Professional Documents
Culture Documents
OLEH:
INDAH R. I. AMFOTIS
143111023
bayi memasuki periode apnea yang disebut apnea sekunder. Selama apnea sekunder
ini, denyut jantung, tekanan darah, dan kadar oksigen di dalam darah (PaO 2) terus
menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan
menunjukan upaya pernafasan secara sopntan. Kematian akan terjadi kecuali apabila
resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian oksigen dimulai dengan segera.
5. KOMPLIKASI
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :
1. Edema otak & Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut
sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan
menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang
berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan otak.
2. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan ini
dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai dengan
perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak mengalir ke
organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya
hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan ginjal yang menyebabkan
pengeluaran urine sedikit.
3. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas dan
transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan
pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena
perfusi jaringan tak efektif.
4. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan koma
karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak.
6. MANIFESTASI KLINIS
Hipoksia
Hipokarbia
Asidosis metabolik atau respiratorik
Pernapasan cuping hidung
Pernafasan cepat/ megap-megap
Perubahan kedalaman pernafasan
Pernafasan menjadi lambat sampai apnea
Nadi cepat sampai lambat
Tonus otot yang menurun
Kelemahan
Bayi tidak memberikan reaksi saat rangsangan diberikan (penurunan kesadaran)
Sianosis
Nilai apgar kurang dari 6
Untuk menentukan tingkat asfiksia, apakah bayi mengalami asfiksia berat, sedang
atau ringan, normal dapat dipakai penilaian apgar.
Tabel Apgar Skor
Tanda
Usaha nafas
Tidak ada
Kurang dari
Lebih dari
100/menit
100/menit
Lambat tidak
Menangis kuat
teratur
Tonus otot
Lumpuh
Ekstremitas fleksi
Gerakan aktif
Reflek
Tidak ada
Gerakan sedikit
Gerakan
kuat/melawan
Warna
Biru/pucat
Tubuh
Seluruh tubuh
kemerahan,
kemerahan
ekstremitas biru
Keterangan :
A = Appearance (penampakan) perhatikan warna tubuh bayi.
P = Pulse (denyut). Dengarkan denyut jantung bayi dengan stetoskop atau
palpasi denyut jantung dengan jari.
G = Grimace (seringai). Gosok berulang-ulang dasar tumit ke dua tumit kaki
bayi dengan jari. Perhaitkan reaksi pada mukanya. Atau perhatikan reaksinya
ketika lender pada mukanya. Atau perhatikan reaksinya ketika lender dari
mulut dan tenggorokannya dihisap.
A = Activity. Perhatikan cara bayi yang baru lahir menggerakkan kaki dan
tangannya atau tarik salah satu tangan/kakinya. Perhatikan bagaimana kedua
tangan dan kakinya bergerak sebagai reaksi terhadap rangsangan tersebut.
R = Respiration (pernapasan). Perhatikan dada dan abdomen bayi. Perhatikan
pernapasannya.
4. Berat bayi
5. USG ( Kepala )
6. Penilaian APGAR score
7. Pemeriksaan EGC dan CT- Scan
8. PENATALAKSANAAN
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir yang
bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa yang
mungkin muncul.
Untuk mendapatkan hasil yang sempurna dalam resusitasi, prinsip dasar yang perlu
diingat ialah:
Menciptakan lingkungan yang baik bagi bayi dan mengusahakan tetap bebasnya
jalan nafas
Memberikan bantuan pernafasan secara aktif kepada bayi dengan usaha pernafasa
buatan
Memperbaiki asidosis yang terjadi
Menjaga agar peredarah darah tetap baik.
Tindakan yang dilakukan pada bayi dapat dibagai dalam dua golongan:
1. Tindakan umum
a. Pengawasan suhu
Membungkus bayi dengan kain hangat
Badan bayi harus dalam keadaan kering
Jangan memandikan bayi dengan air dingin. Gunakan minyak atau
baby oil untuk membersihkan tubuhnya.
