You are on page 1of 33

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stroke merupakan penyakit paling mematikan nomer tiga di dunia setelah
jantung dan kanker, serta penyakit nomer satu di indonesia. ( Auryn, Virzana. 2009.
Hal : 57 ).
Menurut data dari World Health Organization ( WHO ) pada tahun 2011
terdapat 15.000.000 orang di dunia yang mengalami stroke setiap tahunnya. Dari
jumlah tersebut terdapat 5 juta jiwa meninggal dunia dan 5 juta jiwa lainnya
mengalami cacat total permanen. Penyebab utama terjadinya stroke pada 12,7 juta
jiwa di seluruh dunia diakibatkan karena tekanan darah tinggi. ( News, Viva. 2011,
Statistik Stroke, http://obat-stroke.net/stroke/statistik-stroke.html ).
Melihat latar belakang di atas angka kejadian Stroke untuk setiap tahunnya
cenderung naik dan penanganan stroke sendiri tergolong mudah karena stroke dapat
dicegah dengan mengatur pola hidup yang baik sehingga penulis tertarik untuk
membuat asuhan Keperawatan Keluarga dengan penyakit stroke.
1.2 Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Apakah definisi CVA?


Apakah etiologi/ faktor pencetus CVA?
Apakah manifestasi klinis CVA?
Apakah pemeriksaan penunjang pada CVA?
Apakah penatalaksanaan klien dengan CVA?
Apa sajakah komplikasi dari CVA?
Apakah asuhan keperawatan pasien dengan CVA?

1.3 Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu meningkatkan kemampuan keluarga agar mandiri
mengatasi masalah kesehatannya.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan memahami definisi CVA.
2. Mengetahui dan memahami etiologi/ faktor pencetus CVA.
3.

Menyebutkan dan memahami manifestasi klinis CVA.

4. Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang pada CVA.


5. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan CVA.
6. Mengetahui dan memahami komplikasi dari CVA.
7. Menjelaskan asuhan keperawatan pasien dengan CVA.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Keluarga


2.1.1 Pengertian Keluarga
Friedman (1998) mendefinisikan keluarga sebagai kumpulan dua orang atau
lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu
mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Pengertian
keluarga yang lain sebagaimana dinyatakan oleh Suprajitno (2004) yaitu suatu
ikatan/ persekutuan hidup atas dasar perkawinan antar orang dewasa yang berlainan
jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau perempuan yang sudah
sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi yang tinggal
dalam sebuah rumah tangga. Sementara itu Effendi (1998:30) mendefinisikan
keluarga sebagai perkumpulan dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup
dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam peranannya
masing- masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.
Berdasarkan ketiga pengertian tersebut diambil kesimpulan (Suprajitno,
2004:14) bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas dua
orang atau lebih yang tinggal disuatu tempat atau rumah dan berinteraksi satu sama
lain, mempunyai perannya masing-masing-masing-masing dan mempertahankan
suatu kebudayaan.
Maka untuk itu indonesia merupakan salah satu negara yang menjunjung
tinggi adat ketimuran yang menekankan bahwa keluarga harus dibentuk atas dasar
perkawinan, seperti yang tertulis dalam peraturan pemerintah (PP) No. 21 tahun 1994
bahwa keluarga dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah.
2.1.2 Tipe Tipe Keluarga Menurut Suprajinto (2004:2)
1. Keluarga inti ( Nuclear family )

2. Adalah suatu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak.
3. Keluarga besar ( Exstended family )
4. Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek,
kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, atau bibi.
5. Keluarga bentukan kembali (dyadic family)
6. Adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah bercerai atau
kehilangan pasangannya
7. Orang tua tunggal (single parent family) yaitu keluarga yang terdiri dari salah
satu orang tua dengan anak-anaknya akibat perceraian atau ditinggal
pasangannya,
8. Ibu dengan anak tanpa perkawinan yang sah (the unmarried teenage mother)
9. Orang dewasa laki-laki atau perempuan yang tinggal sendiri tanpa pernah
menikah (the single adult living alone)
10. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non marital
heterosecual cohabiting family)
11. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and
lesbian family).
2.1.3 Tahap Perkembangan Keluarga dan Tugas Perkembangan Menurut Suprajitno
(1004:3)
Bukan hanya individu saja yang memiliki tahap perkembangan, keluargapun
memiliki tahap perkembangan dengan berbagai tugas perkembangan masing-masing.
Tahaptahap perkembangan itu antara lain:
1. Tahap perkembangan keluarga baru menikah
a. Tugas ini dimulai dengan membina hubungan intim yang memuaskan
pasangannya
b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan keluarga sosial.
c. Membina rencana memiliki anak
2. Keluarga dengan anak baru lahir
a. Dimulai dengan mempersiapkan menjadi orang tua
b. Adaptasi dengan perubahan adanya anggota keluarga, interaksi
keluarga, hubungan seksual dan kegiatan
c. Mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangannya
3. Keluarga dengan anak usia pra sekolah
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, misal kebutuhan tempat
tinggal, privasi dan rasa aman
b. Membantu anak untuk bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang beru lahir, sementara kebutuhan anak
yang lain yang lebih tua juga harus terpenuhi,

d. Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam maupun diluar


keluarga
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
g. Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan
dan perkembangan anak.
4. Keluarga dengan anak usia sekolah.
a. Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah
dan lingkungan lebih luas
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan
kesehatan anggota keluarga.
5. Keluarga dengan anak remaja.
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab
mengingat anak remaja adalah sorang dewasa muda dan mulai
memiliki otonomi
b. Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang
tua,hindarkan terjadinya perdebatan kecurigaan dan permusuhan
d. Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan (anggota)
keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota
keluarga.
6. Keluarga mulai melepaskan anak sebagai dewasa
a. Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjelaskan keluarga
besar
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat
d. Penataan kembali peran orang tua dan kegiatan dirumah.
7. Keluarga dengan usia pertengahan.
a. Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan
b. Mempertahankan hubungan yang serasi dan memuaskan dengan anakanaknya dan sebaya
c. Meningkatkan keakraban pasangan.
8. Keluarga usia tua.
a. Mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling
menyenangkan pasangan
b. Adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi, kehilangan pasangan,
kekuatan fisik dan penghasilan keluarga
c. Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat
d. Melakukan life review masa lalu.
2.1.4 Struktur Keluarga menurut Suprajino (2004:7)

Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan


fungsi keluarga di masyarakat, antara lain:
1. Struktur peran keluarga
Menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam keluarga
sendiri dan perannya di lingkungan masyarakat atau peran formal dan
informal
2. Nilai dan norma keluarga
Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini oleh keluarga,
khususnya yang berhubungan dengan kesehatan
3. Pola komunikasi keluarga
Menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah-ibu, orang tua
dengan anak, anak dengan anak dan anggota keluarga lain dengan keluarga
inti.
4. Struktur kekuatan keluarga
Menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan
mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang
mendukung kesehatan.
2.1.5 Fungsi keluarga menurut Friedman (1998)
Secara umum fungsi keluarga (friedman, 1998) adalah:
1. Fungsi afektif
Adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk
mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain
2. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi
Adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan
sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di
luar rumah
3. Fungsi reproduksi
Adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan
keluarga.
4. Fungsi ekonomi
Adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi

dan

tempat

untuk

mengembangkan

kemampuan

individu

meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga


5. Fungsi pemerliharaan kesehatan
Adalah fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga
agar tetap memiliki produktivitas tinggi

