Professional Documents
Culture Documents
menjadi rantai DNA, dengan kata lain enzim ini mengkatalisasi reaksi pembentukan
DNA. DNA polimerase membaca rantai pada DNA template untuk dibentuk rantai baru.
Rantai baru yang telah dicetak memiliki molekul primer yang identik dengan rantai yang
lama. Sesuai dengan tujuan utamanya yaitu untuk melakukan penggandaan, maka
dibutuhkan DNA Primer. Yaitu sepasang DNA utas tunggal yang berfungsi sebagai
inisiator pemanjangan rantai DNA ketika polimerisasi DNA sekaligus pembatas
pemanjangan rantai DNA ini. Dalam penggandaannya, PCR hanya mampu
menggandakan daerah tertentu pada DNA sepanjang 10000 bp saja (dengan teknik
tertentu dapat mencapai 40000 bp). Primer dirancang untuk memiliki sekuen yang
komplemen dengan DNA template, jadi dirancang agar menempel mengapit daerah
tertentu yang kita inginkan.Untuk melakukan metode PCR dibutuhkan dNTP yang
berfungsi sebagai penyusun DNA yang baru. Terdapat 4 jenis dari dNTP, dNTP berguna
untuk menjadi bahan dasar untuk pembuatan rantai DNA yang baru.
Pada PCR terdapat tiga tahapan utama, yaitu denaturasi, annealing, dan elongasi.
Diawali dengan tahapan denaturisasi, pada tahap ini dilakukan pada temperatur yang
tinggi sehingga untai ganda DNA dapat dipisahkan. Rentang temperatur yang dianjurkan
ialah 92o C hingga 95o C pada rentang waktu antara 30 - 60 detik. Pemisahan ini akan
mengakibatkan DNA menjadi berbentuk utas tunggal.
Selanjutnya yaitu tahapan annealing, pada tahap ini, temperatur sistem diturunkan
hingga kisaran 40 - 60 o C pada rentang waktu antara 20-40 detik setelah DNA menjadi
utas tunggal. Bersamaan dengan itu, primer dibiarkan menempel pada DNA template
pada tempat yang komplemen dengan sekuen primer.
Tahap terakhir adalah elongasi. Elongasi merupakan tahap dimana untai DNA akan
diperpanjang. Proses pemanjangan ini tentu dibantu oleh enzim polimerase dimana
pemanjangannya akan dilakukan sampai ke ujung. Proses pemanjangan atau pembacaan
informasi DNA yang diinginkan sesuai dengan panjang urutan basa nukleotida yang
ditargetkan. Kisaran temperatur yang digunakan ialah antara 70-72 o C (temperatur
dimana enzim polimerase bekerja secara optimum). Lamanya waktu ekstensi bergantung
pada panjang daerah yang akan diamplifikasi, secara kasarnya adalah 1 menit untuk
setiap 1000 bp.
atau immunoblotting standar membran. Ukuran sampel spot umumnya kurang dari 200
mikron diameter biasanya berisi ribuan bintik-bintik.
Prinsip di balik inti microarray adalah hibridisasi antara dua untai DNA, milik
komplementer sekuens asam nukleat pasangan secara khusus satu sama lain dengan
membentuk ikatan hidrogen yang saling melengkapi antara pasangan basa nukleotida.
a)
b)
multiplicator (PMT) untuk bersatu dengan mikroskop konfocal. Disini terlihat 2 image
dimana skala abu-abu memperlihatkan intensitas fluorescent. Jika kita mengganti warna
abu-abu dengan warna hijau untuk image yang pertama dan warna merah untuk image
yang kedua. Dengan menempatkan kedua image ini, ada satu image pada titik hijau
(dimana hanya DNA dari kondisi pertama terfiksasi) berubah menjadi merah (dimana
DNA dari kondisi kedua yang terfiksasi) melewati warna kuning (dimana merupakan
DNA dari 2 kondisi terfiksasi dnegan jumlah yang sama).
