Professional Documents
Culture Documents
ANNISA LARASATI
( 1306405761)
ABSTRAK
Asam nukleat merupakan suatu polinukleotida, yaitu polimer linier yang tersusun dari monomermonomer nukleotida yang berikatan melalui ikatan fosfodiester. Terdapat dua jenis asam nukleat
yaitu asam deoksiribonukleat (deoxyribonucleic acid/DNA) dan asam ribonukleat (ribonucleic
acid/RNA). DNA memiliki gula berupa 2-deoksiribosa, sedangkan RNA memiliki gula ribosa.
Nukleotida pada rantai asam nukleat saling berinteraksi dengan nukleotida lainnya dalam bentuk
gaya van der Waals dan ikatan hidrogen yang mempengaruhi bentuk strukturnya. DNA memiliki
bentuk heliks ganda seperti yang diusulkan oleh Watson-Crick, dan dapat dibagi menjadi 3 tipe,
yaitu DNA tipe B, A, dan Z. RNA memiliki bentuk untai tunggal yang dapat dibagi menjadi 3 jenis
sesuai kegunaannya, yaitu mRNA, tRNA, dan rRNA.
KATA KUNCI nukleotida, nukleosida, gula pentosa, basa nitrogen, posfat, ikatan fosfodiester,
DNA, RNA
1. ASAM NUKLEAT
Asam nukleat merupakan senyawa makromolekul. Makrobiomolekul ini mempunyai susunan
yang sangat unik, yaitu berupa polimer yang tersusun atas monomer yang disebut nukleotida.
Tiap nukleotida terdiri atas nukleosida dan asam fosfat. Nukleosida terdiri atas gula pentose
(ribose atau deoksiribosa) dan basa nitrogen heterosiklik, yaitu turunan purin (adenine dan
guanine) dan turunan pirimidin (sitosin, urasil, dan timin).
asam nukleat
nukleotida
nukleosida
asam posfat
basa nitrogen
gula
Gambar 1. Struktur asam nukleat
( sumber : McMurry, Organic Chemistry: A Biological Approach)
1.1. NUKLEOTIDA DAN NUKLEOSIDA
Nukleotida dibentuk oleh nukleosida yang berikatan dengan gugus fosfat. Nukleosida terdiri
atas gula pentose (ribose atau deoksiribosa) dan basa nitrogen heterosiklik, yaitu turunan purina
(adenine dan guanine) dan turunan pirimidina (sitosin, urasil, dan timin). (Sumardjo,2006)
Basa purin dibagi menjadi dua, yaitu adenin (A) dan guanin (G). Basa pirimidin dibagi menjadi tiga,
yaitu timin (T), urasil (U) dan sitosin (C). Timin berbeda dengan urasil hanya karena adanya
gugus metil pada posisi nomor 5 sehingga timin dapat juga dikatakan sebagai 5-metilurasil.
1.1.3. POSFAT
Gugus fosfat berikatan dengan gugus gula melalui ikatan fosfodiester. Ikatan fosfodiester
merupakan ikatan kovalen yang menghubungkan antara gugus fosfat dengan karbon pada posisi
5 gula pentosa pada satu nukleotida dan gugus fosfat dengan gugus hidroksil pada posisi 3 gula
pentosa pada nukleotida yang lain. Ikatan ini dinamakan ikatan fosfodiester karena secara kimia
gugus fosfat berada dalam bentuk diester. Ikatan gugus gula dengan basa nitrogen dinamakan
ikatan glikosidik pada posisi 1 gula pontosa.
furanosa, dan satu molekul fosfat. Penulisan urutan basa dimulai dari kiri yaitu ujung 5 bebas
(tidak terikat nukleotida lain) menuju ujung dengan gugus 3 hidroksil bebas atau dengan arah
53
Jarak di antara kedua untai hanya memungkinkan pemasangan basa purin (lebih besar)
dengan basa pirimidin (lebih kecil). Adenin berpasangan dengan timin membentuk dua ikatan
hidrogen sedangkan guanin berpasangan dengan sitosin membentuk tiga ikatan hidrogen. Dua
ikatan glikosidik yang mengikat pasangan basa pada cincin gula, tidak persis berhadapan.
Akibatnya, jarak antara unit-unit gula fosfat yang berhadapan sepanjang heliks ganda tidak sama
dan membentuk celah antara yang berbeda, yaitu celah mayor dan celah minor.
Putaran heliks pada DNA ada dua jenis, yaitu putar kanan dan putar kiri. Maksud dari putaran
ini adalah arah belokan heliks ganda DNA jika struktur ini dilihat dari bagian ujungnya. Selain itu,
DNA juga memiliki bentuk heliks ganda DNA dibagi menjadi 3 bentuk, yaitu:
Bentuk B
DNA ini merupakan DNA putar kanan. DNA dengan bentuk B memiliki lekukan mayor yang
lebih besar daripada bentuk-bentuk DNA lainnya dengan kedalaman 0,85 nm dan lebar 1,1-1,2
nm. Lekukan minornya memiliki kedalaman 0,75 nm dan lebar 0,6 nm. Bentuk ini merupakan
bentuk DNA yang paling banyak ditemukan di alam dibandingkan dengan bentuk yang lain. DNA
bentuk B juga tahan pada keadaan kelembaban yang tinggi hingga sekitar 93%.