2.1.6 Lima tugas keluarga dibidang kesehatan menurut Suprajitno (2004:4)


Keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan
dilakukan antara lain:
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena
tanpa kesehatan segala sesuatu akan tidak berarti dan karena kesehatanlah
kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga akan habis.
2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan
yang tepat sesuai dengan keadan keluarga, dengan mempertimbangkan siapa
diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk
menentukan tindakan keluarga.
3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
Seringkali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi
keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga itu sendiri
4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitar keluarga.
2.2 Proses Keperawatan Keluarga
Menurt Friedman (1998:54), Proses keperawatan merupakan pusat bagi
semua tindakan keperawatan, yang dapat diaplikasikan dalam situasi apa saja, dalam
kerangka referensi tertentu, konsep tertentu, teori atau falsafah.
Friedman dalam Proses keperawatan keluarga juga membagi dalam lima
tahap proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian terhadap keluarga, identifikasi
masalah keluarga dan individu atau diagnosa keperawatan, rencana perawatan,
implemntasi rencana pengerahan sumber-sumber dan evaluasi perawatan.
Dalam melakukan asuhan keperawatan kesehatan keluarga menurut Effendi
(2004) dengan melalui membina hubungan kerjasama yang baik dengan keluarga
yaitu dengan mengadakan kontrak dengan keluarga, menyampaikan maksud dan
tujuan, serta minat untuk membantu keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan
keluarga, menyatakan kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan kebutuhan

kesehatan yang dirasakan keluarga dan membina komunikasi dua arah dengan
keluarga.
Friedman (1998: 55) menjelakan proses asuhan keperawatan keluarga terdiri dari
lima langkah dasar meliputi :

1. Pengkajian
Menurut Suprajitno (2004:29) pengkajian adalah suatu tahapan ketika
seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang
keluarga yang dibinanya. Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan
asuhan keperawatan keluarga. Agar diperoleh data pengkajian yang akurat
dan sesuai dengan keadaan keluarga, perawat diharapkan menggunakan
bahasa ibu (bahasa yang digunakan sehari-hari), lugas dan sederhana
(Suprajitno: 2004).
Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi pengumpulan
informasi dengan cara sistematis dengan menggunakan suatu alat
pengkajian keluarga, diklasifikasikan dan dianalisa (Friendman, 1998: 56)
a. Pengumpulan data
1) Identitas keluarga yang dikaji adalah umur, pekerjaan, tempat
tinggal, dan tipe keluarga.
2) Latar belakang budaya /kebiasaan keluarga.
a) Kebiasaan makan
Kebiasaan makan ini meliputi jenis makanan yang
dikosumsi oleh Keluarga. Untuk penderita stroke biasanya
mengkonsumsi makanan yang bayak menandung garam,
zat pengawet, serta emosi yang tinggi.
b) Pemanfaatan fasilitas kesehatan
Perilaku keluarga didalam memanfaatkan
kesehatan

merupakan

faktor

yang

penting

fasilitas
dalam

penggelolaan penyakit stroke fase rehabilitasi terutama


ahli fisiotherapi.
c) Pengobatan tradisional
Karena penderita stroke memiliki kecenderungan tensi
tinggi, keluarga bisa memanfaatkan pengobatan tradisional

dengan minum air ketimun yang dijus sehari dua kali pagi
dan sore.
3) Status Sosial Ekonomi
a) Pendidikan
Tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi keluarga
dalam mengenal hipertensi beserta pengelolaannya.
berpengaruh pula terhadap pola pikir dan kemampuan
untuk mengambil keputusan dalam mengatasi masalah
dangan tepat dan benar.
b) Pekerjaan dan Penghasilan
Penghasilan yang tidak seimbang juga berpengaruh
terhadap keluarga dalam melakukan pengobatan dan
perawatan pada angota keluarga yang sakit salah satunya
disebabkan karena hipertensi. Menurut (Effendy,1998)
mengemukakan bahwa ketidakmampuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang sakit salah satunya
disebabkan karena tidak seimbangnya sumber-sumber
yang ada pada keluarga.
4) Tingkat perkembangan dan riwayat keluarga.
Menurut Friedmen (1998:125), Riwayat keluarga mulai lahir
hingga saat ini. termasuk riwayat perkembangan dan kejadian
serta pengalaman kesehatan yang unik atau berkaitan dengan
kesehatan yang terjadi dalam kehidupan keluarga yang belum
terpenuhi berpengaruh terhadap psikologis seseorang yang dapat
mengakibatkan kecemasan.
5) Aktiftas
Aktifitas fisik yang keras dapat menambah terjadinya peningkatan
tekanan darah. Serangan hipertensi dapat timbul sesudah atau
waktu melakukan kegiatan fisik, seperti olah raga (Friedman,
1998:9).
6) Data Lingkungan
a) Karakteristik rumah
Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti
lantai rumah, penerangan dan fentilasi yang baik dapat

mengurangai faktor penyebab terjadinya cedera pada


penderita stroke fase rehabilitasi.
b) Karakteristik Lingkungan
Menurut (friedman,1998 :22)

derajad

kesehatan

dipengaruhi oleh lingkungan. Ketenangan lingkungan


sangat mempengaruhi derajat kesehatan tidak terkecuali
pada hipertensi.
7) Struktur Keluarga
a) Pola komunikasi
Menurut (Friedman, 1998) Semua interaksi perawat
dengan pasien adalah berdasarkan komunikasi. Istilah
komunikasi teurapetik merupakan suatu tekhnik diman
usaha mengajak pasien dan keluarga untuk bertukar
pikiran

dan

perasaan.

Tekhnik

tersebut

mencakup

ketrampilan secara verbal maupun non verbal, empati dan


rasa kepedulian yang tinggi.
b) Struktur Kekuasaan
Kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam kondisi
kesehatan, kekuasaan yang otoriter dapat menyebabkan
stress psikologik yang mempengaruhi dalam tekanan
darah pasien stroke.
c) Struktur peran
Menurut Friedman(1998), anggota keluarga menerima dan
konsisten terhadap peran yang dilakukan, maka ini akan
membuat anggota keluarga puas atau tidak ada konflik
dalam peran, dan sebaliknya bila peran tidak dapat
diterima dan tidak sesuai dengan harapan maka akan
mengakibatkan ketegangan dalam keluarga.
8) Fungsi Keluarga
a) Fungsi afektif
Keluarga yang tidak menghargai anggota keluarganya
yang menderita hipertensi, maka akan menimbulkan
stressor

tersendiri

bagi

penderita.

