You are on page 1of 25

TUGAS MANEJEMEN KEPERAWATAN I

AUDIT DOKUMEN (BOR, LOS, TOI, CIDERA, INOS, KEPUASAN


PASIEN)

Disusun Oleh:
1. Desy Evarani

(121.0023)

2. Monica Handayani

(121.0065)

3. Risca Putri M

(121.0087)

4. Rizki Adista Sukma

(121.0091)

5. Vebby Rista

(121.0103)

6. Ilham Cahyo

(111.00

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES HANG TUAH SURABAYA
MEI 2015

1. Indikator Mutu Umum


A. Penghitungan Lama Hari Rawat (BOR)
BOR (bed occupancy rate) adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada
satu satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi
rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Standar
internasional BOR dianggap baik adalah 80 -90 %. Standar nasional BOR
adalah 70-80 %.
Rumus penghitungan BOR :

Keterangan :
Jumlah hari perawatan adalah jumlah total pasien dirawat dalam satu hari
kali jumlah hari dalam satu satuan waktu.
Jumlah hari persatuan waktu, jika diukur persatu bulan maka jumlahnya
28-31 hari, tergantung jumlah hari dalam bulan tersebut.
B. Penghitungan Rata-Rata Lama Dirawat (ALOS)
ALOS (average length of stay) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien.
Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat
memberikan gambaran mutu pelayanan. Secara umum ALOS ideal 6-9 hari.
Rumus penghitungan ALOS :

Keterangan :
Jumlah hari perawatan pasien keluar adalah jumlah hari perawatan pasien
keluar hidup atau mati dalam satu periode waktu.

Jumlah pasien keluar (hidup + mati) adalah jumlah pasien yang pulang
atau meninggal dalam satu periode tertentu.
C. Penghitungan Lama Tempat Tidur Tidak Terisi (TOI)
TOI (turn over interval) adalah rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati
dari saat diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini dapat memberikan
gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur
kosong 1-3 hari.
Rumus penghitungan TOI :

Keterangan :
Jumlah TT : jumlah total kapasitas tempat tidur yang dimiliki.
Hari perawatan :jumlah total hari perawatan pasien yang keluar hidup dan
mati.
Jumlah pasien keluar (hidup + mati) adalah jumlah pasien yang dimutasikan
keluar baik pulang, lari atau meninggal.
2. Indikator Mutu Khusus
A. Kejadian Infeksi Nosokomial
Angka infeksi nosokomial adalah jumlah pasien infeksi yang didapat atau
muncul selama dalam perawatan dirumah sakit.
B. Kejadian Cedera
Angka cedera adalah jumlah pasien yang mengalami luka selama dalam
perawatan yang disebabkan karena tindakan jatuh, fiksasi dan lainnya.
Indikator ini dapat menggambarkan mutu pelayanan yang diberikan pada
pasien. Idealnya tidak ada kasus pasien yang cedera
3. Kondisi Pasien
A. Kepuasan Pasien Dan Keluarga

Kepuasan pelanggan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang


merupakan hasil dari membandingkan penampilan atau outcome produk
yang dirasakan dalam hubungannya dengan harapan seseorang. Survey
kepuasan yang dilakukan diruang MPKP adalah kepuasan pasien, keluarga,
perawat dan tenaga kesehatan lain.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PERHITUNGAN BOR
A. DEFINISI
BOR (bed occupancy rate) adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada
satu satuan waktu tertentu. Standar internasional BOR dianggap baik adalah
80 -90 %. Standar nasional BOR adalah 70-80 %.
B. TUJUAN
Memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur
rumah sakit.
C. LANGKAH KERJA
1. PERSIAPAN ALAT
a. Alat Tulis
b. Buku
c. Kalkulator
2. TAHAP KERJA
a. Orientasi
1) Persiapan alat.
2) Kumpulkan semua data yang diperlukan, seperti: Jumlah total
pasien yang dirawat dalam satu hari, Jumlah tempat tidur.
b. Fase Kerja
1) Masukkan data-data yang sudah terkumpul kedalam rumus
perhitungan BOR.