Kepala bayi ditutup dengan baik atau topi kepala terbuat dari plastik.
b. Pembersihan jalan nafas
Membersihkan jalan nafas dengan penghisap lendir dan kasa steril.
c. Rangsang untuk menimbulkan pernafasan
Rangsangan taktil dengan cara menepuk kaki, mengelus-ngelus dada,
2. Tindakan khusus
a. Asfiksia berat
Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan, langkah utama memperbaiki
ventilasi paru dengan pemberian O2 dengan tekanan, cara terbaik dengan
intubasi endotrakeal lalu diberikan O2 tidak lebih dari 30 mmHg. Asfiksia
berat hampir selalu disertai asidosis, koreksi dengan bikarbonat natrium 24 mEq/kgBB, diberikan pula glukosa 15-20 % dengan dosis 2-4ml/kgBB.
Kedua obat ini disuntikan kedalam intra vena perlahan melalui vena
umbilikalis, reaksi obat ini akan terlihat jelas jika ventilasi paru sedikit
banyak telah berlangsung. Usaha pernapasan biasanya mulai timbul
setelah tekanan positif diberikan 1-3 kali, bila setelah 3 kali inflasi tidak
didapatkan perbaikan pernapasan atau frekuensi jantung, maka masase
jantung eksternal dikerjakan dengan frekuensi 80-100/menit. Tindakan ini
diselingi ventilasi tekanan dalam perbandingan 1:3 yaitu setiap kali satu
ventilasi tekanan diikuti oleh 3 kali kompresi dinding toraks, jika tindakan
ini tidak berhasil bayi harus dinilai kembali, mungkin hal ini disebabkan
oleh ketidakseimbangan asam dan basa yang belum dikoreksi
b. Asfiksia ringan sampai sedang
Stimulasi agar timbul reflek pernapsan dapat dicoba, bila dalam waktu 3060 detik tidak timbul pernapasan spontan, ventilasi aktif harus segera
dilakukan, ventilasi sederhana dengan kateter O2 intranasal dengan aliran
1-2 lt/mnt, bayi diletakkan dalam posisi dorsofleksi kepala. Kemudian
dilakukan gerakan membuka dan menutup nares dan mulut disertai
gerakan dagu keatas dan kebawah dengan frekuensi 20 kali/menit, sambil
diperhatikan
gerakan
dinding
toraks
dan
abdomen.
Bila
bayi
b. Apabila nilai apgar pada menit ke lima sudah baik (7-10) lakukan perawatan
selanjutnya:
Membersihkan badan bayi
Perawatan tali pusat
Pemberian ASI sedini mungkin dan adekuat
Melaksanan antropemetri dan pengkajian kesehatan
Memasang pakaina bayi
Memasang peneng (tanda pengenal bayi)
c. Apabila nilai apgar pada menit kelima belum mencapai normal, persiapkan
bayi untuk dirujuk ke rumah sakit. Beri penjelasan kepada keluarga alasan
dirujuk ke rumah sakit.
Nama lengkap
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Pekerjaan
Agama
Status
Keluhan utama
Bayi mengalami pernafasan megap-megap.
Riwayat kehamilan
Klien mengalami Gangguan his, misalnya karena atenia uteri yang dapat
menyebabkan hipertoni, gangguan kontraksi uterus dan lain-lain. Penyakit
pembuluh darah ibu yang menggangu pertukaran gas janin, misalnya
hipertensi, hipotensi. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35
tahun. Pada janin adanya Gangguan pada aliran darah dalam tali pusat
karena tekanan tali pusat. Depresi pernapasan karena obat-obatan
anestesia/analgetika yang diberikan kepada ibu, perdarahan intrakranial,
dan kelainan bawaan (hernia diafragmatika, atresia saluran pernapasan,
hipoplasia paru-paru, dan lain-lain). pada riwayat kehamilan juga terdapat
gangguan pada plasenta, seperti, Plasenta tipis, Plasenta kecil, Plasenta tak
menempel, Solution plasenta, Plasenta previa. Hal lain yang dapat dikaji
mencakup :
Tempat periksa
Riwayat persalinan
Riwayat persalinan, meliputi awitannya, lamanya dan komplikasi. Pada
bayi dengan asfiksia pada riwayat persalinannya pernah mengalami
persalinan atau partus lama.
b. Pemeriksaan fisik
1. Penampilan umum
a. Postur
b. Kondisi kulit
Bayi mengalami sianosis, pucat.
c. Usaha bernapas
Pada awal asfiksia bayi mengalami nafas cepat atau megap-megap, dan pada
keadaan lanjut upaya nafas mulai tidak ada, diikuti oleh perubahan kedalaman
pernafasan sampai apnea.
