Professional Documents
Culture Documents
(Referat)
Oleh
Lailatus Syifa Selian
1018011071
Perceptor
dr. Tantri Dwi K, Sp. Rad.
SMF RADIOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDUL MOELUK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
AGUSTUS 2015
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
ISI
...............................................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA
. 30
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Osteosarkoma disebut juga osteogenik sarkoma adalah suatu neoplasma
ganas yang berasal dari sel primitif (poorly differentiated cells) di daerah
metafise tulang panjang pada anak-anak.Disebut osteogenik oleh karena
perkembangannya berasal dari seri osteoblastik sel mesensim
primitif.Osteosarkoma merupakan neoplasma primer dari tulang yang
tersering nomer setelah myeloma multipel.Osteosarkoma biasanya terdapat
pada metafisis tulang panjang di mana lempeng pertumbuhannya
(epiphyseal growth plate) yang sangat aktif; yaitu pada distal femur,
proksimal tibia dan fibula, proksimal humerus dan pelvis.Pada orang tua
umur di atas 50 tahun, osteosarkoma bisa terjadi akibat degenerasi ganas
dari Paget disease, dengan prognosis sangat jelek.Osteosarkoma adalah
tumor tulang dengan angka kematian 80% setelah 5 tahun di
diagnosis.Osteosarkoma klasik didefinisikan dengan sarkoma sel spindel
dengan derajat malignansi tinggi dan sangat khas memproduksi matriks
osteoid. Osteosarkoma didapatkan kira-kira 3 orang per 10.000 di United
States.
BAB II
ISI
A. Definisi
Osteosarkoma adalah merupakan suatu lesi ganas pada sel mesenkim yang
mempunyai kemampuan untuk membentuk osteoid atau tulang yang
imatur.Neoplasma ganas ini diduga berasala dari sel primitif (poorly
differentiated cells) di daerah metaise tulang panjang pada anakanak.Disebut osteogenik oleh karena perkembangannya berasal dari seri
osteoblastik pada sel mesenkim primitif.Osteosarcoma merupakan
neoplasma primer dari tulang yang tersering setelah myeloma multiple.
B. Epidemiologi
Insidens osteosarcoma diperkirakan sekitar 2-3 juta per 1 juta per tahun,
pada remaja lebih tinggi yaitu 8-11 per 1 juta per tahun, laki-laki 1,4 kali
lebih sering mengalami osteosarkoma dibanding perempuan.
Osteosarkoma dengan derajat keganasan tinggi sangat mudah menyebar.
Dahulu angka survival lima tahun pasien sarkoma pada ekstremitas tanpa
metastasis dengan operasi hanya 20%. Dengan adanya kemoterapi
neoajuvan dan ajuvan yang digunkaan sejak tahun1970-an, angka survival
pasien osteosarkoma meningkat sampai 60,1%. Namun demikian masih
dijumpai kekambuhan sekitar 30-40% dan 80% di antaranya meninggal
akibat akibat metastasis, 20% dapat sembuh dengan terapi lini kedua.
Maka sejak tahun1970-an telah dilakukan beberapa penelitian yang
berkaitan dengan terapi ajuvan dan neoajuvan.
C. Etiologi
Penyebab osteosarkoma masih belum jelas diketahui.Adanya hubungan
kekeluargaan menjasi suatu predisposisis, begitu pula adanaya heredirety
retinoblastoma dan sindrom Li-Fraumeni.Dikatakan bahwa beberapa virus
dapat menimbulkan osteosarkoma pada hewan percobaan.Radiasi ion
dikatakan menjadi 3% penyebab langsung osteosarkoma, begitu pula
Alkyleting agent yang digunakan pada kemoterapi.Akhir- akhir ini
dikatakan ada dua tumor suppressor gene yang berperan secara significant
terhadap tumorigenesis pada osteosarkoma, yaitu protein p53 (kromosom
17) dan Rb (kromosom 13). Lokasi tumor dan usia penderita pada
pertumbuhan pesat dari tulang dan diperkirakan akan memperngaruhi
patogenesis osteosarkoma.
3. Parosteal osteosarkoma.
Parosteal osteosarkoma yang tipikal ditandai dengan lesi pada permukaan
tulang, dengan terjadinya diferensiasi derajat rendah dari fibroblas dan
membentuk woven bone atau lamellar bone.Biasanya terjadi pada umur
lebih tua dari osteosarkoma klasik, yaitu pada umur 20 sampai 40
tahun.Bagian posterior dari distal femurmerupakan daerah predileksi yang
paling sering, selain bisa juga mengenai tulang-tulang panjang
lainnya.Tumor dimulai dari daerah korteks tulang dengan dasar yang lebar,
yang makin lama lesi ini bisa invasi kedalam korteks dan masuk ke
endosteal.