Keterangan :
Jumlah hari perawatan adalah jumlah total pasien dirawat dalam satu hari
kali jumlah hari dalam satu satuan waktu.
Jumlah hari persatuan waktu, jika diukur persatu bulan maka jumlahnya
28-31 hari, tergantung jumlah hari dalam bulan tersebut.
2) Hitung dengan menggunakan kalkulator dengan teliti dan benar.
3) Catat hasil perhitungan BOR
c. Dokumentasi

Dokumentasikan kembali catatn hasil perhitungan BOR baik di


dokumen Rumah Sakit maupun di catatan pribadi.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PERHITUNGAN TOI
A. DEFINISI
TOI (turn over interval) adalah rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati dari
saat diisi ke saat terisi berikutnya. Idealnya tempat tidur kosong 1-3 hari.
B. TUJUAN
Memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur.
C. LANGKAH KERJA
1. PERSIAPAN ALAT
a. Alat Tulis
b. Buku
c. Kalkulator
2. TAHAP KERJA
a. Orientasi
1) Persiapan alat.
2) Kumpulkan semua data yang diperlukan, seperti: Jumlah total
tempat tidur yang dimiliki, Jumlah total hari perawatan yang keluar
hidup dan mati, Jumlah pasien yang keluar (hidup dan mati).
b. Fase Kerja
1) Masukkan data-data yang sudah terkumpul kedalam rumus
perhitungan TIO.

Keterangan :
Jumlah TT : jumlah total kapasitas tempat tidur yang dimiliki.
Hari perawatan :jumlah total hari perawatan pasien yang keluar hidup dan
mati.
Jumlah pasien keluar (hidup + mati) adalah jumlah pasien yang dimutasikan
keluar baik pulang, lari atau meninggal.
2) Hitung dengan menggunakan kalkulator dengan teliti dan benar.
3) Catat hasil perhitungan ALOS.
c. Dokumentasi

Dokumentasikan kembali catatn hasil perhitungan ALOS baik di


dokumen Rumah Sakit maupun di catatan pribadi.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PERHITUNGAN ALOS
A. DEFINISI
ALOS (average length of stay) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien.
Secara umum ALOS ideal 6-9 hari. Rumus penghitungan ALOS.
B. TUJUAN
1. Memberikan gambaran tingkat efisiensi.
2. Memberikan gambaran mutu pelayanan.
C. LANGKAH KERJA
1. PERSIAPAN ALAT
a. Alat Tulis
b. Buku
c. Kalkulator
2. TAHAP KERJA
a. Orientasi
1) Persiapan alat.
2) Kumpulkan semua data yang diperlukan, seperti: Jumlah hari
perawatan pasien keluar hidup atau mati, Jumlah pasien keluar
(hidup dan mati).
b. Fase Kerja
1) Masukkan data-data yang sudah terkumpul kedalam rumus
perhitungan ALOS.

Keterangan :
Jumlah hari perawatan pasien keluar adalah jumlah hari perawatan pasien
keluar hidup atau mati dalam satu periode waktu.
Jumlah pasien keluar (hidup + mati) adalah jumlah pasien yang pulang
atau meninggal dalam satu periode tertentu.
2) Hitung dengan menggunakan kalkulator dengan teliti dan benar.
3) Catat hasil perhitungan ALOS.

c. Dokumentasi
Dokumentasikan kembali catatn hasil perhitungan ALOS baik di
dokumen Rumah Sakit maupun di catatan pribadi.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PERSONAL HYGIENE (CUCI TANGAN)
(Menguragi Angka Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit)
1) DEFINISI
Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanisme melepaskan kotoran
dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air.
2) TUJUAN
1. Supaya tangan bersih.
2. Membebaskan tangan dari kuman dan mikroorganisme.
3. Menghindari masuknya kuman kedalam tubuh.
4. Mengurangi angka kejadian infek nosokomial.
3) INDIKASI
1. Sebelum dan sesudah makan.
2. Sebelum dan sesudah kontak denga pasien.
3. Sebelum dan sesudah meracik obat.
4) LANGKAH KERJA
1. PERSIAPAN ALAT
a. Bak cuci dan air mengalir.
b. Sabun atau antiseptic.
c. Handuk atau pengering.
2. TAHAP KERJA
a. Orientasi
1) Persiapkan alat.
2) Lepaskan semua aksesoris yang ada ditangan baik jam tangan dan
cincin.
3) Gulung lengan baju keatas.
4) Nyalakan kran air.
b. Fase Kerja
1) Basahi tangan sampai sepertiga lengan dibawah air mengalir.
2) Ambil sabun cair kira-kira 5 ml,ratakan pada tangan yang telah
dibasahi
3) Gosok bagian telapak tangan dengan telapak tangan satunya lalu
masukan jari-jari tangan kanan ke sela-sela jari-jari tangan kiri.
4) Pindahkan telapak tangan kanan ke punggung tangan kiri gosokan,
tanpa saling melepaskan lalu masukan jari-jari tangan kanan ke
sela-sela tangan kiri. Lakukan pada tangan yang sama.
5) Lakukan penggosokan kuku-kuku

