You are on page 1of 10

Kampanye Program Pemberian Asi Eksklusif ...

ISSN 2356 - 4385

Kampanye Program Pemberian Asi Eksklusif: Studi


Deskriptif Implementasi Program Peningkatan
Pemberian ASI Eksklusif di Kota Administrasi
Jakarta Utara
Sisca Ekawati1), Davis Roganda Parlindungan2), Ken Morita3)
Ilmu Komunikasi, Institut Teknologi dan Bisnis Kalbis, Jakarta
Jalan Pulomas Selatan Kav 22 Jakarta Timur 13210
1)
Email: siscaekawati49@gmail.com
2)
Email: davis@kalbis.ac.id
3)
Email: moritaken@yahoo.com
Abstract: In order to realize the vision and mission of the MDGs 2015, health North Jakarta Health
Department have flagship programs namely Exclusive Breast Feeding Enhancement Program, which
needed a good implementation to achieve them. This research aims to find out how the pattern of the
implementation of Exclusive Breast Feeding Enhancement Program improvement in North Jakarta
with using qualitative description of the research methods and data collection through depth interview,
observation and documentation. The results of this research are based on perception researchers
about the Exclusive Breast Feeding Enhancement Program which is run by the North Jakarta Health
Department is Ideological or Cause-Oriented Campaigns, campaign-oriented goals that are specific
and dimensional change of social and North Jakarta Health Department have implemented Exclusive
Breast Feeding Enhancement Program is quite good, its just less specific and too dependent upon the
regulations given by the Health Department.
Keywords: campaign, exclusive breast feeding, campaign program, implementation
Abstrak: Dalam rangka mewujudkan visi dan misi MDGs 2015, Dinas Kesehatan Kota Administrasi
Jakarta Utara memiliki program unggulanya itu kampanye Peningkatan Pemberian ASI Eksklusif,
dimana diperlukan pengimplementasian yang baik untuk merealisasikannya. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana implementasi kampanye program Peningkatan Pemberian ASI Eksklusif
di Kota Administrasi Jakarta Utara dengan menggunakan metode penelitian deskripsi kualitatif serta
pengumpulan data melalui depth interview, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian ini berdasarkan
persepsi peneliti mengenai kampanye Peningkatan Pemberian ASI Eksklusif yang dijalankan oleh
Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara adalah Ideological or Cause- Oriented Campaigns
yaitu kampanye yang berorientasi pada tujuan yang bersifat khusus dan berdimensi perubahan sosial
dan Dinkes Kota Administrasi Jakarta utara sudah mengimplementasikan kampanye program PP
ASI Eksklusif tersebut dengan cukup baik, hanya saja kurang spesifik dan terlalu bergantung kepada
peraturan yang diberikan oleh Dinas Kesehatan.
Kata kunci: kampanye, ASI eksklusif, implementasi, kampanye program, implementasi

I. PENDAHULUAN
Masalah kesehatan saat ini memang sudah menjadi
wacana wajib bagi seluruh negara di dunia.
Masyarakat dunia di era sekarang ini tidak hanya
memandang tingkat ekonomi sebagai patokan
kesejahteraan suatu negara tetapi mulai melirik dan
mengkritisi tingkat kesehatan di negara tersebut.
Salah satu indikator penting dalam menentukan

tingkat kesehatan masyarakat di suatu negara adalah


banyaknya jumlah AKB (Angka Kematian Bayi)
di negara tersebut, terutama di negara berkembang,
seperti Indonesia, jumlah AKB masih tergolong
tinggi, jika dibandingkan dengan negara lain di
kawasan ASEAN.
Bayi yang tidak mendapat ASI atau mendapat
ASI tidak eksklusif memiliki resiko kematian karena
diare 3,94 kali lebih besar dibandingkan bayi yang

Kalbisocio,Volume 2 No.1 Februari 2015

mendapat ASI eksklusif. Begitu pula penelitian di


Amerika Latin menyatakan bahwa 13,9% dari semua
penyebab kematian bayi dapat dicegah dengan
ASI eksklusif untuk 3 bulan pertama kehidupan.
Angka kematian bayi di Indonesia masih relatif
tinggi dibandingkan dengan negara-negara ASEAN
lainnya, maka dari itu dicanangkan program ASI
eksklusif yang berdampak sangat signifikan dalam
menurunkan kematian anak. Banyak tindakan
yang relatif murah dan mudah diterapkan untuk
meningkatkan kesehatan dan kelangsungan hidup
bayi baru lahir. Salah satunya adalah pemberian Air
Susu Ibu (ASI) segera setelah lahir atau biasa disebut
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) serta pemberian ASI
Eksklusif. Hal ini didukung oleh pernyataan United
Nations Childrens Fund (UNICEF), menyatakan
bahwa sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia
dan 10 juta kematian anak balita di dunia pada tiap
tahunnya, bisa dicegah melalui pemberian ASI secara
eksklusif selama enam bulan pertama sejak tanggal
kelahirannya, tanpa harus memberikan makanan serta
minuman tambahan kepada bayi. Angka Kematian
Bayi Masih Tinggi, 11 Maret 2013).
Selain faktor ibu serta kampanye ASI Eksklusif,
dukungan politis pemerintah baik pusat maupun
daerah sangatlah penting dalam keberhasilan program
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif
tersebut. Selama ini dukungan yang diberikan
baik dari WHO maupun dari pemerintah pusat dan
pemerintah daerah terhadap peningkatan pemberian
ASI Eksklusif sebenarnya telah memadai. Hal ini
terbukti dengan adanya rekomendasi dari WHO dan
UNICEF yang dikutip dari situs web ibuhamil.com
(http://ibuhamil.com/diskusi-umum/8264-angkakematian-bayi-masih-tinggi.html, 11 Maret 2013),
bahwa peningkatan cakupan ASI Eksklusif melalui
(1) Inisiasi Menyusu Dini pada satu jam setelah
kelahiran, (2) memberikan colostrum secara eksklusif
kepada bayi dan menghindari makanan/minuman
lainnya sebelum pemberian ASI dan makanan lain
pada masa awal kehidupan bayi, (3) ASI Eksklusif
selama 6 bulan pertama kehidupan bayi, dan terakhir
(4) memberikan nutrisi makanan tambahan yang
hygienis setelah umur 6 bulan
Sedangkan dukungan politis dari pemerintah
antara lain, telah dicanangkannya GNPP-ASI (Gerakan
Nasional Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu)
pada tahun 1990, Ditetapkannya Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No.450/MENKES/
IV/2004 tentang Pemberian ASI secara eksklusif
pada bayi Indonesia, yang memuat 10 (sepuluh)
langkah menuju keberhasilan menyusui diantaranya

