You are on page 1of 36

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI

HALUSINASI
KELAS 2C

OLEH

NI KOMANG ASTUTI (13C11090)


NI LUH AYU DWIMANTARI (13C11091)
KADEK AYU RISTIANTI (13C11093)
NI PUTU CHINTYA EKA PRATIWI (13C11097)
DESAK PUTU PRAMI SATRYANA PUTRI (13C11128)
NI NYOMAN SRI RAHAYU (13C11138)
I KOMANG SUPARJANA PUTRA (13C11142)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1)

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Tinjauan Teoritis
1. Konsep Dasar Skizofrenia
a. Pengertian
Skizofrenia (schizophrenial) merupakan suatu gangguan yang terjadi pada
fungsi otak (Nancy Andreasen, 2008, dikutip dari Yosep, 2009, hal. 211).
Skizofrenia merupakan sebagai penyakit neurologis yang mempengaruhi
persepsi klien, cara berpikir, bahasa, emosi, dan prilaku sosialnya (Melinda Herman,
2008, dikutip dari, Yosep, 2009, hal.211).
Skizofrenia dapat didefinisikan sebagai suatu sindrom dengan variasi
penyebab (banyak yang belum diketahui), dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat
kronis) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pengaruh genetik,
fisik, dan sosial budaya (Kaplan and Sadock, 2010).
Gangguan Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi
area fungsi individu, termasuk berpikir dan berkomunikasi, menerima, dan
menginterprestasikan realitas, merasakan dan menunjukkan emosi, dan beperilaku
dengan sikap yang dapat diterima secara sosial (Isaacs, 2005).
Melinda Herman (2008), mendefinisikan skizofrenia sebagai penyakit
neurologis yang mempengaruhi persepsi pasien, cara berfikir, bahasa, emosi, dan
perilaku sosialnya (Neurogical disease that affects a persons perception, thinking,
language, emotion, and social behavior)
b. Proses Terjadinya

Skizofrenia terbentuk secara bertahap dimana keluarga maupun klien tidak


menyadari ada sesuatu yang tidak beres dalam otaknya dalam kurun waktu yang
lama. Kerusakan yang perlahan-lahan ini yang akhirnya menjadi skizofrenia yang
tersembunyi dan berbahaya. Gejala yang timbul secara perlahan-lahan ini bisa
saja menjadi skizofrenia akut. Periode skizofrenia akut adalah gangguan yang
singkat dan kuat, yang meliputi halusinasi, penyesatan pikiran (delusi), dan
kegagalan berpikir (Yosep, 2009; hal. 211)
c. Tanda dan Gejala
Gambaran gangguan jiwa skizofrenia beraneka ragam dari mulai
gangguan pada alam pikir, perasaan dan perilaku yang mencolok sampai pada
yang tersamar. Sebelum seseorang sakit, pada umumnya penderita sudah
mempunyai ciri-ciri kepribadian tertentu. Kepribadian penderita sebelum sakit
disebut sebagai Kepribadian Pramorbid, seringkali digambarkan sebagai orang
yang mudah curiga, pendiam, sukar bergaul, lebih senang menarik diri dan
menyendiri serta eksentrik (aneh). Gangguan jiwa Skizofrenia biasanya mulai
muncul dalam masa remaja atau dewasa muda (sebelum usia 45 tahun). Seseorang
dikatakan

menderita

Skizofrenia

apabila

perjalanan

penyakitnya

sudah

berlangsung lewat 6 bulan. Sebelumnya didahului oleh gejala-gejala awal disebut


sebagai fase prodromal yang ditandai dengan mulai munculnya gejala-gejala yang
tidak lazim misalnya pikiran tidak rasional, perasaan yang tidak wajar, perilaku
yang aneh, penarikan diri dan sebagainya. Gejala gejala Skizofrenia dapat
dibagi dalam 2 kelompok yaitu gejala positif dan gejala negatif. (Hawari, 2009).
1) Gejala positif Skizofrenia
a) Gejala positif yang diperlihatkan pada penderita skizofrenia adalah sebgai
berikut: Delusi atau waham, yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional

(tidak masuk akal). Meskipun telah dibuktikan secara obyektif bahwa


keyakinan

itu

tidak

rasional,

namun

penderita

tetap

meyakini

kebenarannya.
b) Halusinasi, yaitu pengalaman panca indera tanpa rangsangan (stimulus).
Misalnya penderita mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan di
telinganya padahal tidak ada sumber dari suara atau bisikan itu.
c) Kekacauan alam pikir, yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya.
Misalnya bicaranya kacau, sehingga tidak dapat diikuti alur pikirannya.
d) Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-madir, agresif, bicara dengan
semangat dan gembiran berlebihan.
e) Merasa dirinya Orang Besar, merasa serba mampu, serba hebat dan
sejenisnya.
f) Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada ancaman
terhadap dirinya.
g) Menyimpan rasa permusuhan.
Gejala-gejala positif skizofrenia amat mengganggu lingkungan (keluarga)
dan merupakan salah satu motivasi keluarga membawa penderita berobat.
2) Gejala negatif skizofrenia
Gejala-gejala negatif yang diperlihatkan pada penderita Skizofrenia adalah
sebagai berikut :
a) Alam perasaan (affect) tumpul dan mendatar. Gambaran alam
perasaan ini dapat terlihat dari wajah yang tidak menunjukkan ekpresi.
b) Menarik diri atau mengasingkan diri (withdrawn) tidak mau bergaul atau
kontak dengan orang lain, suka melamun (day dreaming).
c) Kontak emosional amat miskin, sukar diajak bicara, pendiam.

d)
e)
f)
g)

Pasif dan apatis, menarik diri dari pergaulan sosial.


