You are on page 1of 12

LAPORAN PENDAHULUAN & RESUME

FRAKTUR MANDIBULA

Oleh :
NI LUH AYU WIDYANA, S. Kep.
NIM.14014104135

UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS KEDOKTERAN


PROGRAM PROFESI NERS
MANADO 2015

A. PENGERTIAN
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan otot dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak di
sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak
lengkap (Price dan Wilson, 2006).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya (Brunner & Suddarth, 2001).
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat
total maupun sebagian. (Muttaqin, Arif. 2008)
Mandibula adalah tulang rahang bawah, tulang yang tidak teratur dan
merupakan satu-satunya tulang kepala yang dapat bergerak (Watson,2002).
Fraktur mandibula adalah rusaknya kontinuitas tulang mandibula yang dapat
disebabkan oleh trauma baik secara langsung atau tidak langsung.
B. ETIOLOGI
Klasifikasi Fraktur (Chairuddin, 2003)
Klasifikasi Etiologis:
1. Trauma langsung: benturan pada tulang mengakibatkan fraktur ditempat
tersebut.
2. Trauma tidak langsung: tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh
dari area benturan.
3. Fraktur patologis: fraktur yang disebabkan trauma yamg minimal atau tanpa
trauma. Contohfraktur patologis: Osteoporosis, penyakit metabolik, infeksi
tulang dan tumor tulang.
Klasifikasi Klinis
1. Fraktur tertutup, merupakan fraktur tidak menyebabkan robek pada kulit
2. Fraktur terbuka, merupakan dengan luka pada kulit atau robek dan ujung tulang
menonjolsampai menembus kulit
3. Fraktur komplit adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya
mengalami pergeseran

4. Fraktur tidak komplit, patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang
Klasifikasi Radiologis
1. Lokalisasi/letak fraktur seperti diafisis, metafisis, intra-artikular.
2. Konfigurasi/sudut patah dari fraktur :
Fraktur transversal
Fraktur oblik
Fraktur spiral
Fraktur kominutif
Fraktur segmental
Fraktur Impaksi/kompresi
3. Menurut ekstensi:
Fraktur total
Fraktur tidak total (fracture crack)
Fraktur buckle/torus
Fraktur garis rambut
Fraktur greenstick
Fraktur avulse
Fraktur sendi
4. hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya yaitu tidak bergeser dan
Bergeser (bersampingan, angulasi, rotasi, distraksi, overiding, impaksi)
Menurut R. Gustino Fraktur Terbuka dibagi atas 3 derajat yaitu:
Derajat I:
Luka < 1 cm
Kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka remuk

Fraktur sederhana, transversal, atau kominutif ringan


Kontaminasi minimal
Derajat II:
Laserasi >1 cm
Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/ avulsi
Fraktur kominutif sedang
Kontaminasi sedang
Derajat III:
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot.
C. MANIFESTASI KLINIK
Tidak dapat menggunakan anggota gerak
Nyeri pembengkakan
Terdapat trauma
Gangguan fungsi anggota gerak
Deformitas
Kelainan gerak
D. PATOFISIOLOGI
Penyebab fraktur diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma berupa
yang disebabkan oleh suatu proses, yaitu :

Osteoporosis Imperfekta (kelainan genetika langka pada remaja, tulang


rapuh)

Osteoporosis (penurunan kualitas dan kepadatan massa tulang)

Penyakit metabolik (makanan, racun, infeksi, dan sebagainya)

Trauma, yaitu benturan pada tulang. Biasanya terjatuh dengan posisi dagu
langsung terbentur dengan benda yang lebih kuat/keras daripada tulang itu
sendiri.

