Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Syahirah Shahab
1102010274
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK. I RADEN SAID SUKANTO
Konjungtivitis Virus
IDENTITAS PASIEN
No. Rekam Medis: 660522
Nama : An. A
Umur : 3 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 30 Maret 2012
Agama : Islam
Bangsa / Suku
: Indonesia / Jawa
Pendidikan : Belum sekolah
Alamat: Komp. Polri EX SPN RT 03 / 05 No. 14, Jakarta
Timur
Status : Belum menikah
Tanggal pemeriksaan : Jumat, 7 Agustus 2015
PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis:
Keadaan umum : Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda Vital
Tekanan darah
:
Nadi
: 100 kali/menit
Respirasi
: 24 kali/menit
Suhu
: afebris
Pembesaran KGB preaurikular dan retroaurikular -/-
STATUS OFTALMOLOGI
INSPEKSI
OD
OS
Visus
Kesan Baik
Kesan Baik
TIO
Tidak dievaluasi
Tidak dievaluasi
Posisi Hirschberg
ortoforia
Palpebra superior
Palpebra inferior
Edema(+),hiperemis
(+),
Konjungtiva
tarsalis superior
Konjungtiva
tarsalis inferior
Konjungtiva bulbi
Epifora (+)
Injeksi konjungtiva (+)
Epifora (+)
Tenang
Kornea
Jernih
Jernih
Sedang, jernih,
Sedang, jernih,
Iris
Pupil
,kripti (+)
kripti (+)
Bulat
RCL(+),
(+),Sentral
RCTL
(+),
Bulat
(+)
RCL(+),
(+),Sentral
RCTL
Lensa
Diameter 3 mm
Jernih
Diameter 3 mm
Jernih
Vitreous
Tidak dievaluasi
Tidak dievaluasi
Fundus
Tidak dievaluasi
Tidak dievaluasi
(+),
(+),
RESUME
Pasien perempuan berumur 3 tahun datang
dengan keluhan mata kanan merah dan bengkak
pada kelopak bawah mata kanan sejak 1 hari
sebelum datang ke RS. Sebelumnya pasien
mengatakan kepada orang tuanya bahwa mata
kanan pasien seperti ada debu didalamnya.
Menurut
orang
tua
pasien,
pasien
sering
mengucek matanya dan mata kanan dan kiri
selalu berair. Cairan yang keluar berwarna bening
seperti air mata. Orang tua pasien sudah mencoba
untuk mencuci mata pasien dengan menggunakan
air bersih, namun tidak ada perbaikan. Menurut
orang tua pasien jika pasien melihat jauh pasien
tidak memicingkan mata, dan jika menonton tv
pasien tidak menonton dari jarak yang dekat.
Konjungtiva bulbi OD :
o Injeksi konjungtiva (+)
DIAGNOSIS KERJA
Konjungtivitis Virus ODS
DIAGNOSIS BANDING
Konjungtivitis Bakteri ODS
PENATALAKSANAAN
Farmakologi :
Dexamethasone sodium phosphate 1 mg/mL, polymixin b
sulfate 10000 iu/mL, neomycin sulfate 3,5 mg/mL (Polydex) 4 x
1 tetes ODS
Monitor :
Visus, tanda tanda infeksi dan tanda tanda peradangan.
Edukasi :
o
o
o
PROGNOSIS
Quo Ad Vitam
: Ad Bonam
Quo Ad Fungsionam : Ad Bonam
Quo Ad Sanactionam : Ad Bonam
Quo Ad Cosmetican : Ad Bonam
Tinjauan Pustaka
Anatomi konjungtiva
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan
tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata
(konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera
(konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan
kulit pada tepi kelopak (persambungan mukokutan) dan
dengan epitel kornea di limbus.
Kelenjar konjungtiva
1. Mucin secretoty glands: Merupakan sel goblet (kelenjar
uniselullar yang terletak di dalam epithelium), crypts of
henle (terdapat di konjungtiva tarsal) dan kelenjar manz
(terdapat di limbal konjungtiva). Kelenjar ini menghasilkan
mukus yang beguna untuk membasahi kornea dan
konjungtiva.5
2. Kelenjar airmata asesori, meliputi:
Kelenjar Krause (terdapat di jaringan subkonjungtiva
fornik, dimana terdapar 42 kelenjar di fornik atas, dan 8
kelenjar di fornik bawah)
Kelenjar Wolfring (terdapat di sepanjang bagian atas dari
tasus superior maupun inferior). 5
Konjungtivitis
Konjungtivitis adalah peradangan membran
mukosa yang membungkus permukaan bagian
anterior mata (sklera) dan permukaan posterior
kelopak mata (konjungtiva palpebralis) yang
disebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri,
jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan
kimia dan berkaitan dengan penyakit sistemik.