Sulit dalam berpikir abstrak.
Pola pikir stereotip.
Tidak ada atau kehilangan dorongan kehendak (avolition) dan tidak ada
inisiatif, tidak ada upaya dan usaha, tidak ada spontanitas, menoton, serta
tidak ingin apa-apa dan serba malas (kehilangan nafsu).
Gejala-gejala negatif skizofrenia seringkali tidak disadari atau kurang

diperhatikan oleh pihak keluarga, karena dianggap tidak mengganggu


sebagaimana halnya pada penderita skizofrenia yang menunjukkan gejala-gejala
positif.
d. Jenis-jenis skizofrenia
1) Skizofrenia Simplek

dengan gejala utama kedangkalan emosi dan

kemunduran kemauan.
2) Skizofrenia Hebefrenik gejala utama gangguan proses pikir, gangguan
kemauan, dan depersonalisasi. Banyak terdapat Waham dan Halusinasi.
3) Skizofrenia Katatonik, dengan gejala utama pada psikomotor seperti stupor
maupun gaduh gelisah katatonik.
4)

Skizofrenia Paranoid, dengan gejala utama kecurigaan, yang ekstrim


disertai waham kejar atau kebesaran.

5) Episode Skizofrenia akut (Lir Schozprenia), adalah kondisi akut mendadak


yang disertai dengan perubahan kesadaran, kesadaran mungkin berkabut.
6)

Skizofrenia Psiko-Aktif, yaitu adanya gejala utama skizofrenia yang


menonjol dengan disertai gejala depresi atau mania.

7)

Skizofrenia Residual adalah skizofrenia dengan gejala-gejala primernya


dan muncul setelah beberapa kali serangan skizofrenia.

e. Penatalaksanaan medis
1) Pertimbangan umum terdiri dari
a) Kontuinitas perawatan merupakan hal yang penting . Klien dapat menerima
pengobatan diberbagai tempat, termasuk rumah sakit jiwa akut, rumah
sakit jiwa jangka panjang, dan program berbasis komunitas.
b) Tingkat perawatan tergantung pada keparahan gejala dan ketersediaan
dukungan dari keluargadan sosial . Pengobatan ini biasanya diberikan
lingkungan dengan sifat restriktif yang paling minimal.
c) Pendekatan manajemen kasus merupakan hal yang paling penting karena
perawatan klien pada umumnya berjangka panjang, membutuhkan kerja
sama dengan berbagai penyedia pelayanan untuk memastikan pelayan
tersebut diberikan secara terkoordinasi .
2) Hospitalisasi psikiatrik jangka pendek, digunakan untuk menatalaksanakan
gejala-gejala akut dan memberikan lingkungan yang aman dan terstruktur
serta berbagai pengobatan termasuk :
a) Pengobatan farmakologik dengan medikasi antispikotik
b) Manajemen lingkungan
c) Terapi pendukung yang pada umumnya berorientasi padarealitas, dengan
pendekatan prilaku kognitif.
d)

Psikologi edukasi bagi klien dan keluarganya.

e) Rencana pemulangan dari rumah sakit untuk memasti-kan kontinuitas


asuhan .
3) Hospitalisasi psikiatrik jangka panjang
a) Hospitalisasi jangka panjang diberikan pada klien dengan gejala persisten
yang dapat membahayakan dirinya sendiri atau orang lain .
b) Tujuannya adalah menstabilkan dan memindahkan klien secepat mungkin
ke lingkungan yang kurang restriktif .
4) Pengobatan berbasis komunitas memberikan layanan komprehensif.
Berikut ini kepada klien dan keluarga:
a) Perumahan bantuan meliputi rumah transisi, pengaturan hidup yang
kooperatif, crisis community residence, pengasuhan anak angkat, dan
board and care home.
b) Program day treatment memberikan terapi kelompok, pelatihan
keterampilan sosial, penatalaksanaan peng-obatan, dan sosialisasi dan
rekreasi.
c) Terapi pendukung melibatkan seorang manajer seorang

manajer kasus dan sejumlah ahli terapi untuk klien dan

keluarga.

d) Program psikoedukasi bagi klien, keluarga dan kelompok

kelompok masyarakat.

Outreach services diadakan untuk menentukan kasus dan


memberikan program pengobatan preventif bagi individu dan
keluarga yang mengalami peningkatan resiko .

5) Rehabilitasi psikososial
a) Rehabilitasi psikososial menekankan perkembangan keterampilan dan
dukungan yang diperlukan untuk hidup, belajar, dan bekerja dengan baik
di komunitas.
b) Pendekatan ini menjadi bagian dari program pengobatan di berbagai
tempat pemberian layanan. Penggunaan gedung pertemuan tempat klien
dapat berkumpul untuk bekerja bersama dan bersosialisasi sambil
mempelajari keterampilan yang diperlukan, dapat menjadi bagian dari
layanan masyarakat di beberapa tempat.
2. Konsep Dasar Halusinasi
a. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien
memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau
rangsangan yang nyata (Ade Herman Surya, 2011,Hal. 109).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien
mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus
yang sebetulnya tidak ada (Damaiyanti, 2008) .

