Professional Documents
Culture Documents
MODUL V
PEMETAAN SITUASI
KELOMPOK 40
Alvina Mayora Nilasari
Sri Rejeki
Yudhistira Herubowo
Tanggal Praktikum
Asisten Praktikum
Tanggal disetujui
Nilai
Paraf Asisten
1206237580
1206240360
1206255734
: 26 Mei 2014
: M Fikri Makarim
:
:
:
5.1
TUJUAN
1.
2.
3.
5.2
5.3
PERALATAN
A. Digital Theodolit Nikon NE-100 series
1 buah
B. Rambu Ukur
1 buah
C. Meteran
1 buah
D. Patok
8 buah
E. Payung
1 buah
F. Statif
1 buah
G. Unting-unting
1 buah
LANDASAN TEORI
Pemetaan situasi dan detail adalah pemetaan suatu daerah atau wilayah
ukur yang mencakup penyajian dalam dimensi horisontal dan vertikal secara
bersama-sama dalam suatu gambar peta.
Untuk penyajian gambar peta situasi tersebut perlu dilakukan
pengukuran sebagai berikut :
a. Pengukuran titik fundamental ( Xo, Yo, Ho dan ao )
b. Pengukuran kerangka horisontal ( sudut dan jarak )
c. Pengukuran Detail
Pada saat pengukuran di lapangan , data yang diambil untuk pengukuran
detail adalah :
-
Beda tinggi antara titik ikat kerangka dan titik detail yang bersangkutan.
Jarak optis atau jarak datar antara titik kerangka dan titik detail.
Sudut antara sisi kerangka dengan arah titik awal detail yang
bersangkutan, atau sudut jurusan magnetis dari arah titik detail yang
bersangkutan.
detail
diikat
dengan
garis
lurus
pada
garis
ukur.
samasisi atau samakaki. Dengan mengukur jarak Aa, Aa, Ab, Ab,
Ac, Ac, Bc, Bc, Bb, Bb, Ba, Ba, aa, aa, bb, bb, cc, cc
maka posisi titik-titik a, b, c dapat ditentukan.
2. Perpanjangan sisi
Gambar 5.7 Gambar 1 sudut, sudut, sudut, gambar 2 sudut, sudut, jarak, 3 gmabar 3
sudut, jarak, jarak
kontur
adalah
yang
ada
dipermukaan
bumi
yang
menghubungkan titik titik dengan ketinggian yang sama dari suatu bidang
referensi tertentu. Konsep dari garis kontur ini dapat mudah dipahami dengan
membayangkan kolam air. Jika air dalam keadaan tenang, maka tepi dari
permukaan air itu akan menunjukan garis yang ketinggiannya sama. Garis
tersebut akan menutup pada tepi kolam dan membentuk garis kontur.
Adapun kegunaan dari garis kontur ini antara lain:
1. Sebagai dasar untuk menentukan penampang tegak suatu permukaan tanah
2. Sebagai dasar untuk perencanaan besarnya galian atau timbunan .
3. Memperlihatkan ketinggian tanah dalam lokasi atau peta tersebut ,dan
sebagainya .
Rumus-rumus yang dipakai dalam praktikumi ini:
= .
= 100( ) 2
Dimana:
= selisih tinggi antara tempat theodolit dengan titik yang ditembak
= tinggi alat
= jarak horizontal antara tempat theodolit dengan titik yang ditembak.
= benang tengah (dalam meter)
= benang atas (dalam meter)
= benang bawah (dalam meter)
= sudut miring/sudut vertikal
Dengan rumus-rumus diatas, serta rumus-rumus dasar untuk menentukan
koordinat, yaitu:
XQ = XP + DPQ sin PQ
YQ = YP + DPQ cos PQ
Dimana:
DPQ = jarak dari P ke Q
PQ = sudut jurusan dari P ke Q
5.4
LANGKAH KERJA
Persiapan
1. Menentukan tempat dilakukannya pengujian dan kemudian membuat sketsa
daerah yang akan diukur ketinggiannya.
2. Kemudian memilih cara pengukuran kerangka dasar yang sesuai.
3. Menentukan titik acuan yang sesuai dengan cara pengukuran kerangka
dasar yang dipilih, kemudian menentukan titik-titik pengikat rencana (titiktitik poligon) agar seluruh detail dan data yang diperlukan dapat dijangkau
dengan menggunakan Theodolite. Dan mempersiapkan peralatan yang
diperlukan pada praktikum ini.
Pelaksanaan
1. Memasang Theodolite di titik acuan yang pertama dan memungukur tinggi
alat.
