You are on page 1of 12

PTK IPA KELAS III BAB IV UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG PENGARUH

ENERGI MELALUI PENGGUNAAN METODE INKUIRI


ABSTRAK

Nama Peneliti-No identitas. Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA tentang Pengaruh Energi melalui Penggunaan Metode Inkuiri di Kelas
III. Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Rumusan masalah yang disusun adalah Apakah penggunaan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III terhadap materi
pembelajaran IPA tentang pengaruh energi panas, gerak, getaran dalam kehidupan sehari-hari?
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk memperoleh informasi faktual tentang penggunaan metode inkuiri terhadap peningkatan hasil belajar
siswa.
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan melalui proses beralur terdiri dari 4 tahap, yaitu: 1) perencanaan; 2) pelaksanaan; 3) observasi; dan
4) refleksi.
Dari analisis data diketahui bahwa pada setiap siklus terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa. Pada studi awal, siswa yang mencapai
ketuntasan baru 48%. Pada siklus I siswa yang mencapai ketuntasan mengalami kenaikan 12% dari studi awal menjadi 60%. Pada siklus II siswa
yang mencapai ketuntasan mengalami kenaikan 12% dari siklus I menjadi 72%, dan pada siklus III mengalami kenaikan 28% menjadi 100%. Hal
yang sama juga terjadi pada kesungguhan belajar siswa.
Berdasarkan hasil analisis data penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: Penggunaan metode inkuiri mampu mempermudah siswa dalam memahami
materi pembelajaran; Penggunaan metode inkuiri mampu meningkatkan kesungguhan siswa dalam belajar; Penggunaan metode inkuiri mampu
meningkatkan hasil belajar siswa.

Untuk bab I dapat anda baca pada


Contoh BAB I PTK IPA kelas III Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA tentang Pengaruh Energi melalui Penggunaan Metode Inkuiri.

BABI
PENDAHULUAN

A.

1.
2.
1.
2.
3.

Latar Belakang Masalah

Pada era globalosasi sekarang ini, dunia pendidikan Indonesia ikut mendapat pengaruh dari perkembangan yang terjadi di dunia,
termasuk model dan pendekatan pembelajarannya. Selama ini sudah berbagai macam model dan pendekatan pembelajaran diterapkan oleh para
guru, namun hasilnya tetap belum maksimal. Pada akhirnya diperkenalkan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), yaitu
konsep yang membantu mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu pilar Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah inkuiri atau menemukan yang merupakan bagian inti dari kegiatan
pembelajaran. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta akan tetapi hasil dari
menemukan sendiri, terutama di dalam memecahkan suatu masalah yang diberikan oleh guru sesuai dengan materi pelajaran yang sedang
berlangsung.
Kemampuan siswa kelas III Sekolah Dasar dalam hal menemukan pengetahuan masih sangat rendah. Hal ini ditunjukkan dalam
beberapa kali proses kegiatan belajar mengajar berlangsung baru 30% siswa yang berani tunjuk jari bila guru memberikan pertanyaan, 40% siswa
yang berani memberikan masukan pada waktu diskusi, 20% siswa yang mampu memberikan solusi atas permasalahan teman, dan 48% siswa yang
dapat menjawab soal evaluasi dengan benar, ini menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa tersebut masih rendah.
Permasalahan yang terjadi di Sekolah Dasar adalah rendahnya hasil belajar IPA siswa. Hal ini terbukti dari dua kali pelaksanaan tes
formatif, hasil yang diperoleh belum mencapai ketuntasan. Dari 25 anak yang mengikuti tes formatif, baru 12 anak (48%) yang mencapai ketuntasan.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, perlu melakukan Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana siswa mampu memecahkan masalah mengenai kompetensi dasar mendeskripsikan hasil pengamatan tentang pengaruh energi panas, gerak,
getaran dalam kehidupan sehari-hari dengan materi energi dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, dengan cara mencari sendiri
pemecahannya, sedangkan guru hanya sebagai pembimbing.
Berdasarkan observasi dan diskusi dengan teman sejawat diketahui adanya beberapa masalah yang menyebabkan rendahnya
pencapaian kompetensi dasar tersebut. Beberapa kemungkinan penyebabnya adalah:
Kurangnya kemampuan siswa dalam mencari dan menemukan pengetahuan atau konsep.
Rendahnya keberanian siswa dalam memberikan pendapat sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.
Dari pernyataan-pernyataan tersebut di atas dapat disimpulkan beberapa faktor penyebab timbulnya permasalahan, di antaranya:
Guru belum menerapkan metode yang sesuai dengan pembelajaran yang dilaksanakan.
Guru belum mengaktifkan siswa dalam proses kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
Guru belum memberikan kesempatan pada siswa untuk mencari sendiri konsep materi pelajaran.
Supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai, perlu adanya perbaikan proses pembelajaran, dalam hal ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK).
B.
Perumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas, maka perumusan masalah yang akan dikemukakan adalah Bagaimana peningkatan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran IPA terhadap konsep pengaruh energi melalui penggunaan metode inkuiri?
C.

1.
a.
b.
c.
2.