Halusinasi adalah persepsi yang tanpa dijumpai adanya rangsangan dari


luar. Walaupun tampak sebagai sesuatu yang khayal, halusinasi sebenarnya
merupakan bagian dari kehidupan mental penderita yang teresepsi (Yosep,
2010) .
Halusinasi adalah perubahan dalam jumlah atau pola stimulus yang datang
disertai gangguan respon yang kurang, berlebihan, atau distorsi terhadap stimulus
(Nanda-I, 2012) .
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca
indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu
persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren : persepsi palsu ( Maramis,
2005)
b. Rentang Respon Halusinasi
Halusinasi merupakan salah satu respon maladatif individu yang berada
dalam rentang respon neurobiologi. Ini merupakan respon persepsi paling
maladatif. Jika klien sehat persepsinya akurat,mampu mengidentifikasi dan
menginterprestasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca
indra (pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecap, dan perabaan), klien
dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indra walaupun
sebenarnya stimulus itu tidak ada. Diantara kedua respon tersebut adalah respon
individu yang karena sesuatu hal mengalami kelainan persepsi yaitu salah
mempersepsikan stimulus yang diterimanya yang disebut sebagai ilusi. Klien

mengalami ilusi jika interprestasi yang dilakukannya terhadap stimulus panca


indra tidak akurat sesuai simulus yang diterima.

Ket:
1) Respon adatif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma
sosial buadaya yangn berlaku. Dengan kata lain, individu tersebut dalam
batas normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan
masalah tersebut.
Respon adatif berupa:
a) Pikiran logis adalah pikiran yang mengarah pada kenyataan.
b) Persepsi adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
c) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
hati sesuai dengan pengalaman.
d) Perilaku sesuai adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam
bataskewajaran.
e) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.

2) Psikososial
Respon psikososial antara lain :
a) Proses pikir terganggu adalah pikir yang menimbulkan kekacauan
/mengalami gangguan
b) Ilusi adalah intraprestasi atau penilaian yang salah tentang penerapan
yang sungguh terjadi (objek nyata), karena rangsangan panca indera.
c) Emosi berlebihan atau berkurang
d) Perilaku tidak biasa adlah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran.
e) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang lain atau hubungan dengan orang lain
3) Respon Maladatif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
yang menyimpang norma-norma sosial budaya dan lingkungannya.respon
maladatif yang sering ditemukan meliputi :
a) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
kenyataan sosial.
b) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi
eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
c) Kerusaka proses emosi ialah perubahan sesuatu yang timbul dari hati
d) Perilaku tidak terorganisasi merupakan suatu perilaku yang tidak teratur

e) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan
yang negatif mengancam.
Berdasarkan gambar diketahui bahwa halsusinasi merupakan respon
persepsi paling maladaptif. Jika klien sehat, persepsinya akurat, mampu
mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang
diterima melalui panca indra (pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan,
dan perabaan), sedangkan klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus
panca indra walaupun sebenarnya stimulus itu tidak ada.

c. Psikopatologis
1) Menurut Yosep, yang dikutip oleh Ekoprabowo 2014, Faktor predisposisi
yang menyebabkan halusinasi adalah
a) Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan pasien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan pasien tidak mampu mandiri sejak
kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap
stress
b) Faktor sosiokurtural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi merasa
disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya
c) Faktor Biokimia

Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress


yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan
suatu zat yang bersifat halusionogenik neuro kimia. Akibat stress
berkepanjangan menyebabkan teraktivitasnya neurotransmitter otak.
d) Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
pada

penyalahgunaan

zat

aditif.

Hal

ini

berpengaruh

pada

ketidakmampuan pasien dalam mengambil keputusan yang tepat demi


masa depannya. Pasien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari
alam nyata menuju alam hayal

e) Faktor Genetik dan pola asuh


Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan
bahwa

faktor

keluarga

menunjukkan

hubungan

yang

sangat

berpengaruh pada penyakit ini.


2) Faktor Presipitasi
Menurut Stuart dan Suddeen yang dikutif oleh Eko Prabowo (2014), faktor
presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :
a) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk

dalam otak mengakibat ketidakmampuan untuk secara efektif


menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diiterpretasikan.
b) Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku
c) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menaggapi stress.
d. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada pasien dengan halusinasi (Mukhripah Damaiyanti,
2012, hal. 58) sebagai berikut :
1) Bicara sendiri
2) Senyum sendiri
3) Ketawa sendiri
4) Menggerakkan bibir tanpa suara
5) Penggerakan mata yang cepat
6) Respon verbal yang lambat
7) Menarik diri dari orang lain
8) Berusaha untuk menghindari orang lain
9) Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata
10) Terjadi peningkata denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah
11) Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik
12) Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori
13) Sulit berhubungan dengan orang lain
14) Ekspresi muka tegang
15) Mudah tersinggung, jengkel dan marah
16) Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat
17) Tampak tremor dan berkeringat
18) Perilaku panik
19) Agitasi dan kataton
20) Curiga dan bermusuhan
21) Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan
22) Ketakutan
23) Tidak dapat mengurus diri
24) Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang

e. Fase-fase /Tahapan dalam Halusinasi


Ada 5 fase berdasarkan tingkat ansietas yang dialami dan kemampuan
klien mengendalikan dirinya (Yosep, 2010) yaitu :