Reaksi inflamasi ini ditandai dengan dilatasi
vaskular,
infiltrasi
seluler
dan
eksudasi.
Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya
berbagai macam gejala, salah satunya adalah
mata merah.
1. Berdasarkan waktu:
Akut
Kronis
2. Berdasarkan penyebabnya: 1
Konjungtivitis Bakteri
oKonjungtivitis bakteri hiperakut (N gonorrhoeae, N meningitidis, N kochii)
oKonjungtivitis mukopurulen (catarrhal)
oKonjungtivitis difteri
oKonjungtivitis folikuler
oKonjungtivitis angular
oBlefarokonjungivitis
Konjungtivitis akut viral
oKeratokonjungtivitis epidemika
oDemam faringokonjungtiva
oKeratokonjungtivitis herpetik
oKeratokonjungtivitis New Castle
oKonjungtivitis hemoragik akut pendarahan subkonjungtiva (+)
Konjungtivitis Klamidia
oTrakoma
oKonjungtivitis Inklusi
Konjungtivitis akut jamur
Konjungtivitis imunologik (alergika)
oKonjungtivitis vernal
oKonjungtivitis flikten
3.
Konjungtivitis neonatorum
Konjungtivitis Rickettsia
Konjungtivitis parasit
Konjungtivitis akibat penyakit autoimun
Konjungtivitis kimia atau iritatif
Konjungtivitis yang penyebabnya tidak diketahui
Konjungtivitis yang berhubungan dengan penyakit sistemik
Berdasarkan onset / waktu terjadinya penyakit 5 :
Konjungtivitis Hiperakut
o Noenatorum Gonoroe Conjunctivitis
o Chemical Conjunctivitis
o Adult Gonoroe Conjunctivitis
Konjungtivitis Akut
o Cataralis Acute Conjunctivitis
o Adult Inclusion Conjunctivitis
o Blennorhoe Inclusion Conjunctivitis
o Acute Follicular Conjunctivitis
Pharyngo Conjunctival Fever (PCF)
Epidemic Kerato Conjunctivitis (EKC)
Herpes Simpleks Conjunctivitis (HSC)
New Castle Conjunctivitis (NCC)
Acute Haemorrhagic Conjunctivitis (AHC)
Inclusion Conjunctivitis
Other Clamidya Conjunctivitis
Konjungtivits Kronik
o Konjungtivitis Trakoma
o Konjungtivitis Non-Trakoma
Viral
Bakterial
Klamidial
Alergik
Gatal
++
Hiperemis
++
Eksudasi
Minimal
Berlebihan
Berlebihan
Minimal
Sekret
Serous mucous
Viscous
Kemosis
++
++
Lakrimasi
++
Folikel
Papil
Pseudomembran
++
Panus
Adenopati periaurikuler
Umum
Tidak umum
Tidak ada
konjungtivitis inklusi
Pewarnaan terhadap
Monosit
Bakteri, PMN
Eosinofil
inklusi
Kadang-kadang
Kadang-kadang
Tidak pernah
Tidak pernah
Konjungtivitis Virus
Glandula lakrima aksesori (Kraus dan Wolfring)
serta sel Goblet yang terdapat pada konjungtiva
bertanggung
jawab
untuk
mempertahankan
lubrikasi mata. Seperti halnya membrane mukosa
lain, agen infeksi dapat melekat dan mengalahkan
mekanisme pertahanan normal dan menimbulkan
gejala kinis seperti mata merah, iritasi serta
fotofobia. Pada umumnya konjungtivitis merupakan
proses yang dapat menyembuh dengan sendirinya,
namun pada beberapa kasus dapat menimbulkan
infeksi dan komplikasi yang berat tergantung daya
tahan tubuh dan virulensi virus tersebut. 3
o Demam faringokonjungtival
Tipe ini biasanya disebabkan oleh adenovirus tipe 3 dan kadangkadang tipe 4 dan 7. Demam faringokonjungtival ditandai oleh
demam 38,3 - 400C, sakit tenggorokan, dan konjungtivitis pada
satu atau dua mata. Folikel sering mencolok pada kedua
konjungtiva, dan pada mukosa faring. Penyakit ini dapat terjadi
bilateral atau unilateral. Mata merah dan berair mata sering
terjadi, dapat disertai keratitis superficial sementara ataupun
sedikit kekeruhan di daerah subepitel. Limfadenopati preaurikuler
yang muncul tidak disertai nyeri tekan. Sindrom yang ditemukan
pada pasien mungkin tidak lengkap, hanya terdiri atas satu atau
dua gejala utama (demam, faringitis, dan konjungtivitis). 1,2
o Keratokonjungtivitis epidemika:
Keratokonjungtivitis epidemika disebabkan oleh adenovirus
subgroup D tipe 8, 19, 29, dan 37. Konjungtivitis yang timbul
umumnya bilateral. Awitan sering pada satu mata kemudian
menyebar ke mata yang lain. Mata pertama biasanya lebih parah.