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah:
Untuk mengkongkritkan pembelajaran dan dapat melibatkan siswa dalam pembelajaran IPA sehingga pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.
Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.
Mengembangkan model pembelajaran yang aktif, kreatif, dan inovatif.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah Untuk mengetahui apakah penggunaan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi siswa, guru, dan sekolah khususnya, dan bagi dunia pendidikan pada umumnya.
Manfaat penelitian meliputi manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat penelitian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a.
Mendapatkan pengetahuan baru tentang cara meningkatkan kemampuan siswa dalam menemukan pengetahuan sendiri melalui model Contextual
Teaching and Learning dan metode inkuiri.
b. Memberikan wawasan yang lebih luas tentang penggunaan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dan metode inkuiri untuk meningkatkan
hasil belajar siswa.
c.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk mengadakan penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a.
Bagi siswa
Manfaat penelitian bagi siswa adalah:
1) Meningkatkan kemampuan siswa dalam menemukan pengetahuan sendiri.
2) Meningkatkan kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat dan menjawab pertanyaan.
3) Meningkatkan hasil belajar siswa.
4) Meningkatkan perhatian dan konsentrasi siswa dalam pembelajaran.
b. Bagi Guru
Manfaat penelitian bagi guru adalah:
1) Memperbaiki kualitas/mutu kegiatan pembelajaran yang dikelolanya.
2) Sebagai sarana perbaikan kinerja guru untuk dapat mengembangkan penggunaan metode pembelajaran.
3) Menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman bagi guru.
4) Memberikan solusi kepada guru lain dalam memecahkan masalah pembelajaran.
5) Meningkatkan profesionalisme guru.
c.
Bagi Sekolah
Manfaat penelitian bagi sekolah adalah:
1) Memberi masukan kepada penyelenggara sekolah dalam upaya memperbaiki dan merumuskan program sekolah ke depan.

2)

Membantu sekolah untuk maju dan berkembang.

3) Meningkatkan kualitas belajar secara umum.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Belajar
Belajar adalah proses mencari jawaban dari yang tidak tahu menjadi tahu. Menurut Reg Revans (1998), belajar adalah proses menanyakan sesuatu
yang berawal dari ketidaktahuan tentang apa yang dilakukan.
Pengertian belajar menurut Dosen Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Suharsimi Arikunto (1993:19) adalah suatu proses yang terjadi
karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukan, dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya,
baik berupa pengetahuan, keterampilan, ataupun sikap.
Menurut Morgan (dalam Purwanto, 1997: 84) bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai
suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu (1993:13). Hilgard, Ernest R.,
dalam buku Theories of Learning (1948: 409) mengemukakan, belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu
yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau atas
kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).
2. Hasil Belajar
Mulyono Abdurrahman (2003:37) mengemukakan hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Dalam
kegiatan pembelajaran tujuan yang ingin dicapai ditentukan sebelumnya. Anak yang dikatakan berhasil adalah mereka yang dapat mencapai tujuantujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya.
Hasil belajar merupakan gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dipelajari, yang diukur dengan
berdasarkan jumlah skor jawaban benar pada soal ang disusun sesuai dengan sasaran belajar. (Christiana Demaja WS: 2004).
Dimyati dan Mujiono (2006:3) memaparkan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Hasil belajar
merupakan pencapaian tujuan pengajaran dan kemampuan mental siswa. Setelah selesai mempelajari materi, diadakan evaluasi hasil belajar untuk
mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya, sebelum dilanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi.
Romiszowki (2003:38) bahwa hasil belajar merupakan keluaran (output) dari suatu sistem pemrosesan masukan (input). Masukan dari sistem
tersebut berupa informasi, sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (performance).
3. Pembelajaran
Menurut Sudiarto (1990) pembelajaran adalah upaya penataan lingkungan agar kegiatan belajar tumbuh dan berkembang secara optimal, oleh
karena itu, belajar sesungguhnya bersifat internal dari siswa, sedangkan pembelajaran bersifat eksternal yaitu keadaan yang disengaja agar proses
belajar mengajar terarah dan sistematis, karena di dalam proses pembelajaran ada peran guru, bahan ajar dan lingkungan yang kondusif yang
sengaja dibentuk
Gagne dan Briggs (1979) berpendapat, pembelajaran adalah suatu rangkaian kegiatan yang mempengaruhi belajar mengajar sehingga proses
belajarnya dapat berlangsung dengan mudah. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses komunikasi antara guru dengan siswa, antara siswa
dengan siswa, sehingga terjadi perubahan sikap dan pola pikir yang diharapkan menjadi kebiasaan siswa. Guru berperan sebagai komunikator dan
bahan ajar yang dikomunikasikan berisi pesan ilmu pengetahuan.
Bruner berpendapat bahwa, salah satu tahap dalam proses pembelajaran yaitu tahap enaktif, yaitu ditandai oleh manipulasi secara langsung objekobjek berupa benda atau peristiwa kongkret.
4. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Menurut Herlen dalam Dahar R.W (1992:3) seperti yang diucapkan Einstein: Science is the attempt to make the chaotic diversity of our sense
experience correspond to a logically uniform system of thought, mempertegas bahwa IPA merupakan suatu bentuk upaya yang membuat berbagai
pengalaman menjadi satu sistem pola berpikir logis tertentu, yang dikenal dengan pola berpikir ilmiah.
Secara sederhana IPA didefinisikan sebagai ilmu tentang fenomena alam semesta. Dalam kurikulum 2004 sains (IPA) diartikan sebagai cara mencari
tahu secara sistematis tentang alam semesta.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains menurut Suyoso (1998:23) merupakan pengetahuan hasil kegiatan
manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu, yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode,
dan berlaku secara universal.
Menurut Abdullah (1998:18), IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan
melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi, dan demikian seterusnya kait-mengait antara cara
yang satu dengan cara yang lainnya.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan
langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan didapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum, sehingga akan terus
disempurnakan.
5. Metode
Metode menurut bahasa adalah cara yang teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai hasil yang baik seperti apa
yang diinginkan. (Badudu-Zain, 1994:896) dalam Kamus Bahasa Indonesia.
Daliman, dkk (1996:99) berpendapat bahwa metode adalah cara yang di dalamnya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan.
Sumantri dan Johar Permana (2001:114) berpendapat bahwa metode merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi
pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar mengajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang
memuaskan.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara yang dilakukan guru dalam proses belajar mengajar untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
Pemilihan metode yang digunakan merupakan suatu hal yang penting, karena metode yang tepat dan efektif dalam menyajikan bahan pembelajaran
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar mengajar
6. Inkuiri
Inkuiri berasal dari bahasa Inggris Inquiry yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang
diajukan. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan. Dengan kata lain,
inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari
jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau Rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis
(Schmidt, 2003).
Inkuiri sebenarnya merupakan prosedur yang biasa dilakukan oleh ilmuwan dan orang dewasa yang memiliki motivasi tinggi dalam upaya memahami
fenomena alam, memperjelas pemahaman, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (Hebrank, 2000; Budnitz, 2003; Chiapetta & Adams,
2004).
B. Hasil Penelitian Relevan
Hasil penelitian yang bisa dijadikan acuan atau pembanding dalam kajian penelitian masalah penggunaan metode inkuiri untuk meningkatkan hasil
belajar IPA adalah sebagai berikut:
1. Ruben (2008), dalam penelitiannya tentang penggunaan metode inkuiri.

