Professional Documents
Culture Documents
HALUSINASI
KELAS 2C
OLEH
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Tinjauan Teoritis
1. Konsep Dasar Skizofrenia
a. Pengertian
Skizofrenia (schizophrenial) merupakan suatu gangguan yang terjadi pada
fungsi otak (Nancy Andreasen, 2008, dikutip dari Yosep, 2009, hal. 211).
Skizofrenia merupakan sebagai penyakit neurologis yang mempengaruhi
persepsi klien, cara berpikir, bahasa, emosi, dan prilaku sosialnya (Melinda Herman,
2008, dikutip dari, Yosep, 2009, hal.211).
Skizofrenia dapat didefinisikan sebagai suatu sindrom dengan variasi
penyebab (banyak yang belum diketahui), dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat
kronis) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pengaruh genetik,
fisik, dan sosial budaya (Kaplan and Sadock, 2010).
Gangguan Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi
area fungsi individu, termasuk berpikir dan berkomunikasi, menerima, dan
menginterprestasikan realitas, merasakan dan menunjukkan emosi, dan beperilaku
dengan sikap yang dapat diterima secara sosial (Isaacs, 2005).
Melinda Herman (2008), mendefinisikan skizofrenia sebagai penyakit
neurologis yang mempengaruhi persepsi pasien, cara berfikir, bahasa, emosi, dan
perilaku sosialnya (Neurogical disease that affects a persons perception, thinking,
language, emotion, and social behavior)
b. Proses Terjadinya
menderita
Skizofrenia
apabila
perjalanan
penyakitnya
sudah
itu
tidak
rasional,
namun
penderita
tetap
meyakini
kebenarannya.
b) Halusinasi, yaitu pengalaman panca indera tanpa rangsangan (stimulus).
Misalnya penderita mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan di
telinganya padahal tidak ada sumber dari suara atau bisikan itu.
c) Kekacauan alam pikir, yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya.
Misalnya bicaranya kacau, sehingga tidak dapat diikuti alur pikirannya.
d) Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-madir, agresif, bicara dengan
semangat dan gembiran berlebihan.
e) Merasa dirinya Orang Besar, merasa serba mampu, serba hebat dan
sejenisnya.
f) Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada ancaman
terhadap dirinya.
g) Menyimpan rasa permusuhan.
Gejala-gejala positif skizofrenia amat mengganggu lingkungan (keluarga)
dan merupakan salah satu motivasi keluarga membawa penderita berobat.
2) Gejala negatif skizofrenia
Gejala-gejala negatif yang diperlihatkan pada penderita Skizofrenia adalah
sebagai berikut :
a) Alam perasaan (affect) tumpul dan mendatar. Gambaran alam
perasaan ini dapat terlihat dari wajah yang tidak menunjukkan ekpresi.
b) Menarik diri atau mengasingkan diri (withdrawn) tidak mau bergaul atau
kontak dengan orang lain, suka melamun (day dreaming).
c) Kontak emosional amat miskin, sukar diajak bicara, pendiam.
d)
e)
f)
g)
kemunduran kemauan.
2) Skizofrenia Hebefrenik gejala utama gangguan proses pikir, gangguan
kemauan, dan depersonalisasi. Banyak terdapat Waham dan Halusinasi.
3) Skizofrenia Katatonik, dengan gejala utama pada psikomotor seperti stupor
maupun gaduh gelisah katatonik.
4)
7)
e. Penatalaksanaan medis
1) Pertimbangan umum terdiri dari
a) Kontuinitas perawatan merupakan hal yang penting . Klien dapat menerima
pengobatan diberbagai tempat, termasuk rumah sakit jiwa akut, rumah
sakit jiwa jangka panjang, dan program berbasis komunitas.
b) Tingkat perawatan tergantung pada keparahan gejala dan ketersediaan
dukungan dari keluargadan sosial . Pengobatan ini biasanya diberikan
lingkungan dengan sifat restriktif yang paling minimal.
c) Pendekatan manajemen kasus merupakan hal yang paling penting karena
perawatan klien pada umumnya berjangka panjang, membutuhkan kerja
sama dengan berbagai penyedia pelayanan untuk memastikan pelayan
tersebut diberikan secara terkoordinasi .
2) Hospitalisasi psikiatrik jangka pendek, digunakan untuk menatalaksanakan
gejala-gejala akut dan memberikan lingkungan yang aman dan terstruktur
serta berbagai pengobatan termasuk :
a) Pengobatan farmakologik dengan medikasi antispikotik
b) Manajemen lingkungan
c) Terapi pendukung yang pada umumnya berorientasi padarealitas, dengan
pendekatan prilaku kognitif.
d)
keluarga.
kelompok masyarakat.
