You are on page 1of 31

Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (Perbara)[5][6] atau lebih

populer dengan sebutan Association of Southeast Asian Nations (ASEAN)


merupakan sebuah organisasi geo-politik dan ekonomi dari negara-negara di
kawasan Asia Tenggara, yang didirikan di Bangkok, 8 Agustus 1967 melalui
Deklarasi Bangkok oleh Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand.
Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan
sosial, dan pengembangan kebudayaan negara-negara anggotanya, serta
memajukan perdamaian di tingkat regionalnya. Negara-negara anggota ASEAN
mengadakan rapat umum pada setiap bulan November.

Prinsip-prinsip utama ASEAN adalah sebagai berikut:

Menghormati kemerdekaan, kedaulatan, kesamaan, integritas wilayah nasional, dan


identitas nasional setiap negara

Hak untuk setiap negara untuk memimpin kehadiran nasional bebas daripada campur
tangan, subversif atau koersi pihak luar

Tidak mencampuri urusan dalam negeri sesama negara anggota

Penyelesaian perbedaan atau perdebatan dengan damai

Menolak penggunaan kekuatan yang mematikan

Kerjasama efektif antara anggota

Anggota ASEAN
Sekarang, ASEAN beranggotakan semua negara di Asia Tenggara (kecuali Timor Leste dan
Papua Nugini). Berikut ini adalah negara-negara anggota ASEAN:

Filipina (negara pendiri)

Indonesia (negara pendiri)

Malaysia (negara pendiri)

Singapura (negara pendiri)

Thailand (negara pendiri)

Brunei Darussalam (7 Januari 1984)

Vietnam (28 Juli 1995)

Laos (23 Juli 1997)

Myanmar (23 Juli 1997)

Kamboja (16 Desember 1998)

ASEAN didirikan oleh lima negara pemrakarsa, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina,
Singapura dan Thailand di Bangkok melalui Deklarasi Bangkok. Menteri luar negeri penanda
tangan Deklarasi Bangkok kala itu ialah Adam Malik (Indonesia), Narsisco Ramos (Filipina),
Tun Abdul Razak (Malaysia), S. Rajaratnam (Singapura), dan Thanat Khoman (Thailand).
Isi Deklarasi Bangkok adalah sebagai berikut:

Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan perkembangan kebudayaan


di kawasan Asia Tenggara

Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional

Meningkatkan kerjasama dan saling membantu untuk kepentingan bersama dalam


bidang ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan, dan administrasi

Memelihara kerjasama yang erat di tengah - tengah organisasi regional dan


internasional yang ada

Meningkatkan kerjasama untuk memajukan pendidikan, latihan, dan penelitian di


kawasan Asia Tenggara

Brunei Darussalam menjadi anggota pertama ASEAN di luar lima negara pemrakarsa. Brunei
Darussalam bergabung menjadi anggota ASEAN pada tanggal 7 Januari 1984 (tepat
seminggu setelah memperingati hari kemerdekannya). Sebelas tahun kemudian, ASEAN
kembali menerima anggota baru, yaitu Vietnam yang menjadi anggota yang ketujuh pada
tanggal 28 Juli 1995. Dua tahun kemudian, Laos dan Myanmar menyusul masuk menjadi
anggota ASEAN, yaitu pada tanggal 23 Juli 1997. Walaupun Kamboja berencana untuk
bergabung menjadi anggota ASEAN bersama dengan Myanmar dan Laos, rencana tersebut
terpaksa ditunda karena adanya masalah politik dalam negeri Kamboja. Meskipun begitu,
satu tahun kemudian Kamboja akhirnya bergabung menjadi anggota ASEAN yaitu pada
tanggal 16 Desember 1998.
Kerjasama ini tidak hanya mencakup bidang ekonomi saja tetapi jugailmu pengetahuan dan
teknologi, kebudayaan dan informasi, pembangunan serta keamanan dan kerja sama
transnasional lainnya. ASEAN+3 sudah melakukan beberapa pertemuan di antaranya
kerjasama keamanan energi ASEAN+3 muncul sebagai akibat semakin meningkatnya
kebutuhan energi baik di tingkat regional maupun tingkat dunia. Pertemuan pertama
berlangsung pada tangga 9 Juni 2004 di Manila, Filipina dan mensahkan program kegiatan
Energy Security Forum, Natural Gas Forum, Oil Market Forum, Oil Stockpliling Forum dan
Renewable Energy Forum'Teks ini akan dicetak miring dan masih banyak lagi pertemuan
yang dilakukan ASEAN+3 . [7]

Ada beberapa faktor mengapa ASEAN melakukan kerjasama dengan ketiga negara tersebut,
diantaranya :
1. Jepang
Peran Jepang sangat diharapkan dalam mengambil peran ekonomi yang lebih tegas. Di sisi
lain, Jepang sendiri terlihat pasif dalam peran kekuatan politik dan militer karena masih ada
rival yang kuat yaitu RRC. Jepang masih mengganggap bahwa kedaulatan suatu negara
sebagai faktor yang paling penting. Kepentingan Jepang di kawasan seperti yang kita lihat
sekarang yaitu: stabilitas kawasan di Asia Tenggara dan keamanan maritim / the sea lines of
communication. Para elit pemerintah Jepang tampaknya bersikap waspada dan proaktif
terhadap setiap perkembangan pada tataran regional. Jepang harus memberikan perhatian
yang lebih besar pada kestabilan regional. Lagipula Jepang sendiri secara psikologis tentunya
masih merasa sebagai bangsa yang besar di Asia Pasifik. Dalam mengimplementasikan
peranan politik di kawasan ASEAN akan timbul perbedaan pandangan dengan AS. Instrumen
yang paling efektif untuk menghadapi AS adalah ekonomi. Sikap lebih gentle bangsa Jepang
sangat diperlukan untuk menghadapi AS. Jepang sendiri telah merencanakan peningkatan
yang signifikan terhadap kekuatan militernya. Dan secara langsung maupun tidak langsung,
ini akan berimbas pada negara-negara anggota ASEAN dalam bentuk peningkatan
perlombaan senjata di kawasan.
2. RRC
Kontur dimensi multipolar yang kian kompleks mengharuskan tiap negara anggota ASEAN
untuk adaptif terhadap dinamika geopolitik dan geostrategi kawasan. Seperti pada
peningkatan kemampuan militer RRC yang oleh Amerika Serikat pun dipandang sebagai
sebuah ancaman. International Role RRC telah terbuka lebar dengan diundangnya modal dan
teknologi dari Barat dan Jepang. RRC tampaknya akan terus mempertahankan kepentingan
dan strategic influence mereka di kawasan ASEAN baik secara politik maupun militer. Ada
keprihatinan mengenai tindakan RRC beberapa tahun yang lalu di Kepulauan Spratley.
Pengembangan lembaga-lembaga keamanan yang lebih kuat di kawasan sangat diperlukan.
Di bidang ekonomi dan industri, langkah RRC yang mendorong warganya bermigrasi dari
daerah pedesaan ke kota-kota untuk menciptakan 270 juta pekerjaan dalam 10 tahun ke depan
patut diapresiasi. Kepentingan utama RRC terhadap negara-negara Asia terfokus pada
pembangunan ekonomi yang cepat, dan bagi RRC, untuk diakui sebagai kekuatan Asia yang
besar juga sangat penting. Dalam sebuah novel terbitan tahun 1997 yang menggambarkan
terjadinya perang berskala global antara Amerika Serikat melawan RRC, diceritakan bahwa
pemicunya adalah serangan RRC ke Laut Cina Selatan dan invasi militer RRC ke Vietnam.
Walaupun novel tersebut adalah fiksi belaka, namun tetap ada korelasinya dengan kondisi
yang terjadi saat ini, dan ada kemiripan dengan apa yang diungkapkan oleh pakar politik AS
Samuel Huntington dalam bukunya The Clash of Civilization. [8]
Begitu juga dengan Korea Selatan, tidka dapat dipungkiri bahwa perekonomian di negara
tersebut sangat maju dan dilihat dari kemitraan ASEAN dengan Korea Selatan berjalan
dengan lancar seperti yang dikatakan oleh Presiden Korea Selatan , Lee Myung Bak pada
tahun 2009 bahwa perdagangan ASEAN-Korsel telah tumbuh 11 kali lipat dalam dua dekade
terakhir menjadi senilai US$ 90,2 miliar tahun lalu, kata Lee. Angka tersebut bahkan
diperkirakan akan meningkat menjadi US$ 150 miliar pada 2015.Dan berencana untuk
meningkatakannya lebih baik lagi dan selain itu melakukan pertukaran budaya dan
sebagainya . [9] -->

Kerjasama ASEAN dengan India


India menjadi mitra wicara penuh ASEAN pada KTT ke-5 ASEAN di Bangkok, Thailand
tanggal 14-15 Desember 1995 setelah sebelumnya menjadi Mitra wicara sektoral sejak 1992.
Pada KTT ke-1 ASEAN-India di Phnom Penh, Kamboja tanggal 5 November 2002 para
Pemimpin ASEAN dan India menegaskan komitmen untuk meningkatkan kerja sama dalam
bidang perdagangan dan investasi, pengembangan sumber daya manusia, ilmu pengetahuan
dan teknologi, teknologi informasi dan people to people contacts. Komitmen ASEAN dan
India tersebut dikukuhkan melalui penandatanganan ASEAN-India Partnership for Peace,
Progress and Shared Prosperity and Plan of Action pada KTT ke-3 ASEAN-India di
Vientiane, Laos tanggal 30 November 2004.[10]
Hubungan kerja sama Indonesia-India di bidang ekonomi dan perdagangan mulai timbul
seiring dengan adanya upaya-upaya ke arah kerja sama antara ASEAN dan Asosiasi Kerja
Sama Regional Asia Selatan (SAARC) untuk menuju kerja sama yang lebih luas di kawasan
Asia. Secara lebih konkret lagi, hubungan dan kerja sama yang lebih dekat telah terwujud
dalam hubungan kemitraan antara ASEAN dan India melalui format pertemuan tingkat tinggi
ASEAN+1 (India), di mana pertemuan keduanya diadakan di Bali pada bulan Oktober 2003
lalu.[11]

Sengketa Laut Cina Selatan


Beberapa negara telah bersaingan membuat klaim teritorial atas Laut Cina Selatan.[12]
Perselisihan tersebut dianggap sebagai titik konflik Asia yang paling berpotensi bahaya.
Perselisihan yang telah timbul[13][14]:

Indonesia, RRC, dan Taiwan atas daerah perairan di timur laut Kepulauan Natuna

Filipina, RRC, dan Taiwan atas ladang gas Malampaya dan Camago.