5. Analisis data
Terdapat 2 image microarray dimana harus dihiitung jumlah molekul DNA pada
setiap kondisi. Untuk mengukur jumlah sinyal pada panjang gelombang emisi warna
hijau dan jumlah sinyal pada emisi panjang gelombang warna merah . Kemudian jumlah
ini dinormalkan sesuai dengan parameter ( jumlah ragi pada percobaan ini dalam setiap
kondisi kultur). Dengan menganggap bahwa jumlah DNA fluorescent yang terfiksasi
sebanding dengan jumlah mRNA yang hadir di setiap sel kemudian dihitung rasio merah /
hijau fluoresensi. Jika rasio ini lebih besar dari image 1 (telihat merah pada gambar),
ekspresi gen lebih besar dalam kondisi percobaan kedua, jika rasio ini lebih kecil dari 1
( terlihat hijau pada gambar), ekspresi gen yang lebih besar pada kondisi pertama.
Gambar 5:
Analisis data
pada metode
microarray
Sumber :
http://www.slideshare.net
7. Ekspresi pengelompokan profil
Kemudian untuk mengumpulkan gen yang memiliki profil ekspresi yang sama pada
beberapa eksperimen. Pengelompokan ini dapat dilakukan secara bertahap sebagai
analisis filogenetik, yang terdiri dari penghitungan kesamaan kriteria antara ekspresi
profil dan pengumpulan yang paling mirip. Kita juga dapat menggunakan teknik yang
lebih kompleks seperti analisis komponen utama atau neuronal networks. Pada akhir
pengelompokan biasanya ditampilkan sebuah matriks dimana setiap kolom mewakili satu
ekpresimen dan setiap baris gen. Rasio ditampilkan berkat skala warna dari hijau
(repressed gen) menjadi merah (induced gen).
Sampai saat ini terdapat dua metode pengurutan DNA yang penerapannya sudah
sangat luas. Yaitu metode kimiawi dan metode enzimatik. Pada dasarnya baik metode
enzimatik ataupun kimia adalah untuk menentukan urutan nukleotida yang dikenali oleh
protein pengikat DNA. Pada dasarnya protein-protein tersebut memiliki peran penting
dalam menentukan gen-gen mana yang aktif dalam suatu sel tertentu dengan cara
mengikatkan diri ke rangkaian-rangkaian DNA pengatur. DNA pengatur biasanya berada
di bagian luar daerah penyandi dalam sebuah gen.
Metode Sekuensing Secara Kimia.
Biasa dikenal dengan Metode Maxam-Gilbert. Pada metode ini fragmen-fragmen
DNA yang akan disekuens harus dilabeli pada salah satu ujungnya, biasanya
menggunakan fosfat radioaktif atau suatu nukleotida pada ujung 3. Metode maxamGilbert dapat diterapkan baik untuk DNA untai ganda maupun DNA untai tunggal
dan melibatkan pemotongan basa spesifik yang dilakukan dalam dua tahap. Molekul
DNA terlebih dahulu dipotong-potong secara parsial menggunakan piperidin. Pengaturan
masa inkubasi atau konsentrasi piperidin akan menghasilkan fragmen-fragmen DNA yang
bermacam-macam ukurannya. Selanjutnya, basa dimodifikasi menggunakan bahan-bahan
kimia tertentu. Dimetilsulfat (DMS) akan memetilasi basa G, asam format menyerang A
dan G, hidrazin akan menghidrolisis C dan T, tetapi garam yang tinggi akan menghalangi
reaksi T sehingga hanya bekerja pada C. Dengan demikian, akan dihasilkan empat
macam fragmen, masing-masing dengan ujung G, ujung A atau G, ujung C atau T, dan
ujung C. Dari hasil dapat diketahui sekuens fragmen DNA yang dipelajari atas dasar laju
migrasi masing-masing pita. Seperti halnya pada elektroforesis gel agarosa, laju migrasi
pita menggambarkan ukuran fragmen. Makin kecil ukuran fragmen, makin cepat
migrasinya. Dengan demikian, ukuran fragmen pada contoh tersebut di atas dapat
diurutkan atas dasar laju/posisi migrasinya. Jadi, kalau diurutkan dari yang terkecil
hingga yang terbesar, hasilnya adalah fragmen-fragmen dengan ujung
TTGCCCCGCGTGGCGCAAAGG. Inilah sekuens fragmen DNA yang dipelajari.
Metode Secara Enzimatik.