5) Rehabilitasi psikososial
a) Rehabilitasi psikososial menekankan perkembangan keterampilan dan
dukungan yang diperlukan untuk hidup, belajar, dan bekerja dengan baik
di komunitas.
b) Pendekatan ini menjadi bagian dari program pengobatan di berbagai
tempat pemberian layanan. Penggunaan gedung pertemuan tempat klien
dapat berkumpul untuk bekerja bersama dan bersosialisasi sambil
mempelajari keterampilan yang diperlukan, dapat menjadi bagian dari
layanan masyarakat di beberapa tempat.
2. Konsep Dasar Halusinasi
a. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien
memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau
rangsangan yang nyata (Ade Herman Surya, 2011,Hal. 109).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien
mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus
yang sebetulnya tidak ada (Damaiyanti, 2008) .
Ket:
1) Respon adatif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma
sosial buadaya yangn berlaku. Dengan kata lain, individu tersebut dalam
batas normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan
masalah tersebut.
Respon adatif berupa:
a) Pikiran logis adalah pikiran yang mengarah pada kenyataan.
b) Persepsi adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
c) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
hati sesuai dengan pengalaman.
d) Perilaku sesuai adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam
bataskewajaran.
e) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.
2) Psikososial
Respon psikososial antara lain :
a) Proses pikir terganggu adalah pikir yang menimbulkan kekacauan
/mengalami gangguan
b) Ilusi adalah intraprestasi atau penilaian yang salah tentang penerapan
yang sungguh terjadi (objek nyata), karena rangsangan panca indera.
c) Emosi berlebihan atau berkurang
d) Perilaku tidak biasa adlah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran.
e) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang lain atau hubungan dengan orang lain
3) Respon Maladatif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
yang menyimpang norma-norma sosial budaya dan lingkungannya.respon
maladatif yang sering ditemukan meliputi :
a) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
kenyataan sosial.
b) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi
eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
c) Kerusaka proses emosi ialah perubahan sesuatu yang timbul dari hati
d) Perilaku tidak terorganisasi merupakan suatu perilaku yang tidak teratur
e) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan
yang negatif mengancam.
Berdasarkan gambar diketahui bahwa halsusinasi merupakan respon
persepsi paling maladaptif. Jika klien sehat, persepsinya akurat, mampu
mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang
diterima melalui panca indra (pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan,
dan perabaan), sedangkan klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus
panca indra walaupun sebenarnya stimulus itu tidak ada.
c. Psikopatologis
1) Menurut Yosep, yang dikutip oleh Ekoprabowo 2014, Faktor predisposisi
yang menyebabkan halusinasi adalah
a) Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan pasien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan pasien tidak mampu mandiri sejak
kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap
stress
b) Faktor sosiokurtural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi merasa
disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya
c) Faktor Biokimia
penyalahgunaan
zat
aditif.
Hal
ini
berpengaruh
pada
faktor
keluarga
menunjukkan
hubungan
yang
sangat
Sinasi
1
Stage I : Sleep disorder
Fase
awal
seseorang
Karakteristik
2
Klien merasa banyak masalah, ingin
sebelum
muncul halusinasi
terakumulasi
sedangkan
Klien
mengalami
emosi
yang
pada
timbulnya
dalam
tahap
ini
ada
f. Jenis-Jenis Ha
1) Halusinasi Non Patologis
Menurut NAMI (National Alliance For Mentally III, dalam Dermawan
dan Rusdi, 2013, hal 3) halusinasi dapat terjadi pada seseorang yang
bukan penderita gangguan jiwa. Pada umumnya terjadi pada klien yang
mengalami stress yang berlebihan atau kelelahan bisa juga karena
pengaruh obat-obatan (Halusinasinogenik)
Halusinasi ini antara lain :
a) Halusinasi Hipnogonik : Persepsi sensori yang palsu yang terjadi
sesaat sebelum seseorang jatuh tertidur.
b) Halusinasi Hipnopompik : Persepsi sensori yang palsu yang terjadi
pada saat seseorang terbangun tidur.
2) Berikut ini merupakan pembagian jenis halusinasi menurut Yosep (2007)
halusinasi terdiri dari 8 jenis, yaitu :
a) Halusinasi Pendengaran (Auditif, Akustik)
Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendenging atau suara
bising yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebagai
sebuah kata atau kalimat yang bermakna . Biasanya suara tersebut
ditujukan pada penderita sehingga tidak jarang penderita bertengkar
dan berdebat dengan suara-suara tersebut .
b) Halusinasi Penglihatan (Visual, Optik)
Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik).