Filipina, RRC, dan Taiwan atas Scarborough Shoal.

Vietnam, RRC, dan Taiwan perairan di sebelah barat Kepulauan Spratly. Kesemua
atau beberapa dari pulau-pulau di daerah tersebut juga tengah diperebutkan Vietnam,
RRC, Taiwan, Brunei, Malaysia, dan Filipina.

Kepulauan Paracel dipersengketakan antara RRC dan Vietnam.

Malaysia, Kamboja, Thailand dan Vietnam atas daerah di Teluk Thailand.

Singapura dan Malaysia di sepanjang Selat Johor dan Selat Singapura.

ASEAN telah mengeluarkan deklarasi tentang masalah ini, menyerukan semua negara untuk
menangani masalah tersebut tanpa menggunakan kekerasan.

AS E AN
(Association Of South East Asia Nation)

Pembentukan ASEAN.
ASEAN (Association Of South East Asia Nation) dibentuk dalam rangka menggalang kerja
sama dalam bidang sosial ekonomi dan kebudayaan di kawasan Asia Tenggara. Organisasi
regional itu secara resmi berdiri pada tanggal 8 Agustus 1987. ASEAN dibentuk berdasarkan
Deklarasi Bangkok yang ditandatangani oleh 5 utusan dari 5 negara di kawasan Asia
Tenggara.
Tokah pendiri ASEAN.
- Adam Malik (menteri utama bidang politik/menteri luar negeri Indonesia).
- Tun Abdul Razak (wakil perdana menteri/menteri pembangunan nasional malaysia).
- S. Rajaratnam (menteri luar negeri Singapura).
- Narciso Ramos (menteri luar negeri Filipina).
- Thanat Koman (menteri luar negeri Thailand).
Tujuan ASEAN.
- Mempercepat kemajuan ekonomi, kemajuan sosial, dan mengembangkan kebudayaan di
kawasan Asia Tenggara.

- Meningkatkan perdamayan dan stabilitas regional dengan menghormati keadilan dan tertip
hokum di kawasan Asia Tenggara serta mematuhi prinsip-prinsip piagam PBB.
- Meningkatkan kerja sama yang aktif serta saling membantu satu sama lain dalam mengatasi
masalah bersama di bidang Ekonomi, sosial, budaya, ilmu pengetahuan serta administrasi.
- Bekerja samam meningkatkan pendayagunaan pertanian serta industri, perluasan
perdagangan komoditi internasional, perbaikan sarana distribusi dan komunikasi, dan
peningkatan taraf hidup rakyat.
- Memelihara kerjasama yang semakin erat dengan organisasi-organisasi Internasional.
Pada awal pembentukan ASEAN terdiri atas 5 negara anggota. Sekarang ini, anggota ASEAN
telah berjumblah 10 negara, dengan masuknya Brunei, Kampuchea, Laos, Burma, dan
Vietnam.
Deklarasi ASEAN tahun 1967 secara resmi menandai lahirnya ASEAN.
Deklarasi tersebut menyatakan :...
SADAR akan adanya kepentingan tumbal balik dan masalah-masalah bersama diantara
Negara-negara Asia Tenggara, dan yakin akan perlunya menperkokoh lagi ikatan-ikatan yang
terjalin didalam solidaritas dan kerjasama regional.
BERKEINGINAN untuk membangun suatu dasar yang kuat dalam usaha bersama untuk
meningkatkan kerjasama dan persahabatan dan dengan demikian menyumbang bagi
perdamaian, kemajuan serta kesejahteraan di kawasan ini.
SADAR bahwa dalam suatu dunia yang semakin saling tergantung satu sama lain cita-cita
perdamaian, keadilan sosial dan kesejahteraan ekonomi yang didambakan sebaik-baiknya
dicapai melalui peningkatan saling pengertian. Kehidupan bertetangga baik serta kerjasama
yang bermanfaat diantara Negara-negara kawasan yang sudah terikat satu sama lain oleh
pertaliansejarah dan kebudayaan.
MENGINGAT bahwa Negara-negara Asia Tenggaralah yang sama-sama bertanggung jawab
untuk memperkuat stabilitas ekonomi dan sosial budaya kawasan itu dan menjamin
pembangunan nasional mereka yang berlangsung secara damai dan progresif, dan bahwa
mereka telah bertekat untuk menjaga stabilitas dan keamanan mereka dari campur tangan
pihak luar dalam segala bentuk dan manifestasinya demi memelihara identitas nasional
mereka sesuai dengan cita-cita serta aspirasi rakyat-rakyat mereka.
MENYATAKAN bahwa semua pangkalan militer asing bersifat sementara, dan hanya berada
dengan persetujuan Negara-negara yang bersangkutan serta tidak dimaksudkan untuk
dipergunakan secara langsung atau tidak langsung untuk melakukan subservarsi terhadap
kemerdekaan dan kebebasan nasional Negara-negara di kawasan ini atau merugikan proses
pembangunan nasional mereka yang berlangsung dengan tertip.
Struktur ASEAN.
Struktur organisasi ASEAN telah mengalami perkembangan dan penyempurnaan sejak
pembentukannya sampai sekarang
Struktur organisasi ASEAN sebelum KTT di Bali adalah sebagai berikut :
- Sidang Tahunan Para Menteri
- Standing Committee
- Komite-komite Tetap dan Khusus
- Secretariat nasional ASEAN pada setiap ibu kota Negara-negara anggota ASEAN.
Setelah berlangsung KTT ASEAN di Bali tahun 1976, struktur organisasi ASEAN mengalami

perubahan, yaitu sebagai berikut :


1. Pertemuan para kepala pemerintah (Summit Meeting). Pertemuan ini merupakan
kekuasaan tertinggi dalam ASEAN.
2. Sidang tahunan menteri-menteri luar negeri ASEAN (Annual Ministerial Meeting).
3. Sidang para menteri ekonomi.
4. Sidang para menteri non-ekonomi.
5. Standing Committee.
6. Komite-komite ASEAN.
ASEAN Secretariat (Sekretariat ASEAN).
Pejabat yang pernah menjadi Sekretariat Jenderal Sekretariat ASEAN adalah sebagai berikut :
- HR. Dharsono Indonesia (1977-1978)
- Umarjani Notowijono Indonesia (1978-1979)
- Datok Ali Bin Abdullah Malaysia (1979-1980)
- Narciso G Reyes Filipina (1980-1982)
- Chan Kai Yu Singapura (1982-1984)
- Pan Wannamethee Thailand (1984-1986)
- Roderick Yong Brunai Darusalam (1986-1989)
- Rusli Noor Indonesia (1989-1993)
- Datok Ajit Singh Malaysia (1993-1998)
- Rodolf Certeza Severio, Jr Filipina (1998-2002)
- Ong Keng Yong Singapura (2003-sekarang)
Tugas dari secretariat ASEAN pada saat ini adalah selain bertanggung jawab atas
pelaksanaan tugas-tugas yang ditetapkan oleh Sidang Tahunan para Menteri Luar Negeri dan
Standing Committee juga juga bertugas menyelaraskan, memperlancar serta memonitor
kemajuan pelaksanaan kegiatan ASEAN dan bertindak sebagai badan administrative untuk
membantu peningkatan implementasi secara efektif proyek-proyek dan kegiatan-kegiatan
ASEAN. Secretariat ASEAN juga berfungsi sebagai jalur komunikasi resmi antara ASEAN
dengan organisasi-organisasi regional/Internasional.
Perkembangan ASEAN.
Berdasarkan Deklarasi Bangkok tanggal 8 Agustus 1967 sebenarnya latar belakang
pembentukan ASEAN, adalah bersifat politik, seperti terlihat dalam konsideran Deklarasi
sebagai berikut :
Mengingat : bahwa Negara Asia Tenggaralah yang sama-sama bertanggung jawab untuk
memperkuat stabilitas ekonomi dan sosial budaya kawasan ini dan menjamin pembengunan
nasional mereka yang berlangsung secara damai dan progresif dan bahwa mereka telah
bertekat untuk menjaga stabiliatas dan keamanan mereka dari campur tangan pihak luar
dalam segala bentuk manifestasinya demi memelihara indentitas nasional mereka sesuai
dengan cita-caita dan aspiraia-aspirasi rakyat mereka.
Menyatakan : bahwa semua pangkalan militer asing bersifat sementara dan hanya berada
dengan persetujuan Negara-negara yang bersangkutan serta tidak dimaksudkan untuk
digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk melakukan subversi terhadap
kemerdekaan dan kebebasan nasional Negara-negara dikawasan ini atau merugikan proses
pembangunan nasional mereka yang berlangsung dengan tertip.
Pada KTT ASEAN di Bali tanggal 23-24 Februari telah ditandatangani 3 dokumen penting
yang berikut :
1. Daclaration of ASEAN Concord (Deklarasi Kesepakatan ASEAN).