Pengobatannya adalah dengan cara operasi, melakukan eksisi dari tumor
dan survival ratenya bisa mencapai 80 - 90%
4. Periosteal osteosarkoma.
Periosteal osteosarkoma merupakan osteosarkoma derajat sedang
(moderate-grade) yang merupakan lesi pada permukaan tulang bersifat
kondroblastik, dan sering terdapat pada daerah proksimal tibia.Sering juga
terdapat pada diafise tulang panjang seperti pada femur dan bahkan bisa
pada tulang pipih seperti mandibula. Terjadi pada umur yang sama dengan
pada klasik osteosarkoma. Derajat metastasenya lebih rendah dari
osteosarkoma klasik yaitu 20%- 35% terutama ke paru-paru.
Pengobatannya adalah dilakukan operasi marginal-wide eksisi (widemargin surgical resection), dengan didahului preoperatif kemoterapi dan
dilanjutkan sampai post-operasi.
5. Osteosarkoma sekunder
Osteosarkoma dapat terjadi dari lesi jinak pada tulang, yang mengalami
mutasi sekunder dan biasanya terjadi pada umur lebih tua, misalnya bisa
berasal dari pagets disease, osteoblastoma, fibous dysplasia, benign giant
cell tumor.Contoh klasik dari osteosarkoma sekuder adalah yang berasal
dari pagets disease yang disebut pagetic osteosarcomas.Di Eropa
merupakan 3% dari seluruh osteosarkoma dan terjadi pada umur
tua.Lokasi yang tersering adalah di humerus, kemudian di daerah pelvis
dan femur.Perjalanan penyakit sampai mengalami degenerasi ganas
memakan waktu cukup lama berkisar 15-25 tahun dengan mengeluh nyeri
pada daerah inflamasi dari pagets disease.Selanjutnya rasa nyeri
bertambah dan disusul oleh terjadinya destruksi tulang.Prognosis dari
pagetic osteosarcoma sangat jelek dengan five years survival rate rata-rata
hanya 8%.Oleh karena terjadi pada orang tua, maka pengobatan dengan
kemoterapi tidak merupakan pilihan karena toleransinya rendah.
6. Osteosarkoma intrameduler derajat rendah.
Tipe ini sangat jarang dan merupakan variasi osseofibrous derajat rendah
yang terletak intrameduler.Secara mikroskopik gambarannya mirip
parosteal osteosarkoma.Lokasinya pada daerah metafise tulang dan
terbanyak pada daerah lutut. Penderita biasanya mempunyai umur yang
10
lebih tua yaitu antara 15- 65 tahun, mengenai laki-laki dan wanita hampir
sama.
Pada pemeriksaan radiografi, tampak gambaran sklerotik pada daerah
intrameduler metafise tulang panjang.Seperti pada parosteal osteosarkoma,
osteosarkoma tipe ini mempunyai prognosis yang baik dengan hanya
melakukan lokal eksisi saja.
7. Osteosarkoma akibat radiasi.
Osteosarkoma bisa terjadi setelah mendapatkan radiasi melebihi dari
30Gy.Onsetnya biasanya sangat lama berkisar antara 3- 35 tahun, dan
derajat keganasannya sangat tinggi dengan prognosis jelek dengan angka
metastasenya tinggi
8. Multifokal osteosarkoma.
Disebut juga Multifocal Osteosarcoma.Variasi ini sangat jarang yaitu
terdapatnya lesi tumor yang secara bersamaan pada lebih dari satu
tempat.Hal ini sangat sulit membedakan apakah sarkoma memang terjadi
bersamaan pada lebih dari satu tempat atau lesi tersebut merupakan suatu
metastase.
Ada dua tipe yaitu: tipe Synchronous dimana terdapatnya lesi secara
bersamaan pada lebih dari satu tulang. Tipe ini sering terdapat pada anakanak dan remaja dengan tingkat keganasannya sangat tinggi. Tipe lainnya
adalah tipe Metachronous yang terdapat pada orang dewasa, yaitu terdapat
tumor pada tulang lain setelah beberapa waktu atau setelah pengobatan
tumor pertama. Pada tipe ini tingkat keganasannya lebih rendah.