Biasanya sering muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran,
menimbulkan rasa takut akibat gambaran-gambaran yang mengerikan .
c) Halusinasi Penciuman (Olfaktorik)
Halusinasi ini biasanya berupa mencium sesuatu bau tertentu dirasakan
tidak enak, melambangkan rasa bersalah pada penderita . Bau
Tioksaten
Nama Generik
Asetofenazin (tidal)
Klopromazin (Thorazine)
Flufenazine (Prolixine,Permiti)
Mesoridazin(Serentil)
Perfenazin (Trilafon)
Proklorprerazin (Compazine)
Promazin (Sparin)
Tiodazin (Mellari)
Trifluoperazin(Stelazine)
Trifluopromazine (vesprin)
Kloprotiksen (tarctan)
Tioktiksen (navane)
Butirofenon
Haloperidol (hadol
Dibenzondiazepin Klozapin (Clorazin)
Dosis harian
60-120 mg
30-800 mg
1-40 mg
30-400 mg
12-64 mg
15-150 mg
40-1200 mg
150-800 mg
2-40 mg
60-150 mg
75-600 mg
8-30 mg
1-100 mg
300-900 mg
20-150 mg
225-225
Terapi sosial
Pasien belajar bersosialisasi dengan pasien lain
Terapi kelompok
a) Terapi group (kelompok terapeutik )
b) Terapi Aktivitas Kelompok (adjuncetive
group activity
therapy)
c) TAK stimulus Persepsi: Halusinasi
Sesi 1 : Mengenal halusinasi dengan menghardik
Sesi 2 : Mengontrol halusinasi dengan melakukan
kegiatan
Sesi 3 : Mengontrol halusinasi dengan melakukan
kegiatan
Sesi 4 : mencegah halusinasi dengan bercakapcakap
Sesi 5 : mengontrol halusinasi dengan minum obat
d) Terapi lingkungan
Suasana di rumah sakit dibuat seperti suasana di dalam
keluraga
3. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Halusinasi
Proses Keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai
dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan
menjadi optimal. Dengan menggunakan proses keperawatan dapat terhindar dari
tindakan keperawatan yang bersifat rutin, intuisi tidak unik bagi individu klien.
Hubungan saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar utama dalam
melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa. Hal ini penting
karena peran perawat dalam asuhan keperawatan jiwa adalah membantu klien untuk
dapat menyelesaikan masalah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Proses
Keperawatan terdiri atas 5 langkah menurut (Ade Herman, 2011, hal.35) yang
sistematis yang dijabarkan sebagai berikut:
a. Pengkajian
Proses keperawatan merupakan wahana/ sarana kerjasama dengan klien,
yang umumnya pada tahap awal peran perawat lebih besar dari pada peran
klien, namun pada proses akhirnya diharapkan peran klien lebih besar dari
peran perawat, sehingga kemandirian klien dapat dicapai.
Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan
keperawatan menjadi optimal. Kebutuhan dan
Pengumpulan Data
a)
b)
Alasan dirawat
Alasan dirawat meliputi: keluhan utama dan riwayat penyakit keluhan
utama berisi tentang sebab klien atau keluarga datang kerumah sakit
dan keluhan klien saat pengkajian. Pada riwayat penyakit terdapat
faktor predisposisi dan faktor presipitasi. Pada faktor predisposisi
mencakup faktor yang mempengaruhi jenis dan sumber yang dapat
dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress (faktor pencetus/
d)
Pengkajian psikososial:
(1) Genogram
Genogram dapat dikaji melalui 3 jenis kajian (M.Azizah, 2011,
hal 58) yaitu :
(a) Kajian Adopsi yang membandingkan sifat
antara anggota keluarga biologis/ satu keturunan dengan
keluarga adopsi.
(b) Kajian Kembar yang membandingkan sifat antara anggota
keluarga yang kembar identik secara genetik dengan saudara
kandung yang tidak kembar.
(c) Kajian Keluarga yang membandingkan apakah suatu sifat
banyak kesamaan antara keluarga tingkat pertama (seperti
orang tua, saudara kandung) dengan keluarga.
(2) Konsep diri (M.Azizah, 2011, hal 60)
(a) Citra Tubuh
gender,
pendidikan,
penghasilan
dan
sistem
keyakinan.
(4) Spritual
Keberadaan individu yang mengalami penguatan kehidupan
dalam hubungan dengan kekuasaan yang lebih tinggi sesuai
nilai individu, komunitas dan lingkungan yang terpelihara
(Carpenito. 1998, hal. 382, di kutip buku M.Azizah, 2011,
hal. 64) .
(5) Status mental (M.Azizah, 2011, hal. 65)
(a) Penampilan
Area observasi dalam penampilan umum klien yang
merupakan karakteristik fisik klien yaitu penampilan usia,
cara ber-pakaian, kebersihan, sikap tubuh, cara ber-jalan,
ekspresi wajah, kontak mata, dilatasi/kontruksi pupil, status
gizi/kesehatan umum(M.Azizah, 2011. Hal 65).