E. PATHWAY (POHON MASALAH)

Trauma langsung

trauma tidak langsung

kondisi patologis

FRAKTUR MANDIBULA
Diskontinuitas tulang

pergeseran frakmen tulang

Perub jaringan sekitar

Pergeseran frag Tlg


Kerusakan
integritas

jaringan

Nyeri

kerusakan frakmen tulang

laserasi kulit:

spasme otot

putus vena/arteri

tek. Ssm tlg > tinggi dr kapiler

tekanan kapiler

reaksi stres klien

deformitas
perdarahan

pelepasan histamin

melepaskan katekolamin

gg. fungsi
protein plasma hilang

memobilisai asam lemak

syok hipovolemik
Defisit
perawatan diri
makan

edema
Kekurangan
Volume Cairan
Dalam Tubuh

bergab dg trombosit

penekanan pembuluh drh

penurunan perfusi jar

Gangguan perfusi
jaringan

emboli

menyumbat pembuluh darah

F. Pemeriksaan Penunjang
X.Ray
Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
CCT kalau banyak kerusakan otot.
G. Penatalaksanaan Medik
Konservatif : Immobilisasi, mengistirahatkan daerah fraktur.
Operatif : dengan pemasangan Traksi, Pen, Screw, Plate, Wire ( tindakan
Asbarg)
H. Komplikasi
1. Malunion : tulang patah telahsembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.
2. Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjlan tetapi dengan
kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
3. Non union : tulang yang tidak menyambung kembali

I. Rencana Asuhan Keperawatan


Pengkajian
1. Pengkajian primer:

a. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret
akibat kelemahan reflek batuk
b. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan
yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
c. Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan
membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
2. Pengkajian sekunder
a. Aktivitas/istirahat

kehilangan fungsi pada bagian yangterkena

Keterbatasan mobilitas

b. Sirkulasi
Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)
Tachikardi
Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera
Cailary refil melambat

Pucat pada bagian yang terkena


Masa hematoma pada sisi cedera
c. Neurosensori
Kesemutan
Deformitas, krepitasi, pemendekan
kelemahan
d. Kenyamanan
nyeri tiba-tiba saat cidera
spasme/ kram otot
e. Keamanan
laserasi kulit
perdarahan
perubahan warna
pembengkakan lokal

Diagnosa keperawatan, tujuan, intervensi, rasional


No.
1

Diagnosa

Tujuan

Intervensi

Keperawatan
Nyeri akut b/d

Setelah dilakukan

Agen cidera

tindakan

fisik

keperawatan

(Nanda, 2013)

selama 1x20 menit

bagian yang sakit dengan

nyeri berkurang

tirah baring

atau hilang

1. Kaji ulang lokasi, intensitas


dan tipe nyeri
2. Pertahankan imobilisasi

3. Berikan lingkungan yang

Rasional
1. Mengetahui karakteristik
nyeri
2. Untuk mengurangi nyeri
3. Untuk menambahkan rasa
nyaman

tenang dan berikan dorongan


KH:

untuk melakukan aktivitas

Klien Mengatakan

hiburan

nyerinya berkurang
atau hilang
Skala nyeri (0-1)

4. Untuk mengurangi nyeri

4. Ganti posisi dengan bantuan


bila ditoleransi
5. Dorong menggunakan

5. Untuk mengurangi sensasi


nyeri

tehnik manajemen stress,


contoh : relasksasi, latihan
nafas dalam, imajinasi
visualisasi, sentuhan

6. Untuk mengetahui keadaan


umum klien

6. Observasi tanda-tanda vital


7. Kolaborasi : pemberian

7. Untuk mengurangi nyeri

analgetik

Kerusakan

Setelah dilakukan

1. Kaji ulang integritas luka

Integritas

tindakan

dan observasi terhadap tanda

Jaringan b/d

keperawatan

infeksi atau drainae

1. Mengetahui adanya tanda2


infeksi

Faktor

selama 1 x60 menit 2. Monitor suhu tubuh

mekanik

integritas kulit yang

(misal:koyaka

baik tetap terjaga

n/robekan)
(Nanda, 2013)

kalau suhu tubuh naik


3. Untuk mempertahankan
3. Lakukan perawatan kulit,

KH:

dengan sering pada patah

Klien mengatakan

tulang yang menonjol

badannya bugar

4. Lakukan alih posisi dengan

Luka tampak bersih

2. Mengetahui adanya infeksi

sering,

integritas kulit
4. Untuk mencegah dekubitus
5. Mencegah kerusakan
integritas kulit