berisi tentang: semua institusi pelayanan kesehatan


mempunyai kebijakan tertulis mengenai pemberian
ASI yang secara berkala dikomunikasikan kepada
semua petugas kesehatan, melatih semua petugas
kesehatan dengan keterampilan yang diperlukan untuk
menerapkan kebijakan tersebut, memberi informasi
mengenai manfaat ASI dan menyusui kepada semua
ibu hamil (bumil), membantu ibu menyusui (busui)
sedini mungkin dalam waktu setelah lahir sampai
satu jam, memberikan ASI kepada bayi tanpa
dijadwal dan tidak memberikan dot serta beberapa
langkah lainnya. Selain itu ada juga PP RI (Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia) nomor 33 tahun
2012 tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu
(PP ASI) Eksklusif yang ditujukan untuk melindungi
hak dan kewajiban seorang ibu untuk memberikan
ASI Ekslusif pada bayinya (Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang
Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif).
Untuk mewujudkan keberhasilan kegiatan
tersebut tentunya diperlukan kerjasama yang baik dari
masyarakat serta lembaga pemerintah yang berkaitan
dengan kampanye program Peningkatan Pemberian
ASI Eksklusif, berdasarkan hal tersebut maka peneliti
tertarik untuk mengetahui bagaimana implementasi
kampanye Program ASI Eksklusif di Kota Administrasi
Jakarta Utara. Peneliti secara sadar memilih Kota
Administrasi Jakarta Utara sebagai objek penelitian
karena peneliti membaca artikel mengenai kasus gizi
buruk di Jakarta Utara, yaitu menurut Dinkes DKI
Jakarta, dari awal tahun 2012 hingga akhir September
2012 terdapat 29 anak di Kota Administrasi Jakarta
Utara yang menderita gizi buruk (http://m.sindonews.
com/read/2012/12/19/31/698996/puluhan-balita-dijakarta-terserang-gizi-buruk.html, 11 Maret 2013).
Berdasarkan latar belakang di atas maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana implementasi kampanye program
Peningkatan Pemberian ASI Eksklusif yang
dilakukan Pemerintah DKI Jakarta di wilayah Kota
Administrasi Jakarta Utara? Adapun tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi
kampanye program Peningkatan Pemberian ASI
Eksklusif yang dilakukan Pemerintah DKI Jakarta di
wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara.

II. METODE PENELITIAN


A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif, metode studi kasus dan tipe penelitian

Kampanye Program Pemberian Asi Eksklusif ...

deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang


bersifat deskriptif, yaitu menjelaskan permasalahan
dan cenderung menggunakan analisis dengan
pendekatan induktif. Data ini berhubungan dengan
kategorisasi, karakteristik berwujud pertanyaan atau
berupa kata-kata. Data ini didapat dari wawancara
dan bersifat subjektif sebab data tersebut ditafsirkan
lain oleh orang yang berbeda (Kriyantono, 2012: 56).
Penentuan subjek penelitian ditentukan dengan
menggunakan teknik purposif , dimana teknik
purposif mencakup orang-orang yang diseleksi atas
dasar kriteria tertentu yang dibuat periset berdasarkan
tujan riset (Kriyantono, 2012:158). Dalam penelitian
ini narasumber yang dipilih adalah orang-orang yang
peneliti anggap berkaitan dengan masalah penelitian
yaitu Ibu Yuria Ipani Penona Kala (Onah) selaku
Koordinator Gizi dan PPSM Jakarta Utara Bidan
Larasati dan Bidan Hilda Martina, selaku Bidan
KIA dan motivator ASI di Puskesmas Kecamatan
Koja, Ibu Irene Yulia Widiati, SKM, selaku
Kapuskes Kelurahan Tugu Selatan dan terakhir Ibu
Maunah selaku Ketua Posyandu Fajar Menyingsing.
Sedangkan untuk objek atau lokasi penelitiannya
yaitu di Kota Administrasi Jakarta Utara, dan peneliti
membatasi cakupan wilayah penelitian di wilayah
kerja Puskesmas Koja dengan alur implementasi
kampanye PP ASI Eksklusif dari Dinkes Kota
Administrasi Jakarta Utara, Puskesmas Kecamatan
Koja, Puskesmas Kelurahan Tugu Selatan, Posyandu
Fajar Menyingsing.
Pengumpulan data yang digunakan peneliti
dalam meneliti implementasi kampanye program
PP ASI Eksklusif di Kota Administrasi Jakarta
Utara adalah wawancara mendalam, observasi dan
dokumentasi.

B. Teknik Analisis Data


Analisis data penelitian kualitatif dilakukan
dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya
ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke
dalam pola, memilih mana yang penting dan mana
yang akan dikaji dimulai sejak sebelum peneliti
memasuki lapangan, dilanjutkan pada saat peneliti
berada di lapangan secara interaktif dan berlangsung
terus menerus sampai tuntas sehingga datanya jenuh.
Kejenuhan data ditandai dengan tidak diperolehnya
lagi data atau informasi baru. Analisis data yang
akan digunakan peneliti yaitu analisis data kualitatif
menurut Miles dan Huberman yang terdiri dari tiga
tahap, yaitu tahap reduksi data, tahap penyajian data,
tahap penarikan kesimpulan dan verifikasi data.