2. Treaty of Amity and Cooperation in South east Asia (Perjanjian Persahabatan dan
Kerjasama
di Asia Tenggara).
3. Agreement on the Establishment of ASEAN Secretariat (Perjanjian Pembentukan ASEAN
Sekretaria).
Dalam deklarasi kesepakatan ASEAN ditegaskan bahwa mereka terikat pada Deklarasideklarasi Bandung, Bangkok, Kuala Lumpur serat piagam PBB dan berusaha untuk membina
perdamayan kemajuan, kemakmuran dan kesejahteraan rakyat negara-negara anggota serta
berikhtiar untuk memantapkan hasil-hasil ASEAN dan pemperluas kerjasama ASEAN dalam
bidang-bidang ekonomi, sosial, budaya dan politik.
Sebagai kerangka kerjasama ASEAN mereka menetapkan bidang gegiatan : politik, ekonomi,
sosial, keamanan dan perbaikan mekanisme ASEAN.
Dalam mengadakan perjanjian mereka berpedoman pada azas-azas :
1) Saling menghormati kemerdekaan, kedaulatan-kedaulatan persamaan keutuhan wilayah
dan
kepribadian nasional dari semua bangsa.
2) Hak setiap Negara untuk melangsungkan kehidupan nasionalnya bebas dari campur
tangan,
subversi atau tekanan dari luar.
3) Tidak campurtangan mengenai urusan dalam negeri satu sama lain.
4) Penyelesaian perselisihan atau persengketaan dengan cara-cara damai.
5) Penolakan ancaman dengan kekerasan atau penggunaan kekerasan.
6) Kerjasama yang efektif antara mereka.
KTT ASEAN ke-II di Kuala Lumpur 4-5 Agustus 1977, pada pokoknya telah meninjau hasil
kerja dan kemajuan secara umum yang dicapai ASEAN selama 10 tahun sejak berdirinya
tahun 1967.
Kerjasama ASEAN Dalam Bidang Ekonomi.
Sejak KTT Bali tahun 1976, para menteri ekonomi ASEAN meningkatkan kegiatan dan
sampai saat ini banyak kemajuan yang telah dicapai dalam bidang kerjasama ekonomi
ASEAN. Pedoman pelaksanaan dibidang kerjasama ekonomi terdapat dalam Deklarasi
Kesepakatan ASEAN yang menyatakan bahwa dalam rangka kerjasama di bidang ini,
beberapa program kegiatan telah disetujui, antara lain meliputi :
1. Komoditi utama, terutama pangan dan energi.
2. Kerjasama bidang Industri.
3. Kerjasama bidang Perdagangan.
4. Pendekatan bersama atas persoalan komoditi internasional dan persoalan ekonomi diluar
kawasan ASEAN.
5. Mekanisme kerjasama ekonomi ASEAN.
Dalam kerjasama ASEAN dalam bidang ekonomi dilakukan dalam sektor-sektor sebagai
berikut :
- Sector Perdagangan dan Pariwisata.
- Sector Pangan, Pertanian dan Kehutanan.
- Sector Industri, Pertambangan dan Energi.
Kerjasama ASEAN Dalam Bidang Sosial Budaya.
Didalam Deklarasi Kesepakatan ASEAN khusus untuk bidang Sosial Budaya ditetapkan
kerangka kerjasama sebagai berikut :
Sosial

1. Kerjasama dalam bidang pembangunan nasional, dengan menekankan pada kesejahteraan


golongan berpendapatan rendah dan penduduk pedesaan, melalui perluasan kesempatan kerja
yang produktif dengan pembayaran yang wajar.
2. Bantuan bagi ikut sertanya secara aktif semua sector dan lapisan masyarakat ASEAN
terutama kaum wanita dan pemuda, dalam usaha-usaha pembangunan.
3. Intensifikasi dan perluasan kerjasama yang telah ada dalam menanggulangi masalah
perkembangan penduduk didalam wilayah ASEAN dan dimana mungkin, menyusun strategi
baru dalam bekerjasama dengan badan-badan internasional yang bersangkutan.
4. Intensifikasi kerjasama antara Negara-negara anggota sebagaimana juga dengan badanbadan internasional yang berhubungan dengan itu dalam pencegahan dan pemberantasan
penyalagunaan narkotika dan pengedaran obat bius secara tidak sah.
Kebudayaan dan Penerangan
1. Diperkenalkannya pelajaran mengenai ASEAN, Negara-negara anggotanya dan bahasabahasa nasionalnya sebagai bagian dari kurikulum di sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga
pendidikan lainnya di negara-negara anggota.
2. Bantuan kepada para cendikiawan, penulis, artis dan wakil masa media ASEAN untuk
memungkinkan mereka memainkan peranan yang aktif dalam memupuk rasa kepribadian dan
persahabatan regional.
3. Menyebar luaskan pengkajian masalah-masalah Asia Tenggara melalui kerjasama yang
lebih erat antara lembaga-lembaga nasional.
Dana ASEAN (ASEAN Fund).
Disamping anggaran rutin untuk perbelanjaan ASEAN secretariat, masih ada suatu biaya
untuk keperluan proyek-proyek ASEAN diluar anggaran rutin yang disebut Dana ASEAN.
Sebagaimana tercantum dalam pasal II ayat 1 dan 2 Agroement for the Estabilishmsent of a
Fund the association of South East Asean Nations yang ditandatangani oleh wakil-wakil 5
negara ASEAN pada tanggal 17 Desember 1969, maka setiap Negara anggota diwajibkan
membayar (menyediakan) 1 juta US $ untuk dana pembiayaan proyek-proyek ASEAN.
Dana ini diwajibkan disimpan dimasing-masing Negara anggota sendiri, dalam suatu
rekening bank yang disebut ASEAN Fund National Account Indonesia di bank Indonesia.
Kawasan ASEAN :
1. Indonesia (Pendiri ASEAN)
Bentuk Negara : Republik.
Penduduk : 193.000.000 jiwa.
Luas Wilayah : 1.906.240 Km2.
Ibukota Negara : Jakarta.
Bahasa : Indonesia.
Mata Uang : Rupiah.
Lagu Kebangsaan : Indonesia Raya.
Lambang Negara : Bhinneka Tunggal Ika.
2. Malaysia (Pendiri ASEAN)
Bentuk Negara : Federasi Kerajaan.
Penduduk : 17.981.000 jiwa.
Luas Wilayah : 332.370 Km2
Ibukota Negara : Kuala Lumpur.
Bahasa : Malayu, inggris, China.
Mata Uang : Ringgit.

Lagu Kebangsaan : Negara Ku


Lambang Negara : Bersekutu Bertambah Mutu.
3. Philipina (Pendiri ASEAN)
Bentuk Negara : Republik.
Penduduk : 65.758.000 jiwa.
Luas Wilayah : 400.440 Km2.
Ibukota Negara : Manila.
Bahasa : Tagalog dan Inggris.
Mata Uang : Peso.
Lagu kebangsaan : Filipinas
4. Singapura (Pendiri ASEAN)
Bentuk Negara : Republik.
Penduduk : 2.756.000 jiwa.
Luas Wilayah : 583 Km2.
Ibukota Negara : Singapura.
Bahasa : Melayu dan Inggris.
Mata Uang : Dollar Singapura.
Lagu Kebangsaan : Majulah Singapura.
Lambang Negara : Majulah Singapura.
5. Thailand (Pendiri ASEAN)
Bentuk Negara : Kerajaan.
Penduduk : 56.814.000 jiwa.
Luas Wilayah : 512.820 Km2.
Ibukota Negara : Bangkok.
Bahasa : Thai, China, Inggris.
Mata Uang : Baht.
Lagu Kebangsaan : Pleng Chard.
6. Brunai Darussalam (7 Januari 1984)
Bentuk Negara : Kerajaan.
Penduduk : 397.000 jiwa.
Luas Wilayah : 5.765 Km2.
Ibukota Negara : Bandar Seri Begawan.
Bahasa : Melayu dan inggris.
Mata Uang : Dollar Brunei.
Lagu kebangsaan : Pujian Untuk Sultan.
7. Vietnam (28 Juli 1995)
Bentuk Negara : Republik Sosialis.
Penduduk : 67.568.000 jiwa.
Luas Wilayah : 329.707 Km2.
Ibukota Negara : Ho Chiminh.
Bahasa : Vietnam.
Mata Uang : Dong.
Lagu kebangsaan : For Ward Soldier
8. Laos (23 Juli 1997)

Bentuk Negara : Republik Demokrasi.


Penduduk : 4.113.000 jiwa.
Luas Wilayah : 236.804 Km2.
Ibukota Negara : Vientiane.
Bahasa : Laos, Tai.
Mata Uang : Kip.
Lagu Kebangsaan : Sad Lao Tang Te Deum Makhun Sulu Sa You Nei Asie.
9. Myanmar (23 Juni 1997)
Bentuk Negara : Republik Sosialis.
Penduduk : 39.893.000 jiwa.
Luas Wilayah : 678.036 Km2.
Ibukota Negara : Ranggoon.
Bahasa : Birma.
Mata Uang : Kyat.
Lagu Kebangsaan : Tanah Airku Merdeka.
10. Kamboja (16 Desember 1998)
Bentuk Negara : Republik Demokrasi.
Penduduk : 7.146.000 jiwa.
Luas Wilayah : 181.300 Km2.
Ibukota Negara : Phonom Penn.
Bahasa : Khmer, Prancis.
Mata Uang : Riel.
Lagu Kebangsaan : Our Country

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) mencatat sejarah baru
dengan ditandatanganinya ASEAN Charter (Piagam ASEAN) dalam Konferensi
Tingkat Tinggi (KTT) Ke-13 ASEAN di Singapura, Selasa (20/11). Piagam ASEAN
tersebut diteken oleh 10 pemimpin negara anggota ASEAN, termasuk Myanmar.
Kesepuluh kepala negara atau kepala pemerintahan ASEAN yang membubuhkan
tanda tangan pada Piagam ASEAN itu adalah Sultan Hassanal Bolkiah (Brunei
Darussalam), PM Hun Sen (Kamboja), Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
(Indonesia), PM Bouasone Bouphavanh (Laos), Abdullah Ahmad Badawi
(Malaysia). Selanjutnya, PM Thein Sein (Myanmar), Gloria Maccapagal Arroyo
(Filipina), PM Surayud Chulanont (Thailand), PM Nguyen Tan Dung (Vietnam), dan
PM Lee Hsien Loong (Singapura).

Padahal sebelumnya sejumlah pihak mengkhawatirkan PM Myanmar tidak akan


ikut menandatangani dokumen tersebut dikaitkan dengan kondisi politik yang
memanas di dalam negeri negara itu.

Selain Piagam ASEAN, juga ditandatangani tiga deklarasi yaitu cetak biru

ASEAN Economic Community (AEC), ASEAN Declaration on the 13th Session of


the Conference on Climate Change (UNFCCC), dan Conference of Parties Serving
as the Meeting of the Parties (CMP) to the Protocol Kyoto Protocol

Upacara penandatanganan disaksikan sejumlah menteri dari masing-masing


negara dan liput sekitar 100 orang media cetak dan elektronik. Usai
penandatanganan, para kepala negara melakukan acara bersulang (toast), yang
disambut tepuk tangan para hadirin. Selanjutnya para kepala negara melakukan
sesi foto bersama, dilanjutkan dengan foto bersama dengan para menteri luar
negeri, dan anggota The Eminent Persons Group (EPG) and Members of High
Level Taskforce (HTLF).

Tonggak Sejarah

Piagam ASEAN disebut tonggak sejarah baru karena baru dimiliki ASEAN
setelah 40 tahun berdiri. Piagam ASEAN merupakan dokumen yang diharapkan
akan mentransformasikan ASEAN dari sebuah asosiasi menjadi suatu organisasi
regional yang memiliki leader personality, dan mekanisme dan struktur
organisasi yang lebih jelas. Salah satu organ ASEAN yang akan dibentuk sesuai
piagam ini adalah Badan HAM ASEAN
Piagam itu terdiri dari pembukaan, 13 bab, dan 55 pasal. Pasal-pasalnya
menegaskan kembali prinsip-prinsip yang tertuang dalam seluruh perjanjian,
deklarasi, dan kesepakatan ASEAN
Dalam penyusunan piagam itu, Indonesia telah menunjukkan
kepemimpinannya dalam mendorong disepakatinya hal-hal penting seperti
prinsip demokrasi, good governance, dan perlindungan HAM.

RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang tersebut di atas dapat dirumuskan permasalahan
1. Bagaimana sejarah berdirinya ASEAN ?
2. Tujuan dibentuknya Piagam Asean (Asean Chartered) ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH BERDIRINYA ASEAN

ASEAN adalah kepanjangan dari Association of South East Asia Nations. ASEAN
disebut juga sebagai Perbara yang merupakan singkatan dari Perhimpunan
Bangsa-Bangsa Asia Tenggara. Gedung sekretarian ASEAN berada di Kebayoran
Baru, Jakarta Selatan, Indonesia. ASEAN didirikan tanggal 8 Agustus 1967 di
Bangkok. ASEAN diprakarsai oleh 5 menteri luar negeri dari wilayah Asia
Tenggara, yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina dan Singapura :
1.
2.
3.
4.
5.

Perwakilan
Perwakilan
Perwakilan
Perwakilan
Perwakilan

Indonesia : Adam Malik


Malaysia : Tun Abdul Razak
Thailand : Thanat Koman
Filipina : Narcisco Ramos
Singapura : S. Rajaratnam

Sedangkan terdapat negara-negara lain yang bergabung kemudian ke dalam


ASEAN sehingga total menjadi 11 negara, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.

Brunei Darussalam tangal 7 Januari 1984


Vietnam tangal 28 Juli 1995
Myanmar tangal 23 Juli 1997
Laos tangal 23 Juli 1997
Kamboja tangal 16 Desember 1998

Prinsip Utama ASEAN


Prinsip-prinsip utama ASEAN digariskan seperti berikut:
Menghormati kemerdekaan, kesamaan, integritas dan identitas nasional semua
negara
Setiap negara memiliki hak untuk menyelesaikan permasalahan nasionalnya
tanpa ada campur tangan dari luar
Penyelesaian perbedaan atau perdebatan antar negara dengan aman
Menolak penggunaan kekuatan dan kekerasan
Meningkatkan kerjasama yang efektif antara anggota
ASEAN dikukuhkan oleh lima negara pengasas; Indonesia, Malaysia, Filipina,
Singapura dan Thailand di Bangkok Proses pembentukan ASEAN dibuat dalam
sebuah penandatanganan perjanjian yang dikenal dengan nama Deklarasi
Bangkok. Adapun yang bertanda tangan pada Deklarasi Bangkok tersebut
adalah para menteri luar negeri saat itu, yaitu Bapak Adam Malik (Indonesia),
Narciso R. Ramos (Filipina), Tun Abdul Razak (Malaysia), S. Rajaratnam
(Singapura), dan Thanat Khoman (Thailand). Pada tanggal 8 Januari 1984,
seminggu setelah mencapai kemerdekaannya, negara Brunei masuk menjadi
anggota ASEAN. 11 tahun kemudian, tepatnya tanggal 28 Juli 1995. Laos dan

Myanmar menjadi anggota dua tahun kemudianya, yaitu pada tanggal 23 Juli
1997. Walaupun Kamboja sudah menjadi anggota ASEAN bersama sama
Myanmar dan Laos, Kamboja terpaksa menarik diri disebabkan masalah politik
dalam negara tersebut. Namun, dua tahun kemudian Kamboja kembali masuk
menjadi anggota ASEAN pada 30 April 1999.
LOGO ASEAN

Logo ASEAN membawa arti ASEAN yang stabil, aman, bersatu dan dinamik.
Warna logo ada 4 yaitu biru, merah, putih dan kuning. Warna tersebut
merupakan warna utama lambang negara-negara ASEAN. Warna biru
melambangkan keamanan dan kestabilan. Merah bermaksud semangat dan
dinamisme sedangkan putih menunjukkan ketulenan dan kuning melambangkan
kemakmuran. Sepuluh tangkai padi melambangkan cita-cita pelopor pembentuk
ASEAN di Asia Tenggara, yaitu bersatu dan bersahabat. Bulatan melambangkan
kesatuan ASEAN.

B. TUJUAN DIBENTUKNYA PIAGAM ASEAN (ASEAN CHARTERED).


Tahun 2007 bisa dikatakan bersejarah bagi ASEAN. Kawasan ini memiliki
tampilan baru. Ada harapan ASEAN akan terstruktur dan tersistematis.
Semua itu ditandai dengan ditandatanginya Piagam ASEAN (ASEAN Charter)
sebagai kerangka konstitusi bersama ASEAN.
Keberadaan sebuah piagam agar bisa lebih mengikat negara-negara anggota
sebenarnya sudah cukup lama dikumandangkan di kalangan pemikir ASEAN.
Akan tetapi, baru pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN tahun 2003 di Bali,
keinginan ASEAN untuk memiliki sebuah piagam bersama itu mulai dikonkretkan.
Ibarat sebuah perusahaan yang harus memiliki status hukum yang jelas,
apakah itu perseroan terbatas (PT) atau perusahaan dagang (PD), ASEAN
sebagai organisasi regional yang sudah berusia 40 tahun ini memang sudah
seharusnya punya status hukum. Idealnya, dengan adanya status hukum itu,
ASEAN lebih punya keleluasaan untuk bekerja sama dengan berbagai pihak,
khususnya kalangan pebisnis. Dia (ASEAN) juga bisa memiliki aset, visi, dan misi,
serta alat/perangkat untuk mewujudkan visi dan misinya tersebut.
Piagam ASEAN memang tidak otomatis akan mengubah banyak hal di ASEAN.
Malah, piagam itu sesungguhnya makin mengekalkan banyak kebiasaan lama.
Misalnya, pengambilan keputusan di ASEAN tetap dengan cara konsensus dan
KTT ASEAN menjadi tempat tertinggi untuk pengambilan keputusan jika
konsensus tidak tercapai atau jika sengketa di antara anggota terjadi.

Meski demikian, piagam tersebut hadir di saat yang pas, yaitu ketika kawasan
Asia Tenggara ini terus berubah dan negara-negara ASEAN semakin memperluas
cakupan kerja sama yang lebih kukuh ke Asia Timur (Jepang, Korea Selatan, dan
China), Asia Tengah (India), serta ke selatan (Australia dan Selandia Baru). Juga,
KTT Asia Timur yang diselenggarakan beriringan dengan KTT ASEAN.
Tujuan dibentuknya Piagam Asean adalah sebagai berikut
1. Permudah kerja sama
Adanya Piagam ASEAN secara organisatoris akan membuat negara anggota
ASEAN relatif akan lebih terikat kepada berbagai kesepakatan yang telah dibuat
ASEAN. Secara teoretis, piagam itu akan semakin mempermudah kerja sama
yang dibuat ASEAN dengan mitra-mitra dialognya.
Jika pada masa lalu mitra ASEAN terkadang mengeluh bahwa kesepakatan yang
telah dibuat dengan ASEAN ternyata hanya dilaksanakan dan dipatuhi oleh
beberapa negara anggota ASEAN, kini kekhawatiran itu bisa dikurangi.
Mekanisme kerja yang lebih jelas di ASEAN seperti tertuang dalam Piagam
ASEAN itu juga akan mempermudah mitra-mitra atau calon-calon mitra yang
ingin berurusan dengan ASEAN. Begitu pula bila di kemudian hari terjadi
persengketaan, Piagam ASEAN telah membuat pengaturan umum untuk
penyelesaian sengketa itu.
Lebih penting lagi secara politis, ASEAN kini menegaskan dirinya sebagai
organisasi yang menghormati serta bertekad untuk menjunjung tinggi hak asasi
manusia (HAM) dan nilai-nilai demokrasi. Piagam meminta ASEAN menghargai
HAM.
Meski saat ini pelaksanaan kedua hal itu masih jauh dari ideal, setidaknya
ASEAN sudah mengakui bahwa penghormatan atas HAM dan demokrasi sebagai
nilai-nilai dasar, sama seperti umumnya negara maju. Dengan demikian,
hambatan psikologis untuk bekerja sama dengan negara-negara ASEAN seperti
sering terdengar selama ini dari beberapa negara maju, setidaknya sudah bisa
dikurangi meski hambatan belum sepenuhnya bisa dihapuskan.
2. Tantangan internal
Keberhasilan ASEAN melahirkan sebuah piagam bersama tidak otomatis
bermakna ASEAN yang semakin solid. Tantangan terbesar justru berada di
lingkungan internal ASEAN sendiri, khususnya bagaimana agar benar-benar bisa
mengimplementasikan piagam itu sehingga ASEAN menjadi kekuatan yang
menyatu dan tidak terpecah belah.
Bagaimanapun, kehadiran Piagam ASEAN, yang di dalamnya mengharuskan

para anggota mematuhi apa-apa yang sudah diputuskan bersama oleh ASEAN,
akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi beberapa pihak. Mereka ini
sebenarnya menaruh keberatan atas keputusan bersama itu. Meski demikian,
Piagam ASEAN memang telah didesain sedemikian rupa sehingga tidak terlalu
keras terhadap para anggotanya yang belum bisa menaati kesepakatankesepakatan yang telah dibuat.
Celah-celah untuk kompromi yang sering kali diistilahkan banyak kalangan
sebagai cara ASEAN (the ASEAN way) masih banyak diakomodasi di dalam
piagam tersebut. Di bidang ekonomi, misalnya, Piagam ASEAN menjamin hak
negara-negara anggota untuk berpartisipasi secara fleksibel dalam pelaksanaan
komitmen-komitmen ekonomi di ASEAN. Begitu pula dalam pelaksanaan prinsipprinsip politik ASEAN, seperti khususnya demokrasi dan penghormatan dan
jaminan atas hak-hak asasi manusia, asas yang fleksibel tetap dipertahankan.
Satu hal penting dalam Piagam ASEAN yang memang sudah selayaknya
dilakukan adalah menjadikan organisasi ini sebagai organisasi yang berorientasi
pada rakyat atau bukan organisasi birokrat semata. Dengan demikian, dibuka
bahkan didorong kesempatan lebih besar kepada warga masyarakat ASEAN
untuk berinteraksi satu sama lain dengan lebih intens.
Pergaulan rakyat ASEAN di kawasan regional dan internasional itu tentu akan
berkontribusi positif kepada kerja sama ASEAN dengan mitra-mitranya di seluruh
kawasan.
3. Langkah paling maju
Ada tiga rencana ASEAN yang dituliskan di piagam itu. Tiga hal itu adalah
menginginkan lahirnya Komunitas Ekonomi ASEAN, Komunitas Keamanan ASEAN,
dan Komunitas Sosial Budaya ASEAN.
Jangan skeptis dulu dengan rencana pembentukan komunitas itu. Atau jangan
melihat realitas sekarang jika ingin menilai prospek pembentukan tiga jenis
komunitas itu. ASEAN bisa saja tidak terlihat berwibawa, melihat realitas
sekarang, dengan mayoritas anggotanya punya masalah tersendiri yang
tergolong berat. Beberapa di antaranya bahkan masih tergolong negara paria.
Sesungguhnya, rencana pembentukan komunitas itu merupakan refleksi dari
tajamnya visi para pemikir ASEAN. Piagam itu disusun para pakar atau figur
terkenal di ASEAN. Wakil dari Indonesia adalah mantan Menteri Luar Negeri Ali
Alatas.
Mantan Menteri Luar Negeri Ali Alatas terkesan jengkel dengan analisis
pengamat yang relatif selalu skeptis melihat ASEAN. Mereka itu kadang genit,
ya, demikian kalimat lucu dari Ali Alatas mengomentari piagam yang disambut
dingin oleh pengamat.