6) Bersihkan jempol tangan kanan dengan menggegamnya dengan


tangan kiri lalu diputar-putar, lakukan pada tangan yang satunya.
7) Bersihkan dengan air mengalir lalu keringkan.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PEMBERIAN OBAT INTRAVENA
(Mengurangi Angka Kejadian Cidera di Rumah Sakit)
A. DEFINISI
Cara Pemberian obat melalui vena secara langsung, diantaranya vena
mediana cubiti atau cephalika (lengan), vena saphenosus (tungkai), vena
jugularis (leher), vena frontalis atau temporalis (kepala).
B. TUJUAN
1. Memberikan reaksi cepat dan langsung masuk ke pembuluh darah..
2. Menghindari kerusakan jaringan.
3. Memasukkan obat dalam volume yang lebih besar
C. INDIKASI
1. Pasien yang membutuhkan obat dengan segera.
2. Kesadaran menurun dan beresiko terjadi aspirasi ( tersedak-obat masuk ke
pernapasan ), sehingga pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan.
3. Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan
melalui

injeksi

bolus(suntikan

langsung

pembuluh

Peningkatan cepat konsentrasi obat dalam darah tercapai.


D. KONTRAINDIKASI
1. Pasien yang mempunyai riwayat alergi obat.
E. LANGKAH KERJA
1. Persiapan Alat
a. Buku catatn pemberian obat
b. Kapas alcohol
c. Sarung tangan sekali pakai
d. Obat yang sesuai
e. Spuit 2-5 ml dengan ukuran 21-25, panjang jarum 1,2 inci

balik/vena).

f. Bak spuit
g. Baki obat
h. Plester
i. Torniket.
j. Bengkok
2. Langkah Kerja
a. Orientasi
1) Jelaskan kepada klien tengan maksud dan tujuan tindakan yang
akan dilakukan.
2) Menyiapkan lingkungan.
b. Fase Kerja
1) Cuci tangan
2) Bebaskan daerah yang disuntik dengan cara membebaskan daerah
yang dilakukan penyuntikan dari pakaian dan apabila tertutup buka
atau ke ataskan.
3) Ambil obat dalam tempatnya dengan spuit sesuai dengan dosis
yang akan diberikan. Apabila obat dalam bentuk sediaan bubuk,
maka larutkan dengan pelarut (aquades steril).
4) Pasang perlak atau pengalas di bawah vena yang akan dilakukan
penyuntikan (bila diperlukan).
5) Kemudian tempatkan obat yang telah diambil pada bak injeksi.
6) Desinfeksi tempat penusukan dengan kapas alkohol.
7) Ambil spuit yang berisi obat.
8) Lakukan pemasukan dengan lubang menghadap ke atas dengan
memasukkan ke pembuluh darah ataupun selang infuse.
9) Lakukan aspirasi bila sudah ada darah (untuk tempat penusukan di
pembuluh darah langsung) dan lepaskan karet pembendung dan
langsung semprotkan obat hingga habis. Sedangkan jika tempat
penusukan adalah selang infuse, maka masukkan jarum suntik dan
klem selang infus sebelum dan sesaat memasukkan obat, setelah
obat habis buka kembali klem infuse.