a. Masalah yang diteliti adalah apakah penggunaan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa?
b. Tujuan penelitiannya adalah meningkatkan hasil belajar siswa tentang kompetensi dasar mendeskripsikan hasil pengamatan tentang pengaruh
energi panas, gerak, getaran dalam kehidupan sehari-hari.
c. Metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dan metode pembelajaran
inkuiri.
d. Kesimpulan yang didapat dalam penelitian Ribudiyanto adalah bahwa penggunaan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada
studi awal Persentase ketuntasan belajar siswa 27,27% dengan nilai rata-rata kelas 60. Pada siklus I Persentase belajar naik menjadi 54,55% dengan
nilai rata-rata kelas 65. Pada siklus II Persentase belajar naik menjadi 72,73% dengan nilai rata-rata kelas 73. Pada siklus III Persentase belajar naik
menjadi 95,46% dengan nilai rata-rata kelas 85.
2. Sudirman (2008) Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Terhadap Konsep Pengaruh Energi Panas, Gerak dan Getaran melalui Metode Inkuiri
dalam Model Pembelajaran Aktif.
a. Masalah yang diteliti adalah rendahnya hasil belajar IPA siswa.
b. Tujuan penelitiannya adalah meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Metode yang digunakan adalah metode inkuiri dan metode pembelajaran aktif.
d. Kesimpulan yang didapat dalam penelitian Sudirman adalah bahwa penggunaan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada
studi awal Persentase ketuntasan belajar siswa 27,78% dengan nilai rata-rata kelas 65. Pada siklus I Persentase belajar naik menjadi 66,67% dengan
nilai rata-rata kelas 70. Pada siklus II Persentase belajar naik menjadi 100% dengan nilai rata-rata kelas 92.
C. Kerangka Berpikir
Data studi awal siswa kelas III SD, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa tentang kompetensi dasar mendeskripsikan hasil pengamatan tentang
pengaruh energi panas, gerak, getaran dalam kehidupan sehari-hari masih rendah, untuk itu harus segera diadakan perbaikan pembelajaran.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, guru harus pandai memilih materi dan metode pembelajaran. Belajar menggunakan metode inkuiri
menekankan pada bagaimana proses kegiatan pembelajaran itu dilaksanakan.
Proses pembelajaran memberikan kesempatan bagi siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan belajar. Proses belajar menyangkut perubahan aspekaspek tingkah laku, seperti pengetahuan, sikap dan keterampilan. Untuk itu diperlukan ketepatan metode yang mampu mengaktifkan siswa, yaitu
metode inkuiri.
Dengan metode inkuiri diharapkan penanaman fakta dan konsep benar-benar melalui proses yang dialami langsung oleh siswa.
Kerangka berpikir penelitian ini dapat digambarkan dengan bagan sebagai berikut:

D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, diduga melalui penggunaan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPA konsep
pengaruh energi panas, gerak, getaran dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan dugaan tersebut di atas, hipotesis tindakan penelitian ini adalah penggunaan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar IPA
siswa.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester II menurut kalender pendidikan di SD. Penelitian ini memerlukan waktu 6 (enam) bulan yang dilaksanakan
mulai bulan Januari sampai dengan bulan Juni. Kegiatan dimulai dari izin penelitian sampai dengan penulisan laporan. Pengumpulan data dan
penelitian setiap siklusnya adalah sebagai berikut:
1. Siklus I Kamis, 3 dan 10 Maret
2. Siklus II Kamis, 17 dan 24 Maret
3. Siklus III Kamis, 31 Maret dan 7 April
B. Subjek Penelitian
1. Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar, UPT Dinas DIKPORA Unit Kecamatan Kabupaten yang berlokasi di RT 01 RW 01, Desa. Jarak dari
Kecamatan 4 km, dari kota Kabupaten 23 km. Secara geografis Sekolah Dasar terletak di antara pemukiman penduduk, di pinggir jalan desa.
Penduduk Desa 90% bermata pencaharian sebagai petani. Jumlah siswa Sekolah Dasar pada Tahun Pelajaran sebanyak 124 siswa.