2. Membidik titik acuan, pengikat dan titik detail yang lain sesuai yang ada di
sketsa sehingga mendapatkan nilai azimuth, beda tinggi dan jaraknya.
5.5
DATA PENGAMATAN
Sketsa
C
4
Titik
Tinggi
Alat
(m)
1.14
1.16
1.12
Titik
BA (m)
Tembak
D
4
1
2
B
A
1
2
C
3
B
2
3
4
D
1.530
1.480
1.304
1.445
1.035
1.489
1.542
1.589
1.610
1.649
0.945
1.345
1.202
1.278
1.322
BT (m)
BB (m)
1.380
1.345
1.259
1.340
0.92
1.377
1.472
1.579
1.475
1.525
0.810
1.220
1.182
1.203
1.24
1.230
1.210
1.213
1.235
0.81
1.265
1.402
1.560
1.340
1.402
0.675
1.100
1.162
1.128
1.158
VA
90
90
90
HA
D
Lapangan
(m)
0
440'50"
5418'20"
6705'30"
7331'10"
0
1305'50"
5846'40"
9507'50"
8853'10"
0
349'20"
4218'20"
7742'00"
9013'10"
29.92
27.03
9.310
21.000
22.31
22.32
13.91
2.77
27.22
24.44
27.24
25.08
4.1
15.14
16.47
5.6
1.09
C
3
4
1
A
1.065
1.1
1.067
1.115
1.02
0.98
1.029
1.056
0.987
0.87
0.9
0.958
1.044
0.86
0.72
90
0
1206'10"
6252'10"
8347'10"
10057'10"
PENGOLAHAN DATA
a. Beda Ketinggian, Kesalahan Relatif dan Jarak pembacaan
(DTheodolite)
D = 100 (BA - BB)
Dimana :
D = Jarak antara 2 titik berdasarkan pembacaan Theodolite (m)
BA = Benang Atas
BB = Benang Bawah
= Sudut vertikal
Kesalahan Relatif hf = |
| %
Dimana :
DT = Jarak yang didapat dari pembacaan Theodolit
DLapangan = Jarak yang didapat menggunakan meteran
H=pt
Dimana :
H = beda tinggi
p = tinggi titik bidik (tinggi alat)
t = benang tengah pada pembacaan rambu (BT)
16.42
14.04
2.22
25.55
29.92
Tabel 5.2 Perbedaan tinggi titik awal dengan titik tembak (Memanjang)
Titik
Tinggi
Alat
(m)
1.14
1.16
1.12
1.09
Titik
Tembak
D
Lapangan
(m)
D
Theodolite
(m)
D
4
1
2
B
A
1
2
C
3
B
2
3
4
D
C
3
4
1
A
29.92
27.03
9.310
21.000
22.31
22.32
13.91
2.77
27.22
24.44
27.24
25.08
4.1
15.14
16.47
16.42
14.04
2.22
25.55
29.92
30
27
9.1
21
22.5
22.4
14
2.9
27
24.7
27
24.5
4
15
16.4
16.5
14.2
2.3
25.5
30
Kesalahan Perbedaan
Relatif
Tinggi
(%)
tembak
0.267
0.111
2.256
0.000
0.852
0.358
0.647
4.693
0.808
1.064
0.881
2.313
2.439
0.925
0.425
0.487
1.140
3.604
0.196
0.267
Titik
Perbedaan ketinggian
terhadap titik A
A
B
C
D
1
2
3
4
0
0.22
-0.095
-0.24
-0.119
-0.2
-0.145
-0.205
-0.240
-0.205
-0.119
-0.200
0.220
-0.217
-0.312
-0.419
-0.315
-0.365
0.310
-0.100
-0.062
-0.083
-0.120
0.110
0.061
0.034
0.103
0.220
= Titik referensi
Titik
A
B
C
D
1
2
3
4
Koordinat
X (m)
0
21.575562
23.989789
7.589909
7.390423
19.343752
21.095351
9.334105
Y (m)
0
6.383191
33.275039
33.337724
5.309580
8.174304
31.078522
30.079583
c. Panjang bangunan
c = + . . .