Gel sekuensing metode Sanger yang telah dilabel radioaktif. Metode Sanger pada
dasarnya memanfaatkan dua sifat sub unit enzim DNA polimerase yang disebut fragmen
klenow. Kedua sifat tersebut adalah kemampuannya untuk menyintesis DNA dengan
adanya dNTP dan ketidakmampuannya untuk membedakan dNTP dengan ddNTP. Jika
molekul dNTP hanya kehilangan gugus hidroksil (OH) pada atom C nomor 2 gula
pentosa, molekul ddNTP atau dideoksi nukleotida juga mengalami kehilangan gugus OH
pada atom C nomor 3 sehingga tidak dapat membentuk ikatan fosfodiester. Artinya, jika
ddNTP disambungkan oleh fragmen klenow dengan suatu molekul DNA, maka
polimerisasi lebih lanjut tidak akan terjadi atau terhenti. Basa yang terdapat pada ujung
molekul DNA ini dengan sendirinya adalah basa yang dibawa oleh molekul ddNTP.
Berdasarkan prinsip tersebut sekuensing DNA menggunakan metode dideoksi
dilakukan pada empat reaksi yang terpisah. Keempat reaksi ini berisi dNTP sehingga
Gambar 9 .a) Proses DNA sequensing b) Interpretasi urutan nukleotida pada komputer.
4. Metode Hibridisasi
Hibridisasi bisa terjadi antara :
1. DNA target dengan pelacak cDNA/mRNA (disebut Southern Blot Technique)
2. RNA target dengan pelacak RNA/DNA (disebut Northern Blot Technique)
Southern Blot
DNA utas ganda dipisahkan menjadi utas tunggal kemudian dicampur sebelumya
didinginkan dan ditempelkan kembali. Jika terdapat molekul DNA yang original yang
mempunyai sekuen yang mirip. Utas tunggal dari berbagai banyak bagian dengan utas
lawannya dari berbagai DNA molekul. Lawan itu diketahui sebagai proses hibridisasi dan
dapat digunakan utuk menentukan berbagai sekuen, dipisahkan sampel yang
berhubungan dari DNA dan RNA.
Percobaan hibridisasi, yang diartikan digunakan untuk mengetahui sekuen DNA atau
gen yang digunakan untuk memilih sampel atau memilih DNA yang mirip. Molekul
probe Southern blot digunakan untuk menentukan hubungan DNA dengan DNA yang
lainnya dari berbagai sumber. Metode ini diawali dengan persiapan sampel yaitu sampel
DNA yang dicampur dengan enzim restriksi sehingga menghasilkan fragmen DNA
restriksi. Karena kekuatan selektif dari hibridasi asam nukleat, materi awal untuk analisi
dapat berupa seluruh genom organismenya. Gel hasil dari elektroforesis gel ditempatkan
diatas spons yang dicelupkan dalam larutan alkali. Diatas gel diletakkan membran filter
dan material absorban secara berturut-turut seperti tumpukan kertas.
Bila diperjelas susunan tumpukkan dari bawah ke atas yaitu spons yang direndam
dalam larutan alkali- gel - membran filter nitroseluler material adsorban. Larutan alkali
menyebabkan DNA mengalami denaturasi menjadi rantai tunggal. Larutan alkali ini juga
mengalami suatu perpindahan menuju ke material absorban melalui proses kapilarisasi.
Saat larutan alkali melewati gel, fragmen rantai tunggal DNA yang dibawa berikatan
dengan membran nitroselulosa nitroselulosa sehingga membran filter memiliki cetakan
fragmen-fragmen DNA yang sama persis posisinya dengan yang ada di gel tetapi lebih
mudah untuk dianalisis lebih jauh.
Selanjutnya adalah proses hibridisasi dengan probe radioaktif. Suatu larutan yang
berisi molekul probe radioaktif diinkubasi dengan filter yang mengandung rantai tunggal
DNA. DNA probe berhibridasi (berpasangan basa) dengan DNA komplementer pada
filternya, DNA sisanya dibilas. Proses pemasangan probe dengan DNA komplementer
rantai tunggal menjadi DNA rantai ganda ini adalah hibridisasi. Selanjutnya filter ini
diletakkan pada film fotografik. Radioaktivitas pada probe yang terikat memapar film
untuk membenuk bayangan yang sesuai dengan pita DNA spesifik-pita yang mengandung
DNA yang berpasangan basa dengan probe itu.
diinkubasi dengan probe yang utas tunggal. Probe yang sebelumnya dilabel dengan biotin
atau digoxigenin atau radioaktif. Membran kemudian diperlihatkan difilem atau substrad
kromegenic. Variasi dari hibridisasi nortnblot adalah dengan teknik blot titik dimana
sampel tidak diseparasi berdasarkan ukuran. Melalui teknik ini mudah dilakukan hanya
dengan membrane ditetesi dengn mRNA dan probe. Sepertihalnya sourthern blot DNA
harus dibuat utas tuggal sebelum dblot. Sebelum ditetesi dengan DNA sampel maka
probe terlebih dahulu untuk menghibridisasi probe. Kemudian membrane difisualisasikan
di filem. Jika probe dan DNA atau RNA target mirip maka filem akan berwarna hitam.