Hal

ini

akan

menimbulkan suatu keadaan yang dapat menambah

seringnya terjadi serangan hipertensi karena kurangnya


partisipasi keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
sakit (Friedman, 1998).
b) Fungsi sosialisasi
Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota keluarga
yang menderita stroke dalam bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar. Bila keluarga tidak memberikan
kebebasan pada anggotanya, maka akan mengakibatkan
anggota keluarga menjadi sepi. Keadaan ini mengancam
status emosi menjadi labil dan mudah stress.
c) Fungsi kesehatan
Menurut suprajitno (2004) fungsi mengembangkan dan
melatih

anak

untuk

berkehidupan

sosial

sebelum

meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang


lain diluar rumah.
9) Pola istirahat tidur
Istirahat tidur seseorang akan terganggu manakala sedang
mengalami masalah yang belum terselesaikan.
10) Pemeriksaan fisik anggota keluarga
Sebagaimana prosedur pengkajian yang

komprehensif,

pemeriksaan fisik juga dilakukan menyeluruh dari ujung rambut


sampai kuku untuk semua anggota keluarga. Setelah ditemukan
masalah kesehatan, pemeriksaan fisik lebih terfokuskan.
11) Koping keluarga
Bila ada stressor yang muncul dalam keluarga, sedangkan koping
keluarga tidak efektif, maka ini akan menjadi stress anggota
keluarga yang berkepanjangan.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan
respon manusia atas perubahan pola interaksi potensial atau aktual
individu. Perawat secara legal dapat mengidentifikasi dan menyusun
intervensi masalah keperawatan. Kolaburasi dan koordinasi dengan
anggota tim lain merupakan keharusan untuk menghindari kebingungan
anggota akan kurangnya pelayanan kesehatan.

Dalam diagnosa keperawatan stroke atau cerebro vasculer accident


didapatkan diagnosa keperawatan sebagai berikut :
a.Perubahan perfusi jaringan cerebral (Doengoes, 2000)
b.
Kerusakan mobilitas fisik ( Doengoes, 2000)
c.Komunikasi, kerusakan verbal dan tertulis (Doengoes, 2000)
d.
Perubahan persepsi sensori (Doengoes, 2000)
e.Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi (Lynda Juall, 2001)
f. Ketidakmampuan merawat diri (Lynda Juall, 2001)
g.
Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pengobatan
(Doengoes, 2000)
3. Intervensi Keperawatan
a. Menyusun prioritas
Friedman (1998:64), menjelaskan perencanaan perawatan meliputi
seleksi bersama yang dirancang untuk mencapai tujuan. Faktor
penetapan prioritas perasaan peka terhadap klien dan efek terpeutik
terhadap tindakan dimasa mendatang.
b. Menyusun tujuan
Friedman (1998:64) menjelaskan perencanaan meliputi perumusan
tujuan yang berorientasi kepada klien kemungkinan sumber-sumber
penggambaran pendekatan alternatif untuk memenuhi tujuan dan
operasional perencanaan.
Ada 3 kegiatan menurut Friedman (1998:64) yaitu:
1) Tujuan jangka pendek yang sifatnya dapat diukur langsung
dan spesifik
2) tujuan jangka menengah
3) tujuan akhir atau jangka panjang yang sifatnya umum dan
mempunyai tujuan
c. Menentukan kriteria dan standar evaluasi
Kriteria yang akan dicapai adalah respon verbal, afektif dan
psikomotor keluarga mengenai penjelasan tentang masalah
kesehatan (Friedman:1998:71)
4. Implementasi keperawatan
Dalam memilih tindakan keperawatan tergantung pada sifat masalah dan
sumber-sumber yang tersedia.
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah post stroke. Intervensi
:

1) Berikan informasi kepada keluarga mengenai: pengertian, tanda


dan gejala, penyebab, komplikasi, cara perawatan, penanganan
dan pencegahan stroke.
2) Motivasi keluarga untuk mengenal masalah stroke
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang dapat
mengenai tindakan kesehatan yang tepat terhadap anggota keluarga
yang menderita post stroke. Intervensi:
1) Memberikan informasi tentang alternatif pencegahan dpat
diambil untuk mengatasi pasien stroke, seperti menjaga
kesehatan lingkungan, menghindari faktor pencetus, serta
minum obat secara teratur.
2) Mendiskusikan akibat bila

tidak

melakukan

tindakan

keperawatan untuk mengatasi stroke


3) Memberikan kesempatan untuk mengambil keputusan tentang
tindakan kesehatan yang diambil pada anggota keluarga yang
terkena stroke
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
atau perawatan post stroke. Intervensi:
1) Sarankan atau anjurkan kepada keluarga untuk melakukan
perawatan secara teratur, jaga diet penderita stroke
2) Demonstrasikan teknik latihan tentang gerak dirumah
d. Ketidakmampuan keluarga untuk memelihara lingkungan yang
dapat menyebabkan atau mempengaruhi kesehatan
Intervensi:
1) Memberikan semangat pada penderita terutama yang
berasal dasri keluarga itu sendiri atau melalui orang atau
sumber-sumber yang dipercaya mempunyai pengaruh
terhadap proses penyembuhan
2) Modifikasi lingkungan yang dapat mendukung proses
penyembuhan klien
e. Ketidakmampuan keluarga

untuk

mengenal

pelayanan kesehatan terhadap perawatan post stroke


Intervensi:

sumber-sumber

1) Memberikan informasi tentang sumber-sumber yang dapat


digunakan

utnuk

memperoleh

pelayanan

kesehatan

misalnya rujukan kontrol, perawatan fisiotherapi dan


sumber-sumber lain
2) Memberikan motivasi agar keluarga memanfaatkan sumbersumber yang ada secara berkesinambungan
5. Evaluasi
Friedman (1998:71) menjelaskan bahwa evaluasi didasarkan pada
seberapa efektifnya intervensi yang dilakukan keluarga, perawat dan yang
lainny. Keefektifan dilihat dari respon keluarga bukan intervensi yang
diimplementasikan. Modifikasi dlam asuhan keperawatan mengikuti
perencanaan evaluasi dan mulai dengan proses siklus kembali ke
pengkajian dengan memberikan informasi yang diperoleh dari pertemuan
sebelumnya dan diteruskan dengan revisi setiap fase dalam siklus bila
dibutuhkan.
Evaluasi dalam asuhan keperawatan keluarga dengan stroke post
rehabilitasi berdasarkan respon keluarga terhadap implementasi yang kita
lakukan sesuai dengan kriteria evaluasi yaitu mengetahui pengertian
stroke, mengetahui gangguan pada penderita stroke dan mengetahui
tindakan apa yang harus dilakukan bagi penderita stroke post rehabilitasi.
2.3 Konsep Dasar Penyakit
2.3.1 Pengertian Stroke
Stroke atau cidera cerebrovaskuler (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke otak (Suzanne).
Stroke adalah kerusakan sirkulasi dalam satu atau lebih pembuluh darah yang
menyediakan darah pada otak. Penyediaan oksigen dan darah ke otak menjadi kurang
atau berhenti, yang kemudian merusak atau memusnahkan area area tertentu dalam
jaringan otak (discases penyakit).
Stroke adalah sindrome klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif
cepat, berupa defisit neurologis fokal dan global yang berlangsung 24 jam atau lebih