FASE HALUSINASIDAN KARAKTERISTIKNYA

Sinasi
1
Stage I : Sleep disorder
Fase

awal

seseorang

Karakteristik
2
Klien merasa banyak masalah, ingin
sebelum

muncul halusinasi

menghindar dari lingkungan, takut


diketahui orang lain bahwa dirinya
banyak masalah. Masalah makin
terasa sulit karena berbagai stressor
terakumulasi, misalnya kekasih hamil
terlibat narkoba, dihianati kekasih,
masalah dikampus, drop out, dan
seterusnya. Masalah terasa menekan
karena

terakumulasi

sedangkan

support system kurang dan persepsi


terhadap masalah sangat buruk. Sulit
tidur berlangsung terus menerus
sehingga terbiasa menghayal. Klien
menganggap lamunan lamunan
awal tersebut sebagai pemecahan
masalah .
Stage II : Comforting

Klien

mengalami

emosi

yang

Halusinasi secara umum ia terima

berlanjut seperti adanya perasaan

sebagai sesuatu yang alami

cemas, kesepian, perasaan berdosa,


ketakutan dan mencoba memusatkan
pemikiran

pada

timbulnya

kecemasan. Ia beranggapan bahwa


pengalaman pikiran dan sensorinya
dapat dia kontrol bila kecemasannya
diatur,

dalam

tahap

ini

ada

kecenderungan klien merasa nyaman

f. Jenis-Jenis Ha
1) Halusinasi Non Patologis
Menurut NAMI (National Alliance For Mentally III, dalam Dermawan
dan Rusdi, 2013, hal 3) halusinasi dapat terjadi pada seseorang yang
bukan penderita gangguan jiwa. Pada umumnya terjadi pada klien yang
mengalami stress yang berlebihan atau kelelahan bisa juga karena
pengaruh obat-obatan (Halusinasinogenik)
Halusinasi ini antara lain :
a) Halusinasi Hipnogonik : Persepsi sensori yang palsu yang terjadi
sesaat sebelum seseorang jatuh tertidur.
b) Halusinasi Hipnopompik : Persepsi sensori yang palsu yang terjadi
pada saat seseorang terbangun tidur.
2) Berikut ini merupakan pembagian jenis halusinasi menurut Yosep (2007)
halusinasi terdiri dari 8 jenis, yaitu :
a) Halusinasi Pendengaran (Auditif, Akustik)
Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendenging atau suara
bising yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebagai
sebuah kata atau kalimat yang bermakna . Biasanya suara tersebut
ditujukan pada penderita sehingga tidak jarang penderita bertengkar
dan berdebat dengan suara-suara tersebut .
b) Halusinasi Penglihatan (Visual, Optik)
Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik).
Biasanya sering muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran,
menimbulkan rasa takut akibat gambaran-gambaran yang mengerikan .
c) Halusinasi Penciuman (Olfaktorik)
Halusinasi ini biasanya berupa mencium sesuatu bau tertentu dirasakan
tidak enak, melambangkan rasa bersalah pada penderita . Bau

dilambangkan sebagai pengalaman yang dianggap penderita sebagai


suatu kombinasi moral .
d) Halusinasi Pengecapan (Gustatorik)
Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi
penciuman. Penderita merasa mengecap sesuatu. Halusinasi gastorik
lebih jarang dari halusinasi gustatorik .
e) Halusinasi Perabaan (Taktil)
Merasa diraba, disentuh, ditiup atau seperti ada ulat yang bergerak
dibawah kulit terutama pada keadaan delirium toksis dan skizofrenia.
f) Halusinasi Seksual ( Ini termasuk halusinasi raba)
Penderita merasa diraba dan diperkosa sering pada skizofrenia dengan
waham kebesaran terutama mengenai organ-organ .
g) Halusinasi Kinestetik
Pendrita merasa badannya bergerak-gerak dalam suatu ruang atau
anggota badannya bergerak-gerak . misalnya phantom phenomenom
atau tungkai yang diamputasi selalu bergerak-gerak (phantom limb) .
Sering pada skizofrenia dalam keadaan toksik tertentu akibat
pemakaian obat tertentu .
h) Halusinasi Viseral
Timbulnya perasaan tertentu didalam tubuhnya .
a) Depersonalisasi adalah perasaan aneh pada dirinya bahwa
pribadinya sudah tidak seperti biasanya lagi serta tidak sesuai
dengan kenyataan yang ada. Sering pada skizofrenia dan sindrom
lobus parietalis. Misalnya sering merasa dirinya terpecah dua .
b) Derealisasi adalah suatu perasaan aneh tentang lingkungannya
yang tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya perasaan segala
sesuatu yang dialaminya seperti dalam impian .
g. Mekanisme koping menurut Eko Prabowo (2014)
1)Regresi : Menjadi malas beraktivitas sehari-hari