Dot blot sangat mudah dan cepat untuk menentukan sampel target yang berhubungan
dengan sekuen sebelum dilakukan percobaan sesungguhnya.
Gambar 11.
Metode
Northren
Blotting
(Sumber :
www.textmed.com)
Sourthen dari perkawinan molekul DNA untuk menentukan jika sebuah sempel
mempunyai kehomologian dengan probe. Northen menentukan jika sampel mempuyai
kesamaan dengan DNA probe didalam jumlah genom banyak, menggunakan mRNA lebih
efisien karena intron sudah hilang
5. Spektroskopi IR ( Infra Red)
Spektroskopi IR merupakan suatu teknik analisis spektroskopi molekuler yang
memanfaatkan sinar infra merah. Teknik ini berguna untuk mengetahui gugus fungsi pada
senyawa organik. Prinsip kerja dari spektroskopi IR adalah menembakan sinar infra
merah (panjang gelombang diantara 0,75 1000 m) pada sampel. Senyawa yang
diradiasikan akan menyerap sebagian energi. Energi yang diserap akan membuat gerakan
vibrasi molekuler apabila energi pada ikatan gugus fungsi sama dengan energi yang
diserap.
Proses-proses yang dilakukan untuk melakukan analisis spektroskopi IR adalah sebagai
berikut:
1. Melakukan preparasi sampel dan meletakan sampel pada ruang sampel pada alat
dan meletakan standar/referensi (bila ada) pada ruang referensi.
2. Menembakan sinar infra merah pada senyawa (dan referensi). Sinar akan
diteruskan ke monokromator dan detektor. Detektor akan memberikan spektra IR
dari sampel (dan referensi). Hasil spektra kemudiaan akan dianalisis dan
dibandingkan.
Gambar berikut merupakan contoh spektra IR untuk DNA dan beberapa senyawa lainnya:
Gambar 13.
Metode STR
Sumber :
http://www.slideshare.net
7. Metode RFLP(Retriction fragmen length polymerishme)
RFLP (Restriction Fragment Length Polymorphism), Southern blotting juga dapat
digunakan untuk menganalisis susunan genom yang menghasilkan pola pemotongan
restriksi yang berbeda. RFLP adalah perbedaan pada sekuens DNA homolog yang dapat
dideteksi dari keberadaan fragmen DNA yang berbeda panjang setelah pemotongan
dengan enzim restriksi tertentu. Pemotongan DNA dari individu berbeda dengan satu
enzim restriksi tidak selalu menghasilkan fragmen-fragmen yang sama karena beberapa
area restriksi polimorfik, yakni dapat hadir pada satu individu tetapi tidak hadir pada
individu lain akibat satu perubahan saja pada sekuens nukleotida menyebabkan enzim
restriksi tidak mengenali area restriksi tersebut. Ada atau tidaknya area polimorfik
ditentukan dari ukuran-ukuran fragmen yang dideteksi dengan Southern blotting.
Probe RFLP adalah sekuens DNA yang berhibridisasi dengan satu atau lebih fragmen
sampel DNA yang telah dipotong, yang kemudian menghasilkan pola blotting unik untuk
genotip tertentu pada lokus tertentu. Probe RFLP biasa digunakan untuk pemetaan genom
dan analisis kelainan pada hereditas.
Gambar 14. Metode RFLP
(Sumber: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/genome/probe/doc/TechRFLP.shtml)
8. Metode AmpFLP (Amplified Fragment Length Polymorphism).
DNA profilling dengan menggunakan teknik AmpFLP memiliki beberapa
keunggulan, yaitu lebih cepat daripada analisa dengan RFLP dan biaya yang dibutuhkan
lebih murah. Teknik ini berdasarkan pada polimorfisme VNTR untukmembedakan alel
yang berbeda. Teknik ini menggunakan PCR untuk mengamplifikasi daerah VNTR dan
kemudian hasil amplifikasi dipisahkan dengan gel poliakrilamid dandiwarnai dengan
teknik silver stained . Salah satu locus yang sering digunakan dlamteknik ini adalah locus
D1S80.