atau langsung menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan


peredaran darah otak non traumatik (Doengoes, 2000:290).
Cidera serebrovaskuler atau stroke adalah penyekit cerebrovaskuler
menunjukkan adanya beberapa kelainan otak baik secara fungsioanal maupun
struktural yang disebabkan oleh keadaan patologis dari pembuluh darah serebral atau
dari seluruh sistem pembuluh darah otak (doengoes:290).
2.3.2 Klasifikasi Stroke
1. Transtient Iskemia Attach (TIA)
Yaitu gangguan neurologik setempat yang terjadi selama beberapa menit
sampai beberapa jam saja, gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan
sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
2. Stroke in evolution ( SIE)
Yaitu stroke yang wujud kelainannya terjadi secara bertahap.
3. Completeted stroke iskemic (CSI)
Yaitu stroke yang wujud kelainannya bersifat menetap
4. Reversible iscemic neurological defisit (RIND)
Yaitu stroke yang mirip dengan transient iskemik attack hanya saja kelainan
yang ada menghilang sesudah berlangsung lebih dari 24 jam
2.3.3 Stroke Berdasarkan Penyebab
Berdasarkan penyebab stroke dibedakan menjadi 2:
1. Stroke hemorhagic
Merupakan perdarahan cerebral dan mungkin perdarahan sub arachnoid.
Disebabkan oleh pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu biasanya
kejadiannya saat melakukan aktifitas atau saat aktif namun bisa juga terjadi
saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun.
2. Stroke non hemorhagic
Dapat berupa ischemia atau emboli dan trombosis cerebral, biasanya terjadi
saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau dipagi hari tidak terjadi
perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksi dan selanjutnya
dapat timbul oedema skunder. Kesadaran umumnya baik.
2.3.4 Etiologi
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan stroke antara lain:
1. Trombosis cerebral

2.
3.
4.
5.
6.
7.

Emboli
Tumor otak
Hemorhagic
Tekanan darah tinggi
Kelemahan dinding arteri
Cidera kepala

2.3.5 Faktor Resiko


Sedangkan faktor resiko dari stroke adalah kondisi atau penyakit atau
kelainan yang memiliki potensi untuk memudahkan seseorang mengalami serangan
stroke pada suatu saat.
1. Faktor resiko yang tidak dapat diobati terutama:
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Ras
d. Genetik
2. Faktor resiko yang dapat diubah atau dikendalikan diantaranya:
a. Hipertensi
b. Diabetes mellitus
c. Penyakit jantung
d. Riwayat trans iskemik atau stroke sebelumnya
e. Merokok
f. Kolesterol tinggi
g. Obesitas
h. Obat-obatan (kokain, ampetamine, ekstasi dan heroin)
2.3.6 Patofisiologi
Pada keadaan fisiologis normal, aliran darah pada otak selalu tetap yaitu 50
ml/ menit / 100 gr otak. Hal ini terjadi karena auto regulasi yang mengembangkan
arteri pada waktu hipotensi yang menguncup waktu hipertensi. Apabila tekanan darah
tinggi terus menerus terjadi maka dapat menimbulkan perubahan atroklerotik karena
perfusi dapat menyebabkan perdarahan intra kranial. Ruptur arteri juga dapat
menyebabkan perdarahan yang akan menimbulkan ekstavasasi darah ke jaringan otak
sekitarnya. Darah yang merembes ini dapat menekan, mengiritasi, dan menimbulkan
fase spasme arteri hemisfer otak.
Ruptur arteri juga dapat mengakibatkan terhentinya aliran darah sehingga
timbul iskemik focal dan infark jaringan otak. Daerah ini akan mengalami defisit
neurologis yang berupa hemiparalisis. Keluarnya darah yang mendadak dari
pembuluh darah otak dapat meningkatkan tekanan darah cerebrospinalis, hilang

kesadaran maupun gegar otak. Koma terjadi karena apabila daerah ekstravasal terjadi
hematoma yang menimbulkan penekanan pada seluruh isi kranial (Dr. H. Soedomo).
2.3.7 Manifestasi Klinis
Long (1996) menjelaskan gejala fokal yang paling sering terlihat akibat
terputusnya sirkulasi arteri cerebral adalah:
1.
2.
3.
4.

Kontralateral paralisis
Kehilangan penginderaan sensori dan memori
Disfasia atau afasia
Masalah spatial perceptual

2.3.8 Pemeriksaan Diagnostis


1. Computerized tomografi Scan (CT Scan) dapat memperlihatkan adanya
hematoma, infark dan perdarahan. Scan ini baik untuk meneliti lesi yang
letaknya dipermukaan
2. Fungsi lumbal untuk menunjukkan kelainan cerebro spinalis fluid (CSF).
Tekanan yang meningkat dan adanya cairan darah menunjukkan adanya
hemorhagic.
3. Elektro Encephalography (EEG) menggunakan gelombang untuk menentukan
lesi spesifik
4. Angiografi (arteriografi) sangat esensial untuk memperlihatkan penyebab dan
letak ganguan otak, biasanya menggunakan arteri femoralis. Ada tidaknya
oklusi, rupture atau obstruksi dapat difisualisasi dengan alat ini.
5. Magnetik Resonance Imaging (MRI) dapat menampakkan daerah patologis
2.3.9 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan keperawatan
Untuk mengobati keadaan acut perlu diperhatikan faktor faktor kritis sebagai
berikut:
a. Berusaha menstabilkan tanda tanda vital
b. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung
c. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter
d. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat
mungkin pasien harus dirubah posisi setiap 2 jam dan dilakukan latihanlatihan gerak pasif
2. Tindakan konservatif

a. Fasodilator yang meningkatkan aliran darah cerebral (ADS) secara


percobaan, tetapi maknanya: pada tubuh manusia belum dapat
dibutuhkan
b. Dapat diberikan histamin, aminophilin, acetazolamide, papaverin intra
arterial
c. Anti agregasi trombosis seperti aspirin, digunakan untuk menghambat
reaksi pelepasan agregasi. Trombosis yang terjadi ulcerasi alteroma
3. Tindakan pembedahan untuk memperbaiki aliran darah cerebral, misalnya
pada tindakan endarterectomy carotis

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas kepala keluarga :
Nama

: Tn.M,

Umur

: 50 tahun,

Agama

: Islam,

Suku

: Sasak,

Pendidikan

: Sekolah Dasar (SD),

Pekerjaan

: Wiraswasta,

Alamat

: Dusun Buwuh, RT 05.