2)Proyeksi : menjelaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk


mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain
3) Menarik diri : Sulit mempercayai orang lain dengan stimulus internal
h. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan harus secepat mungkin diberikan, disini peran keluarga sangat
penting karena setelah mendapatkan perawatan di RSJ pasien dinyatakan boleh
pulang sehingga keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam merawat
pasien, menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas
minum obat. (Maramis, 2004)
1) Farmakoterapi
Neuroleptika dengan dosis efektif bermanfaat pada penderita skizofrenia
yang menahun, hasilnya lebih banyak jika mulai diberi dalam dua tahun
penyakit.
Neuroleptika dengan dosis efektif tinggi bermafaat pada penderita
dengan psikomotorik yang meningkat.
Kelas Kimia
Fenotiazin

Tioksaten

Nama Generik
Asetofenazin (tidal)
Klopromazin (Thorazine)
Flufenazine (Prolixine,Permiti)
Mesoridazin(Serentil)
Perfenazin (Trilafon)
Proklorprerazin (Compazine)
Promazin (Sparin)
Tiodazin (Mellari)
Trifluoperazin(Stelazine)
Trifluopromazine (vesprin)

Kloprotiksen (tarctan)
Tioktiksen (navane)
Butirofenon
Haloperidol (hadol
Dibenzondiazepin Klozapin (Clorazin)

Dosis harian
60-120 mg
30-800 mg
1-40 mg
30-400 mg
12-64 mg
15-150 mg
40-1200 mg
150-800 mg
2-40 mg
60-150 mg

75-600 mg
8-30 mg
1-100 mg
300-900 mg

Dibenzokasazepin Loksapin ( Loxitane)


dihidroindolon
Molindone (Moban)

20-150 mg
225-225

2) Terapi Kejang listrik


Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan terapi kejang
grandmall secara atrificial dengan melewatkan aliran listrik melalui
elektrode yang dipasang pada satu atau dua temples, terapi kejang listrik
dapat diberikan pada pasien skizoprenia yang tidak mempan dengan terapi
neuroleptika oral /injeksi dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/ detik
3) Psikoterapi dan Rehabilitasi
Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu karena
berhubungan dengan praktis dengan maksud mempersiapkan pasien
kembali ke masyarakat, selain itu terapi kerja sangat baik untuk
mendorong pasien bergaul dengan orang lain, pasien lain, perawat dan
dokter. Maksudnya supaya pasien tidak mengasingkan diri karena dapat
membentuk kebiasaan yang kurang baik, dianjurkan untuk mengadakan
permainan /latihan bersama, seperti therapy modalitas yang terdiri dari :
Terapi aktivitas
a) Terapi musik
Fokus : mendengarkan, memainkan alat musik, bernyanyi. Yaitu
menikmati dengan relaksasi musik yang disukai pasien.
b) Terapi seni
Fokus : Untuk mengekspresikan perasaan melalui berbagai
pekerjaan seni.
c) Terapi Menari
Fokus
: ekspresi perasaan melalui gerakan tubuh
d) Terapi relaksasi
Belajar dan praktek relaksasi dalam kelompok
Rasional : untuk koping/prilaku mal adaftif / deskriptis
meningkatkan partisipasi
kehidupan.

dan kesengangan pasien dalam

Terapi sosial
Pasien belajar bersosialisasi dengan pasien lain
Terapi kelompok
a) Terapi group (kelompok terapeutik )
b) Terapi Aktivitas Kelompok (adjuncetive

group activity

therapy)
c) TAK stimulus Persepsi: Halusinasi
Sesi 1 : Mengenal halusinasi dengan menghardik
Sesi 2 : Mengontrol halusinasi dengan melakukan
kegiatan
Sesi 3 : Mengontrol halusinasi dengan melakukan
kegiatan
Sesi 4 : mencegah halusinasi dengan bercakapcakap
Sesi 5 : mengontrol halusinasi dengan minum obat
d) Terapi lingkungan
Suasana di rumah sakit dibuat seperti suasana di dalam
keluraga
3. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Halusinasi
Proses Keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai
dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan
menjadi optimal. Dengan menggunakan proses keperawatan dapat terhindar dari
tindakan keperawatan yang bersifat rutin, intuisi tidak unik bagi individu klien.
Hubungan saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar utama dalam
melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa. Hal ini penting
karena peran perawat dalam asuhan keperawatan jiwa adalah membantu klien untuk
dapat menyelesaikan masalah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Proses
Keperawatan terdiri atas 5 langkah menurut (Ade Herman, 2011, hal.35) yang
sistematis yang dijabarkan sebagai berikut:

a. Pengkajian
Proses keperawatan merupakan wahana/ sarana kerjasama dengan klien,
yang umumnya pada tahap awal peran perawat lebih besar dari pada peran
klien, namun pada proses akhirnya diharapkan peran klien lebih besar dari
peran perawat, sehingga kemandirian klien dapat dicapai.
Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan
keperawatan menjadi optimal. Kebutuhan dan

masalah klien dapat

diidentifikasi, di-prioritaskan untuk dipenuhi, serta diselesaikan. Dengan


menggunakan proses keperawatan, perawat dapat terhindar dari tindakan
keperawatan yang bersifat rutin, intuisi, dan tidak unik bagi individu klien
(keliat,1998, dikutip dari Surya Direja, 2011, hal.35) :
1)

Pengumpulan Data
a)

Identitas klien dan penanggung jawab


Pada identitas mencakup nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, status perkawinan, dan hubungan klien dengan
penanggung.

b)