Bentuk Z
DNA ini merupakan DNA putar kiri. Bentuk Z ini merupakan perubahan dari DNA bentuk B
yang berada dalam konsentrasi NaCl yang tinggi. Bentuk Z ini memiliki gugus berulang (repeating
unit) yang terdiri dari 2 pasangan basa nitrogen, sebagai anak tangga, dan susunan fosfat-gula,
sebagai tulang punggung, yang berbentuk zigzag.
RNA
RNA merupakan polinukleotida dengan untai tunggal yang dapat memiliki bentuk yang
kompleks yang terdiri atas banyak tonjolan (bulges) dan lipatan (loops). Lipatan-lipatan dalam RNA
ditutup dengan batang untai ganda yang memiliki konformasi A. RNA tidak dapat memiliki
konformasi B karena adanya gugus OH pada karbon nomor 2 gula ribosa (C2).
Gugus hidroksil pada C2 ini dapat membentuk ikatan hidrogen dengan air yang akan
membentuk jaringan di lekukan minor. Jaringan molekul air ini akan membentuk ikatan hidrogen
dengan protein atau dengan simpul kompleks lain dalam RNA itu. Gugus OH ini dapat juga
berfungsi sebagai ligan untuk ion logam divalent pada beberapa tRNA.
RNA memiliki bentuk yang kompleks dengan banyak tonjolan dan simpul. Ujung lipatan
jepit (hairpin loop) yang biasa terjadi pada RNA dapat terdiri atas 3 atau lebih nukelotida. Salah
satu susunan nukleotida yang membentuk lipatan jepit yang stabil adalah 5-GGACUUCGGUCC.
Susunan lainnya yang sering muncul adalah UGAA, CCCG, GCAA, dan GAAA.
Selain lipatan jepit, ada juga yang disebut pseudoknot yang lebih kompleks. Pseudoknot ini
dapat terbentuk ketika susunan nukleotida memilih untuk membentuk formasi yang terdiri atas dua
batang RNA pendek yang saling tumpang tindih.
Coding region (daerah pengodean). Daerah ini merupakan daerah yang mengandung
kode-kode yang disebut kodon untuk ditranslasi menjadi protein. Daerah ini dimulai dari
start codon hingga stop codon.
Stop codon. Bagian ini merupakan triplet basa nitrogen sebagai penanda selesainya
translasi. Kode basa yang biasanya dimiliki stop codon adalah UAA, UAG, dan UGA.
Poly(A) tail. Bagian ini merupakan rantai polinukleotida yang hanya memiliki basa nitrogen
berupa adenin. Bagian ini berfungsi untuk mencegah mRNA terdegradasi dan membuat
mRNA dapat keluar dari nukleus dan ribosom.
3.3 tRNA (transfer RNA)
RNA jenis ini berfungsi untuk membaca kode genetik dan meletakkan asam amino di
urutannya yang tepat pada protein. Seluruh tRNA dapat berbentuk seperti semanggi (clover leaf)
dengan tiga atau empat lipatan jepit. Pada tRNA, terdapat antikodon yang merupakan pasangan
triplet basa dari triplet kodon yang terdapat pada mRNA.
Lengan T. Bagian ini mengandung lengan dengan 5 pasang basa nitrogen dan ujung
lipatan jepit yang mengandung susunan TC. adalah nukleotida yang mengandung
basa berupa pseudouridin. Basa ini merupakan hasil biosintesis dari nukleotida yang
mengandung urasil dengan -synthase.
uridin
pseudouridin
(sumber: www.biologie.redio.de)
Selain bagian-bagian di atas, pada tRNA juga terdapat nukleotida dengan basa-basa nitrogen
yang termodifikasi. Biasanya, modifikasi ini berupa penambahan gugus metil pada nukleotida
tersebut atau pun berubahan basa nitrogen seperti pada pseudouridin dan dihidrouridin.
3.4 rRNA (ribosomal RNA)
RNA ini disebut ribosomal RNA karena merupakan materi yang menyusun ribosom bersama
dengan protein-protein penyusun lainnya. RNA ini terdiri atas untai tunggal yang berbentuk cukup
kompleks dan menyediakan material struktural dan pusat katalitik untuk membentuk ikatan peptida
dalam pembentukan protein.
DNA kromosom dikatakan mempunyai nisbah aksial yang sangat tinggi karena diameternya
hanya sekitar 2 nm, tetapi panjangnya dapat mencapai beberapa sentimeter. Dengan demikian,
DNA tersebut berbentuk tipis memanjang. Selain itu, DNA merupakan molekul yang relatif kaku
sehingga larutan DNA akan mempunyai viskositas yang tinggi. Karena sifatnya itulah molekul DNA
menjadi sangat rentan terhadap fragmentasi fisik. Hal ini menimbulkan masalah tersendiri ketika
kita hendak melakukan isolasi DNA yang utuh.