C. Uji Validitas Data


Uji validitas pada penelitian ini menggunakan
teknik analisis triangulasi dengan metode triangulasi
sumber. analisis triangulasi, yaitu menganalisis
jawaban subjek dengan meneliti kebenarannya
dengan sumber data empiris atau sumber data lain
yang tersedia, sedangkan triangulasi sumber yaitu
membandingkan atau mengecek ulang derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari
sumber yang berbeda (Kriyantono, 2012: 72).

III. PEMBAHASAN
A. Bentuk Kampanye Yang Dilakukan oleh
Kota Administrasi Jakarta Utara
Pekan ASI Sedunia yang diselenggarakan di
kantor Walikota Jakarta Utara, lantai 8 pada tanggal 2
September-6 September 2013.
1. Kerjasama dengan Mall Kelapa Gading, Mall
Artha Gading dan PT Mandom yang berlokasi
di Jakarta Utara dalam penyediaan Ruangan
Menyusui. Ruangan Menyusui ini biasa juga
disebut pojok menyusui, yaitu suatu ruangan
yang diperuntukkan bagi ibu untuk menyusui
anaknya agar privasi lebih terjaga.
2. Kelas Ibu Hamil yaitu suatu program
yang dicanangkan khusus bagi ibu hamil
dan dijalankan oleh Puskesmas tingkat
Kelurahan dengan pengawasan langsung
oleh Puskesmas tingkat Kecamatan. Kegiatan
yang diperuntukkan bagi ibu hamil ini dibuat
sama persis menyerupai kelas belajar seperti
di sekolah, namun tanpa seragam dan dengan
suasana yang lebih menyenangkan. Di kelas ibu
hamil ini akan diajarkan bagaimana menjalani
kehamilan yang menyenangkan, lalu bagaimana
pentingnya ASI Eksklusif bagi bayi dan ibu
serta berbagi pengetahuan mengenai PP ASI
Eksklusif lainnya.
3. Kelompok Pendukung Ibu pada intinya sama
seperti halnnya dengan program kelas ibu hamil,
hanya saja para anggotanya mulai dari wanita
yang sudah menikah, ibu menyusui hingga ibuibu PKK dan Posyandu.
4. Promosi Kesehatan Ibu Hamil yaitu program
yang dijalankan oleh Puskesmas tingkat
Kelurahan dengan pengawasan langsung oleh
Puskesmas tingkat Kecamatan. Program ini
bertujuan mewujudkan sasaran Dinkes dalam

Kalbisocio,Volume 2 No.1 Februari 2015

mencapai tujuan ibu yang menjalani kehamilan


dengan menyenangkan, akan berpengaruh juga
dengan janin yang dikandungnya sehingga
mampu meningkatkan harapan hidup bayi serta
mampu melahirkan bayi lebih sehat dan aktif.
5. Sosialisasi PP ASI Eksklusif yaitu berupa
sosialisasi yang dijalankan oleh Dinas
Kesehatan, Puskesmas tingkat Kecamatan
hingga
Puskesmas
tingkat
Kelurahan
yang bertujuan untuk mensosialisasikaan
materi-materi mengenai kehamilan yang
menyenangkan, pentingnya ASI Eksklusif,
cara memerah ASI, cara menyimpan ASI, dan
materi-materi yang berkenaan dengan PP ASI
Eksklusif lainnya.
6. Pelatihan Motivator ASI yaitu program yang
dijalankan oleh Puskesmas tingkat Kecamatan
dan Puskesmas tingkat Kelurahan dengan
pengawasan langsung oleh Sudinkes bagian
Gizi dan PPSM untuk melatih Ibu agar
mampu memotivasi ibu-ibu lainnya agar mau
secara sukarela menjalankan ASI Eksklusif.
Setelah mendapat pelatihan dan dinilai cukup
berkompeten, motivator ASI ini nantinya akan
duduk di meja lima Posyandu untuk memberikan
penyuluhan serta berbagi pengetahuan
tentang PP ASI Eksklusif di cakupan wilayah
Posyandunya masing-masing di tingkat RW.
B. Jenis Kampanye
Untuk jenis kampanye, kampanye PP ASI
Eksklusif yang dilakukan oleh Kota Administrasi
Jakarta Utara berdasarkan fakta dan data yang
berhasil peneliti adalah kampanyeyang bertujuan
untuk mengubah perilaku masyarakat dari tidak
tahu dan tidak memberikan ASI Eksklusif menjadi
mengerti serta sadar dan memberikan ASI Eksklusif
kepada bayinya.
Berdasarkan teori dari Ruslan (2008: 26)
Ideological or Cause- Oriented Campaigns yaitu
kampanye yang berorientasi pada tujuan yang bersifat
khusus dan berdimensi perubahan sosial. Hal tersebut
peneliti simpulkan berdasarkan hasil wawancara dari
semua informan IV.
C. Bauran komunikasi PR Campaign
Untuk bauran komunikasi dalam kampanye PP
ASI Eksklusif di Kota Administrasi Jakarta Utara
yang digunakan yaitu model Harold D. Lasswell
seperti yang dikutip Ruslan (2008: 28-36) yang
berbunyi, who says what in which channel to whom
with what effect.