1. Komponen Keluarga
No.
1.
2.

Nama
Tn.M
Ny.P

L/P
L
P

Umur
50 tahun
50 tahun

Hubungan
Keluarga
Suami
Istri

Pendidikan

Pekerjaan

SD
SD

Wiraswasta
Wiraswasta

2. Tipe Keluarga
Jenis tipe keluarga: keluarga Tn.M merupakan keluarga inti (tradisional nuclear)
adalah keluarga yang tinggal dalam satu rumah bersama suami dan istri.
3. Masalah yang terjadi dengan type tersebut : Tn.M mengatakan tidak ada
masalah dengan type keluarga saat ini, akan tetapi merasa khawatir jika salah satu di
antaranya meninggal dunia karena usia sudah tua dan terserang berbagai penyakit.
4. Sifat Keluarga
Pengambilan keputusan : Sifat keluarga Tn.M bersifat Patrilokal yaitu keluarga
yang dominan mengambil keputusan adalah suami. Ny.P mengatakan yang
dominan dalam pengambilan keputusan adalah Tn.M sebagai kepala keluarga.
5. Kebiasaan hidup Sehari-hari :
a. Kebiasaan tidur/Istirahat : Ny.P mengatakan klien biasa tidur jam 22.00
Wita dan kebiasaan sebelum tidur yaitu klien selalu berdoaa sebelum tidur. Klien
tidak mengalami gangguan dalam tidur/istirahat seperti mimpi buruk atau terbangun
di tengah malam.

b. Kebiasaan Rekreasi : Ny.P mengatakan klien semenjak di tinggal nikah


oleh 3 orang anaknya klien tidak pernah pergi rekreasi. Untuk mengisi kebiasaan
rekreasi klien hanya jalan-jalan pagi setelah shalat subuh.
c. Kebiasaan makan keluarga : Ny.P mengatakan klien hanya tinggal berdua
dengan suaminya dan jika ingin makan klien hanya makan sediri saja sebab suami
klien jarang pulang ke rumah karena kesibukan kerja sebagai supir.
6. Suku Bangsa
a. Asal suku/bangsa : Sasak/Indonesia.
b. Budaya yang berhubungan dengan kesehatan: Kadang-kadang pergi
berobat ke orang pintar (Dukun) bila sakit.
7. Agama Dan Kepercayaan Yang Mempengaruhi Kesehatan
a. Jika ada orang kesurupan maka diobati dengan pembacaan ayat suci AlQuran.
b Percaya dengan pengobatan orang pintar misalnya kalau sakit panas dikasih
air putih dengan pembacaan ayat suci Al-Quran.
8. Status Sosial Ekonomi Keluarga
a. Anggota keluarga yang mencari nafkah : Ny.P mengatakan yang
mencari nafkah dalam keluarga yaitu suami yang bekerja sebagai supir karena semua
anaknya sudah tinggal pergi menikah, sedangkan Ny.P hanya bekerja sebagai ibu
rumah tangga (IRT).
b. Harta benda yang dimiliki
1). Ny.P menyatakan hanya memiliki perabot rumah tangga, dan
memiliki alat elektronik berupa TV 14 Inci, sepeda motor 1 buah, setrika dan
sound system.
2). Penghasilan tiap bulan tidak menentu, dengan kisaran Rp.500.000
s/d 100.000 setiap bulan.
3). Pengeluaran keluarga Tn.M tiap bulan yaitu kebutuhan seharihari makan minum, dan bayar listrik.
9. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak terakhir) :
yaitu tahap perkembangan lansia yaitu kedua orang tua mempersiapkan diri untuk
meninggalkan dunia fana ini.

b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya:


Ny.P mengatakan suaminya Tn.M jarang berada di rumah karena kesibukan
bekerja untuk mencari nafkah guna pemenuhan kebutuhan sehari-hari sehingga
Ny.P merasa kesepian di rumah semenjak di tinggal nikah oleh ketiga anaknya.
10. Riwayat Kesehatan Keluarga Inti
a. Riwayat kesehatan keluarga saat ini : Ny.P mengatakan bahwa keluarga Tn.M
kondisi keluarganya saat ini ada keluhan dimana Ny.P sendiri sering mengalami
mati rasa pada kaki sebelah kanannya akibat terserang penyakit stroke yang sudah
lama dialami, kekakuan pada kaki sebelah kanan, pegal-pegal, tegang dan sering
pusing-pusing. Sedangkan Tn.M juga memiliki penyakit diabetes melitus yang
sudah lama ia derita.
b. Riwayat penyakit keturunan : Ny.P mengatakan tidak ada keluarganya yang
menderita penyakit keturunan atau penyakit yang sama dengan yang diderita oleh
klien seperti saat ini dan yang diderita oleh dirinya.
Riwayat kesehatan masing-masing keluarga

Nama

Umur

Tn.M

50
tahun

Sehat

Imunisasi
(BCG,
Polio,
DPT, HB,
Campak)
-

Ny.P

50
tahun

sakit

N
o

BB/
Kg

Keadaan
Kesehat
an

Masalah
Kesehatan

Tindakan
yang telah
diberikan

Diabetes
mellitus
mati rasa
pada kaki
sebelah
kanannya
kekakuan
pada kaki
sebelah
kanan, pegalpegal, tegang
dan sering
pusing-pusing

Belum
pernah
berobat
Belum
pernah
berobat

Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan keluarga : NyM mengatakan


apabila sudah tidak tahan dengan keluhannya maka ia berobat di puskesmas.
Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya : Ny.P mengatakan mengalami mati raya
pada kaki sebelah kanan akibat stroke sekitar 4 tahun yang lalu dengan keluhan

sering merakan kaku, pegal-pegal, tegang dan pusing akan tetapi hal tersebut
menggagu klien dalam beraktivitas sehari-hari, terutama saat pagi hari dan malam
hari, sedangkan Tn.M penyakit diabetes mellitus sudah lama sebab penyakit yang
di derita oleh Tn.M merupakan penyakit dari keluarganya.
Pengkajian Lingkungan
Karakteristik Rumah : (1) Luas rumah : 2,5 area (lebar 3 m dan panjangnya 5m),
yang terdiri dari 2 (dua) kamar tidur, 1 (satu) ruang tamu, 1 (satu) untuk kamar mandi
dan 1 (satu) untuk dapurnya. (2) Tipe rumah: Permanen. (3) Kepemilikan: Milik
sendiri. (4) Jumlah dan ratio kamar/ruangan: 2 . (5) Ventilasi/jendela : terdapat 4
jendela yang tidak pernah dibuka. (6) Pemanfaatan ruangan: semua ruangan
dimanfaatkan sesuai kegunaannya, tetapi teras rumah dimanfaatkan sebagai tempat
memasak. (7) Septic tank : ada. (8) Sumber air minum : menggunakan sumur gali
dan dimasak sebelum diminum. (10) Kamar mandi : ada . (11) Sampah : ditimbun
lalu dibakar di samping rumahnya dengan jarak 3 meter. (12) Kebersihan lingkungan
: Ny. menyatakan halaman rumah selalu di bersihkan tiap pagi dan sore hari.
Karakteristik Tetangga Dan Komunitas RW : (1) Kebiasaan: tetangga sebelah kiri dan
depan, saling memperhatikan. Ini terbukti bila ada anggota keluarga yang sakit, maka
tetangga datang untuk menjenguk dan memberikan bantuan dalam merawat anggota
keluarga yang sakit. (2) Aturan/kesepakatan: di Dusun Buwuh ini ada kesepakatan
tiap malam Jumat diadakan yasinan untuk remaja di Mushalla. (3) Budaya: Sudah
menjadi tradisi apabila ada anggota keluarga yang mengadakan acara seperti
perkawinan, sunatan dan lain-lain maka tetangga biasanya memberi bantuan
sekedarnya demi terselenggaranya acara.
Mobilitas Geografis Keluarga : (1) Ny.P menyatakan tidak pernah pindah dari
pertama ia nikah sampai sekarang. (2) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan
masyarakat, keluarga sering mengikuti kegiatan pengajian yang dilaksanakan di
Mesjid setiap hari Jumat dan kegiatan masyarakat seperti gotong royong. Sistem
pendukung keluarga : Keluarga Tn.M tidak mempunyai tabungan, apabila keluarga
Tn.M membutuhkan biaya mendadak maka meminjam dulu pada saudara atau ke
tetangga.
Struktur Keluarga
Pola/cara komunikasi keluarga : Keluarga mengatakan komunikasi keluarga sangat
lancar dan tiap ada masalah dilakukan secara musyawarah.