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan peningkatan alkaline
phosphatase dan lactic dehydrogenase, yang mana ini dihubungkan dengan
kepastian diagnosis dan prognosis dari osteosarkoma tersebut.
F. Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit pada osteosarkoma belum dapat diketahui
dengan jelas dan pasti, dari beberapa penelitian mengungkapkan adanya
pembelahan sel-sel tumor disebabkan karena tubuh kehilangan gen
suppressor tumor, sehingga sel-sel tulang dapat membelah tanpa
terkendali. Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak
diinvasi oleh sel tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan
respon osteolitik yaitu proses destruksi atau penghancuran tulang dan
respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi
tulang lokal.. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka
terjadi penimbunan periosteum tulang yang baru dekat lempat lesi terjadi
sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.Tumor ini biasanya
terdapat pada metafise tulang panjang dimana tulang itu hancur dan
digantikan tulang baru. Daerah kerusakan tulang diikuti dengan
abnormalitas tulang yang baru dibentuk.Tumor ini melewati medula
11
12
Stadium
Stadium konvensional yang biasa digunakan untuk tumor keras lainnya
tidak tepat untuk digunakan pada tumor skeletal, karena tumor ini sangat jarang
untuk bermetastase ke kelenjar limfa.
Pada tahun 1980 Enneking memperkenalkan sistem stadium berdasarkan
derajat, penyebaran ekstrakompartemen, dan ada tidaknya metastase.Sistem ini
dapat digunakan pada semua tumor muskuloskeletal (tumor tulang dan jaringan
lunak).Komponen utama dari sistem stadium berdasarkan derajat histologi
(derajat tinggi atau rendah), lokasi anatomi dari tumor (intrakompartemen dan
ekstrakompartemen), dan adanya metastase.
Metastase
Bukti radiologis dari deposit metastase pada paru dan tempat lainnya
ditemukan pada 10% sampai 20% pasien pada saat diagnosis, dengan 85% sampai
90% metastase berada pada paru-paru. Tempat metastase lainya yang paling
sering adalah pada tulang, metastase pada tulang lainnya dapat soliter atau
multipel. Sindrom dari osteosarkoma multipel ditunjukan pada adanya multipel
tumor pada berbagai tulang, dengan keterlibatan metafisis yang simetris.
13
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Kebanyakan pemeriksaan laboratorium yang digunakan berhubungan
dengan penggunaan kemoterapi.Sangat penting untuk mengetahui
fungsi organ sebelum pemberian kemoterapi dan untuk memonitor
fungsi organ setelah kemoterapi.Pemeriksaan darah untuk kepentingan
prognosa adalah lactic dehydrogenase (LDH) dan alkaline
phosphatase (ALP).Pasien dengan peningkatan nilai ALP pada saat
diagnosis mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mempunyai
metastase pada paru.Pada pasien tanpa metastase, yang mempunyai
peningkatan nilai LDH kurang dapat menyembuh bila dibandingkan
dengan pasien yang mempunyai nilai LDH normal.Beberapa
pemeriksaan laboratorium yang penting termasuk:
o LDH
o ALP (kepentingan prognostik)
o Hitung darah lengkap
o Hitung trombosit
o Tes fungsi hati: Aspartate aminotransferase (AST), alanine
aminotransferase (ALT), bilirubin, dan albumin.
o Elektrolit : Sodium, potassium, chloride, bicarbonate, calcium,
magnesium, phosphorus.
o Tes fungsi ginjal: blood urea nitrogen (BUN), creatinine
14
o Urinalisis
2. Radiografi
Pemeriksaan X-ray merupakan modalitas utama yang digunakan untuk
investigasi. Pemeriksaan radiologik merupakan pemeriksaan yang
penting dalam usaha menegakan diagnosis tumor tulang. Diagnosis
pasti dapat juga ditegakan dengan pemeriksaan radiologis. Ketika
dicurigai adanya osteosarkoma, MRI digunakan untuk menentukan
distribusi tumor pada tulang dan penyebaran pada jaringan lunak
sekitarnya. CT kurang sensitif apabila dibandingkan dengan MRI
untuk evaluasi lokal dari tumor namun dapat digunakan untuk
mendeteksi metastase pada tulang atau tumor synchoronous, tetapi
MRI seluruh tubuh dapat menggantikan bone scan.