Jika dijabarkan pengimplementasian model


Lasswell tersebut ke dalam kampanye PP ASI
Eksklusif di Kota Administrasi Jakarta Utara,
berdasarkan hasil data dan fakta yang telah didapat
peneliti selama hasil penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Komunikator dalam kampanye PP ASI
Eksklusif di Kota Administrasi Jakarta Utara
yaitu para bidan serta tenaga kesehatan lainnya
baik para profesional maupun yang terlatih yang
bertindak sebagai motivator maupun penyuluh
dalam setiap kampanye yang dilakukan.
2. Pesan ini dapat berupa materi dalam setiap
penyuluhan dan sosialisasi PP ASI Eksklusif
yang dilakukan di Kota Administrasi Jakarta
Utara hingga yang dijalankan oleh Puskesmas
dan Posyandu.
3. Media yang digunakan yaitu poster, brosur,
leaflet, serta iklan layanan masyarakat baik di
media cetak maupun media elektronik yang
berisikan tentang pentingnya PP ASI Eksklusif
bagi ibu dan bayi.
4. Komunikan maupun publik sasaran yang ingin
dituju oleh Dinkes Jakarta Utara yaitu ibu hamil,
ibu menyusui, bapak/suami, pasangan muda
usia subur yang potensial serta masyarakat yang
tinggal di wilayah Kota Administrasi Jakarta
Utara.
5. Efek atau dampak yang diharapkan pastinya
perubahan dari masyarakat yang awalnya tidak
tahu mengenai pentingnya PP ASI Eksklusif
menjadi tahu dan turut serta aktif dalam
membantu menjalankan program PP ASI
Eksklusif.
D. Proses Transfer pada PR Campaign
Seandainya setelah melakukan berbagai upaya
dalam public relations campaign programme, baik
melalui publikasi maupun promosi tersebut ternyata
opini publik dalam posisi yang tidak menguntungkan
perusahaan atau produk yang bersangkutan, artinya
akan memperoleh tanggapan atau citra negatif, maka
untuk menciptakan citra positif atas lembaga atau
organisasi yang diwakilinya melalui prosedur teknik
public relations, menurut Scott M. Cutlip dan Allen
H. Center seperti dikutip Ruslan (2008: 43-45),
solusinya dimulai dari:
1. Penemuan fakta di lapangan (fact finding).
2. Perencanaan (planning)
kampanye yang disusun.

program

kerja

Kampanye Program Pemberian Asi Eksklusif ...

3. Teknik komunikasi (communication) yang


dipergunakan.
4. Pengevaluasian (evaluation) semua program
kerja public relations campaign dari awal
hingga mengkomunikasikan pesan tersebut.
Cara lain untuk mengatasi kegagalan dalam
public relations campaign tersebut melalui
teknik proses transfer pada public relations yang
digambarkan sebagai berikut:
Tabel 1 Proses Transfer Public Relations (Ruslan, 2008:
45)
Proses Transfer Public Relations (Ruslan, 2008: 45)
No
1.
2.
3.
4.

Posisi Negatif
Permusuhan (hostility)
Prasangka (prejudice)
Ketidakpedulan (apathy)
Ketidaktahuan (ignorance)

Transfer

Posisi Positif
Simpati (sympathy)
Menerima (acceptance)
Berminat (interest)
Pemahaman (knowledge)

Jika ditarik kesimpulan dari proses transfer


public relations tersebut berbanding lurus dengan
proses transfer informasi dalam kampanye program
PP ASI Eksklusif yang dijalankan Kota Administrasi
Jakarta Utara sebagai berikut:
1. Sebelum melakukan kampanye di lapangan,
Dinkes Kota Administrasi Jakarta Utara terlebih
dahulu melakukan evaluasi melalui laporan
Puskesmas di tingkat Kecamatan mengenai
pengimplementasian ASI Eksklusif di wilyah
kerja Puskesmas tersebut masing-masing pada
tahun sebelumnya, lalu Dinkes melakukan
penelitian dan observasi untuk menemukan fakta
di lapangan mengenai pengimplementasian
program ASI Eksklusif tersebutt tersebut.
Melalui hasil penelitian tersebut, Dinkes akan
mengetahui bagaimana perilaku masyarakat
dalam menjalankan program ASI Eksklusif,
sejauh
mana
masyarakat
memahami
pengetahuan tentang ASI Eksklusif.
2. Setelah melakukan penelitian, Dinkes akan
melakukan perencanaan program kerja untuk
kampanye PP ASI Eksklusif pada tahun
berikutnya. Berdasarkan penelitian tersebut
juga Dinkes akan mengetahui kampanye PP ASI
Eksklusif apa dan bagaimana yag sebenarnya
paling diinginkan, dibutuhkan dan dimengerti
serta mudh dijalankan masyarakat.
3. Setelah menyusun planning untuk program
kampanye PP ASI Eksklusif, maka Dinkes
memilih untuk menggunakan teknik apa
dalam pegimplementasian program nantinya,
apakah akan memakai teknik partisipasi,
asosiasi, integratif, ganjaran, penataan patung
es, empati maupun paksaan. Dalam hal ini,