5. Pertahankan seprei tempat


tidur tetap kering dan bebas
kerutan
6. Masage kulit ssekitar akhir
gips dengan alkohol

6. Meningkatkan sirkulasi
perifer dan meningkatkan
kelemasan kulit dan otot
terhadap tekanan yang
relatif konstan pada
imobilisasi.

7. Kolaborasi pemberian

7. Untuk mencegah infeksi

antibiotik.
1. Pertahankan catatan intake

1. Menjaga keseimbangan

Kekurangan

Setelah dilakukan

Volume Cairan

tindakan

Dalam Tubuh

keperawatan

b/d

selama 1 x 6 jam,

(kelembaban membran

pemasukan volume cairan

hilangannya

masalah

mukosa, nadi adekuat,

3. Mendapatkan nutrisi yang

volume cairan

kekurangan volume

tekanan darah ortostatik)

secara aktif

cairan dalam tubuh 3. Dorong keluarga untuk

(Nanda, 2013)

teratasi

dan output yang akurat


2. Monitor status hidrasi

membantu pasien makan


4. Tawarkan

KH:

minuman/makanan ringan

1. Mempertahankan

(snack, jus buah, buah segar

urine output

sesuai dengan
usia dan BB, BJ
urine normal, HT
normal
2.

Tek
anan darah, nadi,
suhu tubuh dalam
batas normal

3.

Tid
ak ada tanda
tanda dehidrasi,
Elastisitas turgor

volume cairan
2. Mengetahui kualitas

adekuat.
4. Mengoptimalkan
pemasukan volume cairan

kulit baik,
membran mukosa
lembab, tidak ada
rasa haus yang
4

Gangguan

berlebihan
Setelah dilakukan

1. Monitor vital sign

perfusi

tindakan

2. Monitor adanya daerah yg

jaringan b/d

keperawatan

hanya peka terhadap

rasa nyeri

selama 1xshift

panas/dingin/tajam/tumpul

(Nanda, 2013)

status sirkulasi baik 3. Observasi kulit

1. Mengetahui perubahan
sirkulasi
2. Mengetahui daerah yang
mengalami gangguan
3. Mengetahui adanya lesi /
laserasi

KH:

4. Batasi gerakan pada rahang

TTV dalam batas

5. Kolaborasi pemberian

normal

Defisit

Setelah dilakukan

perawatan diri

tindakan

makan b/d

keperawatan

gangguan

selama 1x30 menit

muskuloskelet

ADL klien

al

terpenuhi

(Nanda, 2013)

1. Monitor kemampuan pasien


untuk makan
2. Ciptakan lingkungan yang
nyaman

memberikan makanan
2. Menambahkan rasa nyaman
3. Agar tidak terjadi aspirasi

mungkin sebelum memberi


4. Berikan alat bantu untuk
makan, mis: sedotan,

bisa makan

sendok.

makan

1. Untuk mengetahui cara

3. Atur posisi pasien senyaman

Klien mengatakan
Klien tampak bisa

darah di rahang

analgetik

makan
KH:

4. Untuk menjaga sirkulasi

5. Berikan makanan sesuai


anjuran

4. Memudahkan klien
memakan makanan
5. Agar diet terpenuhi

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta :
EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal.
Jakarta : EGC
Nurarif Amih Huda, 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc. Jakarta: EGC
Price S. A dan Wilson, Lorraine M. C, 2006, Patofisiologi Clinical Concepts of
Desiase Process, Edisi 6, Vol 2, Alih bahasa Brahm U, EGC : jakarta.

You might also like