Alasan dirawat
Alasan dirawat meliputi: keluhan utama dan riwayat penyakit keluhan
utama berisi tentang sebab klien atau keluarga datang kerumah sakit
dan keluhan klien saat pengkajian. Pada riwayat penyakit terdapat
faktor predisposisi dan faktor presipitasi. Pada faktor predisposisi
mencakup faktor yang mempengaruhi jenis dan sumber yang dapat
dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress (faktor pencetus/

penyebab utama timbulnya gangguan jiwa). Faktor presipitasi


mencakup stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai
tantangan, ancaman atau tuntutan dan memerlukan energi ekstra
untuk mengatasinya (faktor yang memberat/meperparah terjadinya
gangguan jiwa) (M.Azizah, 2011, hal 56).
c)

Pemeriksaan fisik difokuskan pada sistem dan


fungsi organ tubuh (dengan cara observasi, auskultasi, palpasi,
perkusi, dan hasil pengukuran) (M.Azizah, 2011, hal 57).

d)

Pengkajian psikososial:

(1) Genogram
Genogram dapat dikaji melalui 3 jenis kajian (M.Azizah, 2011,
hal 58) yaitu :
(a) Kajian Adopsi yang membandingkan sifat
antara anggota keluarga biologis/ satu keturunan dengan
keluarga adopsi.
(b) Kajian Kembar yang membandingkan sifat antara anggota
keluarga yang kembar identik secara genetik dengan saudara
kandung yang tidak kembar.
(c) Kajian Keluarga yang membandingkan apakah suatu sifat
banyak kesamaan antara keluarga tingkat pertama (seperti
orang tua, saudara kandung) dengan keluarga.
(2) Konsep diri (M.Azizah, 2011, hal 60)
(a) Citra Tubuh

Kumpulan sikap individu yang disadari terhadap tubuhnya


termasuk persepsi masa lalu/ sekarang, perasaan tentang
ukuran, fungsi, penampilan dan potensi dirinya.
(b) Ideal diri
Persepesi individu tentang bagaimana se-harusnya ia
berprilaku berdasarkan standar aspirasi, tujuan atau nilai
personal tertentu.
(c) Harga diri
Penelitian tentang nilai personal yang di-peroleh dengan
menganalisa seberapa baik prilaku seseorang sesuai dengan
ideal dirinya. Harga diri tinggi merupakan perasaan yang
berakar dalam menerima dirinya tanpa syarat, meskipun telah
me-lakukan kesalahan, kekalahan dan ke-gagalan, ia tetap
merasa sebagai orang yang penting dan berharga.
(d) Penampilan peran
Serangkaian prilaku yang di harapkan oleh lingkungan sosial
berhubungan dengan fungsi individu diberbagai kelompok
sosial.
(e) Identitas diri
Pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung
jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi dan
keunikan individu.
(3) Hubungan sosial

Dalam setiap interaksi dengan klien, perawat harus


menyadari luasnya dunia ke-hidupan klien, memahami
pentingnya kekuatan sosial dan budaya bagi klien, mengenal
keunikan aspek ini dan meng-hargai perbedaan klien.
Berbagai faktor sosial budaya klien meliputi usia, suku
bangsa,

gender,

pendidikan,

penghasilan

dan

sistem

keyakinan.
(4) Spritual
Keberadaan individu yang mengalami penguatan kehidupan
dalam hubungan dengan kekuasaan yang lebih tinggi sesuai
nilai individu, komunitas dan lingkungan yang terpelihara
(Carpenito. 1998, hal. 382, di kutip buku M.Azizah, 2011,
hal. 64) .
(5) Status mental (M.Azizah, 2011, hal. 65)
(a) Penampilan
Area observasi dalam penampilan umum klien yang
merupakan karakteristik fisik klien yaitu penampilan usia,
cara ber-pakaian, kebersihan, sikap tubuh, cara ber-jalan,
ekspresi wajah, kontak mata, dilatasi/kontruksi pupil, status
gizi/kesehatan umum(M.Azizah, 2011. Hal 65).
(b) Pembicaraan
Cara

berbicara

digambarkan

(kecepatan,cepat/lambat),volume

dalam

(keras/lembut),

frekuensi
jumlah

(sedikit, membisu, ditekan) dan karakternya (gugup, kata-kata


ber-sambung, aksen tidak wajar)(M.Azizah, 2011.Hal 66).
(c) Aktivitas motorik
Aktivitas motorik berkenan dengan gerakan fisik perlu dicatat
dalam hal tingkat aktivitas (letargik, tegang, gelisah, agitasi),
jenis (tik, seringai, tremor) dan isyarat tubuh yang tidak
wajar(M.Azizah, 2011. Hal 66).
(d)

Afek dan Emosi


Afek adalah nada perasaan yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan yang menyertai suatu pikiran dan ber-langsung
relatif lama dan dengan sedikit komponen fisiologis/ fisik,
seperti kebanggaan, kekecewaan. Sedangkan alam perasaan
(emosi)

adalah

manifestasi

efek

yang

ditampilkan/

diekspresikan ke luar disertai banyak komponen fisiologis dan


ber-angsung (waktunya) relative lebih singkat/spontan seperti
sedih, ketakutan, putus asa, khawatir atau gembira berlebihan,
(M.Azizah, 2011. Hal 70) .
(e)

Interaksi selama wawancara


Jelaskan keadaan yang ditampilkan klien saat waawancara
seperti bermusuhan, tidak kooperatif, mudah tersinggung,
kontak mata kurang (tidak mau manatap lawan bicara),
defensif (selalu berusaha mempertahankan pendapat dan

kebenaran dirinya) atau curiga (menunjukkan sikap/ perasaan


tidak percaya pada orang lain)(M.Azizah, 2011. Hal 74) .