Struktur kekuatan keluarga : Tn.M bertanggung jawab atas kehidupan istri dan
untuk memenuhi kebutuhannya. Tn.M bekerja sebagai seorang supir.
Struktur peran : Tn.M sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab sebagai
tulang punggung keluarga dalam mencari nafkah. Tn.M sebagai kepala rumah
tangga dalam mencari nafkah dan sebagai suami dalam rumah tangganya yang
menggunakan waktunya untuk bekerja sebagai seorang supir.
Nilai dan Norma Keluarga : Nilai dan norma yang berlaku di keluarga menyesuaikan
dengan nilai agama yang dianut dan norma yang berlaku di lingkungan.

Fungsi Keluarga :
Fungsi Afektif : Ny.P mengatakan, suaminya berangkat kerja dari pagi sampai
malam, keluarga biasa berkumpul pada malam hari.
Fungsi sosialisasi : (1) Kerukunan hidup dalam keluarga : Keluarga Tn.M cukup
rukun dan perhatian dalam membina rumah tangga, keluarga selalu mengajarkan dan
menekankan bagaimana berperilaku sesuai dengan ajaran agama dalam kehidupan
sehari-hari di rumah dan lingkungan tempat tinggal. (2) Interaksi dan hubungan
dalam keluarga : Ny.P menyatakan interaksi dan hubungan dalam keluarga cukup
baik, saling menghormati dan menghargai hak dan kewajiban masing-masing
anggota keluarga. (3) Anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan
Ny.P mengatakan yang dominan dalam pengambilan keputusan adalah Tn.M
sebagai kepala keluarga. (4) Kegiatan keluarga waktu senggang : Keluarga Tn.M
biasanya mengisi waktu senggang dengan nonton TV dan duduk berkumpul dengan
keluarganya dan tetangga. (5) Partisipasi dalam kegiatan sosial : Keluarga selalu
mengajarkan dan menanamkan perilaku sosial yang baik. Keluarga selalu mengikuti
kegiatan sosial dalam masyarakat.
Fungsi Perawatan Kesehatan
Pengetahuan dan persepsi keluarga tentang penyakit/masalah kesehatan keluarga. :
Keluarga mengatakan bahwa kurang begitu mengenal dan mengetahui bagaimana
pencegahan dari penyakit yang mereka alami sehingga keluarga kurang
memperdulikan dan tidak sesegera mungkin mengambil tindakan yang diperlukan
pada keluarga karena merasa penyakit orang tua.

Kemampuan keluarga mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat :


Keluarga mengatakan dalam mengambil keputusan disesuaikan dengan keadaan
masalah yang dihadapi, jika tidak terlalu parah apalagi penyakit orang tua maka
keluarga tidak segera membawanya ke fasilitas kesehatan.
Kemampuan keluarga dalam merawat keluarga yang sakit : Keluarga mengatakan
setiap keluarga yang sakit selalu diberi perawatan di rumah yang mungkin tidak
sesuai dengan prosedur kesehatan akan tetapi sudah semaksimal mungkin diberikan
perawatan dengan obat-obatan tradisional.
Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat : Keluarga
mengatakan selalu membersihkan rumah setiap hari akan tetapi pekarangan samping
kanan rumah masih ditemukan sampah dan bau amis.
Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan di masyarakat. : Keluarga
mengatakan kadang-kadang setiap anggota keluarga yang sakit untuk dibawa ke
Puskesmas atau Rumah Sakit tetapi jika keadaannya sudah sangat parah dan untuk
sementara diobati dengan obat bebas dan ramuan tradisional.
Fungsi Reproduksi : Tn.M berusia 50 tahun merupakan akhir dari usia produktif.
Sedangkan Ny.P berusia 50 tahun yang merupakan masa menopause wanita.
Fungsi Ekonomi : (1) Upaya pemenuhan sandang pangan : Ny.P mengatakan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari/sandang pangan diperoleh dari gaji suaminya
Tn.M yang bekerja sebagai supir. (2) Pemanfaatan sumber di Masyarakat : Ny.P
mengatakan apabila sakit sering klien kadang-kadang membeli obat di luar ketika
sudah parah sakitnya maka klien pergi berobat ke palayanan kesehatan yang terdekat
yaitu Puskesmas Penimbun.
Stress dan Koping Keluarga
Stressor Jangka Pendek : Ny.P mengatakan sampai saat ini yang menjadi pikiran
keluarga yang sifatnya sementara yaitu hanya masalah keuangan untuk mencukupi
kebutuhan sehari-hari.
Stresor Jangka Panjang : Ny.P menyatakan stressor yang dirasakan oleh keluarga
adalah penyakit yang diderita klien yaitu yang mengalami mati rasa pada kaki

sebelah kiri ngilu-ngilu pada kaki, kekakuan pada kaki sebelah kiri, pegal-pegal dan
pusing-pusing yang sudah akibat penyakit stroke diderita sejak 4 tahun yang lalu.
Strategi Koping : Ny.P menyatakan dalam meghadapi masalah biasanya berdiskusi
dengan suaminya tatau dengan keluarganya.
Strategi Adaptasi Disfungsional : Keluarga Ny.P menyatakan menerima keadaan
tentang penyakitnya dan tidak mencari solusi untuk kesembuhan penyakitnya karena
keterbatasan biaya.
Keadaan Gizi Keluarga : (1) Pemenuhan Gizi : Ny.P mengatakan dalam sehari-hari
makanan biasanya tidak mencapai taraf 4 sehat 5 sempurna, biasanya dengan menu
biasa 3 kali sehari dengan nasi, sayur-sayuran, tempe, tahu dan air. (2) Upaya lain :
Ny.P mengatakan tidak ada upaya untuk mencari makanan tambahan karena
tingkat perekonomian yang rendah.
Harapan Keluarga : (1) Terhadap masalah kesehatan : Keluarga Ny.P mengatakan,
klien berharap sembuh walaupun tidak sepenuhnya karena ia merasa kalau itu
merupakan penyakit orang tua, sehingga Ny.P masih bisa melakukan aktivitas
sehari-hari dengan nyaman. (2) Terhadap petugas kesehatan yang ada : Keluarga
berharap mendapat bantuan seperti memiliki kartu sehat sehingga dapat berobat
secara rutin di Puskesmas dan keluarga juga berharap untuk promosi kesehatan
sehingga pelayanan kesehatan dapat dipercaya di masyarakat.
No
1.