Dinkes mmenggunakan teknik partisipasi,


asosiasi, integratif, penataan patung es dalam
menjalankan program kampanye seperti:
Penyuluhan dan sosialisasi PP ASI Eksklusif,
pelatihan bidan, tenaga kesehatan maupun
masyarakat untuk menjadi motivator maupun
tim daam menjalankan kampanye PP ASI
Eksklusif di Kota Administrasi Jakarta Utara,
kelas ibu hamil, KP Ibu (Kelompok Pendukung
Ibu), dll.
Berikut adalah penjelasan dari masing-masing
teknik tersebut seperti yang dijelakan Ruslan (2008:
71-73).
1. Partisipasi (participacing) yaitu teknik yang
mengikutsertakan audiens yang memancing
minat atau perhatian yang sama ke dalam
suatu kegiatan kampanye dengan tujuan untuk
menumbhkan saling pengertian, menghargai,
kerjasama, dan toleansi.
2. Asosiasi (association) yaitu menyajikan isi
kampanye yang berkaitan dengan suatu peristiwa
atau objek yang tengah ramai dibicarakan agar
dapat memancing perhatian masyarakat.
3. Integratif (integrative) yaitu teknik bagaimana
untuk menyatukan diri (komunikator) kepada
khalayaknya secara komunikatif, demi
kepentingan bersama.
4. Teknik penataan patung es (icing technique)
merupakan suatu upaya dalam menyampaikan
pesan suatu kampanye dengan sedemikian rupa
sehingga enak dilihat, didengar, dibaca, dan
sebagainya.
5. Empati (empathy) yaitu suatu teknik
berkampanye dalam menempatkan diri dalam
posisi komunikan, ikut merasakan dan peduli
situasi yang dialami komunikan.
6. Untuk mengetahui bagaimana apakah pesan
tersebut sampai atau tidaknya, maka akan
dilakukan evaluasi dari awal program hingga
akhir program. Evaluasi untuk tiap program
kampanye yang dijalankan di tingkat Posyandu,
maka akan di evaluasi oleh para anggota
Posyandu lalu dilaporkan setiap bulannya kepada
Puskesmas tingkat Kelurahan, lalu dilaporkan
kembali ke Puskesmas tingkat Kecamatan lalu
dilaporkan kembali ke Sudinkes dan terakhir
akan dievaluasi oleh Dinkes dan setiap tiga
bulan sekali akan diadakan peninjauan ulang
atau review untuk setiap program yang berjalan.

Kalbisocio,Volume 2 No.1 Februari 2015

E. Proses Sepuluh Tahapan Perencanaan


PR Campaign
Sepuluh tahapan perencanaan public relations
campaign menurut Ruslan (2008: 99-105), yaitu:
Biasanya program kampanye dimulai dengan
SWOT analysis, yaitu menganalisis unsur strength,
weakness, opportunity and threat (kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman) sebagai upaya
dengan memerhatikan faktor-faktor masalah internal
dan eksternal perusahaan.
Untuk analisa SWOT pada kampanye program
PP ASI Eksklusif yaitu:
1. Strength: Untuk kekuatannya sendiri sudin
Jakarta Utara dalam menjalankan kampanye
ASI Eksklusif berdasarkan SK yang berpegang
pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 33 tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu
Ibu Eksklusif, selain itu berpegang pada Pergub
dan peraturan lainnya dari Menkes maupun
Dinas kesehatan.
2. Weakness: Tenaga Kesehatan terlatih yang
menjalankan program sosialisasi kurang
memadai, artinya banyak antara tempat yang
harus diberikan sosialisasi ASI Eksklusif dengan
jumlah Tenaga Kesehatan terlatih maupun
profesional yang menjadi pembicara maupun
motivator dalam sosialisasi ASI Eksklusif
tersebut masih timpang. Selain itu banyak
masyarakat maupun ibu hamil dan menyusui
yang masih kurang memahami penting dan
begitu banyaknya ASI Eksklusif bagi bayi
maupun ibu, ibu juga kadang salah mengartikan
ketika bayi rewel sehingga ibu lebih cenderung
memberikan makanan pendamping lain karena
beranggapan bayi lapar, selain itu banyak ibu
yang takut untuk menyusui bayinya karena
beberapa faktor diantaranya takut bentuk
payudara menjadi tidak bagus, tidak mendapat
izin dari suami untuk menyusui bayinya serta
ibu tidak percaya diri menghasilkan cukup ASI,
stress, dan juga kelelahan dan terakhir petugas
kesehatan seperti bidan maupun dokter praktek
masih banyak yang menyarankan ibu untuk
memberikan makanan pendamping ASI (MP
ASI) dengan alasan tertentu, misalnya bayi
susah buang air besar yang disarankan untuk
mengkonsumsi buah untuk memperlancar
pencernaan sehingga mudah buang air besar.
3. Opportunity: Untuk peluang dari program
kampanye ASI Eksklusif Sudin Jakarta
Utara sendiri mendapat dukungan dari

banyak komunitas pendukung ASI Eksklusif


yang membantu menyebarkan pesan-pesan
pentingnya ASI.
4. Threat: Iklan susu formula yang seakan
menampilkan seakan susu formula itu lebih
baik daripada ASI, selain itu iklan susu formula
juga menampilkan pesan semakin mahal susu
formula maka semakin tinggi pula kandungan
gizinya. Selain iklan susu formula yang menjadi
ancaman bagi program kampanye PP ASI
Eksklusif di kota Administrasi Jakarta Utara
adalah tradisi keluarga yang masih tradisional
yang masih memberikan madu maupun pisang
kepada bayinya, meskipun usianya baru satu
bulan.
a. Tujuan
Menetapkan tujuan yang realistik sebagai arah
tujuan kampanye yang hendak dicapai, apakah untuk
tujuan jangka panjang (strategi) atau jangka pendek
(taktik pelaksanaannya) atau demi pencapaian tujuan
internal dan eksternal perusahaan. Menurut Anne
Gregory, terdapat tujuh tujuan utama kampanye PR
(seven golden rules of objective setting), yaitu dimulai
dengan tujuan public relation, tujuan perusahan,
tujuan khusus, apa yang ingin dicapai, kuatitas
(banyaknya), alokasi budget (anggaran digunakan)
dan terakhir bertujuan membuat daftar prioritas
kampanye, misalnya prioritas tujuan kepentingan
perusahaan, komersial, kepentingan pelanggan dan
hingga komunitas tertentu. Untuk menjelaskan
tujuan kampanye program PP ASI Eksklusif di Kota
Administrasi Jakarta Utara, peneliti akan melampirkan
petikan wawancara dengan Ibu Onah selaku
Kordinator Gizi dan PPSM Jakarta Utara. Untuk
tujuan berdasarkan prioritas yang pasti dan paling
utama tercapainya MDGs 2015. Berdasarkan kutipan
wawancara peneliti dengan informan I, Ibu Onah jika
dikaitkan dengan teori maka pengimplementasiannya
dalam kampanye ASI Eksklusif di Kota Administrasi
Jakarta Utara, berdasarkan prioritas utamanya adalah
untuk mencapai MDGs 2015.
b. Pesan
Menetapkan pesan-pesan yang disampaikan
melalui kampanye PR, terdapat empat langkah
sebagai berikut: Step one menetapkan keberadaan
persepsi publik berdasarkan hasil penelitian, untuk
menentukan apakah diterima atau ditolak. Step two
menetapkan apakah terdapat upaya perubahan dari
persepsi publik, untuk melihat apa keinginan publik
yang sebenarnya agar tema atau isi pesan-pesan