2. Mata Pelajaran
Mata pelajaran yang menjadi bahan penelitian adalah IPA, yaitu mengenai konsep pengaruh energi materi semester II dengan spesifikasi sebagai
berikut:
a. Standar Kompetensi
Memahami berbagai cara gerak benda, hubungannya dengan energi dan sumber energi
b. Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan hasil pengamatan tentang pengaruh energi panas, gerak, getaran dalam kehidupan sehari-hari
c. Indikator
Mengidentifikasikan bentuk-bentuk energi dan pengaruhnya
3. Kelas
Subjek penelitian adalah tempat peneliti memperoleh keterangan atau data penelitian. Subjek penelitian ini adalah semua siswa kelas III Sekolah
Dasar yang berjumlah 25 anak.
Kelas tersebut diambil sebagai subjek penelitian karena rata-rata hasil belajar mereka belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Siswa pada
umumnya sulit memahami materi, kurang bersungguh-sungguh, sehingga berimbas pada hasil belajar yang rendah.
4. Karakteristik siswa
Salah satu karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan di dalam kelas, sehingga fokus penelitian adalah kegiatan
pembelajaran berupa perilaku guru dan siswa dalam melakukan interaksi. Karena siswa terlibat dalam penelitian, karakteristik siswa harus dipahami
agar PTK berjalan lancar PTK dilaksanakan di kelas III SD dengan jumlah siswa 25, terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Usia
mereka rata-rata 9 tahun. Latar belakang kehidupan mereka mayoritas keluarga petani yaitu, 19 siswa, 2 siswa dari keluarga pegawai negeri sipil, 2
siswa dari keluarga pedagang dan 2 siswa dari keluarga sopir. Keadaan fisik siswa umumnya baik. Jarak dari rumah ke sekolah kurang dari 1 km.
Mayoritas siswa ke sekolah bersepeda, dan ada 8 siswa yang berjalan kaki. Prestasi akademik siswa pada semester satu tahun pelajaran cukup baik.
C. Data dan Sumber Data
1. Jenis Data
a. Data Kuantitatif
Data Kuantitatif yaitu data tentang hasil tes formatif siswa sebelum dan sesudah diadakan perbaikan.
b. Data Kualitatif
Data Kualitatif yaitu data tentang keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
2. Sumber data
Yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data diperoleh. (Suharsimi Arikunto, 1997:114). Sumber data penelitian ini
diperoleh dari:
a. Siswa
Untuk mendapatkan data berupa hasil belajar/evaluasi dan aktivitas siswa ketika diamati dalam kegiatan pembelajaran yang tertuang dalam lembar
pengamatan/observasi diperoleh dari siswa kelas III SD Negeri Tambaharjo.
b. Guru kelas III
Guru kelas III merupakan sumber data untuk mendapatkan data berupa hasil pengamatan awal, merupakan peneliti, dan juga merupakan subjek
yang akan diamati oleh pengamat/teman sejawat ketika pelaksanaan tindakan. Dengan demikian data yang diperoleh berupa komponen observasi
pada lembar observasi yang akan diisi oleh peneliti dan pengamat/teman sejawat.
c. Pengamat/Teman Sejawat
Guru kelas III yang melakukan tindakan, diamati oleh Teman Sejawat, sehingga sumber data yang diperoleh berupa komponen pada lembar
observasi. Hasil observasi teman sejawat sebagai bahan untuk penelitian dan untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan hasil belajar siswa
tentang konsep pengaruh energi panas, gerak, getaran dalam kehidupan sehari-hari.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik dokumentasi, observasi, dan tes.
1. Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, skrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, leger, agenda, dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2003: 188). Teknik dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh
data tentang nama identitas siswa, hasil belajar IPA pada semester II Tahun Pelajaran, serta gambaran pelaksanaan tindakan pada setiap siklus.
2. Observasi
Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi sistematis,
yaitu menggunakan instrumen pengamatan. Instrumen pengamatan berupa daftar pengamatan yang berisi item-item kejadian atau tindakan yang
dilakukan dalam penelitian. Teknik observasi digunakan untuk memperoleh data tentang pelaksanaan pembelajaran.
3. Tes
Teknik tes dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar IPA, setelah dilaksanakan tindakan. Instrumen tes disusun dan
diujicobakan pada siswa di luar objek penelitian, dan dianalisis untuk mengetahui validitas, derajat kesukaran, daya beda, dan reliabilitas, sehingga
instrumen soal yang digunakan untuk evaluasi di akhir siklus adalah hanya butir soal yang baik.
Soal tes diujicobakan di luar sampel penelitian dengan maksud untuk tetap menjaga agar hasil ujicoba benar-benar valid, sehingga ketika digunakan
pada saat tes setelah pelaksanaan tindakan dihasilkan data yang benar-benar sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran, karena apabila ujicoba
dilaksanakan pada subjek penelitian, dikhawatirkan mempengaruhi hasil penelitian.
Dalam pengumpulan data tersebut, peneliti dibantu oleh teman sejawat dengan identitas dan tugas sebagai berikut:
Nama : Guru, S. Pd.
NIP : 1234567890
Jabatan : Guru Kelas IV
Unit Kerja : SD
Tugas : - Mengobservasi pelaksanaan perbaikan pembelajaran mulai siklus I sampai dengan selesai.
- Memberikan masukan tentang kekuatan dan kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran.
- Ikut serta merencanakan perbaikan pembelajaran.
E. Validitas Data
Data yang sudah terkumpul merupakan modal awal yang sangat berharga dalam penelitian ini, dari data yang terkumpul akan dilakukan analisis yang
selanjutnya dipakai sebagai bahan masukan untuk penarikan kesimpulan. Melihat begitu besarnya posisi data, maka keabsahan data yang terkumpul
menjadi sangat vital.
Keabsahan data itu dikenal sebagai validitas data, sebagaimana dijelaskan Alwasilah (2008:170) bahwa tantangan bagi segala jenis penelitian pada
akhirnya adalah terwujudnya produksi ilmu pengetahuan yang valid, sahih, benar, dan beretika.
1. Triangulasi
Triangulasi adalah pendekatan analisa data yang memadukan berbagai data sehingga merupakan kesatuan yang selaras dari berbagai sumber.
Menurut Institute Global Tech yang tersedia secara online pada http://www.igh.org/triangulation/ diunduh pada tanggal 8 April, Pukul 13.35 WIB,