10) Setelah selesai ambil spuit dengan menarik dan lakukan penekanan
pada daerah penusukkan dengan kapas alkohol, dan spuit yang
telah digunakan letakkan ke dalam bengkok.
11) Membuang disposable spuit ke bengkok.
12) Menghitung tetesan infuse sesuai dengan ketentuan program
pemberian cairan.
13) Membereskan pasien.
14) Membereskan alat-alat.
15) Melepas sarung tangan.
16) Mencuci tangan.
c. Terminasi
1)

Mengevaluasi respon klien.

2)

Menyimpulkan hasil kegiatan.

3)

Memberi pesan (menjaga posisi dan kelancaran).

4) Melakukan kontrak selanjutnya (waktu, tempat, topik/kegiatan).


d. Dokumentasi
1) Nama pasien
2) Jenis obat
3) Jumlah dosis
4) Rute pemberian obat
5) Respon pasien
6) Hari/tanggal/jam pemasangan
7) Tanda tangan perawat

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PENILAIAN KEPUASAN PASIEN
A. DEFINISI
Kepuasan pelanggan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang
merupakan hasil dari membandingkan penampilan atau outcome produk yang
dirasakan dalam hubungannya dengan harapan seseorang.
B. TUJUAN
1. Mengetahui tingkat kepuasan pasien.
2. Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
C. LANGKAH KERJA
1. PERSIAPAN ALAT
a. Format pengkajian tingkat kepuasan klien.
b. Alat Tulis
c. Kotak Saran
2. TAHAP KERJA
a. Orientasi
1) Bina hubungan saling percaya ke pasien ataupun keluarga pasien.
2) Menjelaskan tujuan dan maksud kegiatan yang akan dilakukan.
3) Menyiapkan lingkungan yang kondusif.
b. Fase Kerja
1) Memberikan pasien format pengkajian dan menyuruh pasien
untuk mengisinya.
2) Meninggalkan pasien dan kembali lagi setelah 10 menit.
3) Mendatangi pasien dan mempersilahkan untuk memasukkannya
di kotak saran.

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN


FRAKTUR FEMUR
DEFINISI

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan


tulang yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa

KLASIFIKASI

(Mansjoer et al, 2006).


1. Fraktur Tertutup (Close Fracture)
Bila tidak terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar.
2. Fraktur Terbuka (Open Fracture)
Bila terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar karena adanya luka di kulit.
a. Derajat I
Luka kurang dari 1 cm. Kerusakan jaringan
lunak sedikit tidak ada tanda luka remuk.
Fraktur sederhana, transversal oblique atau
kumulatif ringan. Kontaminasi ringan.
b. Derajat II
Laserasi lebih dari 1 cm. Kerusakan
jaringan lunak, tidak luas, avulse. Fraktur
komuniti sedang.
c. Derajat III
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luar
meliputi

struktur

kulit,

otot

dan

neurovaskuler serta kontaminasi derajat


tinggi.
3. Fraktur Komplit
Patah pada seluruh garis tengah tulang dan
biasanya mengalami pergeseran (bergeser dari
posisi normal).
4. Fraktur Inkomplit
Patah hanya terjadi pada sebagian dari garis
PENYEBAB

tengah tulang.
1. Cidera Traumatik
a. Cidera langsung

(pukulan

langsung

terhadap tulang sehingga tulang patah


secara spontan).

b. Cidera tidak langsung (pukulan langsung


berada jauh dari lokasi benturan, misalnya
jatuh

dengan

tangan

berjulur

dan

menyebabkan fraktur clavikula).


c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras
yang mendadak dari otot yang kuat.
2. Fraktur Patologi
a. Tumor tulang (jinak atau ganas)
pertumbuhan jaringan baru yang tidak
terkendali dan progesif.
b. Infeksi (osteomeilitis) dapat terjadi sebagai
akibat infeksi akut atau dapat timbul
sebagai salah satu proses yang progesif,
lambat dan nyeri.
c. Rhakitis (suatu penyakit tulang yang
disebabkan oleh defisiensi vitamin D yang
mempengaruhi semua jaringan skelet lain,
biasanya disebabkan oleh defisiensi diet,
tetapi kadang-kadang dapat disebabkan
karena kegagalan absorpsi vitamin D dan
asupan kalsium atau fosfat yang rendah.
3. Fraktur Spontan
Stres tulang yang terus menerus misalnya pada
penyakit polio dan orang yang bertugas di
TANDA DAN GEJALA

kemiliteran.
1. Deformitas.
2. Bengkak.
3. Echumosis dari perdarahan sub culanious.
4. Spasme otot, spasme involunter dekat fraktur.
5. Tenderness/keempukan.
6. Nyeri.
7. Kehilangan sensasi.
8. Pergerakan abnormal.
9. Syok hipovolemik.
10. Krepitasi.