Gejala awal berupa nyeri sedang dan berair mata, diikuti dalam 514 hari kemudian dengan fotofobia, keratitis epitel, dan kekeruhan
subepitel bulat. Fase akut ditandai dengan edema palpebra,
kemosis, dan hiperemia konjungtiva. Dalam 24 jam sering muncul
folikel dan perdarahan konjungtiva. Kadang-kadang dapat
terbentuk pseudomembran ataupun membran sejati yang dapat
meninggalkan parut datar ataupun symblepharon. Konjungtivitis
berlangsung selama 3-4 minggu. Kekeruhan epitel terjadi di pusat
kornea, menetap berbulan-bulan namun menyembuh tanpa
disertai parut.1,2
Blefarokonjungtivitis varicella-zoster
Blefarokonjungtivitis varicella-zoster ditandai dengan hiperemia dan konjungtivitis
infiltratif yang disertai erupsi vesikuler sepanjang penyebaran dermatom nervus
trigeminus cabang oftalmika. Konjungtivitis yang terjadi umumnya bersifat papiler,
namun dapat pula membentuk folikel, pseudomembran, dan vesikel temporer yang
kemudian berulserasi. Pada awal perjalanan penyakit dapat ditemukan pembesaran
kelenjar preaurikula yang nyeri tekan. Selanjutnya dapat terbentuk parut palpebra,
entropion, dan bulu mata salah arah. Lesi palpebra dari varicella dapat terbentuk di
bagian tepi ataupun di dalam palpebra sendiri dan seringkali meninggalkan parut. Sering
timbul konjungtivitis eksudatif ringan, tetapi lesi konjungtiva yang jelas (kecuali pada
limbus) sangat jarang terjadi. Lesi di limbus menyerupai phlyctenula dan dapat melalui
tahap-tahap vesikel, papula, dan ulkus. Kornea di dekatnya mengalami infiltrasi dan
bertambah pembuluh darahnya.1
Keratokonjungtivitis morbili.
Enantema khas morbili seringkali mandahului erupsi kulit. Pada tahap awal konjungtiva
nampak seperti kaca yang aneh, yang dalam beberapa hari diikuti pembengkakan
lipatan semilunar (tanda Meyer). Beberapa hari sebelum erupsi kulit timbul konjungtivitis
eksudatif dengan sekret mukopurulen. Bersamaaan dengan munculnya erupsi kulit akan
timbul bercak-bercak koplik pada konjungtiva dan kadang-kadang pada carunculus.
Penatalaksanaan
Konjungtivitis viral biasanya bersifat suportif dan
merupakan terapi simptomatis, belum ada bukti
yang menunjukkan keefektifan penggunaan
antiviral. Umumnya mata bisa dibuat lebih
nyaman dengan pemberian cairan pelembab.
Kompres dingin pada mata 3 4 x / hari juga
dikatakan dapat membantu kesembuhan pasien.
Penggunaan
kortikosteroid
untuk
penatalaksanaan
konjungtivitis
viral
harus
dihindari karena dapat memperburuk infeksi
Pembahasan
Teori
Gejala
Pembengkakan.
Rasa nyeri pada kelopak mata.
Perasaan tidak nyaman dan
sensasi terbakar pada kelopak
mata.
Epifora
Rasa mengganjal
Gatal
Pasien
Pembengkakan pada kelopak mata
kanan bawah
Rasa mengganjal
Epifora
Gatal
Thank you