Kampanye Program Pemberian Asi Eksklusif ...

kampanye tersebur dapat diklarifkasi oleh PR. Step


three melakukan tahapan identifikasi dari unsur-unsur
persuasif dan edukatif yang merupakan cara terbaik
untuk mengenal keinginan berdasarkan faktual dan
aktual informasi yang ada pada khalayak sasarannya.
Step four meyakinkan dalam penyampaian pesanpesan yang lebh kredibel dan dapat disalurkan dengan
memanfaatkan promosi periklanan, berdialog dan
melakukan korespondensi surat menyurat yang
dikelola ke dalam strategi kampanye PR.
Dalam menetapkan pesan, Informan I, Ibu Onah,
selaku koordinator gizi dan PPSM Kota Administrasi
Jakarta Utara, berdasarkan pernyataan Ibu Onah
tersebut maka peneliti menyimpulkan tahapan dalam
menyampaikan pesan dalam mengkampanyekan PP
ASI Eksklusif di Kota Administrasi Jakarta Utara
adalah sebagai berikut:
1. Sebelum melakukan kampanye di lapangan,
Dinkes Kota Administrasi Jakarta Utara terlebih
dahulu melakukan evaluasi melalui laporan
Puskesmas di tingkat Kecamatan mengenai
pengimplementasian ASI Eksklusif di wilyah
kerja Puskesmas tersebut masing-masing pada
tahun sebelumnya, lalu Dinkes melakukan
penelitian dan observasi untuk menemukan fakta
di lapangan mengenai pengimplementasian
program ASI Eksklusif tersebutt tersebut.
Melalui hasil penelitian tersebut, Dinkes akan
mengetahui bagaimana perilaku masyarakat
dalam menjalankan program ASI Eksklusif,
sejauh
mana
masyarakat
memahami
pengetahuan tentang ASI Eksklusif.
2. Setelah melakukan penelitian, Dinkes akan
melakukan perencanaan program kerja untuk
kampanye PP ASI Eksklusif pada tahun
berikutnya. Berdasarkan penelitian tersebut
juga Dinkes akan mengetahui kampanye PP ASI
Eksklusif apa dan bagaimana yag sebenarnya
paling diinginkan, dibutuhkan dan dimengerti
serta mudah dijalankan masyarakat.
3. Setelah menyusun planning untuk program
kampanye PP ASI Eksklusif, maka Dinkes
memilih untuk menggunakan teknik apa
dalam pegimplementasian program nantinya,
apakah akan memakai teknik partisipasi,
asosiasi, integratif, ganjaran, penataan patung
es, empati maupun paksaan. Dalam hal ini,
Dinkes mmenggunakan teknik partisipasi,
asosiasi, integratif, penataan patung es dalam
menjalankan program kampanye seperti:
Penyuluhan dan sosialisasi PP ASI Eksklusif,

pelatihan bidan, tenaga kesehatan maupun


masyarakat untuk menjadi motivator maupun
tim daam menjalankan kampanye PP ASI
Eksklusif di Kota Administrasi Jakarta Utara,
kelas ibu hamil, KP Ibu (Kelompok Pendukung
Ibu), dll.
Berikut adalah penjelasan dari masing-masing
teknik tersebut seperti yang dijelakan Ruslan (2008:
71-73).
1. Partisipasi (participacing) yaitu teknik yang
mengikutsertakan audiens yang memancing
minat atau perhatian yang sama ke dalam
suatu kegiatan kampanye dengan tujuan untuk
menumbhkan saling pengertian, menghargai,
kerjasama, dan toleransi.
2. Asosiasi (association) yaitu menyajikan isi
kampanye yang berkaitan dengan suatu peristiwa
atau objek yang tengah ramai dibicarakan agar
dapat memancing perhatian masyarakat.
3. Integratif (integrative) yaitu teknik bagaimana
untuk menyatukan diri (komunikator) kepada
khalayaknya secara komunikatif, demi
kepentingan bersama.
4. Teknik penataan patung es (icing technique)
merupakan suatu upaya dalam menyampaikan
pesan suatu kampanye dengan sedemikian rupa
sehingga enak dilihat, didengar, dibaca, dan
sebagainya.
5. Empati (empathy) yaitu suatu teknik
berkampanye dalam menempatkan diri dalam
posisi komunikan, ikut merasakan dan peduli
situasi yang dialami komunikan.
Untuk mengetahui bagaimana apakah pesan
tersebut sampai atau tidaknya, maka akan dilakukan
evaluasi dari awal program hingga akhir program.
Evaluasi untuk tiap program kampanye yang
dijalankan di tingkat Posyandu, maka akan di evaluasi
oleh para anggota Posyandu lalu dilaporkan setiap
bulannya kepada Puskesmas tingkat Kelurahan, lalu
dilaporkan kembali ke Puskesmas tingkat Kecamatan
lalu dilaporkan kembali ke Sudinkes dan terakhir
akan dievaluasi oleh Dinkes dan setiap tiga bulan
sekali akan diadakan peninjauan ulang atau review
untuk setiap program yang berjalan.
c. Strategi
Menetapkan suatu strategi adalah merupakan
masalah pekerjaan yang tersulit dalam program
perencanaan public relation campaign karena
strategi tersebut dapat dilihat dar keberhasilan