Beberapa hal yang perlu diingat kembali dalam rangka menganalisis
tumor tulang pada foto rontgen adalah :
-
15
X-ray
Gambaran radiologis didapat adanya gambaran osteolitik dan osteoblatik,
pada MRI ditemukan garis destruksi. Pada MRI ditemukan garis akibat
proses destruksi dan ekstensi jaringan lunak sel-sel tumor. Foto polos
merupakan hal yang esensial dalam evaluasi pertama dari lesi tulang
karena hasilnya dapat memprediksi diagnosis dan penentuan pemeriksaan
lebih jauh yang tepat.Gambaran foto polos dapat bervariasi, tetapi
kebanyakan menunjukkan campuran antara area litik dan sklerotik.Sangat
jarang hanya berupa lesi litik atau sklerotik.Lesi terlihat agresif, dapat
berupa moth eaten dengan tepi tidak jelas atau kadangkala terdapat lubang
kortikal multipel yang kecil.Setelah kemoterapi, tulang disekelilingnya
dapat membentuk tepi dengan batas jelas disekitar tumor. Penyebaran pada
jaringan lunak sering terlihat sebagai massa jaringan lunak. Dekat dengan
persendian, penyebaran ini biasanya sulit dibedakan dengan efusi. Area
seperti awan karena sclerosis dikarenakan produksi osteoid yang maligna
dan kalsifikasi dapat terlihat pada massa. seringkali terdapat ketika tumor
telah menembus kortek.
Berbagai spektrum perubahan dapat muncul, termasuk Codman
triangles dan multilaminated, spiculated, dan reaksi sunburst, yang
semuanya mengindikasikan proses yang agresif.
Pertumbuhan neoplasma yang cepat mengakibatkan terangkatnya
periosteum dan tulang reaktif terbentuk antara periosteum yang terangkat
dengan tulang dan padaX-Ray terlihat sebagai segitiga Codman.Kombinasi
antara tulang reaktif dan tulang neoplastik yang dibentuk sepanjang
pembuluh darah berjalan radier dari kortek tulang ke arah masa tumor
membentuk gambaran Sunbrust.
16
Foto polos dari osteosarkoma dengan gambaran Codman triangle (arrow) dan
difus, mineralisasi osteoid diantara jaringan lunak.
Perubahan periosteal berupa Codman triangles (white arrow) dan masa jaringan
lunak yang luas (black arrow).
17
CT Scan
CT dapat berguna secara lokal ketika gambaran foto polos
membingungkan, terutama pada area dengan anatomi yang kompleks
(contohnya pada perubahan di mandibula dan maksila pada osteosarkoma
gnathic dan pada pelvis yang berhubungan dengan osteosarkoma
sekunder).Gambaran cross-sectional memberikan gambaran yang lebih
jelas dari destruksi tulang dan penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya
daripada foto polos.CT dapat memperlihatkan matriks mineralisasi dalam
jumlah kecil yang tidak terlihat pada gambaran foto polos.CT terutama
18
sangat membantu ketika perubahan periosteal pada tulang pipih sulit untuk
diinterpretasikan.CT jarang digunakan untuk evaluasi tumor pada tulang
panjang, namun merupakan modalitas yang sangat berguna untuk
menentukan metastasis pada paru.CT sangat berguna dalam evaluasi
berbagai osteosarkoma varian. Pada osteosarkoma telangiectatic dapat
memperlihatkan fluid level, dan jika digunakan bersama kontras dapat
membedakan dengan lesi pada aneurysmal bone cyst dimana setelah
kontras diberikan maka akan terlihat peningkatan gambaran nodular
disekitar ruang kistik.