(b) Pembicaraan
Cara
berbicara
digambarkan
(kecepatan,cepat/lambat),volume
dalam
(keras/lembut),
frekuensi
jumlah
adalah
manifestasi
efek
yang
ditampilkan/
(6) Persepsi-Sensorik
Persepsi adalah daya mengenal barang, kualitas, hubungan,
perbedaan sesuatu, hal tersebut melalui proses mengamati,
mengetahui dan mengartikannya setelah panca indra mendapatkan rangsangan. Kaji persepsi sensori yang dinyatakan atau
ditampilkan oleh klien seperti isi halusinasi, frekuensi halusinasi,
situasi pencetus halusinasi serta respon klien terhadap halusinasi..
(7) Tingkat kesadaran
Kemampuan individu melakukan hubungan dengan lingkungan
dan dirinya (melalui panca indra), mengatakan pembatasan terhadap lingkungan/dirinya (melalui per-hatian). Kesadaran yang
baik biasanya di-manifestasikan dengan orientasi yang baik
dalam hal waktu, tempat, orang dan ling-kungan sekitarnya
(8)
(M.Azizah, 2011.Hal.84).
Memori (Daya Ingat)
Bagaimana daya ingat klien atau kemampuan meningkatkan
hal-hal yang telah terjadi (jangka panjang/ pendek/sesaat) dan
apakah ada gangguan pada daya ingat.Gangguan ini dapat
terjadi pada salah satu diantara kom-ponen daya ingat yaitu
pencatatan/registrasi,
penahanan/retensi
atau
memanggil
(9)
kompleks.
Bagaimana
klien
berkonsentrasi
dan
Analisa Data
Penyebab
2)
3)
4)
c. Perencanaan
Dalam menyusun rencana keperawatan terlebih dahulu dirumuskan perioritas
diagnosa keperawatan. Prioritas diagnosa keperawatan mencakup perumusan
diagnosis, tujuan serta rencana tindakan yang telah distandarisasi ( Keliat dan
Akemat , 2009
TABEL 2
RENCANA KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN PERUBAHAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI
STRATEGI PELAKSANAAN
1)
2)
3)
4)
5)
SP1P
SP1K
Mengidentifikasi jenis halusinasi klien
1) Mendiskusikan masalah yang
Mengidentifikasi isi halusinasi klien
Mengidentifikasi waktu halusinasi klien.
dirasakan keluarga dalam merawat
Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
Klien
klien
Mengidentifikasi situasi yang dapat
2) Memberikan pendidikan kesehatan
halusinasi klien
7) Mengajarkan klien menghardik
halusinasi
dengan halusinasi
SP2K
1) Melatih keluarga mempraktikkan
klien
2) Melatih klien mengendalikan halusinasi
SP3K
1) Membantu keluarga membuat jadwal
aktivitas dirumah termasuk minum
obat ( discharge planning)
d. Pelaksanaan
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat
perlu memvalidasi data dengan singkat, apakah rencana tindakan masih sesuai dan
dibutuhkan oleh klien saat ini (here ands now). Perawat juga menilai diri sendiri,
apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual dan teknikal yang
diperlukan untuk melaksanakan tindakan. Perawat juga menilai kembali apakah
tindakan aman bagi klien. Setelah tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan
boleh dilaksanakan. Pada saat akan melaksanakan tindakan keperawatan, perawat
membuat kontrak (inform consent) dengan klien yang isinya menjelaskan apa yang
akan dilaksanakan dan peran serta yang diharapkan dari klien. Dokumentasikan
semua tindakan yang telah dilaksanakan beserta respon klien ( Direja, 2011; hal.38).
e. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan dari klien. Evaluasi dilakukan secara terus menerus pada
respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat
dibagi dua, yaitu evaluasi proses atau formatif dilakukan setiap selesai melakukan
tindakan. Evaluasi hasil atau evaluasi sumatif dilakukan dengan membandingkan
respon klien pada tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek yang telah
ditentukan.
GANGUAN PERSEPSI
Tg
No.
Diagnosa
Diagnos
keperawata
a
1
n Pasien
Gangguan
persepsi
sensori:
Halusinasi
Perencanaan
Tujuan
1. Klien
dapat
2. membina
hubungan
saling
percaya
Intervensi
Rasional
Kreteria Evaluasi
1.1 Ekspresi wajah 1.1.1Bina hubungan saling percaya
bersahabat
dengan
menggunakan
komunikasi
menjawab
berdapam
pingan
dengan
perawat,
mau
mengungkapkan
masalah
dan
yang
dihadapi.
2.1Klien
dapat
2.1.1 Apakah
menyebutkan
2. klien dapat
mengebali
halusinasinya
waktu,isi, frekuensi
kontak
sering
dan
timbulnya
halusinasi
2.2 Klien
dapat
menungkapkan
perasaan terhadap
halusinasinya
21.2 Observasi tingkah laku yang
terkait dengan halusinasi
2.1.3Bantu
klien
mengenal