Pemeriksaan
Fisik
Kepala

2.

Leher

3.

Mata

Tn. M

Ny. P

Simetris, rambut
berwarna putih, tidak
ada ketombe
leher tidak nampak
adanya peningkatan
tekanan vena
jugularis dan arteri
carotis, tidak teraba
adanya pembesaran
kelenjar tiroid
(struma).
Konjungtiva tidak
terlihat anemis, tidak
ada katarak,
penglihatan jelas

Simetris,tidak ada
ketombe,Rambut
hitam
leher tidak nampak
adanya peningkatan
tekanan vena
jugularis dan arteri
carotis, tidak teraba
adanya pembesaran
kelenjar tiroid
(struma).
Konjungtiva tidak
terlihat anemis,tidak
ada katarak,
penglihatan kurang

4.

Telinga

5.

Hidung

6.

Mulut

7.

Dada

8.

Abdomen

9.

TTV dan
Ekstremitas

Simetris, keadaan
bersih,Fungsi
pendengaran baik
Simetris,keadaan
bersih,Tidak ada
kelainan yang
ditemukan
Mukosa mulut
lembab,keadaan
bersih,Tidak ada
kelainan. Makan
3x/hari 1 porsi habis
Pergerakan dada
terlihat simetris,
suara jantung S1 dan
S2 tunggal,tidak
terdapat palpitasi,
suara mur-mur (-),
ronchi (-), wheezing
(-)
Pada pemeriksaan
abdomen tidak
didapatkan adanya
pembesaran hepar,
tidak kembung,
pergerakan
peristaltik usus
35x/mnt, tidak ada
bekas luka operasi
TD: 120/80 mmHg,

jelas
Simetris, keadaan
bersih,Fungsi
pendengaran baik
Simetris,keadaan
bersih,Tidak ada
kelainan yang
ditemukan
Mukosa mulut agak
sedikit kering,Mulut
sedikit kotor, makan
3x/hari 1 porsi habis.
Pergerakan dada
terlihat simetris,
suara jantung S1 dan
S2 tunggal,tidak
terdapat palpitasi,
suara mur-mur (-),
ronchi (-), wheezing
(-)
Pada pemeriksaan
abdomen tidak
didapatkan adanya
pembesaran hepar,
tidak kembung,
pergerakan
peristaltik usus
25x/mnt, tidak ada
bekas luka operasi
TD: 160/100mmHg,

N : 78x/m,

N : 84x/m,

S : 36,20C

S : 360C

R: 20x/m

R: 20x/m

3.3 Analisa Data


No
1

Data
Data Subyektif:
Ny.P mengatakan bahwa
Dulu rajin pergi berobat ke
Puskesmas atau Rumah Sakit
karena tidak ada kemajuan (Ny.P
ingin segera sembuh dari stroke)
akhirnya klien meminta untuk
pengobatan dihentikan sehingga
klien merasa khawatir dengan
penyakit yang dideritanya.
Ny.P mengatakan bahwa keluarga
tidak mampu merawat dirinya
karena mereka hanya tinggal
berdua saja dalam satu rumah,
tidak ada tindakan yang bisa
diberikan oleh keluarga dan hanya
dibiarkan mati rasa, kaku dan
pegal-pegal mati.

Ny.P mengatakan suaminya


jarang pulang karena pekerjaannya
sebagai supir sehingga ia jarang
dirawat dan diperhatikan oleh
suaminya.

Etiologi
Ketidakmampu
an keluarga
merawat
anggota
keluarga yang
sakit

Problem
Cemas

Ketidakmampu
an keluarga
merawat
anggota
keluarga yang
menderita
stroke

Gangguan
mobilitas
fisik

Data Obyektif :
Klien tampak gelisah memikirkan
penyakitnya
2

Data Subyektif :
Ny.P
mengatakan
mulai
merasakan mati rasa pada kaki
sebelah kiri mulai dari lutut sampai
telapak
kaki,
kadang-kadang
tegang, kaku, pegal-pegal dan
gejala ini sejak 4 tahun yang lalu.
Ny.P mengatakan meskipun kaki
sebelah kiri sudah mati rasa mulai
mengganggu aktivitasnya tapi klien
tetap melakukan aktivitas seharihari.
Data Obyektif :
Klien tampak melakukan aktivitas
sehari-hari meskipun kaki sebelah
kiri sudah mati rasa.
Kekuatan otot
5
5
5

Data subyektif :
Ny.P
mengatakan
tidak
mengetahui tentang penyakit yang
dialaminya
Ny.P
mengatakan
jika
penyakitnya kambuh klien pergi
berobat pada orang pintar dan beli
obat di luar serta kadang-kadang
Ny.P hanya membiarkan keluhan
penyakitnya
tanpa
tindakan
apapun

Ketidakmampu
an keluarga
mengenal
masalah
kesehatan

Defisit
pengetahuan

Data Obyektif : `
3.4 Daftar Diagnosa Keperawatan
(1) Kecemasan pada Ny.P pada keluarga Tn.M berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit.
(2) Hambatan mobilitas fisik Ny.P pada keluarga Tn.M
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengambil
keputusan yang tepat.
(3) Defisit pengetahuan tentang masalah penyakit stroke pada
keluarga Tn.M berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan keluarga.
Prioritas Diagnosa :
(1)

Hambatan

mobilitas

fisik

Ny.P

pada

keluarga

Tn.M

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat


anggota yang menderita stroke.
(2) Defisit pengetahuan tentang masalah penyakit stroke pada
keluarga Tn.M berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan keluarga.
(3) Kecemasan pada Ny.P pada keluarga Tn.M berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit.

N
o
1.

Diagnosa

Tujuan
Tujuan
Tujuan
Umum
Khusus
Hambatan
Keluarga
mobilitas fisik dapat
Ny.P
pada merawat
keluarga Tn.M anggota
berhubungan
yang
dengan
menderita
ketidakmampua stroke
n
keluarga
dalam merawat
anggota
yang
menderita
stroke. Ditandai
dengan:
Data Subyektif :

Ny.P
mengatakan
mulai merasakan
mati rasa pada
kaki sebelah kiri
mulai dari lutut
sampai telapak
kaki,
kadangkadang tegang,
kaku,
pegalpegal dan gejala
ini sejak 4 tahun
yang lalu.

Ny.P
mengatakan
meskipun kaki
sebelah
kiri
sudah mati rasa
mulai
mengganggu
aktivitasnya tapi
klien
tetap
melakukan
aktivitas seharihari.
Data Obyektif :

Klien
tampak
melakukan
aktivitas sehari-

Intervensi

Evaluasi
Kriteria

Vocal

Verbal

Verbal

Standar

hari meskipun
kaki sebelah kiri
sudah mati rasa.

Kekuatan
otot
5
5

2.