Kalbisocio,Volume 2 No.1 Februari 2015

proses pencapaian tujuannya dalam kurun waktu


relatif panjang. Strategi menurut Gregory adalah
pendekatan scara keseluruhan yang berkaitan dengan
pelaksanaan program kampanye dalam kurun waktu
tertentu, mengoordinasikan tim kerja, memiliki tema,
faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip
untuk melaksanakan gagasan strategis secara rasional
dan dapat dilasanakan melalui suatu taktik program
public relation campaign secara efektif dan efisien.
Pemgimplementasian strategi yang digunakan Dinkes
Kota Administrasi Jakarta Utara adalah mengerahkan
semua sektor dalam mengkampanyekan program
PP ASI Eksklusif, mulai dari Dinkes, Sudinkes,
Puskesmas hingga ke Posyandu.
d. Taktik
Berbicara taktik pelaksanaan suatu program
kampanye yang harus berkaitan erat dengan program
dari strategi utama (grand strategy) tujuan kampanye,
ketika akan mengembangkan taktik pelaksanaan
program kampanye tersebut tidak terlepas dari
faktor-faktor kekuatan, kreativitas atau kemampuan
tim pelaksana, pengembangan program hingga
pencapaian tujuan terukur sebagai berikut:
1. Appropriateness, adanya kecocokan secara
aktual dengan teknik-teknik taktik pelasanaan,
pencapaian target khalayak publik, hasil-hasil
yang dicapai dalam melaksanakan pesan-pesan
kampanye dan termasuk kecocokan dengan
teknik-teknik PR serta media komunikasi yang
dipergunakan.
2. Deliverability, melaksanakan teknik-teknik
berkampanye secara sukses, misalnya dalam hal
kegiatan yang berkaitan dengan:
3. Menggunakan strategi sebagai pedoman untuk
memfokuskan pelaksanaan ide-ide atau gagasan
yang cemerlang dan krativitas tinggi dalam
berkampanye.
4. Menolak aktivitas nonstrategik, artinya ide
gagasan cemerlangyang baik tersebut perlu
dirangsang dalam pelaksanaan suatu program
kampanye, untuk menghindarkan ide-ide yang
tidak berguna ata nonstrategik secara tidak
tepat dapat masuk kedalam program yang pada
akhirnya pelaksanaannya akan sia-sia buang
waktu.
5. Kaitan taktik untuk melaksanakan tujuan
strategi yang hendak dicapai dengan terencana
secara baik dan rinci dalam tahapan-tahapan
pelaksanaan suatu program kampanye yang
telah diformulasikan.

6. Sedapat mungkin mengadakan uji coba


pengmplementasian taktik pelaksanaan public
relations campaign untuk mengetahui apaka
ide gagasannya tersebut memperleh dukungan
atau simpati dari media massa maupun publik.
e. Strategi
1. Skala waktu
Skala waktu pelaksanaan kegiatan public
relations campaign harus tersusun secara rinci,
spesifik, terencana tepat terkait dengan masalah
susunan jadwal waktu dan program kegiatan secara
berimbang.Untuk
pengimplementasian
secara
nyata Dinkes Kota Administrasi Jakarta Utara juga
memiliki skala waktu yang terjadwal rapid dan rinci.
2. Sumber daya
Terdapat tiga bentuk sumber daya utama
yang berkaitan dengan pelaksanaan program public
relations campaign. Pertama, sumber daya manusia
(SDM) yang terlibat langsung dalam kegiatan
kampanye berupa tenaga profesional, ahli hingga
terampil, staf pendukung atau tenaga lapangan.
Kedua, sumber biaya operasional untuk menunjang
kegiatan kampanye yang dikelola secara efisien
dalam pembiayaan pelaksanaaan operasional
(implementation fee), consultant or professional
fee, space of advertising cost, dan equipment fee
(biaya penyewaan peralatan penunjang, publikasi,
transfortasi, sound and lighting system, dan
sebagainya). Ketiga, adalah sumber perlengkapan
transfortasi, dukungan peralatan teknis,pemanfaatan
media komunikasi dan tim kerja dan sebagainya.
Berdasarkan penelitian langsung peneliti selama di
lapangan, berikut adalah sumber daya di Dinkes Kota
Administrasi Jakarta Utara dalam mengkampanyekan
PP ASI Eksklusif, untuk sumber daya manusia
berdasarkan hasil penelitian peneliti di lapangan
masih sangat kurang, masih adanya bidan yang belum
mengetahui adanya kegiatan kampanye ASI Eksklusif
di wilayah Puskesmas tempat dia bekerja. Selain
itu masih banyaknya bidan yang memberikan susu
formula sebagai hadiah ketika ibu melahirkan baik di
tempat bidan tersebut praktek bahkan rumah sakit. Di
luar daripada faktor bidan yang masih memberikan
susu formula bahkan menganjurkan memberikan
MP ASI lain seperti madu, buah, dll, Dinkes Kota
Administrasi Jakarta Utara juga kekurangan
penyuluh, motivator serta tenaga kesehatan lainnya
dalam mengkampanyekan program PP ASI Eksklusif,
dan untuk sumber biaya operasional dan sumber
perlangkapan semua sudah dijami oleh Pemerintah

Kampanye Program Pemberian Asi Eksklusif ...

melalui APBD yang sudah di rinci oleh Dinkes Kota


Administrasi Jakarta Utara.
3. Evaluasi
Penilaian terhadap kegiatan program public
relations campaign tidak jauh berbeda dengan
kegiatan lainnya, khususnya dalam hal penggunaan
dana operasional dan penilaian program kerja serta
hasil-hasil pekerjaan yang telah dicapai oleh praktisi
PR. Biasanya evaluasi terhadap suatu proses dapat
berupa tolok ukur suatu pencapaian keberhasilan
atau juga kegagalan selama berlangsungnya kegiatan
kampanye baik dalam jangka pendek atau jangka
panjang, termasuk mengevaluasi pemanfaatan,
dan hingga sejauh mana kegiatan kampanye telah
menjadi liputan media massa, serta hasil-hasil apa
saja yang telah dicapai. Evaluasi yang dilakukan
dalam setiap kampanye PP ASI Eksklusif di Kota
Administrasi Jakarta Utara yaitu dilakukan setiap
akhir program yang dilakukan oleh Posyandu, lalu
direkap yang setiap bulannya akan dilaporkan ke
Puskesmas tingkat Kelurahan lalu direkap dan
dilaporkan kembali ke Puskesmas tingkat Kecamatan
dan direkap lalu dilaporkan kembali ke Sudinkes
dan terakhir data akan dilaporkan ke Dinkes Kota
Administrasi Jakarta Utara.