menjelaskan bahwa Triangulasi mencari dengan cepat pengujian data yang sudah ada dalam memperkuat tafsir dan meningkatkan kebijakan serta
program yang berbasis pada bukti yang telah tersedia. Dengan cara menguji informasi dengan mengumpulkan data melalui metode berbeda, oleh
kelompok berbeda, dan dalam populasi berbeda, penemuan mungkin memperlihatkan bukti penetapan lintas data, mengurangi dampaknya dari
penyimpangan potensial yang bisa terjadi dalam satu penelitian tunggal.
Penelitian ini menggunakan triangulasi sebagai Teknik mengecek keabsahan data, di mana dalam pengertiannya triangulasi adalah Teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moloeng,
2004:330).
Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda (Nasution, 2003:115) yaitu wawancara, observasi dan dokumen. Triangulasi
ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data. Menurut Nasution, selain itu triangulasi juga dapat
berguna untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data, karena itu triangulasi bersifat reflektif.
Data yang diperoleh dari hasil tes awal adalah bahwa siswa kelas III SD yang berjumlah 25 anak, masih banyak ditemukan siswa-siswa yang hasil
belajar IPA rendah, yaitu 12 anak (48%) yang telah tuntas belajar dan masih 13 anak (52%) yang belum tuntas. Data tersebut di atas jika
dibandingkan dengan data hasil pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat tidak berbeda, yaitu 12 siswa (48%) yang telah tuntas dan 13 siswa
(52%) yang belum tuntas.
Data tentang keaktifan siswa yang diperoleh dari lembar pengamatan kerja kelompok oleh guru jika dibandingkan dengan hasil pengamatan observer
menunjukkan prosentase yang sama, yaitu 40%. Data yang terkumpul dari guru dan observer akan dilakukan analisis yang selanjutnya dipakai
sebagai bahan masukan untuk penarikan kesimpulan.
2. Review Informasi
Data atau Informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan observer berupa informasi tentang hasil belajar IPA tentang konsep pengaruh energi dalam
kehidupan sehari-hari. Informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan terhadap hasil belajar siswa adalah bahwa terdapat 12 siswa (48%) yang telah
tuntas dan 13 siswa (52%) yang belum tuntas. Informasi tentang keaktifan siswa yang diperoleh dari hasil pengamatan observer yaitu baru 40% (10
siswa) yang aktif mengikuti proses pembelajaran.
3. Kunci
Kata kunci: penggunaan metode inkuiri, hasil belajar IPA, konsep pengaruh energi, keaktifan siswa.
F. Teknik Analisis Data
Data yang dianalisis meliputi data kuantitatif (dengan menampilkan angka-angka sebagai ukuran prestasi), dan data kualitatif (dengan menampilkan
angka sebagai perbandingan).
Analisis data dilakukan secara deskriptif komparatif yang bertujuan untuk membandingkan kondisi sebelum dan sesudah diadakan tindakan
perbaikan pembelajaran.
Tahapan dalam tindakan menganalisis data meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
1. Reduksi Data
Reduksi data dilakukan dalam rangka pemilihan dan penyederhanaan data. Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah seleksi data dan
pembuangan data yang tidak relevan. Data-data yang relevan dengan penelitian akan diorganisasikan sehingga terbentuk sekumpulan data yang
dapat memberi informasi faktual.
2. Penyajian data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk sekumpulan informasi, baik berupa tabel, bagan, maupun deskriptif naratif, sehingga data yang tersaji relatif
jelas dan informatif. Tindakan lanjutan, penyajian data digunakan dalam kerangka menarik kesimpulan dari akhir sebuah tindakan.
3. Penarikan kesimpulan
Kegiatan penarikan kesimpulan merupakan kegiatan tahap akhir dari proses analisis data. Penarikan kesimpulan disusun dengan mempertimbangkan
secara evaluatif berdasarkan kegiatan-kegiatan yang ditempuh dalam dua tahap sebelumnya.
G. Indikator Kinerja
Untuk mengetahui adanya perbaikan dalam proses dan hasil belajar sesuai dengan tujuan penelitian diperlukan indikator.
Indikator yang digunakan untuk mengetahui apakah intervensi yang digunakan dapat membantu siswa mempermudah memahami materi adalah
respon, tanggapan, dan opini siswa yang menunjukkan kesetujuan.
Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa adalah peningkatan hasil belajar siswa baik secara individual maupun
klasikal serta ketuntasan belajar siswa. Siswa dinyatakan tuntas belajar jika telah mencapai tingkat pemahaman materi 60% ke atas yang ditunjukkan
dengan perolehan nilai formatif 60 atau lebih (sesuai KKM).
H. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PKT). Istilah dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR), yaitu sebuah
kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas.
Menurut Suharsini Arikunto (dalam Rusna RA, 2010:30) di dalam PTK memiliki tiga pengertian, yaitu: 1) Penelitian, yang merupakan suatu kegiatan
mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam
meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. 2) Tindakan, merupakan suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan
dengan tujuan tertentu. Tindakan dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan siswa. 3) Kelas, dalam hal ini tidak terikat dengan ruang kelas,
tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah
sekelompok siswa dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama, dan guru yang sama pula.
Mills (dalam Rusna RA, 2010:31) mendefinisikan penelitian tindakan sebagai Systematic Inkuiri yang dilakukan oleh guru, kepada sekolah, atau
konsuler untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai praktek yang dilakukannya. Informasi ini digunakan untuk meningkatkan persepsi serta
mengembangkan Reflective practice yang berdampak positif pada berbagai praktik persekolahan, termasuk memperbaiki hasil belajar siswa.
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki
kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat, (Wardani, 2006:1-4).
Dalam penelitian tindakan kelas ini strategi yang digunakan mengacu pada model siklus. Lebih lanjut Rusna RA (2007:7-8) mengatakan PTK
dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari empat tahap, yaitu:
1. Perencanaan (planning)
2. Pelaksanaan (acting),
3. Pengamatan (observation),
4. Refleksi (reflection).
Hasil refleksi terhadap tindakan yang dilaksanakan akan digunakan untuk merevisi rencana, jika ternyata tindakan yang dilaksanakan belum berhasil
memecahkan masalah.
Daur PTK dimulai dengan merencanakan yang merupakan langkah pertama yang menjadi acuan pelaksanaan tindakan. Tahap tindakan sebagai
langkah kedua dan merupakan proses pembelajaran. Tindakan perencanaan ini perlu diobservasi agar tindakan yang dilakukan dapat diketahui
kualitasnya.
Berdasarkan pengalaman tersebut, maka akan dapat ditentukan apakah ada hal-hal yang segera diperbaiki agar tindakan dapat mencapai tujuan
yang telah dirumuskan. Setelah pengamatan dilakukan selama proses tindakan berlangsung, hasil pengamatan didiskusikan dengan teman sejawat
guna mendapat refleksi. Refleksi dilakukan dengan cara merenungkan kembali proses pembelajaran, baik mengenai kekurangannya maupun
keberhasilan pembelajaran bagi siswa. Dengan demikian akan dapat diketahui kelemahan tindakan pembelajaran yang perlu diperbaiki pada daur