Panas
Panas dapat menyebabkan denaturasi asam nukleat. Proses denaturasi ini dapat diikuti melalui
pengamatan nilai absorbansi yang meningkat karena molekul rantai ganda (pada dsDNA dan
sebagian daerah pada RNA) akan berubah menjadi molekul rantai tunggal.
Denaturasi termal pada DNA dan RNA ternyata sangat berbeda. Pada RNA denaturasi
berlangsung perlahan dan bersifat acak karena bagian rantai ganda yang pendek akan
terdenaturasi lebih dahulu daripada bagian rantai ganda yang panjang. Tidaklah demikian halnya
pada DNA. Denaturasi terjadi sangat cepat dan bersifat koperatif karena denaturasi pada kedua
ujung molekul dan pada daerah kaya AT akan mendestabilisasi daerah-daerah di sekitarnya.
Suhu ketika molekul asam nukleat mulai mengalami denaturasi dinamakan titik leleh atau melting
temperature (Tm). Nilai Tm merupakan fungsi kandungan GC sampel DNA, dan berkisar dari 80
C hingga 100C untuk molekul-molekul DNA yang panjang.
DNA yang mengalami denaturasi termal dapat dipulihkan (direnaturasi) dengan cara didinginkan.
Laju pendinginan berpengaruh terhadap hasil renaturasi yang diperoleh. Pendinginan yang
berlangsung cepat hanya memungkinkan renaturasi pada beberapa bagian/daerah tertentu.
Sebaliknya, pendinginan yang dilakukan perlahan-lahan dapat mengembalikan seluruh molekul
DNA ke bentuk rantai ganda seperti semula. Renaturasi yang terjadi antara daerah komplementer
dari dua rantai asam nukleat yang berbeda dinamakan hibridisasi.
Interkalator
Geometri suatu molekul yang mengalami superkoiling dapat berubah akibat beberapa faktor
yang mempengaruhi pilinan internalnya. Sebagai contoh, peningkatan suhu dapat menurunkan
jumlah pilinan, atau sebaliknya, peningkatan kekuatan ionik dapat menambah jumlah pilinan.
Salah satu faktor yang penting adalah keberadaan interkalator seperti etidium bromid (EtBr).
Molekul ini merupakan senyawa aromatik polisiklik bermuatan positif yang menyisip di antara
pasangan-pasangan basa. Dengan adanya EtBr molekul DNA dapat divisualisasikan
menggunakan paparan sinar UV. (Susanto, 2012)
KESIMPULAN
Nukleotida merupakan monomer yang terdiri dari gugus fosfat, gula pentose dan basa
nitrogen, sedangkan nukleosida merupakan kompleks yang terdiri dari gula pentose dan basa
nitrogen. Pada gugus fosfat terdapat ikatan fosfodiester yang mengikat antara gugus fosfor
dengan gula pentose pada nukleotidanya dan nukleotida tetangganya. Selain itu, ikatan gugus
gula dengan basa nitrogen dinamakan ikatan glikosidik. Asam nukleat terdiri dari dua jenis yaitu
DNA dan RNA. Perbedaan antara DNA dan RNA terdapat pada gula pentosa berupa molekul
penyusunnya dan struktur serta basa nitrogennya dimana pada DNA terdapat sitosin dan timin
pada basa pirimidin dan pada RNA terdapat sitosin dan urasil pada basa pirimidinnya. DNA
memiliki bentuk struktur molekul tangga berpilin dengan dua rantai polinukleotida yang saling
memilin membentuk spiral, sedangkan RNA memiliki bentuk struktur molekul untai tunggal. Pada
RNA terdapat perbedaan struktur pada jenis-jenis RNA berdasarkan fungsi dari setiap jenis RNA
masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Cruzan, Jeff, 2012. DNA & RNA: The foundation of life on Earth. [online]
http://www.drcruzan.com/NucleicAcids.html [diakses pada 25 Februari 2015].
Cyr, Richard, 2009. Properties of Macromolecules II-Nucleic Acids, Polysaccharides and Lipids.
[online] (10 Agustus 2009)https://wikispaces.psu.edu/pag es/viewpage.action?
pageId=1125272 11&navigatingVersions=true [diakses pada 25 Februari 2015].
Department of Biology, University of Miami, 2013. Chargaff's Rule of Base Pairing. [online] (01
Agustus 2013) http://www.bio.miami.edu/~cmallery/150/gene/chargaff.htm [diakses pada 26
Februari 2015].
McMurry, John. 2007. Organic Chemistry: A Biological Approach. USA: Thomson Brooks/Cole.
Metzler, David E. 2003. Biochemistry: The Chemical Reaction of The Living Cells. Edisi Kedua.
USA: Elsevier Academic Press.
National Science Foundation, 2001. DNA Structure. [online] (05 Oktober 2001)
http://www.uic.edu/classes/phys/phys461/phys450/ANJUM04/ [diakses pada 25 Februari
2015].
Yuwono, Triwibowo, 2007. Biologi Molekuler. Jakarta: Erlangga.