(6) Persepsi-Sensorik
Persepsi adalah daya mengenal barang, kualitas, hubungan,
perbedaan sesuatu, hal tersebut melalui proses mengamati,
mengetahui dan mengartikannya setelah panca indra mendapatkan rangsangan. Kaji persepsi sensori yang dinyatakan atau
ditampilkan oleh klien seperti isi halusinasi, frekuensi halusinasi,
situasi pencetus halusinasi serta respon klien terhadap halusinasi..
(7) Tingkat kesadaran
Kemampuan individu melakukan hubungan dengan lingkungan
dan dirinya (melalui panca indra), mengatakan pembatasan terhadap lingkungan/dirinya (melalui per-hatian). Kesadaran yang
baik biasanya di-manifestasikan dengan orientasi yang baik
dalam hal waktu, tempat, orang dan ling-kungan sekitarnya
(8)

(M.Azizah, 2011.Hal.84).
Memori (Daya Ingat)
Bagaimana daya ingat klien atau kemampuan meningkatkan
hal-hal yang telah terjadi (jangka panjang/ pendek/sesaat) dan
apakah ada gangguan pada daya ingat.Gangguan ini dapat
terjadi pada salah satu diantara kom-ponen daya ingat yaitu
pencatatan/registrasi,

penahanan/retensi

atau

memanggil

kembali/recall sesuatu yang terjadi sebelumnya (M.Azizah,


2011. Hal.87)

(9)

Tingkat kosentrasi dan berhitung


Konsentrasi adalah kemampuan klien untuk memperhatikan
selama wawancara/kontrak dan kalkulasi. Kalkulasi adalah
kemampuan klien untuk mengerjakan hitungan baik sederhanaan
maupun

kompleks.

Bagaimana

klien

berkonsentrasi

dan

kemampuannya dalam berhitung, apakah normal atau ada


gangguan seperti mudah beralih, tidak mampu ber-konsentrasi,
tidak mampu berhitung sederhana ataulainnya(M.Azizah, 2011.
Hal 89).
(10)
Kemampuan penilaian/Mengambil keputusan
Penilaian melibatkan pembuatan keputusan yang konstruktif dan
adaptif(M.Azizah, 2011. Hal 89).
(11)
Daya tilik diri
Daya tilik diri/penghayatan, merujuk pada pe-mahaman klien
tentang sifat suatu pe-nyakit/gangguan.Penghayatan ini biasanya
mengalami gangguan pada kelainan mental or-ganik, prikosis
dan retardasi mental (M.Azizah, 2011. Hal 90)
(12)

Kebutuhan persiapan pulang


Kebutuhan persiapan pulang data yang perlu dikaji antara lain:
makan dan minum, BAB/BAK, mandi, berpakaian, istirahat
tidur, penggunaan obat, pemeliharaan kesehatan, ke-giatan di
dalam rumah, kegiatan di luar rumah, mekanisme koping,
masalah psikososial dan lingkungan, pengetahuan, aspek medik .
2)

Analisa Data

Setelah data terkumpul, maka tahap selanjutnya adalah menganalisa data


untuk merumuskan masalah-masalah yang dihadapi klien. Data tersebut
diklasifikasikan menjadi data subyektif dan obyektif:
a) Data Subyektif
Menyatakan mendengar suara-suara dan melihat sesuatu yang tidak
nyata, tidak percaya terhadap lingkungan, sulit tidur, tidak dapat
memusatkan perhatian dan konsentrasi, rasa berdosa, menyesal dan
bingung terhadap halusinasi, perasaan tidak aman, merasa cemas, takut
dan kadang-kadang panik kebingungan.
b) Data Obyektif
Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata, pembicaraan
kacau kadang tidak masuk akal, sulit membuat keputusan, tidak
perhatian terhadap perawatan dirinya, sering manyangkal dirinya sakit
atau kurang menyadari adanya masalah, ekspresi wajah sedih,
ketakutan atau gembira, klien tampak gelisah, insight kurang, tidak ada
minat untuk makan.
3) Pohon masalah
Pohon masalah adalah kerangka berpikir logis yang berdasarkan prinsip
sebab dan Resiko
akibat yang
terdiri daridiri
masalah
utama,
dan akibat
Mencederai
sendiri
dan penyebab
orang lain
(Fitria,2009, hal.60)
Akibat
Perubahan sensori persepsi: halusinasi
Masalah
utama
Kerusakan Interaksi Sosial : menarik diri

Harga diri rendah

Penyebab

Pohon masalah Halusinasi


b. Diagnosa keperawatan
Perumusan diagnosa keperawatan merupakan langkah keempat dari pengkajian
setelah pohon masalah. Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang
respon aktual atau potensial individu, keluarga atau masyarakat terhadap
masalah kesehatan klien/proses kehidupan (Ade Herman, 2011, hal.37) .
Menurut Fitria 2012 hal.58, masalah keperawatan klien yang muncul pada klien
dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi adalah :
1)

Risiko Mencederai Diri Sendiri Dan Orang Lain

2)

Perubahan SensoriPersepsi : Halusinasi

3)

