Professional Documents
Culture Documents
Oleh
RISYDA MARIFATUL KHOIROT
115070207111030
KELOMPOK 7 PSIK A REGULER 2011
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
HERNIA INGUINALIS
1. DEFINISI
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia
terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia (R. Sjamsuhidayat, 2004)
Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus/lateralis
menelusuri kanalis inguinalis dan keluar rongga abdomen melalui anulus inguinalis
externa/medialis (Mansjoer A, dkk 2000).
Hernia inguinalis adalah prolaps sebagian usus ke dalam anulus inginalis di atas
kantong skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat
kongenital (Cecily L. Betz, 2004).
2. KLASIFIKASI
Menurut lokalisasi
1. Hernia Inguinalis
Indirek: batang usus melewati cincin abdomen dan mengikuti saluran spermamasuk
ke dalam kanalis inguinalis
Direk: batang usus melewati dinding inguinalis bagian posterior
2. Hernia Diafragma
Hernia yang melalui diafragma
3. Hernia Umbilikal
Batang usus melewati cincin umbilical
4. Hernia Femoralis
Batang usus melewati femoral ke bawah ke dalam kanalis femoralis
5. Hernia Scrotalis
Batang usus yang masuk ke dalam kantong skrotum
Hernia insisi menurut sifatnya
1. Hernia Reponibel
Isi hernia dapat keluar masuk, usus keluar jika mengedan, dan masuk jika berbaring
atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri/gejala.
2. Hernia Ireponibel
Kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga, ini disebabkan
oleh perlekatan isi kantong pada peritoneal
3. Hernia Inkarserata/Hernia Strangulata
Isi hernia terjepit oleh cincin hernia/ terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam
rongga perut
3. ETIOLOGI & FAKTOR RESIKO
a. Kongenital/cacat bawaan. Sejak kecil sudah ada, prosesnya terjadi intrauteri, berupa
b.
c.
d.
e.
f.
kegagalan perkembangan
Herediter (kelainan dalam keturunan)
Umur (hernia dijumpai pda semua umur)
Jenis kelamin, Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita
Didapat, seperti mengedan terlalu kuat, mengangkat barang-barang yang berat
Keadaan yang dapat menyebabkan tekanan intraabdominal di anatranya ;
kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat, mengejan pada saat
a. Inspeksi
Pasien diperiksa dalam keadaan berdiri dan diminta untuk mengejan, Pada saat
pasien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan
di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Benjolan yang
terlihat di atas lipat paha menunjukkan hernia inguinalis, sedang di bawah lipat paha
menunjukkan hernia femoralis. Pada hernia yang telah terjadi incarserata atau
strangulasi maka disekitar hernia akan terlihat eritema dan udema
b. Auskultasi
Auskultasi pada hernia ditentukan oleh isi dari hernia, jika isi dari hernia adalah usus
maka akan terdengar peristaltik usus. Sedangkan jika isi hernia omentum tidak akan
terdengar apa-apa.
c. Palpasi
Pada palpasi akan teraba benjolan berbatas tegas, bisa lunak atau kenyal
tergantung dari isi hernia tersebut. Untuk membedakan hernia inguinalis lateralis dan
medialis dapat digunakan 3 cara:
1) Finger test
Untuk palpasi menggunakan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak dapat
teraba isi dari kantong hernia, misalnya usus atau omentum (seperti karet). Dari
skrotum maka jari telunjuk ke arah lateral dari tuberkulum pubicum, mengikuti
fasikulus spermatikus sampai ke anulus inguinalis internus.
2) Siemen test
Dilakukan dengan meletakkan 3 jari di tengah-tengah SIAS dengan tuberculum
pubicum dan palpasi dilakukan di garis tengah, sedang untuk bagian medialis
dilakukan dengan jari telunjuk melalui skrotum. Kemudian pasien diminta
mengejan dan dilihat benjolan timbul di annulus inguinalis lateralis atau annulus
inguinalis medialis dan annulus inguinalis femoralis.
3) Tumb test
Sama seperti siemen test, hanya saja yang diletakkan di annulus inguinalis
lateralis, annulus inguinalis medialis, dan annulus inguinalis femoralis adalah ibu
jari.
4) Diapanoskopi
Untuk melihat apakah ada cairan atau tidak, dilakukan untuk membedakan
dengan hidrocele testis. Caranya dengan menyinari scrotum dengan senter yang
diletakkan di belakang scrotum.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang
foto
roentgen
biasanya
tidak
diperlukan
untuk
mendiagnosis hernia. Rontgen hanya diperlukan untuk hernia interna, misalnya hernia
diafragmatica. Sedangkan USG bisa digunakan untuk menyingkirkan diagnosis massa
yang berada di dalam dinding abdomen atau untuk menyingkirkan diagnosis
bengkaknya testis.