ulang berikutnya. Daur PTK tersebut perlu didesain lebih lanjut agar kelemahan dapat diminimalkan, sehingga secara kronologis peneliti dengan
mudah melakukan perbaikan pembelajaran sesuai dengan daur ulang dalam tiga siklus.
Dalam melakukan perbaikan pembelajaran dimulai dari ide awal, studi pendahuluan yang meliputi proses pembelajaran, tes diagnostic sebagai data
awal, analisis dokumen kelas, wawancara dengan siswa, dan diskusi dengan supervisor. Selanjutnya dilakukan pemantapan antara lain refleksi, studi
literature, dan diskusi dengan supervisor tentang alat peraga kongkret dan materi pembelajaran aktif. Kemudian dilakukan persiapan penyusunan
RPPP, tes formatif, lembar observasi, LKS, observer, dan simulasi. Melakukan tindakan dalam tiga siklus. Tiap siklus terdiri dari perencanaan
tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Apabila siklus I belum berhasil maka dilakukan perbaikan siklus II, apabila siklus II belum
berhasil maka diadakan perbaikan siklus III. Pada perbaikan pembelajaran siklus III telah berhasil dan perbaikan pembelajaran berhenti di siklus III.
Prosedur perbaikan pembelajaran selanjutnya dirancang dalam urutan tahapan sebagai berikut: 1) Mengidentifikasi masalah, menganalisis,
merumuskan masalah, dan merumuskan hipotesis; 2) Menemukan cara memecahkan masalah/tindakan perbaikan; 3) Merancang scenario tindakan
perbaikan yang dikemas dalam RPPP; 4) Mendiskusikan aspek-aspek yang diamati dengan teman sejawat yang ditugasi sebagai Pengamat
(observer); 5) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan scenario yang telah dirancang dan diamati oleh teman sejawat; 6) mendiskusikan hasil
pengamatan dengan teman sejawat; 7) Melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan; 8) konsultasi dengan
supervisor; 9) Merancang tindak lanjut; 10) Re-planning dan seterusnya sampai mencapai batas kriteria yang telah ditetapkan.

BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Pelaksanaan Penelitian
1. Siklus I
a. Perencanaan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran Penelitian Tindakan Kelas (PTK) siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama
dilaksanakan tanggal 3 Maret dan pertemuan kedua tanggal 9 Maret.
Pelaksanaan kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I pertemuan I menggunakan metode inkuiri.
Sebelum melaksanakan tindakan perbaikan, dilakukan persiapan terakhir. Langkah awal dalam perencanaan adalah peneliti memeriksa Rencana
Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran (RPPP) yang telah disusun, dibaca ulang, mencermati setiap butir yang akan direncanakan.
Langkah selanjutnya adalah peneliti memeriksa alat peraga yang akan digunakan, mencoba menggunakan alat peraga, dan mensimulasikan hingga
benar-benar yakin peragaan akan berjalan mulus.
Peneliti memeriksa skenario perbaikan pembelajaran yang terdapat di dalam RPPP yang akan diimplementasikan melalui kegiatan perbaikan
pembelajaran dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir.
Yang tidak kalah penting untuk dipersiapkan adalah kelengkapan dan ketersediaan alat pengumpul data, seperti lembar observasi yang telah
disepakati dengan teman sejawat yang akan membantu.
Langkah terakhir dalam kegiatan perencanaan adalah meyakinkan bahwa teman sejawat yang akan membantu sudah memahami apa yang harus ia
lakukan, misalnya apa saja yang harus diamati (guru, siswa, proses pembelajaran), bagaimana cara mengisi lembar observasi, dan sebagainya.
b. Tindakan
Pertemuan I
1) Kegiatan Awal
Peneliti melaksanakan Pertemuan pertama pada hari Kamis, tanggal 3 Maret. Kegiatan awal dilaksanakan kurang lebih 10 menit. Peneliti
memberikan salam, memeriksa kehadiran siswa, mengkondisikan siswa agar siswa siap menerima pelajaran, memotivasi siswa, memberikan
apersepsi untuk memusatkan perhatian siswa pada materi pembelajaran, berupa:
Mengapa jika berada di luar ruangan saat siang hari terasa panas?
Mengapa hal itu bisa terjadi?
Peneliti menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu melalui pengamatan siswa dapat mendeskripsikan hasil
pengamatan tentang pengaruh energi panas, gerak, dan getaran dalam kehidupan sehari-hari dengan benar.
2) Kegiatan Inti
Peneliti melaksanakan kegiatan inti pada siklus I pertemuan pertama selama 40 menit. Peneliti memasang beberapa gambar sumber energi di papan
tulis seperti matahari, lilin, setrika, kompor, air terjun, kincir angin, gitar, gendang, dram, dan lain-lain untuk diamati oleh siswa.
Siswa ditugaskan untuk mengamati berbagai gambar sumber energi yang dipasang di papan tulis.
Keributan terjadi, siswa saling berebut ingin paling depan agar dapat melihat gambar dengan jelas.
Setelah mengamati gambar, siswa ditugaskan mengerjakan lembar kerja siswa (LKS) tentang pengaruh energi panas, gerak, getaran dalam
kehidupan sehari-hari.
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung teman sejawat melakukan pengamatan terhadap jalannya proses perbaikan, keaktifan siswa, dan
kegiatan peneliti selama melaksanakan perbaikan pembelajaran.
Setelah selesai mengerjakan LKS, beberapa siswa melaporkan hasil kerjanya di depan kelas bergantian dan siswa lain yang belum maju memberikan
tanggapan, sanggahan, pertanyaan, dan pendapat yang berbeda kepada siswa yang sedang melaporkan hasil kerjanya.
Siswa mengumpulkan lembar kerja siswa untuk dipajang pada papan pajangan kelas.
3) Kegiatan Akhir
Peneliti melaksanakan kegiatan akhir perbaikan pembelajaran selama 20 menit. Siswa dengan bimbingan peneliti menyimpulkan hasil pengamatan
dan merangkum materi pembelajaran yang telah dipelajari.
Peneliti membacakan kembali hasil diskusi siswa dan menegaskan materi yang telah dipelajari, memberikan tugas rumah kepada siswa.
Peneliti mengakhiri perbaikan pembelajaran dengan mengucapkan salam.
Pertemuan II
1) Kegiatan Awal
Peneliti melaksanakan Pertemuan kedua siklus I pada hari Kamis tanggal 10 Maret, kegiatan awal dilaksanakan selama 10 menit, kegiatan awal
dilaksanakan dengan memberikan salam, memeriksa kehadiran siswa, mengkondisikan siswa agar siap menerima pelajaran.
Peneliti mulai melakukan apersepsi sebagai berikut: Mengapa kincir angin bisa berputar? Pada pertemuan kali ini, sama seperti pertemuan yang
lalu, kita akan belajar bersama tentang pengaruh energi panas, gerak, dan getaran dalam kehidupan sehari-hari, diharapkan kalian akan bisa
mendeskripsikan pengaruh energi dalam kehidupan sehari-hari dengan benar.
2) Kegiatan Inti
Peneliti melaksanakan kegiatan inti siklus I pertemuan II selama 40 menit. Peneliti membagikan lembar kerja siswa untuk mencatat hasil pengamatan
tentang pengaruh energi panas, gerak dan getaran dalam kehidupan sehari-hari.
Peneliti mengajak siswa ke luar kelas untuk melakukan pengamatan membuktikan bahwa panas sinar matahari berpengaruh terhadap kehidupan
kita. Siswa mengambil dua lembar kertas biru dan putih, kemudian kedua kertas dimasukkan ke dalam ember yang berisi air. Kertas putih diletakkan
di tempat yang terkena panas matahari secara langsung, sedangkan yang biru diletakkan di tempat yang teduh. Setiap siswa melakukan pengamatan
langsung terhadap proses pengaruh energi panas matahari.
Selama proses kegiatan perbaikan pembelajaran berlangsung teman sejawat melakukan pengamatan terhadap jalannya proses perbaikan, keaktifan
siswa, dan kegiatan peneliti selama melaksanakan perbaikan pembelajaran. Setelah selesai, masing-masing siswa melaporkan hasil pengamatan di
depan kelas dan siswa lain menanggapi.
Siswa dengan bimbingan peneliti menyimpulkan hasil pengamatan. Peneliti memberikan penguatan terhadap siswa yang berani maju melaporkan
hasil diskusinya. Siswa mengumpulkan hasil pengamatan untuk dipajang pada papan pajangan kelas.
3) Kegiatan Akhir
Peneliti melaksanakan kegiatan akhir selama 20 menit. Peneliti membacakan kembali hasil diskusi siswa dan menegaskan materi, membimbing
siswa merangkum materi yang telah dipelajari.
Siswa mengerjakan tes formatif untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah diterimanya, kemudian dilanjutkan
dengan penilaian dan tindak lanjut.
Peneliti mengakhiri perbaikan pembelajaran dengan mengucapkan salam.
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh teman sejawat terhadap peneliti. Berdasarkan hasil penelitian didapat beberapa hal yang mendapat perhatian pengamat
dan menjadi catatan, ada beberapa siswa yang tidak serius melaksanakan tugas, ada anak yang malah bermain dan tidak melakukan pengamatan
sesuai dengan apa yang harus dikerjakan sesuai lembar kerja.