Berat badan.
Panjang badan.
Lingkar kepala.
Lingkar dada.
e. Tekanan darah.
Pada apnea primer tekanan darah mengalami peningkatan, sedangkan saat
memasuki apnea sekunder tekanan darah menurun seiring dengna menurunnya
frekuensi jantung.
3. Pemeriksaan fisik (head to toe)
a. Kepala dan muka
Tidak ditemukan masalah
b. Ubun ubun
Tidak ditemukan masalah
c. Mata
Bisa ditemukan pada bayi yang memilki kelainan kongenital yang
menyebabkan adanya asfiksia neonatorum.
d. Hidung dan mulut
f. Dada
Bentuk dada
: Tidak simetris
Gerakan dada : Dada dan abdomen tidak bergerak secara bersamaan,
Ekspansi dada berkurang
Suara napas melemah
g. Abdomen
Tidak ditemukan masalah
h. Genitalia (perempuan)
Tidak ditemukan masalah
i. Genitalia (laki laki )
Tidak ditemukan masalah
j. Punggung dan bokong
Tidak ditemukan masalah
k. Ekstremitas bagian atas
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi, yang ditandai dengan Nafas lambat,
perubahan kedalaman pernafasan, bradikardi, pernafasan cuping hidung, apnea,
ekspansi dada berkurang
b. Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi-perfusi, yang ditandai dengan Perubahan
kedalaman pernafasan, sianosis, penurunan oksigen dan peningkatan karbondioksida,
pernafasan cuping hidung, bradipnea,
c. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d peningkatan produksi mukus, yang ditandai
dengan adanya suara nafas tambahan, sianosis, bradipnea
d. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d gangguan aliran darah sekunder akibat:
adanya aliran invasif, yang ditandai dengan Sianosis, bradipnea, CRT > 3 dtk.
e. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d penurunan suplai O 2 ke jaringan otak, yang
ditandai dengan penurunan kesadaran, bradipnea, bradikardi.
f. Penurunan curah jantung b.d perubahan frekuensi jantung, yang ditandai dengan
yang ditandai dengan Bayi tidak bereaksi terhadap rangsangan, lemah, Tonus otot
lemah bahkan hampir tidak ada
h. Ansietas (orang tua) b.d ancaman kematian, yang ditandai dengan perasaan takut
dan gelisah.
3. PERENCANAAN KEPERAWATAN
a. Pola nafas tidak efektif b.d sindrom hipoventilasi
Goal
: Klien akan terbebas dari ketidakefektifan pola nafas selama dalam
perawatan
Objective : Klien akan terbebas dari sindrom hipventilasi
Outcomes : Dalam waktu 1 x 30 menit:
Nafas meningkat (Normal:30 60 x/menit),
Kedalaman pernafasan klien normal,
Frekuensi nadi meningkat (Normal: 120-160x/menit)
Tidak melakukan pernafasan cuping hidung,
Tidak mengalami apnea
Ekspansi dada meningkat
intervensi
Kaji frekwensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada.
R/: Kecepatan biasanya meningkat apabila terjadi peningkatan kerja nafas
Catat upaya pernafasan, termasuk penggunaan otot bantu pernafasan
R/: Penggunaan otot bantu pernafasan sebagai akibat dari penigkatan kerja nafas
Auskulatasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti mengi, krekels,dll
R/: Bunyi nafas menurun/tak ada bila jalan nafas obstruksi dan adanya bunyi
dalam perawatan
Objective
: Klien akan mengalami penuruna produksi mukus
Outcomes : Dalam waktu 1 x 30 menit:
Suara nafas tambahan berkurang,
Sianosis berkurang,
Frekuensi nafas meningkat (Normal 30 60 x/menit)
Intervensi
Tentukan kebutuhan oral/ suction tracheal.
R/: oral suction membantu membersihkan lendir
Bersihkan jalan nafas dengan suction delee.