4. Piagam merefleksikan pandangan jauh ke depan.


Bahkan, piagam secara tersirat akan membuat ASEAN malu jika tidak bisa
memenuhinya di kemudian hari. Inilah sumbangsih para pemikir ASEAN. Ini
merupakan bukti bahwa para pakar ASEAN tidak dungu, tetapi punya sudut
pandang yang strategis menuju masa depan.
Hal ini diperkuat lagi dengan rencana pemerintah ASEAN, yang pada November
lalu, di Singapura, sudah menandatangani deklarasi pembentukan Komunitas
Ekonomi ASEAN pada tahun 2015. Bahkan, pada tahun 2008 sudah ada langkah
untuk mewujudkan komunitas ekonomi ini. Tujuan akhirnya adalah aliran barang,
jasa, warga yang relatif lebih bebas di ASEAN.
Ini strategis mengingat contoh empiris, negara kaya di dunia menjadi makmur
karena mobilitas itu. Para teknokrat ekonomi dan para figur terkenal ASEAN
sudah memberi contoh soal penyusunan langkah ke depan.
Sekarang ini, eksekusinya ada di lingkungan pemerintah di ASEAN yang sarat
problem, bahkan masih suka menyiksa rakyat.
Apakah junta Myanmar tahu piagam, atau lebih percaya piagam ketimbang
paranormal? Ini hanya contoh kecil. Tetapi sudahlah, semoga waktu akan
mengubah perangai dan perilaku sebagian pemerintahan di ASEAN, yang juga
masih sering sekadar berkomitmen dan tidak bertindak nyata. Setidaknya
mereka masih mau menorehkan sejarah baru dengan menandatangani Piagam
ASEAN dan juga cetak biru Komunitas Ekonomi ASEAN 2015
5. Strategis
Piagam itu sendiri dinilai strategis karena akan menjadi landasan hukum yang
menjamin integrasi politik, sosial, ekonomi, budaya, keamanan, demokratisasi,
perlindungan hak asasi, dan pelestarian lingkungan.
Pembuatan piagam merupakan terobosan penting dalam sejarah ASEAN, yang
selama 40 tahun lebih bersifat peguyuban. Dalam menghadapi tantangan 40
tahun kedua, ASEAN memang membutuhkan pijakan hukum yang lebih jelas
dalam membangun blok politik dan ekonomi.

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) merupakan organisasi regional
yang terdiri dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang berdiri pada 8
Agustus 1967, di tengah situasi regioanal dan internasional yang sedang
berubah. Pada awal pembentukannya ASEAN hanya terdiri dari lima negara yaitu
Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, dan Philipina. Walaupun masingmasing negara anggota berbeda satu sama lain dalam hal, bahasa, budaya,
agama, geografi, etnisitas dan pengalaman sejarah, hubungan antar anggota
secara bertahap menumbuhkan rasa kebersamaan.
ASEAN tidak terbentuk secara mudah, pada awal pembentukan dimulai pada
tahun 1961 dengan dibentuknya Association of Southeast Asia (ASA). Ini adalah
organisasi awal yang dibentuk oleh seluruh negara Asia Tenggara. Karena
sebelumnya negara Asia Tenggara telah membentuk Organisasi regional SEATO
(Southeast Asia Treaty Organization) yang merupakan upaya dari Amerika untuk
membendung pengaruh komunis di Asia. Sehingga ASA merupakan organisasi
regional yang pertama kali dibentuk oleh Negara Asia Tenggara. Tetapi, konflik
yang pecah antara Philipina dan Malaysia pada tahun tersebut menghancurkan
upaya awal tersebut. Maphilindo kemudian muncul menggantikan ASA yang
merupakan kerjasama antara Malaysia, Philipina, dan Indonesia. Tetapi,
percobaan kedua ini berakhir dengan politik konfrontasi yang dilancarkan
Soekarno. Sementara itu konflik antara negara berpenduduk Melayu (Indonesia
dan Malaysia) dan negara berpenduduk mayoritas Cina (Singapura) juga pecah
sebagai akibat dari pengorbanan awal sebelum terbentuknya organisasi regional
yang lebih solid seperti ASEAN.
Dari sejak awal konflik antar negara sudah mewarnai perjalanan awal
terbentuknya ASEAN. Bahkan, sampai sekarang konflik antar negara anggota
ASEAN juga masih terjadi, misalnya saja konflik yang baru saja terjadi yaitu
antara Thailand dan Kamboja. Hal ini menjadi perhatian tersendiri melihat ASEAN
sebagai suatu organisasi regional tidak dapat menyelesaikan konflik antar
negara anggotanya. ASEAN seolah-olah kehilangan kekuatan dan kewibawaan
sebagai Organisasi regional. Dibandingkan dengan organisasi regional lainnya,
ASEAN merupakan organisasi regional yang Negara anggotanya sering berkonflik
satu sama lainnya, dan ASEAN sebagai organisasi yang menaunginya tidak dapat
menyelesaikan konflik tersebut.
I.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dalam
makalah ini yang dapat ditarik menjadi rumusan masalah yaitu :
Bagaimana prosedur penanganan konflik di ASEAN?
Seberapa besar peranan ASEAN dalam menyelesaikan konflik antar anggota
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Perkembangan ASEAN
Association Of Southeast Asian Nations (ASEAN) didirikan berdasarkan Deklarasi

Bangkok pada tanggal 8 Agustus 1967. ASEAN didirikan oleh Indonesia, Malaysia,
Thailand, Philipina, dan Singapura. Pada awalnya ASEAN dibentuk dengan
semangat melawan bahaya komunisme. Maka ketika terjadi de-ideologisasi di
tingkat global dan regional awal tahun 1990-an, sempat muncul pertanyaan
tentang relevansi ASEAN. Namun, dalam perkembangan dan kenyataannya,
kebutuhan untuk meningkatkan peran ASEAN justru bertambah. Bahkan Negara
seperti Vietnam, Cambodia dan Laos, yang sebelumnya secara ideologis
dianggap bersebrangan, kini menjadi bagian integral ASEAN.
ASEAN terbentuk juga karena adanya persamaan-persamaan yang dimiliki
Negara anggotanya. Persamaan-persamaan itulah yang menjadi jalan
terwujudnya pembentukan ASEAN. Persamaan-persamaan tersebut yaitu :
Persamaan letak geografis di kawasan Asia Tenggara.
Persamaan budaya yakni budaya Melayu Austronesia.
Persamaan nasib dalam sejarahnya yaitu sama-sama sebagai negara bekas
dijajah oleh bangsa asing.
Persamaan kepentingan untuk menjalin hubungan dan kerja sama di bidang
ekonomi, sosial, dan budaya.
ASEAN dibentuk bukan tanpa tujuan, tujuan dari dibentuknya ASEAN terdapat
dalam Deklarasi bangkok. Tujuan dibentuknya ASEAN seperti yang tercantum
dalam Deklarasi Bangkok adalah untuk :
1. Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial serta pengembangan
kebudayaan di kawasan ini melalui usaha bersama dalam semangat kesamaan
dan persahabatan untuk memperkokoh landasan sebuah masyarakat bangsabangsa
2. Asia Tenggara yang sejahtera dan damai;
3. Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional dengan jalan menghormati
keadilan dan tertib hukum di dalam hubungan antara negara-negara di kawasan
ini serta mematuhi prinsip-prinsip Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa;
4. Meningkatkan kerjasama yang aktif dan saling membantu dalam masalahmasalah yang menjadi kepentingan bersama di bidang-bidang ekonomi, sosial,
teknik, ilmu pengetahuan dan administrasi;
5. Saling memberikan bantuan dalam bentuk sarana-sarana pelatihan dan
penelitian dalam bidang-bidang pendidikan, profesi, teknik dan administrasi;
6. Bekerjasama secara lebih efektif guna meningkatkan pemanfaatan pertanian
dan industri mereka, memperluas perdagangan dan pengkajian masalahmasalah komoditi
7. internasional, memperbaiki sarana-sarana pengangkutan dan komunikasi,
serta meningkatkan taraf hidup rakyat mereka;
8. Memajukan pengkajian mengenai Asia Tenggara;
9. Memelihara kerjasama yang erat dan berguna dengan berbagai organisasi
internasional dan regional yang mempunyai tujuan serupa, dan untuk menjajagi
segala kemungkinan untuk saling bekerjasama secara erat di antara mereka
sendiri.
Prinsip utama dalam kerjasama ASEAN antara lain adalah persamaan kedudukan
dalam keanggotaan (equality), tanpa mengurangi kedaulatan masing-masing
negara anggota. Negara-negara anggota ASEAN sepenuhnya tetap memiliki

