardjo. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Prawirohardjo
Verney, Helen. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC

You might also like