Artha Gading serta PT Mandom yang berlokasi


di Jakarta Utara dalam upaya penyediaan
Ruangan Menyusui, Kelas Ibu Hamil,
Kelompok Pendukung Ibu, Promosi Kesehatan
Ibu Hamil, Sosialisasi PP ASI Eksklusif serta
Pelatihan Motivator ASI.
2. Berdasarkan hasil data dan fakta di lapangan
yang berhasil peneliti kumpulkan selama proses
penelitian, maka persepsi peneliti mengenai
pengimplementasian kampanye PP ASI
Eksklusif yang dijalankan oleh Dinkes Kota
Administrasi Jakarta Utara adalah Ideological
or Cause- Oriented Campaigns yaitu kampanye
yang berorientasi pada tujuan yang bersifat
khusus dan berdimensi perubahan sosial dan
Dinkes Kota Administrasi Jakarta utara sudah
mengimplementasikan kampanye program PP
ASI Eksklusif tersebut dengan cukup baik,
hanya saja program-program yang dijalankan
kurang spesifik dan di setiap tingkatan
wilayah yang bertanggung jawab terhadap
pengimplementasian program kampanye PP ASI
Eksklusif tersebut terlalu bergantung kepada
Peraturan Dinas Kesehatan Kota Administrasi
Jakarta Utara.

4. Peninjauan
Peninjauan kembali terhadap penilaian
perencanaan, pelaksanaan Selama program dan
pencapaia tujuan tertentu suatu kampanye berlagsunng
secara periodik setiap tahun yang kemudian dianalisis
efektivitasnya dalam pencapaian tujuan program
public relations campaign melaui proses input
(perolehan riset data, fakta dan informasi di lapangan,
output kecocokan dengan isi pesan, tujuan dan media
yang dipergunakan, dan result (hasil-hasil dari tujuan
dan efektivitas program kampanye yang telah dicapai,
apakah adanya perubahan suatu sikap atau perilaku
khalayak sasaran). Untuk review atau peninjauan
ulang dalam kampanye program PP ASI Eksklusif
yang dilakukan oleh Kota Administrasi Jakarta Utara
adalah dilakukan setiap tiga bulan sekali oleh semua
tingkat hingga Dinas kesehatan Kota Administrasi
Jakarta Utara.

V. DAFTAR RUJUKAN
Bungin, M. B. (2007). Penelitian Kualitatif: Komunikasi,
Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Effendy, O.U. (2008). Hubungan Masyarakat. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Kriyantono, R. (2010). Teknik Praktis Riset Komunikasi.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Liliweri, A. (2011). Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan.
Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Mulyana, Deddy. (2009). Ilmu Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Ronald. H.S,. (2011).PedomanPerawatan Balita.Bandung:
CV Nuansa Aulia.
Ruslan, R. (2008). Kiat dan Strategi Kampanye Public

IV. SIMPULAN
1. Bentuk kampanye PP ASI Eksklusif yang
dijalankan oleh Dinkes Kota Administrasi
Jakarta Utara yaitu Pekan ASI Sedunia,
kerjasama dengan Mall Kelapa Gading, Mall

Relations, Edisi Revisi, cet. 6.Jakarta: Raja Grafindo


Persada.
Suranto.

(2011).

Komunikasi

interpersonal.Yogyakarta:

Graha Ilmu.
Widjaja, H.A.W. (2010). Komunikasi dan Hubungan
Masyarakat. Jakarta: Bumi Aksara.

Kalbisocio,Volume 2 No.1 Februari 2015


Yunus, H. S. (2010). Metodologi Penelitian Wilayah
Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Zamroni, M. (2009). Filsafat Komunikasi. Jakarta: Erlangga.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun
2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif
Maris, I. (2013). Sosialisasi Komunikasi Program Air Susu Ibu
(ASI) Eksklusif 0-6 Bulan (Studi Deskriptif Kualitatif
tentang Sosialisasi Komunikasi Program ASI Eksklusif
0-6 Bulan pada Masyarakat di Kabupaten Purworejo).
Paper Jurnal Online Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Aprillia, Y. (2009). Analisis Sosialisasi Program IMD dan
ASI Eksklusif kepada Bidan di Kabupaten Klaten.
Tesis Program Pascasarjana Universitas Diponegoro
Semarang.

10

Rahardjo, M. (2011). Metode Pengumpulan Data Penelitian


Kualitatif.[Online].Diakses 24 Maret 2013 dari http://
mudjiarahardjo.uin-malang.ac.id/materi-kuliah/288metode-pengumpulan-data-penelitian-kualitatif.html.
Razak. (2012). ASI Eksklusif,Artinya ASI, Tanpa Tambahan
Apapun. [Online].Diakses 11 Maret 2013 dari http://
www.unicef.org/indonesia/id/reallives_19398.
Masri, M. (2012). Puluhan Balita di Jakarta Utara Terserang
Gizi Buruk.[Online].Diakses 11 Maret 2013 dari
http://m.sindonews.com/read/2012/12/19/31/698996/
puluhan-balita-di-jakarta-terserang-gizi-buruk.html.

You might also like