R/: Membersihakna lendir yang menghalangi jalan nafas
Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suction.
R/: suara nafas mengindikasikan masih ada atau tidaknya lendir pada jalan
nafas. Suara nafas tambahan mengindikasikan masih adanya sekret di jalan
nafas.
Monitor status oksigen pasien, status hemodinamik segera sebelum, selama dan
sesudah suction.
R/: saat suction dilakukan, pengeluaran oksigen juga terjadi, sehingga kadar
oksigen tetap harus dipantau agar bayi tidak megalami kekurangan oksigen yang
lebih parah.
d.
Gangguan perfusi jaringan perifer b.d gangguan aliran darah sekunder akibat:
adanya aliran invasif
Goal
: Klien akan terbebas dari gangguan perfusi jaringan perifer selama
dalam perawatan
Objective
: Klien akan mengaami perbaikan gangguan aliran darah sekunder
akibat adanya aliran invasif
Outcomes : Selama 1 x 60 menit perawatan:
Sianosis berkurang
Frekuensi pernafasan meningkat (Normal: 30 60 x/menit)
CRT normal (< 3 detik)
Intervensi
Kaji status mental klien secara teratur.
R/:Mengetahui derajat hipoksia
Catat adanya penurunan kesadaran
R/:Penurunan kesadaran merupakan manifestasi penurunan suplai darah dan
Intervensi
Kaji status mental klien secara teratur
R/:Mengetahui derajat hipoksia
Catat adanya penurunan kesadaran
R/: Penurunan keadaran merupakan manifestasi penurunan suplai darah dan
oksigen kejaringan otak yang parah
Pantau tanda-tanda vital
R/: Sebagai dasar untuk mengetahui adanya penurunan oksigen kejaringan otak
Berikan oksigen sesuai indikasi
R/: Menurunkan hipoksia yang dapat menyebabkan vasodilatasi cerebral dan
tekanan meningkat / terbentuknya edema.
oksigen
Outcomes : Dalam waktu 1 x 24 jam perawatan,
Bayi mulai menunjukan respon terhadap rangsangan,
Kelemahan berkurang,
Tonus otot meningkat
Intervensi:
Kaji tanda-tanda vital, misalnya: TD, nadi, pernafasan.
R/: Dapat digunakan sebagai dasar/ petunjuk terjadinya intoleransi
Kaji presipitator/ penyebab terjadinya kelemahan
R/: Biasanya kelemahan terjadi akibat ketidakseimbangan antara suplai
oksigen dengan kebutuhan
Berikan posisi yang nyaman bagi bayi
R/: Untuk meningkatkan sirkulasi pada bayi
Berikan tambahan oksigen sesuai indikasi
R/: Untuk meningkatkan suplai oksigen dan menurunkan kerja nafas.
h. Ansietas (orang tua) b.d ancaman kematian, yang ditandai dengan perasaan takut
dan gelisah.
Goal
: Orang tua klien akan terbebas dari ansietas selama dalam perawatan
Obejctive : Klien akan terbebas dari ancaman kematian
Outcomes : Dalam waktu 1 x 30 menit, orang tua klien:
Mengalami pengurangan rasa takut
Mengalami pengurangan rasa gelisah
intervensi
Beri kesempatan orang tua klien untuk mengungkapkan perasaannya.
R/: Ungkapan perasaan dapat membantu mengurangi beban pikiran, juga agar
perawat dapat mengidentifikasi kecemasan orang tua klien sehingga dapat
melakukan intervensi selanjutnya.
Jelaskan pada orang tua tentang keadaan anak-nya saat ini.
R/: Agar orang tua dapat mengetahui dan memahami keadaan anaknya.
Health education pada orang tua klien tentang penyakit asfiksia
R/: Agar orang tua klien mengerti tentang penyakit asfiksia dan dapat
melakukan tindakan antisipasi/ pencegahan terhadap penyakit asfiksia
khususnya pada saat kehamilan berikutnya.
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tindakan
keperawatan
dilakukan
dengan
mengacu
pada
rencana
DAFTAR PUSTAKA
Nanny,vivian, 2010, Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita, Jakarta : Salemba Madika