Konservatif
a. Reposisi
Reposisi adalah suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia ke dalam cavum
peritonii atau abdomen. Reposisi dilakukan pada pasien dengan hernia
reponibilis dengan cara memakai dua tangan.
b. Suntikan
Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alcohol atau kinin di daerah
sekitar hernia, yang menyebabkan pintu hernia mengalami sclerosis atau
penyempitan sehingga isis hernia keluar dari cavum peritonii.
c. Sabuk Hernia
Diberikan pada pasien dengan hernia yang masih kecil dan menolak dilakukan
operasi. Bentuk kepala sabuk seperti kepala ular. Kepala sabuk ditempatkan
2)
belakang.
Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka
dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong
c)
keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia yang tersering
menyebabkan keadaan irreponsibel adalah omentum, karena mudah melekat pada
dinding hernia dan isinya dapat menjadi lebih besar karena infiltrasi lemak. Usus
besar lebih sering menyebabkan irreponsibel dari pada usus halus.
2) Terjadi tekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang masuk,
keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan gangguan
vaskular (proses strangulasi). Keadaan ini disebut hernia inguinalis strangulata.
3) Pada keadaan strangulata akan timbul gejala ileus, yaitu perut kembung, muntah,
dan obstipasi. Pada strangulasi nyeri yang timbul lebih hebat dan kontinyu, daerah
benjolan menjadi merah dan pasien menjadi gelisah (Arif Mansyoer, 2000).
HERNIOTOMY
pembedahan yang berlangsung lama, dan operasi dengan posisi tertentu yang
memerlukan pengendalian pernafasan, serta penderita dengan gangguan mental.
2. Indikasi anestesi regional
Anestesi regional digunakan untuk orang dewasa, dengan indikasi bedah
ekstremitas bawah, operasi kebidanan, bedah urologi, tindakan sekitar rektumperineum.
Kontra indikasi absolut regional anestesi tidak boleh diberikan apabila pasien menolak,
infeksi pada tempat suntikan, hipovolema berat, syok, koagulopati atau mendapat terapi
antikoagulan, fasilitas resusitasi yang minim, kurang pengalaman atau tanpa didampingi
konsultan anestesia
Persiapan alat dan obat anestesi
1. Persiapan alat
1) Persiapan mesin anestesi antara lain, Canester yang berisi sodalime. 3
2) Persiapan alat-alat intubasi, Scope yang terdiri dari Stetoskop, laringo-scope. Pilih bilah
atau daun (blade) Tubes atau pipa trakea, pilih nomor sesuai usia Menjaga
agar airway atau jalan nafas tetap bebas Diperlukan juga tape atau plester untuk fiksasi
Connector, Suction Spuit 10 cc.
3) Alat-alat intravena line
2. Persiapan Obat
1) Obat Anestesi Intravena
Natrium tiopental : induksi anestesi umum., operasi/tindakan yang singkat, sedasi
anestesi regional, dan mengatasi kejang eklamsia atau epilepsi.
Propofol (diprivan 1%, fresofol 1%, recofol). obat anestesi umum yang bekerja
cepat, efek obatnya dicapai dalam waktu 30 detik.
Ketamin (ketalar, anesject). obat anestesi
umum
yang
bekerja
cepat.
Halotan
Enfluran
Isofluran
Desfulran
Sevofluran
masih ada depresi nafas oleh narkotik-analgesik berikan Narkotik Antagonis (Nalolxone)
0,1-0,4 mg secara intravena. Ekstubasi dilakuakan saat pasien masih teranastesi/tidur
dalam, untuk mengurangi traumatis dan mencegah batuk. Dikerjakan bila nafas
spontannya adekuat, keadaan umumnya baik serta tidak ada resiko aspirasi pulmonal
dan tidak memerlukan intubasi awake atau rapid sequence induction.
POST OPERASI
Penatalaksanaan Pascaanestesi di recovery room.
Ruang pemulihan atau Recovery room (RR) disebut
juga
unit
perawatan
pascaanestesi atau postanesthesia caru unit ( PACU ). Setelah operasi selesai pasien
dibawa ke ruang pemuluhan atau ke ruang rawat intensif bila ada indikasi. Di ruang
pemulihan dilakukan pemantauan atau monitor sampai pasien sadar betul. Yang harus di
monitor antara lain, keadaan umum, kesadaran, tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu,
sensibilitas nyeri, perdarahan dari drain, dll.9
Awasi keadaan vital penderita secara saksama, periksa tekanan darah, frekuensi
nadi dan frekuensi pernapsan dilakukan paling tidak setiap 5 menit dalam 15 menit
pertama atau hingga stabil, setelah itu dilakukan setiap 15 menit. Perbaiki defisit yang
masih ada (cairan, darah, nyeri, mualmuntah,menggigil karena hipotermia,dll). Seluruh
pasien yang sedang dalam pemulihan dari anestesi umum harus mendapat oksigen 3040% selama pemulihan.