5
3
Defisit
pengetahuan
tentang masalah
penyakit stroke
pada
keluarga
Tn.M
berhubungan
dengan
ketidakmampua
n
keluarga
mengenal
masalah
kesehatan
keluarga.
Ditandai
dengan:
Data subyektif :

Ny.P
mengatakan
tidak
mengetahui
tentang penyakit
yang dialaminya

Ny.P
mengatakan jika
penyakitnya
kambuh
klien
pergi
berobat
pada
orang
pintar dan beli
obat di luar serta
kadang-kadang
Ny.P
hanya
membiarkan
keluhan
penyakitnya
tanpa tindakan
apapun
Data Obyektif :

Keluarga Keluarga
Berikan

memiliki
mengetahui
sejumlah
pengetahua
bahwa
informasi
n mengenai penyakit
mengenai
hubungan
stroke
penyakit,
aturan
merupakan
gejala
dan
penanganan
penyakit
penyebabnya
dan kontrol yang
dan bahaya
penyakit.
disebabkan
komplikasi

krn
gaya
yang
hidup yang
ditimbulkan
salah.
Anjurkan
Keluarga
keluarga
tidak
untuk
membiarka
membatasi
n Ibu Rani
intake
memakan
makanan
ikan asin
yang tinggi
dan daging.
garam
dan
tinggi lemak
Anjurkan

keluarga
untuk
memisahkan
makanan
anggota
keluarga
dengan

makanan Ibu
Rani.

Vocal

Keluarga
mampu
menjelaskan
ttg penyakit,
gejala,
bahaya
komplikasi
hipertensi.

Verbal

Keluarga
mampu
melakukan
pengontrola
n
intake
makanan
tinggi
lemak dan
tinggi
garam.

Verbal

Verbal

Keluarga
sudah
memisahkan
makanan
anggota
keluarga
dengan
makanan
Ibu Rani.

3.5 Rencana Asuhan Keperawatan


Nama pasien : Tn. T
Umur

: 45 tahun

No. Reg

: 661102

No

Diagnose
keperawatan
1
Kerusakan
mobilitas fisik
berhubungan
dengan
hemiparese/hem
iplegia,
kerusakan
neuromuscular
pada ekstremitas
yang
ditandai
dengan :
DS: px mengatakan
tangan kirinya
sulit digerakkan
DO:
K/U lemah
GCS 4-4-5

Skala otot
3

4
3
4
ADL di bantu
kelurga
Terpasang O2 3
lpm
Terpasang infus
RL 14
tetes/menit
TTV : TD
160/70 mmhg
Nadi : 97
x/menit
Suhu : 37,5 C
RR : 23
x/menit

Tujuan

Kriteria hasil

Jangka

pendek:

Setelah

dilakukan
tindakan
selama

1x24 jam
diharapkan
kelemahan
pada
ekstremitas
dapat
teratasi
sebagian

Rencana
tindakan
1. BHSP

Rasional

1.
Menciptakan
hubungan yang
terapeutik dengan
px
2.
Mengetahui
status
perkembangan px
3.
Menurunkan
resiko trjadinya
iskemia jaringan
akibat
sirkulasi
darah yang jelek
pada daerah yang
otot
tertekan
5
4.
Memperbaiki
5
otot & melatih
5
5
otot
serta
TTV dalam
4.
Ajarkan mencegah
otot
batas normal
latihan pasif volunteer
dan aktif
kehilangan tonus
5. Meningkatkan
kemampuan
mobilitas
6.
Mempercepat
proses
5.
Kolaborasi penyembuhan px
dengan
ahli
fisioterapi
6.
Kolaborasi
dengan
ahli
medis lain
k/u baik
GCS 4-5-6
Ekstremitas
tidak tampak
2.
Observasi
lemah
TTV
Ekstremitas
dpt diangkat,
digerakkan
mandiri
3. Ubah posisi
Kekuatan px tiap 2 jam
sekali

Tt
d

No

Diagnose
keperawatan
2
Ganguan
komunikasi
verbal
berhubungan
dengan efek dari
kerusakan pada
area bicara di
hemisfer
otak
yang
ditandai
dengan :
DO: keluarga px
juga
mengatakan
berbicara px
pilo
DS:
Bicara sulit
Kata-katanya
tidak jelas
TTV :
TD 160/70
mmhg
Nadi : 97
x/menit
Suhu : 37,5 C
RR : 23
x/menit

Tujuan
Jangka

pendek:

Setelah
dilakukan
tindakan
selama
1x24 jam
diharapkan
mampu
berbicara
meski
belum jelas
betul

Kriteria
Rencana
Standart
tindakan
1. BHSP
1.
k/u baik
px
dapat
mengekspresik
an perasaannya
px mampu
Observasi2.
berkomunikasi2.
TTV
secara verbal
3.
maupun isyarat
3.
Berikan
metode
alternative
komunikasi
misalnya
4.
bahasa isyarat
4.
Antisipasi
setiap
kebutuhan px
saat
5.
berkomunikasi
5. Anjurkan pada
keluarga untuk
tetap
berkomunikasi6.
dengan px
6.
Hargai
kemampuan
px
dalam7.
berkomunikasi
7.
Kolaborasi
dengan
tim
fisioterapi untu
latihan bicara

Rasional
Tercipta
hubungan yang
terapeutik dengan
px dan keluarga
px
Mengetahui
perkembangan px
Memenuhi
kebutuhan
komunikasi
px
sesuai kebutuhan
px
Mencegah rasa
putus
asa
&
ketergantungan
pada orang lain
Mengurangi rasa
isolasi sosial &
meningkatkan
komunikasi yang
efektif
Memberi
semangat pada px
agar lebih sering
berbicara
Melatih
px
berbicara secara
mandiri dengan
baik dan benar

Tt
d

3.6 Tindakan Keperawatan


N
o
1

No
.
Dx
1

Tgl
/jam
26022014
20.30
20.45

21.00
21.15

Implementasi

26022014
20.40
20.45

20.55
21.00

21.20

Tgl/
Jam

Evaluasi

26-022014
BHSP
Observasi TTV:
TD 150/80 mmhg
Nadi 98 x/menit
Suhu 37C
RR 23 x/menit
Memberi tahu keluarga
px untuk mengubah
posisi px tiap 2 jam
Menginjeksi citicholin
250 mg
Mengajarkan
latihan
gerak aktif & pasif

21.35

Ttd

Menanyakan keluhan
px bicara pilo
Observasi TTV :
TD 150/80 mmhg
Nadi 98 x/menit
Suhu 37C
RR 23 x/menit
Memberikan
metode
alternative komunikasi
misalnya bahasa isyarat
Memberitahu
pada
keluarga untuk tetap
berkomunikasi dengan
px
Memberi
semangat
pada
px
untuk
berkomunikasi dengan
mengatakan perasaan &
keinginannya.

S : keluarga px
mengatakan
tangan
kirinya masih lemas

22.00
O:
k/u lemah

ADL dibantu oleh


keluarga dan perawat

Makan
dibantu
keluarga
A
:
kerusakan
mobilitas fisik
P:
Intervensi dilanjutkan
nomer 2-6

Masalah
belum
teratasi
26-02- S : keluarga px
2014
mengatakan bicara px
22.00
masih pilo

O:
k/u lemah
bicara disatria
bicaranya belum jelas
px
sulit
mengutarakan
perasaannya
A
:
kerusakan
komunikasi verbal

P:
intervensi dilanjutkan
nomer 2-7

masalah teratasi
sebagian

Ttd

You might also like