19
MRI
MRI merupakan modalitas untuk mengevaluasi penyebaran lokal dari
tumor karena kemampuan yang baik dalam interpretasi sumsum tulang
dan jaringan lunak.MRI merupakan tehnik pencitraan yang paling akurat
untuk menentuan stadium dari osteosarkoma dan membantu dalam
menentukan manajemen pembedahan yang tepat.Untuk tujuan stadium
dari tumor, penilaian hubungan antara tumor dan kompartemen pada
tempat asalnya merupakan hal yang penting.Tulang, sendi dan jaringan
lunak
yang
tertutupi
fascia
merupakan
bagian
dari
kompartemen.Penyebaran tumor intraoseus dan ekstraoseus harus
dinilai.Fitur yang penting dari penyakit intraoseus adalah jarak
longitudinal tulang yang mengandung tumor, keterlibatan epifisis, dan
adanya skip metastase.Penilaian dari penyebaran tumor ekstraoseus
melibatkan penentuan otot manakah yang terlibat dan hubungan tumor
dengan struktur neurovascular dan sendi sekitarnya.Hal ini penting untuk
20
21
Ultrasound
Ultrasonography tidak secara rutin digunakan untuk menentukan stadium
dari lesi.Ultrasonography berguna sebagai panduan dalam melakukan
percutaneous biopsi. Pada pasien dengan implant prostetik, Ultrasonography
mungkin merupakan modalitas pencitraan satu satunya yang dapat
menemukan rekurensi dini secara lokal, karena penggunaan CT atau MRI
dapat menimbulkan artefak pada bahan metal. Meskipun ultrasonography
dapat memperlihatkan penyebaran tumor pada jaringan lunak, tetapi tidak
bisa digunnakan untuk mengevaluasi komponen intermedula dari lesi. (2)
Nuclear Medicine
Osteosarcoma secara umum menunjukkan peningkatan ambilan dari
radioisotop pada bone scan yang menggunakan technetium-99m methylene
diphosphonate (MDP). Bone scan sangat berguna untuk mengeksklusikan
penyakit multifokal. skip lesion dan metastase paru-paru dapat juga
dideteksi, namun skip lesion paling konsisten jika menggunakan MRI.
22
23
H. Diagnosis Banding
Beberapa kelainan yang menimbulkan bentukan massa pada tulang sering
sulit dibedakan dengan osteosarkoma, baik secara klinis maupun dengan
pemeriksaan pencitraan. Adapun kelainan-kelainan tersebut adalah:
1. Ewings sarcoma
2. Osteomyelitis
3. Osteoblastoma
4. Giant cell tumor
5. Aneurysmal bone cyst
6. Fibrous dysplasia
I. Penatalaksanaan
Preoperatif kemoterapi diikuti dengan pembedahan limb sparing dan
diikuti dengan postoperatif kemoterapi merupakan standar manajemen.
Osteosarkoma merupakan tumor yang radioresisten, sehingga radioterapi
tidak mempunyai peranan penting dalam manajemen rutin.
Medikamentosa
Sebelum penggunaan kemoterapi osteosarkoma ditangani secara
primer hanya dengan pembedahan (amputasi). Meskipun dapat
mengontrol tumor secara lokal dengan baik, lebih dari 80% pasien
menderita rekurensi tumor yang biasanya berada pada paru-paru.
Tingginya tingkat rekurensi mengindikasikan bahwa saat diagnosis
pasien mempunyai mikrometastase. Oleh karena hal tersebut maka
penggunaan adjuvant terapi sangat penting pada penanganan
pasien dengan osteosarkoma. Pada penelitian terlihat bahwa
adjuvant kemoterapi efektif dalam mencegah rekurensi pada pasien
dengan tumor primer lokal yang dapat diredeksi. Penggunaan
neoadjuvant kemoterapi terlihat tidak hanya mempermudah
pengangkatan tumor karena ukuran tumor telah mengecil, namun
juga dapat memberikan parameter faktor prognosa. Obat yang
efektif adalah Dexorubicin, Ifosfamide, Cisplatin, dan
Methrotexate tinggi dosis tinggi dengan Leucovorin.
Pembedahan
Tujuan utama dari reseksi adalah keselamatan pasien. Reseksi
harus sampai batas bebas tumor. Semua pasien dengan
osteosarkoma harus menjalani pembedahan jika memungkinan
reseksi dari tumor primer. Tipe dari pembedahan yang diperlukan
tergantung dari beberapa faktor yang harus di evaluasi dari pasien
secara individual. Batas radikal didefinisikan sebagai pengangkatan
seluruh kompartemen yang terlihat (tulang, sendi, otot) biasanya
tidak diperlukan. Hasil dari kombinasi kemoterapi dengan reseksi
24
Rawat jalan
Hitung jenis darah : pengukuran terhadap hitung jenis darah dilakukan
dua kali seminggu terhadap granulocyte coloy simulating factor (GCSF) pasien, pengukuran G-CSF dapat dihentikan ketika hitung
neutrophil mencapai nilai 1000 atau 5000/L.
Kimia darah : sangat penting untuk mengukur kimia darah dan fungsi
hati pada pasien dengan nutrisi parenteral dengan riwayat toksisitas
terutama jika penggunaan antibiotik yang nephrotoxic atau hepatotoxic
dilanjutkan.
monitoring rekurensi : monitoring harus tetap dilanjutkan terhadap lab
darah dan radiografi, dengan frekuensi yang menurun seiring waktu.