Kerusakan Interaksi Sosial : Menarik Diri

4)

Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah

c. Perencanaan
Dalam menyusun rencana keperawatan terlebih dahulu dirumuskan perioritas
diagnosa keperawatan. Prioritas diagnosa keperawatan mencakup perumusan
diagnosis, tujuan serta rencana tindakan yang telah distandarisasi ( Keliat dan
Akemat , 2009

TABEL 2
RENCANA KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN PERUBAHAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI

STRATEGI PELAKSANAAN
1)
2)
3)
4)
5)

SP1P
SP1K
Mengidentifikasi jenis halusinasi klien
1) Mendiskusikan masalah yang
Mengidentifikasi isi halusinasi klien
Mengidentifikasi waktu halusinasi klien.
dirasakan keluarga dalam merawat
Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
Klien
klien
Mengidentifikasi situasi yang dapat
2) Memberikan pendidikan kesehatan

menimbulkan halusinasi klien


6) Mengidentifikasi respon klien terhadap

tentang pengertian halusinasi, jenis


halusinasi yang dialami klien, tanda

halusinasi klien
7) Mengajarkan klien menghardik
halusinasi

dan gejala halusinasi, serta proses


terjadinya halusinasi

8) Menganjurkan klien memasukkan cara

3) Menjelaskan cara merawat klien

menghardik ke dalam kegiatan harian


SP2P
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian

dengan halusinasi
SP2K
1) Melatih keluarga mempraktikkan

klien
2) Melatih klien mengendalikan halusinasi

cara merawat klien dengan halusinasi


2) Melatih keluarga melakukan cara

dengan cara bercakap-cakap dengan


orang lain
3) Menganjurkan klien memasukkan
kedalam jadwal kegiatan harian
SP3P
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
klien
2) Melatih klien mengendalikan halusinasi

merawat langsung kepada klien


halusinasi

SP3K
1) Membantu keluarga membuat jadwal
aktivitas dirumah termasuk minum
obat ( discharge planning)

dengan cara melakukan kegiatan


3) Menganjurkan klien memasukkan
kedalam jadwal kegiatan harian
SP4P
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
klien .
2) Memberikan pendidikan kesehatan

tentang penggunaan obat secara teratur


3) Menganjurkan klien memasukkan

kedalam jadwal kegiatan harian

2) Menjelaskan follow up setelah pulang

d. Pelaksanaan
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat
perlu memvalidasi data dengan singkat, apakah rencana tindakan masih sesuai dan
dibutuhkan oleh klien saat ini (here ands now). Perawat juga menilai diri sendiri,
apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual dan teknikal yang
diperlukan untuk melaksanakan tindakan. Perawat juga menilai kembali apakah
tindakan aman bagi klien. Setelah tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan
boleh dilaksanakan. Pada saat akan melaksanakan tindakan keperawatan, perawat
membuat kontrak (inform consent) dengan klien yang isinya menjelaskan apa yang
akan dilaksanakan dan peran serta yang diharapkan dari klien. Dokumentasikan
semua tindakan yang telah dilaksanakan beserta respon klien ( Direja, 2011; hal.38).
e. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan dari klien. Evaluasi dilakukan secara terus menerus pada
respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat
dibagi dua, yaitu evaluasi proses atau formatif dilakukan setiap selesai melakukan
tindakan. Evaluasi hasil atau evaluasi sumatif dilakukan dengan membandingkan
respon klien pada tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek yang telah
ditentukan.

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan S.O.A.P


diantaranya sebagai berikut :
S : Respon subyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
O : Respon obyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
A : Analisis ulang atas data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data
yang kontradiksi dengan masalah yang ada.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respons
klien yang terdiri dari tindak lanjut klien, dan tindak lanjut klien oleh
perawat (Direja, 2011, hal.39).

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


SENSORI HALUSINASI

GANGUAN PERSEPSI

Tg

No.

Diagnosa

Diagnos

keperawata

a
1

n Pasien
Gangguan
persepsi
sensori:
Halusinasi

Perencanaan
Tujuan
1. Klien

dapat
2. membina

hubungan
saling
percaya

Intervensi

Rasional

Kreteria Evaluasi
1.1 Ekspresi wajah 1.1.1Bina hubungan saling percaya
bersahabat

dengan

menggunakan

komunikasi

menunjukkan rasa terapeutik :


a. Sapa klien dengan ramah baik
senan, ada kontak
verbal maupun non verbal
mata,mau berjabat
b. Perkenalkan diei dengan sopan
tangan
,
mau c. Tanyakan nama lengkap klien dan
menybutkan nama,
mau

menjawab

salam, klien mau


duduk

berdapam

pingan

dengan

perawat,

mau

mengungkapkan
masalah

nama panggilan yang disukai


klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukan sikap empati

dan

menerima klien apa adanya


g. Beri perhatian pada klie dan
perhatikan kebutuhan dasar klien

yang

dihadapi.

2.1Klien

dapat
2.1.1 Apakah

menyebutkan
2. klien dapat
mengebali
halusinasinya

waktu,isi, frekuensi

kontak

sering

dan

singkat secara bertahap

timbulnya
halusinasi
2.2 Klien

dapat

menungkapkan
perasaan terhadap
halusinasinya
21.2 Observasi tingkah laku yang
terkait dengan halusinasi

2.1.3Bantu

klien

mengenal

You might also like