Bila keadaan umum dan tanda vital pasien normal dan stabil, maka pasien dapat
dipindahkan ke ruangan dengan pemberian intruksi postoperatif menilai keadaan umum
sebelum pasien dipindahkan ke ruang perawatan, dapat dipakai aldrete score untuk orang
dewasa
dan steward
Score untuk
anak
dengan
berbagai
kriteria
penilaian.
ataupun pulang bila pasien rawat jalan, tetapi atas ijin dokter anestesi yang bertugas
MANAJEMEN KEPERAWATAN
a. Pre operasi :
Pengkajian : ditujukan pada nyeri, ada tonjolan pembengkakan daerah inguinal, cemas,
tingkat pengetahuan pasien tentang hernia dan penanganannya.
Pengkajian
juga
Kriteria hasil : Tidak merasa sakit, postur tubuh rileks, tidak mengeluh, mampu tidur atau
istirahat dengan tepat.
Intervensi :
a. Kaji dan catat karakteristik nyeri, gunakan skala nyeri dengan pasien, rentangkan
ketidaknyamanan dari 0-10, selidiki dan laporkan nyeri dengan tepat.
Rasional : Berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan.
Perubahan pada karakteristik nyeri menunjukkan terjadinya abses atau peritonitis.
Memerlukan upaya evaluasi medik dan intervensi.
b. Demonstrasikan penggunaan ketrampilan relaksasi seperti napas dalam.
Rasional : Dengan memfokuskan kepada perhatian tertentu, menurunkan ketegangan
otot, meningkatkan rasa memiliki dan kontrol atau menurunkan rasa kurang nyaman.
d. Pertahankan istirahat dengan posisi semifowler.
Rasional : Gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam abdomen bawah atau pelvis,
menghilangkan ketegangan abdomen yang bertambah dengan terlentang.
e. Dorong ambulasi dini.
Rasional : Meningkatkan normalisasi fungsi organ.
f. Beri analgetik sesuai indikasi.
Rasional : Menghilangkan nyeri mempermudah kerjasama dengan intervensi lain
( Doengoes, 2000:511).
intra operasi
2. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan terhadap luka,
peningkatan kerentanan tubuh terhadap bakteri sekunder pembedahan (Doengoes, 2000:
502).
Tujuan : Tidak terjadi infeksi, mengungkapkan pemahaman tentang situasi atau faktor
resiko dan aturan pengobatan individual.
Kriteria hasil : Tidak ada tanda-tanda infeksi, klien akan menunjukkan penyembuhan
dengan bukti tepi luka utuh, menyatu atau jaringan granulasi.
Intervensi :
a. Pantau terhadap tanda dan gejala infeksi luka. Peningkatan pembengkakan dan
kemerahan, pemisahan luka, peningkatan atau drainase, purulen, peningkatan suhu
tubuh
Rasional : Respon jaringan terhadap infiltrasi patogen dengan peningkatan darah dan
aliran limfe dimanifestasikan dengan edema, kemerahan dan peningkatan drainase
penurunan epitelisasi ditandai dengan pemisahan luka, patogen yang bersikulasi
merangsang hipotalamus untuk menaikan suhu tubuh.
b. Pantau penyembuhan luka
Rasional : Luka bedah dengan tepi disatukan oleh jahitan biasanya sembuh dengan
proses primer jaringan granulasi tak tampak dan jaringan pembentukan parut minimal.
c. Lakukan langkah untuk mencegah infeksi: cuci tangan sebelum dan sesudah
mengganti balutan, gunakan sarung tangan sampai luka tetutup
Rasional : Tindakan ini membantu mencegah masuknya mikro organisme kedalam luka
d. Ganti balutan atau perban sesuai aturan dengan menggunakan teknik aseptik.
Rasional : Perban atau balutan yang lembab merupakan media kultur untuk pertumbuhan
bakteri, dengan mengikuti teknik aseptik akan mengurangi resiko kontaminasi bakteri.
e. Beritahu dokter jika luka tampak merah dan bernanah, pemisahan ujung luka, luka
sangat lembek, jumlah leuklosit diatas normal, ambil contoh luka untuk tes kultur dan
sensitifitas.
Rasional
Keadaan
tersebut
mengidentifikasi
infeksi
luka
kultur
mambantu