Summary
Jadi pada dasarnya metode yang digunakan untuk mendeteksi asam nukleat
(DNA/RNA) terbagi atas metode kuantitatif dan kualitatif. Dimana dari setiap metode
tersebut memiliki prinsip kerja, prosedur dan hasil analasis yang berbeda beda. Pemilihan
metode yang tepat haruslah disesuaikan dengan kebutuhan dalam hasil output yang ingin
didapatkan. Metode kualitatif menghasilkan data berupa pendeteksian keberadaan
DNA/RNA dalam sampel, pengelompokkan berdasarkan ukuran dari fragmen DNA itu
sendiri. Metode pada deteksi kualitatif adalah spektrometer UV VIS, spektrometer NMR,
elektroforesis gel, southern dan northern blotting, STR, RLSFP. Elektroforesis gel
merupakan salah satu metode dasar yang digunakan sebagai pengembangan dari metode
lain seperti southern blotting dan lain-lain. Sedangkan metode kuantitatif merupakan
suatu metode yang menghasilkan data kuantitatif berupa jumlah dari DNA yang
diperbanyak. Metode pada deteksi kuantitatif yaitu microarray, PCR. PCR merupakan
metode dasar dari setiap metode kuantitatif, dimana PCR terdiri atas berbagai jenis dalam
pengolahan datanya. Dari semua metode yang dapat digunakan, tahap penting dalam
menganalisis DNA/RNA ini adalah melakukan pemurnian dan pemotongan DNA dan
RNA menjadi fragmen-fragmennya.
Reference
Anonim. (2008) Deteksi dan Identifikasi DNA. [Online] Tersedia di:
<http://jurnal.unpad.ac.id/akuatika/article/download/507/593 >>[diakses pada
18 Februari 2014]
Alberts B. (1994). Biologi Molekuler Sel. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Campbell. (2002). Biologi. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Cox, Michael M., David L. Nelson. 2008. Principles Of Biochemistry. Fifth edition.
London:
Lehninger.
Fatchiyah. (2012) Buku PraktikumTeknik Analisa Biologi Molekuler. [Online] Tersedia di:
<http://sciencebiotech.net/mengenal-pcr-polymerase-chain-reaction/>[diakses
pada 17 Februari 2014].
Koolman, Jan, Klaus-Heinrich Rochm. 2005. Color Atlas of Biochemistry. Second
Edition. German: Thieme.
Lister Hill National Center for Biomedical Communications. (2014). Genetics Home
Refernece. U.S National Library of Medicine
Lodish, H., Berk, A., Zipursky, S L., Matsudaira, P., Baltimore, D., & Darnell, J. (2000).
Molecular cell biology (4th ed.). New York: W. H. Freeman .
National Human Genome Research Institute. 2011. DNA Microarray Technology.
[online] Tersedia di : <http://www.genome.gov/10000533>[Accessed 22 February
2015]
Nelson, David L. Lehninger Principles of Biochemistry. New York : W.H Freeman and
Company.
Nicholas M, Nelson K.2013. North, South, or East? Blotting Techniques. Journal of
Investigative Dermatology , [online]. Tersedia di: <http://www.nature.com
/jid/journal/v133/n7/full/jid2013216a.html> [ accesed 26
February 2015]
Oseana. (2005) Mengenal Metode Elektroforesis. [Online] Tersedia di:
<http://biomol.edublogs.org/kompetensi/bahan-ajar-20092010/bab-xperpustakaan-gen/>>[diakses pada 18 Februari 2014]
Schmid F. 2001. Biological Macromolecules: UV-visible Spectrophotometry.
Encyclopedia of Life Sciences, [pdf]. Available at: <www.els.net> [Accessed 24 February
2015]
University of California School of Medicine, 2006. Blotting. Molecular Methods Web
Module, [online]. Tersedia di<http://missinglink.ucsf.edu/lm/molecularmethods/
default.htm> [accessed 26 February 2015]
Yuwono, Triwibowo. 2005. Biologi Molekuler. Jakarta: Erlangga.