kedaulatan ke dalam maupun ke luar (sovereignty). Sedangkan musyawarah


(consensus and consultation), kepentingan bersama (common interrest), dan
saling membantu (solidarity).
Sejak awal pembentukkannya, ASEAN merupakan suatu kerjasama regional yang
didirikan berdasarkan suatu kesepakatan bersama yang dikenal sebagai
Deklarasi Bangkok. Salah satu butir kesepakatan dalam Deklarasi Bangkok
adalah : akan lebih mengedepankan kerjasama ekonomi dan social sebagai
perwujudan dari solidaritas ASEAN. ASEAN telah memilih economic road
towards peace, berdasarkan asumsi bahwa jika Negara-negara ASEAN mencapai
kemakmuran, maka perdamaian akan terwujud di kawasan ini. Intinya ASEAN
didirikan dengan tujuan bagaimana keamanan yang stabil dalam jangka panjang
dapat tercipta di kawasan, baik melalui kerja sama ekonomi, teknologi dan social
budaya, maupun melalui kerjasama di bidang politik dan keamanan .
II.2. Konflik Antar Negara ASEAN
Terbentuknya ASEAN bukan merupakan jaminan bahwa tidak akan terjad
pertikaian wilayah di kalanagn negara anggotanya. Dalam kenyataan masalah
perbatasan wilayah ini terus berlangsung hingga berakhirnya Perang Dingin.
Bahkan jauh sesudah Perang Dingin berakhir konflik perebutan wilayah masih
terus berlangsung. Konflik Perebutan wilayah inilah yang paling sering terjadi.
Ada beberapa konflik perebutan wilayah yang terjadi antar negara anggota
ASEAN, misalnya saja konflik perebutan wilayah antara Philipina dan Malaysia,
Konflik Sipadan dan Ligitan yaitu konflik perebutan wilayah antara Indonesia
dengan Malaysia, dan Konflik yang baru-baru saja terjadi yaitu konflik antara
Thailand dan Kamboja.
Konflik Philipina-Malaysia. Konflik yang terjadi antara Philipina dan Malaysia,
dimana Philipina mengklaim Sabah yang merupakan salah satu negara bagaian
Malaysia, sebagai wilayah Philipina. Konflik yang terjadi antara Philipina-Malaysia
ini tidak sampai menjadi konflik terbuka. Kedua negara berusaha berusaha
meredam konflik yang terjadi agar tidak merusak hubungan diplomasi antar
kedua negara.
Konflik Sipadan dan Ligitan. Pulau Sipadan dan Ligitan telah menjadi sumber
pertikaian antara Malaysia dan Indonesia sejak akhir tahun dekade 60-an.
Selama tiga puluh tahun kedua negara seperti menunggu kesempatan untuk
mendapatkan hak menguasai pulau tersebut. Namun, kedua negara berusaha
menahan diri agar konflik tersebut tidak menjadi konflik terbuka. Kedua negara
sepakat untuk menyelesaiakan konflik ini agar tidak menjadi beban bagi kedua
negara. Kasus ini kekudian dibawa ke International Court of Justice (ICJ)/
Mahkamah Internasional. Pada tahun 2002 akhirnya ICJ memberikan hak kepada
Malaysia untuk mengelola Sipadan dan Ligitan semata-mata karena Malaysia
telah menunjukkan bukti melakukan kegiatan pembangunan yang nyata di kedua
pulau tersebut.
Konflik Thailand dan Kamboja. Konflik antara Thailand dan Kamboja ini adalah
konflik yang memperebutkan kompleks candi Preah Vihear. Kompleks candi
peninggalan abad IX, Preah Vihear telah lama disengketakan oleh kedua negara.
Candi ini berada di pegunungan yang menjadi perbatasan antara Thailand dan
Kamboja. Sebenarnya konflik ini telah diselesaikan melalui Mahkamah

Internasional dimana Candi tersebut diserahkan kepada Kamboja pada tahun


1962. Namun, kedua belah pihak masih sama-sama menyatakan pemilik
kawasan sekitar candi dan pasukan dari kedua negara terlibat dalam serentetan
pertempuran kecil. Bentrok terbaru berlangsung awal Februari 2011 dimana
kedua belah pihak saling tuding melanggar kedaulatan. Dalam konflik ini sudah
menewaskan beberapa orang.
II.3. Peranan ASEAN Dalam Penyelesaian Konflik
Dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pertama ASEAN di Bali pada tanggal 24
Februari 1976. Dalam KTT tersebut menghasilkan Declaration of ASEAN Concord
atau Bali Concord I. para pemimpin ASEAN menginginkan agar ASEAN menjadi
wilayah yang damai, netral, dan tidak campur tangan eksternal dari Negaranegara besar di luar kawasan. Berdasarkan keinginan tersebut maka dalam Bali
Concord I dihasilkan berbagai prinsip kerjasama salah satunya yaitu mengenai
penyelesaian konflik atau sengketa antar Negara anggota ASEAN, yaitu
dibentuknya Perjanjian Persahabatan dan Kerjasama di Asia Tenggara (Treaty of
Amity and Cooperation in Southeast Asia-TAC). Inti dari TAC ini adalah
penggunaan cara-cara damai di dalam menyelesaikan persengketaan intraregional yang merupakan prinsip-prinsip dasar untuk memandu hubungan
berbagai pihak.
Pada Bab IV TAC (Pasal 13-17) memuat pengaturan mengenai penyelesaian
konflik atau sengketa secara damai. Berdasarkan Bab IV TAC, terdapat 3 (tiga)
mekanisme atau prosedur penyelesaian konflik atau sengketa, meliputi :
1. Penghindaran Timbulnya Konflik atau Sengketa dan Penyelesaian Melalui
Negosiasi Secara Langsung
Pada pasal 13 TAC mensyaratkan Negara-negara anggota untuk sebisa mungkin
dengan iktikad mencegah timbulnya sengketa di antara mereka. Namun apabila
sengketa tetap lahir dan tidak mungkin dicegah naka para pihak wajib menahan
diri untuk menggunakan ancaman/kekerasan. Pasal ini selanjutnya mewajibkan
para pihak untuk menyelesaikannya melalui negosiasi secara baik-baik (friendly
negotiations) dan langsung di antara mereka.
2. Penyelesaian Konflik atau Sengketa Melalui The High Council
Manakala negosiasi secara langsung oleh para pihak gagal, penyelesaian
sengketa masih dimungkinkan dilakukan oleh the High Council. Dalam the High
Council terdiri dari setiap Negara anggota ASEAN. Apabila sengketa timbul maka
the High Council akan memberikan rekomendasi mengenai cara-cara
penyelesaian konflik atau sengketa. The High Council juga diberi wewenang
untuk memberikan jasa baik, mediasi, penyelidikan atau konsiliasi, apabila para
pihak menyetujuinya.
3. Penyelesaian Konflik atau Sengketa Melalui Mahkamah Internasional
Dalam praktik, para pihak yang bersengketa lebih cenderung untuk
menyelesaikan konflik yang terjadi melalui negosiasi langsung. Apabila cara
negosiasi ini gagal maka para pihak cenderung untuk menyelesaikannya secara

hukum yaitu melalui Mahkamah Internasional.


Mekanisme-mekanisme yang seperti dijelaskan di atas merupakan mekanisme
penyelesaian konflik yang diterapkan oleh Negara-negara anggota ASEAN yang
berkonflik. Apabila dilihat dari mekanisme penyelesaian sengketa tersebut
seringkali mekanisme pertama dan yang kedua tidak terwujud, sehingga
seringkali yang dipakai yaitu mekanisme yang ketiga. Padahal seharusnya
mekanisme yang diterapkan adalah mekanisme yang pertama dan yang kedua
karena pada mekanisme tersebut ASEAN dan Negara-negara anggotanya
memilki peran yang besar sehingga ASEAN dapat menunjukkan kemampuannya.
Dengan tidak bisanya terlaksana penyelesaiana konflik atau sengketa melalui
mekanisme yang pertama, timbul anggapan bahwa ASEAN gagal dan tidak
mampu dalam menyelesaikan konflik dan hal ini dapat mengganggu
perkembangan dari ASEAN itu sendiri. Ada beberapa factor penyebab
ketidakmampuan ASEAN dalam menyelesaikan konflik antar anggota yaitu :

a. Tidak Berfungsinya High Council atau Dewan Agung dalam Treaty of Amity and
Cooperation sebagai Badan yang bisa menyelesaikan konflik internal ASEAN
Walaupun ASEAN telah memiliki Treaty of Amity and Cooperation in Southeast
Asia (TAC) sebagai code of conduct dalam penyelesaian konflik di kawasan
melalui Dewan Agung (High Council), namun sampai sekarang negara-negara
anggota ASEAN justru lebih percaya kepada pihak ketiga untuk menyelesaikan
sengketanya. Kasus Sipadan & Ligitan antara Malaysia-Indonesia yang
diselesaikan oleh Mahkamah Internasional adalah bukti lemahnya mekanisme
penyelesaian konflik internal di antara negara-negara anggota ASEAN. Kasus Kuil
Preah Vihear yang menimbulkan ketegangan antara Thailand-Kamboja beberapa
waktu lalu, telah menyebabkan Kamboja meminta bantuan PBB. Padahal semula
Kamboja berupaya meminta bantuan ASEAN, tetapi ASEAN malah mendorong ke
2 negara itu bisa menyelesaikan sendiri masalahnya secara bilateral. Jika
negara-negara anggota ASEAN sendiri tidak pernah menghormati perjanjian
yang telah disusun sendiri, bagaimana mungkin ASEAN bisa berharap negara lain
mau menghormati perjanjian TAC dan perluasannya tersebut.
Bahkan di dalam ASEAN Charter, walaupun Treaty of Amity and Cooperation
dirujuk sebagai mekanisme penyelesaian sengketa internal negara anggota
ASEAN (Pasal 24 ayat 2), namun anehnya negara-negara anggota ASEAN yang
terlibat dalam sengketa juga bisa meminta bantuan Sekretaris Jenderal ASEAN
untuk menyediakan jasa baik, konsiliasi dan mediasi dalam rangka
menyelesaikan sengketa dengan batas waktu yang disepakati (Pasal 23 ayat 2).
Hal ini bisa dilihat sebagai langkah mundur dari apa yang telah tertuang dalam
Viantiane Action Programme (2004) yang lebih mempromosikan high council
dalam TAC untuk penyelesaian sengketa teritorial. Salah satu alasan kenapa
High Council tidak pernah digunakan oleh negara anggota ASEAN untuk
menyelesaikan konflik internalnya adalah karena hampir semua konflik teritorial
di kawasan Asia Tenggara selalu berhubungan dengan Malaysia sebagai pihak
yang bersengketa. Dengan kata lain, Malaysia punya sengketa wilayah (teritorial)

dengan hampir semua negara anggota ASEAN. Hal ini tentu menyulitkan
penunjukkan negara mana yang bisa dijadikan perantara (wasit) sebagai mediasi
untuk menyelesaikan sengketa perbatasan, karena hampir dipastikan bahwa itu
memberikan banyak keuntungan bagi Malaysia.

b. Tidak Pernah Membahas Masalah Sengketa dalam Pertemuan KTT ASEAN.