PEMERIKSAAN
PENUNJANG

1. Foto Rongent
2. Skor tulang tomography.
3. Artelogram.

PERENCANAAN
TINDAKAN

4. Hitung darah lengkap (Hct).


Hambatan Mobilitas Fisik
1. Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan
kebutuhan akan keperawatan.
2. Temtukan tingkat motivasi

pasien dalam

melakukan aktivitas.
3. Batasi pergerakan klien.
4. Ajarkan

dan

pantau

pasien

dalam

hal

penggunaan alat bantu.


5. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM
aktif dan pasif.
6. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik dan okupasi.
Resiko Infeksi
1. Pantau TTV.
2. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
3. Lakukan perawatan terhadap prosedur invasif
seperti infus, kateter, drainase luka, dll.
4. Kolaborasi untuk pemeriksaan darah (Hb dan
Leukosit).
5. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.

STANDART ASUHAN KEPERAWATAN


TBC
DEFINISI

Tuberkulosis adalah penyakit menukar langsung yang


disebabkan oleh kuman TB (miobacterium tuberkuklosis)
sebagaian besar uman TB menyerang paru, tetapi

KLASIFIKASI

mengenai organ tubuh lainnya. (Depkes RI, 2007)


Menurut Depkes 2006 klasifikasi TB dan tipe pasien
digolongkan :
1.
2.

PENYEBAB

Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena :


a. Tuberkulosis paru
b. Tuberkulosis ekstra paru
Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak

mikroskopis, yaitu pada TB paru :


a. Tuberkulosis paru BTA positif
b. Tuberkulosis paru BTA negatif
3. Klasifkasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit.
4. Tipe pasien.
Penyebab dari tubekrulosis adalah kuman atau bakteri
yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop, yaitu
mikobacterium tuberkulosis. Mikrobacteri adalah bakteri

TANDA DAN
GEJALA

aerob, berbentuk batu yang membentuk spora.


Gejala tuberkulosis di bagi menjadi 2 yaitu :
1.

2.

PEMERIKAAN
PENUNJANG

1.
2.

3.

Gejala respiratorik
a. Batuk lebih dari 3 minggu
b. Batuk darah
c. Nyeri dada
Gejala sistemik
a. Demam
b. Gejala sistemik lain : Malaise, keringet malam,
anoreksia dan berat badan menurun
Pemeriksaan laboratorium
Radiologi
a. Foto thorax
b. Bronkhografi
c. Gambaran radiologi
Pemeriksaan Fungsi Paru
Penurunan kualitas vital, peningkatan ruang mati,
peningkatan rasio udara residu : kapasitas paru total
dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap

infiltrasi parenkim atau fibrosis, kehilangan jaringan


PERENCANAAN
TINDAKAN

paru dan penyakit pleural.


1. Defisit pengetahuan
a. Kaji tingkat kemampuan pasien
b. Beri penyuluhan kepada pasien dan keluarga
tentang penyakit TBC
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif
a. Kaji ungsi pernafasan.
b. Berikan posisi pasien semi fowler atau fowler
tinggi bantu pasien untuk betuk efektif dan
latihan nafas dalam.
c. Pertahankan masukan cairan sedikitnya
2500ml/hari, kecuali kontra indikasi.
d. Kolaborasi untuk pemberian obat sesuai indikasi.