Dimana :
a = Panjang dari titik tembak ke titik acuan pertama
b = Panjang dari titik tembak ke acuan kedua
c = Panjang dari titik acuan pertama ke titik acuan kedua
= Sudut antara a dan b
Panjang 14
Sudut 4A1
= 54o1820 4o4050
= 49o3730
= 667o0530 54o1820
= 12o4710
= 88o5310 58o4640
= 30o0630
Panjang 34
= 77o4200 42o1820
Sudut 3C4
= 35o2340
34 = 3 + C4 2 x C3 x C4 x cos 3C4
34 = 42 + 152 2 x 4 x 15 x cos 35.3944
34 = 11.9657 m
11.9657
C
3
22.2389
22.2146
1
A
B
12.2918
karena sisi bangunan yang didapat tidak simetris maka luas bangunan
dapat dihitung dengan membagi dua bangunan tersebut menjadi segitiga
sembarang dan mencari luas setiap segitiga tersebut, kemudian kedua luas
segitiga tersebut ditambahkan sehingga didapatkan luas total bangunan.
212
Cos
= - 0.9257563327
A42
272
cos
= -0,3776883168
= 112 o 11 26.03
Luas 412 =
=
41 21 sin 412
2
22.2146 12.2918 (90.0267)
2
= 136.5287 m2
C2
24.52
cos k
= - 0.5040791518
C4
152
cos j
= - 0.6876115011
j = 133o 26 28.8
Sudut 432= 360o 120 o16 12.88 133o 26 28.8
= 106o 17 18.32
Luas 432 =
=
= 127.711 cm
+ 127.711 cm2
= 264.239 m2
e. Kontur tanah di sekitar bangunan yang diamati
Kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik yang memiliki
ketinggian yang sama. Untuk membuat kontur pertama kali yang harus
dilakukan adalah menghitung jangkauan untuk mengetahui interval yang
digunakan dalam pembuatan kontur, yaitu
Jangkauan
Interval
= =
0.24
10
= 0.024 m 0.02 m 2 cm
-24
-10
-22
-20
-18 -16
-15
-21
-12
-14
-18
-16
-16
-18
-14
-20
-10
-6 -8
-4
-2
-12
-14
-16
-18
-22
5.7
ANALISA
penembakan akan dilakukan terhadap titik D, titik 1, titik 2, titik 4, dan titik
B.
5.7.2 Analisa Hasil
Setelah
melakukan
praktikum
pemetaan
situasi,
praktikan
mendapatkan data hasil pembacaan benang atas rambu, benang tengah rambu,
benang bawah rambu, dan sudut pengukuran dengan menggunakan theodolite.
Selanjutnya dengan data tersebut praktikan dapat mengetahui jarak anatara
titik acuan dengan titik yang diukur dengan menggunakan
D = 100 (BA - BB)
Kemudian hasil jarak yang didapat dihitung kesalahan relatifnya, yaitu
perbandingan hasil pengukuran yang didapat menggunakan theodolite dengan
menggunakan meteran. Kesalahan relatif yang didapat berada pada kisaran 0
s.d. 5 persen yang dapat dilihat pada tabel 5.2, hal ini menunjukkan tidak
terdapat banyak kesalahan yang terjadi pada saat praktikum dilakukan.
Selanjutnya praktikan menghitung perbedaan ketinggian terhadap titik
yang akan digunakan sebagai titik acuan (0,0) yaitu titik A. Perbedaan
ketinggian terhadap titik A dapat dilihat pada tabel 5.3. Setelah itu praktikan
menentukan koordinat setiap titik terhadap titik A agar dapat dilakukan
pemetaan situasi menggunakan software AutoCad. Nilai koordinat titik
didapat dengan menggunakan
X A = XT + dTA sin TA
YA = YT + dTA cos TA
Selanjutnya
praktikan
menghitung
panjang
sisi
bangunan
menggunakan
c = + . . .
Dimana sudut yang digunakan adalah sudut yang diapit oleh kedua garis yang
telah diketahui jaraknya. Dimensi bangunan yang diukur dapat dilihat di
sketsa berikut ini.
11.9657
22.2389
22.2146
1
A
B
12.2918
-24
-10
-22
-20
-18 -16
-15
-21
-12
-14
-18
-16
-16
-18
-14
-20
-10
-6 -8
-4
-2
-12
-14
-16
-18
-22
0
5.7.3 Analisa Kesalahan
Terdapat beberapa faktor yang memungkinkan terjadinya kesalahan
ataupun kurang akuratnya data yang didapatkan pada saat praktikum, hal
tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
pengamatan,
sehingga
kesalahan-kesalahan
yang
dapat
5.8
KESIMPULAN
5.9
REFERENSI
Laboratorium Survey dan Pemetaan. Pedoman Praktikum Ilmu Ukur Tanah.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Jaelani, Lalu Muhammad. 2004. Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) Teknis
Pengukuran dan Pemetaan Kota. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh
Nopember
LAMPIRAN