Di dalam Hubungan Internasional, ada pendapat yang mengatakan bahwa
bagaimanapun sulit, lama, baratnya proses yang mungkin dilalui, persetujuan
damai harus dicapai untuk menyelesaikan sengketa-sengketa mereka sekaligus
dan seluruhnya. Hal ini harus dicapai dalam kekuasaan dan wewenang negaranegara anggota ASEAN yang memerlukan tidak saja kemauan politik yang kuat,
tetapi juga itikad baik, pengertian, kepercayaan, dan keyakinan bahwa
tercapainya penyelesaian damai merupakan kepentingan mereka jangka
panjang, baik bagi negara-negara anggota secara individual maupun kolektif.
Keberhasilan untuk menyelesaikan sengketa-sengketa yang ada akan
memberikan dampak yang positif bagi kredibilitas ASEAN sebagi organisasi kerja
sama regional di Asia Tenggara yang dipandang cukup sukses di antara
organisasi-organisasi lainnya di dunia.
Namun, apabila melihat kenyataan sekarang ini ASEAN cenderung tidak memiliki
niat untuk dalam menyelesaikan konflik atau sengketa antar anggota. Karena,
dalam KTT yang dilaksanakan ASEAN, para anggota ASEAN tidaka membicarakan
mengenai konflik yang terjadi. Padahal apabila para anggota mau terbuka dalam
membahas konflik yang terjadi di KTT maka penyelesaian konflik pun dapat
dibicarakan bersama.
c. Masih Diadopsinya Prinsip Non-Interference ASEAN (ASEAN Way)
Prinsip tidak mencampuri urusan negara lain atau doctrine of non-interference
merupakan salah satu pondasi paling kuat menopang kelangsungan regionalisme
ASEAN. Dengan berlandaskan pada doktrin ini ASEAN dapat memelihara
hubungan internal sehingga menutup pintu bagi konflik militer antar negara
ASEAN. Dari sudut pandang negara anggota ASEAN, doktrin ini muncul sebagai
bentuk kesadaran masing-masing negara anggota yang pada tingkat domestik
masih rentan terhadap ancaman internal berupa kerusuhan hingga kudeta.
Doctrine of Non Interference ini menjadi alasan bagi negara anggota ASEAN
untuk (1) berusaha agar tidak melakukan penilaian kritis terhadap kebijakan
pemerintah negara anggota terhadap rakyatnya masing-masing agar tidak
menjadi penghalang bagi kelangsungan organisasi ASEAN, (2) mengingatkan
negara anggota lain yang melanggar prinsip tersebut, (3) menentang pemberian
perlindungan bagi kelompok oposisi negara anggota lain, (4) mendukung dan
membantu negara anggota lain yang sedang menghadapi gerakan antikemapanan. Sebagai konsekuensinya ASEAN berusaha tidak mengeluarkan
pernyataan yang sangat kritis terhadap negara anggota lain yang sedang
menghadapi persoalan internal. Sebagai misal, ASEAN menolak menjuluki rejim

Pol Pot sebagai sebagai rejim genocida.


Tetapi, sejak ulang tahun ke 30 ASEAN, Juli 1997, ASEAN Way, dan khususnya
norma non intervensi secara ironis menjadi suatu alasan utama dari runtuhnya
reputasi ASEAN. Keterbatasan yang inheren dimiliki oleh norma non intervensi
menjadi faktor dalam menerangkan sebab menurunnya efektifitas organisasi.
Alasan untuk mengaplikasikan norma non intervensi sesungguhnya telah
ketinggalan jaman bila dikaitkan dengan perkembangan lingkungan internasional
dan regional. Karena mau tidak mau dalam menyelesaikan konflik, intervensi
pasti akan terjadi dan seharusnya intervensi ASEAN harus lebih kuat, karena
dengan demikian konflik dapat diselesaikan oleh ASEAN itu sendiri tanpa harus
memakai pihak ketiga dari luar. Apabila penyelesaian konflik hanya sekedar
himbauan maka konflik tersebut sulit untuk diselesaikan karena dibutuhkan
kesadaran penuh dari pihak yang berkonflik.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan mengenai peran ASEAN dalam menyelesaikan konflik,
maka dapat disimpulkan bahwa ASEAN selama ini belum mampu untuk
menyelesaikan konflik yang terjadi antar Negara anggotanya. Hal ini disebabkan
karena ASEAN masih memegang prinsip-prinsip lama yang sudah tidak sesuai
lagi untuk dipertahankan untuk sekarang ini, misalnya saja prinsip non intervensi
yang menjadi penghalang bagi ASEAN untuk menyelesaikan konflik. Selain itu
tidak berfungsinya High Council dalam menyelesaikan konflik yang terjadi. Hal ini
dikarenakan tidak adanya sanksi tegas yang dibuat untuk Negara yang
melanggar aturan.
Dengan demikian, para pihak yang berkonflik memakai mahkamah Internasional
untuk menyelesaikan konflik yang dihadapi. Karena ada rasa ketidakpercayaan
dari negara anggota yang berkonflik untuk memakai ASEAN sebagai alat untuk
menyelesaikan konflik yang terjadi. Sehingga lebih mengandalkan Mahkamah
Internasional untuk menyelesaikan konflik, karena Mahkamah Internasional
dianggap lebih berpengalaman, netral, dan memiliki sanksi yang tegas. Namun,
dalam penyelasaian konflik melalui Mahkamah Internasional akan merugikan
salah satu pihak. Padahal kemungkinan besar apabila konflik dapat diselesaikan
secar baik-baik oleh ASEAN kemungkinan salah satu Negara dirugikan cenderung
lebih kecil terjadi. Dan dengan tidak memakai Mahkamah Internasional dalam
menyelesaikan konflik maka tujuan dari ASEAN dimana menjaga stabilitas dan
keamanan tanpa campur tangan pihak asing dapat terwujud.
Sebagai saran, ASEAN sebagai organisasi regional dalam menyelesaiakan konflik
harus memiliki sanksi yang tegas, sebagai suatu kekuatan dalam menghukum
Negara anggota yang cenderung memicu konflik, karena dengan adanya sanksi
yang tegas maka setiap Negara anggota akan lebih dapat mematuhi segala
peraturan dalam organisasi, karena selama ini ASEAN hanya menuntut
kesadaran dari Negara anggota. Selain itu, ASEAN juga harus meninggalkan
prinsip non intervensi yang selama ini dianut oleh ASEAN padahal prinsip ini

seringkali menghalangi upaya ASEAN dalam menyelesaikan konflik. Apabila


konflik terlalu sering terjadi dan tidak dapat diatasi maka akan menghambat
perkembangan ASEAN, terutama menghalangi terwujudnya komunitas ASEAN
2015.
DAFTAR PUSTAKA
Adolf, Huala.2004. Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Jakarta: Sinar
Grafika,
Cipto, Bambang. 2007, Hubungan Internasional di Asia Tenggara, Jakarta:
Pustaka Pelajar
Luhulima, CPF,dkk, 2008. Masyarakat Asia Tenggara Menuju Komunitas ASEAN
2015, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
INTERNET
http://miamutiadewi.blogspot.com/2010/01/perkembangan-asean-dan-peranasean.html
http://www.tempointeraktif.com/hg/politik/2010/12/17/brk,20101217299731,id.html
beberapa data yang oleh dari Google.com

PERAN ASEAN TERHADAP INDONESIA


ASEAN adalah kerjasama regional antar negara Asia Tenggara.....
kerjasama itu di bidang ekonomi, politik, pariwisata, pertahanan dan keamanan,
pendidikan dan sosial budaya......

*Peranan Asean dalam Ekonomi


-Indonesia menjadi tempat pembuatan pupuk seASEAN, tepatnya di Aceh yg
nntinya akan digunakan negara-negara ASEAN, otomatis Indonesia mendapatkan
keuntungan dan juga bisa mengurangi pengangguran di indonesia
*peranan ASEAN dlm bidang politik
-dg Indonesia mengikuti kerjasam regional seperti ini mk akan lebih dihormati
negara lain, seperti halnya kerjasam regional yg di eropa atopun timur
tengah,lebih-lebih kalau ASEAN kuat di mata internasional (sayangnya di
Internasional ASEAN kurang dipandang)

*Peranan dalam bidang Pariwisata


-dalam pariwisata negara ASEAN sgat sbur, terutama Singapura, Thailand,
Malaysia dan Indonesia.... dan rata-rata pengunjung pariwisata d negara ASEAN
adalah warga negara anggota ASEAN lainnya, contohnya Jgja yg rt2 touristnya
adalah tourist malaysia, bgitu jg dg Singapura yg rt2 touristnya adalh org
Indonesia dan Malaysia.

*peranan ASEAN dlam bidang Pertahanan dan keamanan....


-AL-TNI sering melakukan latihan bareng dg Singapura shingga akan
membuktikan pd dunia bhwa militer Indonesia msih kuat,.... dan Indonesiapun
melakukan perjanjian Ekstradisipun di semua negara ASEAN, walaupun agak
lama utuk mendekati Singapura....

*peranan dlam bidang pendidikan, sosial dan budaya


-indonesia sering melakukan pertukaran mahasiswa dg negara ASEAN lainnya
seperti Singapure dan Malysia, begitu juga dg pementasan karya seninya....

Peranan ASEAN untuk Indonesia,sejak awal berdirinya ASEAN, Indonesia telah


mempromosikan suatu bentuk kehidupan masyarakat regional di Asia Tenggara
yang menjunjung tinggi nilai-nilai saling menghormati, tidak mencampuri urusan
dalam negeri negara lain, penolakan penggunaan kekerasan serta konsultasi dan
mengutamakan konsensus dalam proses pengambilan keputusan. Indonesia juga
memiliki peran penting dalam pembentukan beberapa perjanjian dan modalitas
di ASEAN antara lain Declaration on Zone of Peace, Freedom, and Neutrality
(ZOPFAN, 1971), ASEAN Concord (1976), ASEAN Declaration on South China Sea
(1992), ASEAN Regional Forum (ARF, 1995) dan ASEAN Community (2003)
Walaupun terdapat perbedaan budaya, kondisi geografis, sistem politik dan
tingkat kesejahteraan, negara-negara anggota ASEAN telah menunjukan
kesamaan etikad dalam mengutamakan kerja sama untuk mencapai keuntungan
dan kemakmuran bersama. Berdasarkan hal ini, diplomasi luar negeri Indonesia
di era globalisasi harus dapat membangun dan memelihara kerja sama yang
lebih luas dan efektif untuk memperoleh kemajuan yang subtantif dalam
penyelesaian konflik dan integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara.
Berdasarkan kondisi alamnya, kemampuan ekonomi dan kemauan politiknya
untuk bergabung dalam proses regional, Indonesia akan terus memainkan peran
strategis demi kemajuan dan terciptanya integrasi ASEAN. Peranan Indonesia di
Asia Tenggara diperkuat dengan partisipasinya untuk menyelesaikan konflik di
Kamboja dan Filipina Selatan serta ikut menjadi anggota dalam pasukan
perdamaian PBB. Indonesia juga memiliki inisiatif untuk melaksanakan diplomasi
kemanusiaan dan turut serta dalam proses pembentukan Masyarakat Asia Timur.