Berdasarkan hasil pengamatan secara umum proses kegiatan perbaikan pembelajaran belum optimal. Kurang optimalnya kegiatan siswa merupakan
penyebab masih rendahnya hasil belajar siswa. Hasil tes formatif ada 15 anak yang sudah mendapat nilai di atas nilai tuntas, dan sisanya 10 anak
mendapat nilai di bawah nilai tuntas. Kemudian pengamat mewawancarai siswa yang belum tuntas, dari hasil wawancara ternyata siswa yang belum
tuntas merasa bingung apa yang harus dilakukan pada saat penelitian.
d. Refleksi
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran IPA tentang pengaruh energi panas, gerak, getaran dalam kehidupan sehari-hari pada siklus I belum berhasil.
Terbukti dari 25 siswa baru 15 yang mendapat nilai tuntas. Pengajaran masih dilaksanakan secara klasikal, sehingga siswa banyak yang merasa
bingung dalam mengisi lembar kerja. Kurangnya optimalisasi kegiatan siswa pada saat kerja melakukan pengamatan merupakan salah satu faktor
penyebab, dan kurangnya pengawasan peneliti juga menjadi sebab rendahnya nilai siswa. Berdasarkan kenyataan tersebut peneliti dan pengamat
sepakat untuk melakukan tindakan perbaikan pembelajaran siklus II. Upaya yang akan dilakukan adalah dengan mengoptimalkan kegiatan siswa, dan
meningkatkan pengawasan peneliti terhadap kerja siswa.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran Penelitian Tindakan Kelas (PTK) siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama
dilaksanakan tanggal 17 Maret dan pertemuan kedua tanggal 24 Maret.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan temuan yang diperoleh pada siklus I, II, dan III dapat ditarik kesimpulan bahwa Penggunaan metode
pembelajaran inkuiri dengan metode bervariasi dari diskusi, penugasan, peragaan, dan pengamatan pada pembelajaran IPA konsep pengaruh
energi, dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
B. Saran
1. Bagi Guru/Peneliti
a. Guru sebagai pendidik perlu mengadakan penelitian tindakan kelas guna meningkatkan kemampuan profesionalnya.
b. Guru hendaknya menggunakan model dan metode yang bervariasi pada setiap kegiatan pembelajaran, misalnya metode inkuiri.
c. Guru hendaknya memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan dan mengolah pengetahuannya sendiri.
d. Sebagai seorang pendidik yang selalu harus berinovasi untuk mendapatkan pengetahuan yang memadai agar tidak tertinggal dengan
perkembangan pengetahuan yang semakin pesat.
e. Guru hendaknya selalu aktif, kreatif, dan bekerja sama dengan teman sejawat dalam menemukan dan memecahkan masalah bersama.
f. Guru harus meningkatkan kemampuannya, baik melalui pendidikan maupun seminar-seminar serta diklat, atau melalui PTK.
2. Bagi Siswa
a. Siswa harus aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran melalui peragaan, pengamatan, dan latihan untuk dapat menemukan pengetahuannya
sendiri demi meningkatkan hasil belajarnya.
b. Siswa hendaknya berani dalam bertanya, mengemukakan pendapat, atau menanggapi pendapat siswa lain dalam proses diskusi kelompok.
c. Siswa harus selalu melatih keterampilan mengamati agar hasil belajarnya bisa meningkat.
3. Bagi Sekolah
a. Sekolah harus menyediakan sarana dan prasarana misalnya alat peraga dalam kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Sekolah harus memberikan kesempatan kepada guru seluas-luasnya untuk mengembangkan kreatifitasnya dengan kegiatan pendidikan dan
pelatihan peningkatan profesionalisme guru.
c. KKG/MGMP yang telah lama ada agar diberdayakan lagi, kegiatan lesson study juga merupakan tempat yang sangat baik guna meningkatkan
kemampuan guru dalam peningkatan kualitas pembelajaran.
C. Tindak Lanjut
Hasil dari penelitian ini akan ditindaklanjuti dengan meminimalkan pengulangan pembelajaran. Hasil penelitian akan diujicobakan pada materi atau
mata pelajaran lain.
Hasil penelitian akan disampaikan kepada teman seprofesi dalam acara KKG atau MGMP tingkat gugus dan Kecamatan.

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Badudu Zain. (1992). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Belen, S. (2003). Belajar Aktif dan Terpadu. Surabaya: Duta Graha Pustaka.
Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Dahar, R.W. (1996). Teaching Science Through Discovery. New York: Macmillan Publishing Company.
Demaja, Christiana. (2004). Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar. Artikel. http://artikel1.us/christiana6-04.html/
Depdiknas. (2003). Kegiatan Belajar Mengajar yang efektif. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Dimyati dan Mujiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Direktorat Jenderal Pendidiakn Dasar dan Menengah. (2004). Pedoman Pembelajaran Tuntas. Jakarta: Depdiknas
Gagne, RM., Briggs, L.J. (1979). Principles of Instructional Design. Holt. Rinehart and Winston.
Hamalik, Oemar. (2004). Media Pendidikan. Bandung: PT Aditya Bakti.
Hernawan, A.H. (2007). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Haryanto. (2007). Sain untuk SD Kelas 3. Jakarta. Erlangga.
Hilgard, Ernest R. (1948). Theories of Learning. East Norwalk, CT, US: Appleton-Century-Crofts.
http://www.igh.org/triangulation/ Institute Global Tech yang tersedia secara online diunduh pada tanggal 8 April 2011, Pukul 13.35 WIB.
Kemmis & Mc. Taggart. (1994). The Action Research Planner. Geelong: Deaken University Press.
Mikarsa, H.L., Taufik, A., Prianto, P.L. (2007). Pendidikan Anak SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Millis, G.E. (2000). Action Research; A Guide for the Teacher Research. Columbus: Merrills Am Imprint of Prentice Hill.
Priyono, dkk. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam 3 untuk SD dan MI Kelas III. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Purwadarminta. (1994). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Purwanto, M. Ngalim, MP. (1997). Psikologis Pendidikan. Bandung: PT Rosda Karya.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Balai Pustaka.
Revans, Reg. (1998). Action Learning. New York: Hart Publishing Co.
Ristasa, R dan Prayitno. (2006). Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Purwokerto: UPBJJ Purwokerto.
Ristasa, R.A. (2009). Perspektif Pendidikan IPA. Hand Out Pembimbing TAP di UPBJJ Purwokerto.
Ristasa, R.A. (2010). Pedoman Penyusunan Laporan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Purwokerto: Departemen Pendidikan
Nasional, Universitas Terbuka, UPBJJ Purwokerto.
Sudiarto. (1990). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Dirjend Dikti.
Suharsimi Arikunto. (1993). Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sumantri M. Dan Syaodih, N (2006). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sutarno, Nono, dkk. (2007). Materi dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta: Universitas Terbuka
Trihartanto, S.I (2007). Media Pembelajaran Bahasa Indonesia. Makalah Disajikan dalam Workshop Pengembangan Model Pembelajaran Mapel
Bahasa Indonesia dan Ilmu Pengetahuan Alam bagi Guru Sekolah Dasar Provinsi Jawa Tengah. LPMP Jawa Tengah. Semarang 22-31 Oktober 2007.
Wardani, IGAK. Julaeha. Siti & Marsianah, Ngadi. (2007). Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta: Universitas Terbuka
Wardani, IGAK. Wihardi: K & Nasoetion, N. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
Winataputra Udin, S. (1997). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Univertas Terbuka.

You might also like