Secara umum kunjungan dilakukan setiap 3 bulan selama tahun
pertama, kemudian 6 bulan pada tahun kedua dan seterusnya.
Follow up jangka panjang : ketika pasien sudah tidak mendapat terapi
selama lebih dari 5 tahun, maka pasien dipertimbangkan sebagai
survivors jangka panjang. Individu ini harus berkunjung untuk
monitoring dengan pemeriksaan yang sesuai dengan terapi dan efek
samping yang ada termasuk evaluasi hormonal, psychososial,
kardiologi dan neurologi.
J. Komplikasi
Pagets Sarkoma
26
K. Prognosis
Factor yang mempengaruhi prognosis termasuk lokasi dan besar dari
tumor, adanya metastase, reseksi yang adekuat, dan derajat nekrosis yang
dinilai setelah kemoterapi.
Lokasi tumor
Lokasi tumor mempunyai factor prognostic yang signifikan pada
tumor yang terlokalisai.Diantara tumor yang berada pada
ekstremitas, lokasi yang lebih distal mempunyai nilai prognosa
yang lebih baik daripada tumor yang berlokasi lebih
proksimal.Tumor yang berada pada tulang belakang mempunyai
resiko
yang
paling
besar
untuk
progresifitas
dan
kematian.Osteosarkoma yang berada pada pelvis sekitar 7-9% dari
semua osteosarkoma dengan tingkat survival sebasar 20-50%.
Ukuran tumor
Tumor yang berukuran besar menunjukan prognosa yang lebih
buruk dibandingkan tumor yang lebih kecil.Ukuran tumor dihitung
berdasarkan ukuran paling panjang yang dapat terukur.
Metastase
Pasien dengan tumor yang terlokalisasi mempunyai prognosa yang
lebih baik daripada yang mempunyai metastase. Sekitar 20%
pasien akan mempunyai metastase pada saat di diagnose, dengan
paru-paru merupakan tempat tersering lokasi metastase. Prognosa
pasien dengan matastase bergantung pada lokasi metastase, jumlah
metastase, dan respectability dari metastase. Pasien yang menjalani
pengangkatan lengkap dari tumor primer dan metastase setelah
kemoterapi mungkin dapat bertahan dalam jangka panjang,
27
28
BAB III
KESIMPULAN
Osteosarkoma merupakan tumor ganas ke duadari tulang.Didapatkan pada umur
antara 5-30 tahun, dan terbanyak pada umur 10 -20 tahun.Terdapat padametafise
tulang panjang yang pertumbuhannya cepat,terbanyak pada daerah lutut. Diagnose
ditegakkandengan gejala klinis, pemeriksaan laboratorium,pemeriksaan radiografi
seperti plain foto, CT scan, MRI,bone scan, angiografi dan dengan
pemeriksaanhistopatologis melalui biopsi. Prognosis osteosarkomatergantung
pada staging dari tumor dan efektif-tidaknya penanganan. Penanganan
osteosarkoma saat inidilakukan dengan memberikan kemoterapi, baik
padapreoperasi (induction=neoadjuvant chemotherapy, danpascaoperasi (adjuvant
chemotherapy). Pengobatansecara operasi, prosedur Limb Salvage merupakan
tujuanyang diharapkan dalam operasi suatu osteosarkoma.Follow-up post-operasi
pada penderita osteosarkomamerupakan langkah tindakan yang sangat penting.
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Sutton David. A Textbook of Radiology and ImagingFifth Edition. London:
Churchill Livingstone. 1992. Vol 1; 136 46.
2. Salter Robert. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal
SystemThird Edition. William & Wilkins. 1999; 379 403.
3. Skinner, Harry B. Current diagnosis & treatment in orthopaedics. Lange
Medical Book. 3rd ed. 2003.p.312-8. McGraw-Hill : NewYork
4. Paul and Juhls. Essetials of Radiologic ImagingFifth Edition. Philadelphia:
J.B. Lippincott Company. 1987; 164 7.
5. Rasad, Sjahriar : Radiologi Diagnostik. Edisi Kedua. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta.2006. Hal 81.
6. Bechler JR, Robertson WW, Meadows AT, Womer RB. Osteosarcoma as a
second malignant neoplasmin children. J Bone Joint Surg Am1992. 74:107983.
30