Peran Indonesia di ASEAN


OPINI | 15 September 2009 | 04:14

Dibaca: 5279

Komentar: 5

Nihil

Dengan disepakatinya Piagam ASEAN pada 15 Desember 2008, ASEAN menjadi suatu
organisasi kawasan yang sama sekali baru, dengan aturan hukum yang jelas dan memiliki
legal personality.
Dilengkapi moto one vision, one identity, one community, ASEAN terus melangkah menuju
terbentuknya suatu Komunitas ASEAN 2015.
Pembukaan Piagam ASEAN secara tegas menyebutkan komitmen masyarakat (We, the
Peoples) negara anggota ASEAN untuk mempercepat pembentukan Komunitas ASEAN yang
didasarkan pada tiga pilar, yaitu kerja sama politik dan keamanan, kerja sama ekonomi, dan
kerja sama sosial budaya.
Komitmen tersebut sekaligus mempertegas kembali Deklarasi ASEAN Concord II (Bali
Concord II) yang dihasilkan saat KTT ASEAN ke-9 di Bali, Oktober 2003, saat Indonesia
menjadi Ketua ASEAN.
Penyebutan kata We, the Peoples dalam Piagam ASEAN memperlihatkan bahwa
pembentukan komunitas ASEAN bukanlah keinginan pemerintah negara anggota ASEAN
semata, tetapi justru menjadi keinginan seluruh lapisan anggota masyarakat dan pemangku
kepentingan di negara anggota ASEAN.
Melalui tiga pilar kerja sama yang disebutkan dalam Bali Concord II dan ditegaskan kembali
dalam Pembukaan Piagam ASEAN, jelaslah bahwa komunitas ASEAN mendatang akan
terdiri dari tiga komunitas, yaitu Komunitas Keamanan ASEAN (ASEAN Security
Community/ASC), Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community/AEC), dan
Komunitas Sosial Budaya ASEAN (ASEAN Socio Cultural Community/ASCC).
Untuk mewujudkan suatu Komunitas ASEAN 2015, banyak hal yang perlu dilakukan secara
intensif guna mengintegrasikan ASEAN, terutama pada masa awal pengimplementasian
Piagam ASEAN yang terkait dengan rules dan regulations yang masih harus dirumuskan
bersama.
Di sinilah kemudian berlangsung battle of ideas dari kesepakatan-kesepakatan pokok yang
nantinya dituangkan dalam aturan-aturan dan kebijakan-kebijakan pelaksanaannya.
Bagaimanapun, harus disadari bahwa ketentuan dalam Piagam bukan seperti yang tertulis
dalam Piagam, tetapi konsep-konsep besar yang berada di baliknya. Itulah sebabnya pula
Piagam ASEAN hanya terdiri dari 13 bab dan 55 pasal, berbeda dengan Konstitusi Uni Eropa
yang terdiri dari ratusan pasal.
Peran Indonesia
Keberhasilan ASEAN menandatangani suatu piagam bersama merupakan dasar yang kuat
bagi terbentuknya suatu komunitas ASEAN dan memperkuat peran ASEAN dalam
menghadapi berbagai perubahan arsitektur kerja sama global.

Di tengah perubahan arsitektur kerja sama global dan battle of ideas inilah peran dan daya
tawar Indonesia dapat dilihat dalam menerjemahkan konsep-konsep besar ke dalam
ketentuan-ketentuan yang harus disepakati bersama.
Pandangan bahwa dengan terwujudnya Komunitas ASEAN maka Indonesia akan dirugikan
karena lemahnya daya tawar politik dan ekonomi yang disebabkan lemahnya posisi ekonomi
nasional di mata negara tetangganya adalah tidak kuat.
Memang harus diakui sejak ambruknya Orde Baru dan krisis ekonomi 1997 yang
berkepanjangan, Indonesia terlihat sebagai negeri yang tak berdaya di tengah beberapa negara
anggota ASEAN.
Namun di balik itu semua, secara perlahan namun pasti, Indonesia mulai memperlihatkan
taringnya kembali dengan berbagai pencapaian yang diraihnya.
Di bidang politik dan keamanan, pascareformasi, Indonesia menjadi negara terdepan yang
menerapkan demokrasi dalam kehidupan bernegara.
Indonesia pulalah yang berada di garda terdepan dalam penghormatan serta penegakan hakhak asasi manusia (HAM). Keberhasilan Indonesia melaksanakan pemerintahan yang
demokratis menjadikan Indonesia sebagai negara demokratis ke-4 di dunia.
Di bidang HAM, Indonesia adalah salah negara pertama di ASEAN yang memiliki Komisi
HAM.
Di bidang ekonomi, secara pasti Indonesia mulai memperlihatkan kestabilan dalam
pertumbuhan ekonomi.
Hal ini dapat terlihat dari kemampuan Indonesia untuk bertahan dari krisis ekonomi yang
lebih besar di tahun 2008. Jika krisis ekonomi 1997 hanya berdampak ke negara-negara Asia,
krisis ekonomi 2008 menerjang hampir seluruh negara di dunia.
Bukti bahwa keberhasilan Indonesia di bidang ekonomi diakui oleh negara-negara lain
tampak dari diikutsertakannya Indonesia sebagai salah satu negara anggota G-20.
Semua keberhasilan ini tentu saja merupakan aset berharga untuk memperjuangkan
kepentingan nasional Indonesia, bukan hanya di ASEAN, tetapi juga di forum internasional.
Di ASEAN, Indonesialah yang berinisiatif mengusulkan pembentukan suatu komunitas
ASEAN yang tidak hanya menyandarkan pada kerja sama ekonomi (seperti yang diusulkan
Singapura), tetapi juga ada aspek lain yang harus diperhatikan, yaitu kerja sama politik dan
keamanan, serta kemudian disusul kerja sama sosial budaya.
Adalah Indonesia yang memperjuangkan dimasukkannya elemen-elemen penting seperti
demokratisasi dan penghormatan serta penegakan HAM dalam kerja sama politik dan

keamanan yang kemudian dituangkan dalam Piagam ASEAN dan cetak biru kerja sama
politik dan keamanan.
Untuk memperlihatkan tingginya daya tawar Indonesia dalam ASEAN, dapat disampaikan
bahwa pada awal perundingan, usulan Indonesia untuk memasukkan elemen-elemen
demokratisasi dan HAM ditentang oleh semua negara anggota ASEAN.
Namun dengan argumen yang kuat yang didasarkan pada pengalaman berdemokrasi dan
melakukan penegakan dan penghormatan HAM, akhirnya elemen-elemen tersebut dapat
masuk Piagam.
Peran Indonesia ke Depan
Tampilnya wajah baru ASEAN memperlihatkan kemampuan negara anggota ASEAN untuk
melakukan benah diri dalam menghadapi perubahan arsitektur global serta melakukan
pendalaman dan perluasan dengan para mitra wicaranya (AS, Uni Eropa, Australia, Selandia
Baru, India, China, Jepang, Korea Selatan, dan Rusia).
Selain itu, memberikan harapan bahwa ASEAN mampu menciptakan peluang dan mengubah
tantangan menjadi peluang.
Sebagai salah satu pendiri ASEAN, terjadinya perubahan di ASEAN menjadikan tantangan
bagi Indonesia untuk lebih memperlihatkan kepimpinannya dalam ASEAN baru guna
menyambut terbentuknya komunitas ASEAN 2015.
Tidak ada gading yang tak retak, begitu pun peran dan kepemimpinan Indonesia dalam
ASEAN. Untuk itu, terus meningkatkan kepemimpinan Indonesia dalam ASEAN menjadi
kepentingan dan tugas bersama kita semua untuk menaikkan daya tawar Indonesia.

Selain hal-hal di atas, peran Indonesia juga tampak pada beberapa hal berikut.

Pada KTT Asean ke-9 tanggal 78 Oktober 2003 di Bali, Indonesia


mengusulkan pembentukan Komunitas Asean (Asean Community).
Komunitas ini mencakup bidang keamanan, sosial-kebudayaan, dan ekonomi.

Pada tahun 2004, Indonesia menjadi negara yang memimpin ASEAN. Selama
memimpin, Indonesia menyelenggarakan serangkaian pertemuan. Di antara

pertemuan itu adalah Pertemuan Tingkat Menteri Asean (Asean Ministerial


Meeting), Forum Kawasan Asean (Asean Regional Forum), Pertemuan
Kementerian Kawasan mengenai Penanggulangan Terorisme, dan beberapa
pertemuan lainnya.

Menjadi tuan rumah pertemuan khusus pasca Gempa Bumi dan Tsunami
pada Januari 2005. Pertemuan ini bertujuan untuk membicarakan tindakantindakan mengatasi bencana Tsunami pada 26 Desember 2004. Negara Asean
yang terkena tsunami adalah Indonesia, Thailand, dan Malaysia.

Pada bulan Agustus 2007 diresmikan Asean Forum 2007 di Jakarta. Forum
ini diselenggarakan untuk mendukung terwujudnya Komunitas Asean 2015
diselenggarakan dalam rangka memperingati hari jadi Asean ke-40.

Pada KTT Asean ke 19 tanggal 17-19 November 2011 Indonesia kembali


menjadi tuan rumah, salah satu catatan penting peran Indonesia dalam Asean
adalah kesepakatan Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara atau
Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ). Traktat yang
sebelumnya sudah disusun di Bangkok, Thailand akhirnya bisa diratifikasi
selama Indonesia menjadi Ketua ASEAN. Lewat traktat ini, negara-negara
anggota berkewajiban untuk tidak mengembangkan, memproduksi, atapun
membeli, mempunyai atau menguasai senjata nuklir.

You might also like