FORMAT PENILAIAN KEPUASAN PASIEN


Instrumen Kepuasan Pasien
1. Tanggal
:
2. Poliklinik
:
3. Ruang Keperawatan :
Petunjuk: Beri tanda pada kotak yang anda pilih semua pertanyaan.
1. Perawat memperkenalkan diri kepada anda.
Ya
Kadang-Kadang
Tidak
2. Dalam melayani pasien perawata bersikap sopan dan ramah.
Ya
Kadang-Kadang
Tidak
3. Perawat menjelaskan peraturan atau tata tertib rumah sakit pertama

4.

kali anda masuk rumah sakit.


Ya
Kadang-Kadang
Tidak
Perawat menjelaskan fasilitas yang tersedia di rumah sakit pada pasien

5.

baru.
Ya
Kadang-Kadang
Tidak
Perawat menjelaskan dimana tempat-tempat yang penting untuk

6.
7.

kelancaran perawatan (Kamar mandi, Ruang perawat, Tata usaha, dll).


Ya
Kadang-Kadang
Tidak
Perawat menjelaskan tujuan perawatan pada pasien.
Ya
Kadang-Kadang
Tidak
Ada perawat atau kepala ruangan yang menunjukkan kepada pasien

tentang perawat yang bertanggung jawab kepada pasien.


Ya
Kadang-Kadang
Tidak
8. Perawat memperhatikan keluhan pasien.
Ya
Kadang-Kadang
Tidak
9. Perawat menanggapi keluhan pasien.
Ya
Kadang-Kadang
Tidak
10. Perawat memberikan keterangan tentang masalah yang dihadapi pasien.
Ya
Kadang-Kadang
Tidak
11. Perawat memberikan menjelaskan sebelum melakukan tindakan
keperawatan.
Ya
Kadang-Kadang
Tidak
12. Perawat meminta persetujuan kepada pasien atau keluarga sebelum
melakukan tindakan.
Ya
Kadang-Kadang
Tidak
13. Perawat menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan dan
sebelum melakukan tindakan.
Ya
Kadang-Kadang
Tidak
14. Perawat menjelaskan resiko bahaya suatu tindakan pada pasien sebelum
melakukan tindakan.
Ya
Kadang-Kadang

Tidak

15. Perawat memberikan keterangan atau penjelasan dengan lengkap dan


jelas.
Ya
Kadang-Kadang
Tidak
16. Perawat selalu memantau atau mengobservasi keadaan pasien secara
rutin.
Ya
Kadang-Kadang
Tidak
17. Perawat selalu menjga kebersihan rumah sakit.
Ya
Kadang-Kadang
Tidak
18. Perawat dalam melakukan tindakan keperawatan selalu berhati-hati.
Ya
Kadang-Kadang
Tidak
19. Setelah melakukan tindakan keperawatan, perawat selalu menilai

20.
21.
22.

23.

kembali keadaan anda.


Ya
Kadang-Kadang
Tidak
Perawat memberi informasi tentang dokter yang merawat.
Ya
Kadang-Kadang
Tidak
Perawat memberi informasi tentang perawat yang merawat.
Ya
Kadang-Kadang
Tidak
Secara keseluruhan bagaimana pelayanan kami.
Jauh lebih baik dari harapan saya
Lebih baik dari harapan saya
Sesuai harapan saya.
Lebih jelek dari harapan saya.
Apakah karyawan secara khusus membuat anda puas? Bila iya sebutkan
namanya!
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................

.............................................................................................................................
24. Apakah ada karyawan membuat kecewa? jika ada sebutkan namanya!
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
25. Saran anda untuk perbaikan layanan rumah sakit ini ?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................

.............................................................................................................................
.............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, AAA. (2008). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Buku 2. Jakarta:
Salemba Medika
Joyce, K & Everlyn, R.H. (2008). Farmakologi Pendekatan Proses
Keperawatan. Jakarta: EGC.
Priharjo, Robert. 2005. Teknik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat. Jakarta:
EGC.
Brooker, Christine. 2008. Kamus Saku Keperawatan. Jakarta: EGC.
Brunner and Suddart. 2005. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 3. Jakarta:
EGC.
Wilkimson, Juddith M. 2006. Buku saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 7.
Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8.
Jakarta: EGC.
Departemen

Kesehatan

Republik

Indonesia.

2006. Pedoman

Nasional

Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Depkes RI


Santosa, Budi. 2007 Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2006-2006.
Jakarta: Prima Medika.

You might also like