You are on page 1of 41

Rheologi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan aliran cairan dan

deformasi dari padatan. Rheologi mempelajari hubungan antara tekanan gesek


(shearing stress) dengan kecepatan geser (shearing rate) pada cairan atau hubungan
antara strain dan stress pada benda padat.
Beberapa alat yang biasa digunakan dalam praktikum rheologi yaitu Viscometer
Ostwald, Viscometer Bola Jatuh serta Viscometer kerucut dan lempeng.
A. Dasar Teori Rheologi
Rheologi berasal dari bahasa yunani mengalir (rheo) dan logos (ilmu). Digunakan
istilah ini untuk pertama kali oleh Bingham dan Croeford untuk menggunakan aliran
cairan dan deformasi dari padatan. Rheologi mempelajari hubungan antara tekanan
gesek (shearing stress) dengan kecepatan geser (shearing rate) pada cairan, atau
hubungan antara strain dan stress pada benda padat.
Rheologi merupakan ilmu yang mempelajari sifat zat cair atau deformasi zat padat.
Rheologi erat kaitannya dengan viskositas. Dalam bidang Farmasi, prinsipprinsip
rheologi diaplikasikan dalam pembuatan krim, suspensi, emulsi, lotion, pasta,
penyalut tablet dan lain sebagainya. Selain itu, prinsip rheologi digunakan untuk
karakterisasi produk sediaan Farmasi (Dosage Form). Sebagai penjamin kualitas yang
sama untuk setiap batch. Rheologi juga meliputi pencampuran aliran dari bahan,
penuangan, pengeluaran dari tube atau pelewatan dari jarum suntik. Rheologi dari
suatu zat tertentu dapat mempengaruhi penerimaan obat bagi pasien, stabilitas fisika
obat, bahkan ketersediaan hayati dalam tubuh (bioavailability). Sehingga viskositas
telah terbukti dapat mempengaruhi laju absorbsi obat dalam tubuh.
Sifat-sifat rheologi dari sistem farmaseutika dapat mempengaruhi pemilihan alat yang
akan digunakan untuk memproses produk tersebut dalam pabriknya. Lebih-lebih lagi
tidak adanya perhatian terhadap pemilihan alat ini akan berakibat diperolehnya hasil
yang tidak diinginkan. Aspek ini dan banyak lagi aspek-aspek rheologi yang
diterapkan dibidang farmasi.
Ada beberapa istilah dalam rheologi ini :
a. Rate of shear (D) dv/dr untuk menyatakan perbedaan kecepatan (dv) antara dua
bidang cairan yang dipisahkan oleh jarak yang sangat kecil (dr).
b. Shearing stress ( atau F ) F/A untuk menyatakan gaya per satuan luas yang
diperlukan untuk menyebabkan aliran.

B. Penerapan Rheologi Dalam Dunia Farmasi

1. Sifat Rheologi Dalam Suspensi


Viskositas dari suatu suspensi apabila mempengaruhi pengendapan dari
partikelpartikel zat terdispersi perubahan dalam sifat-sifat aliran dari suspensi bila
wadahnya dikocok dan bila produk tersebut dituang dari botol dan kualitas
penyebaran dari cairan (lotio) bila digunakan untuk suatu bagian permukaan yang
akan diobati. Pertimbangan rheologi juga penting dalam pembuatan suspensi.
Satu-satunya shear yang terjadi dalam suatu suspensi pada penyimpanan adalah
lantaran pengendapan dari partikel-partikel yang tersuspensi. Gaya ini diabaikan dan
bisa dibuang. Tetapi jika wadah dikocok dan produk dituang dari botol terdapat laju
shearing yang tinggi. Zat pensuspensi yang ideal harus mempunyai viskositas yang
tinggi pada shear yang dapat diabaikan yakni selama penyimpanan dan zat
pensuspensi itu harus mempunyai viskositas yang rendah pada laju shearing yang
tinggi yakni ia harus bebas mengalir selama pengocokan, penuangan, dan
penyebarannya ini.

2. Sifat Rheologi Dalam Emulsi


Produk yang diemulsikan mungkin mengalami berbagai shear-stress selama
pembuatan atau penggunaanya. Pada kebanyakan proses ini sifat aliran produk akan
menjadi sangat penting untuk penampilan emulsi yang tepat pada kondisi penggunana
dan pembuatannya. Jadi penyebaran produk dermatologik dan produk kosmetik harus
dikontrol agar didapat suatu preparat yang memuaskan. Aliran emulsi parenteral
melalu jarum hipodermik, pemindahan suatu emulsi dari botol atau tube dan sifat dari
satu emulsi dalam berbagai proses penggilingan yang digunakan dalam pembuatan
produk ini secara besar-besaran, menunjukkan perlunya karakteristik aliran yang
tepat.
Kebanyakan emulsi, kecuali emulsi encer menunjukkan aliran non Newton yang
mempersulit interpretasi data dan perbandingan kuantitatif antara sistem-sistem dan
formulasi-formulasi yang berbeda.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan fase terdispersi meliputi perbandingan
dengan fase terdispers meliputi perbandingan volume fase, distribusi ukuran partikel
dan viskositas dari fase dalam itu sendiri. Jadi, jika konsentrasi volume dari fase
terdispers rendah (kurang dari 0,05), sistem tersebut adalah Newton. Dengan naiknya
konsentrasi volume, sistem tersebut menjadi lebih tahan terhadap aliran dan
menujukkan karekteristik aliran pseudoplastis. Pada konsentrasi yang cukup tinggi,
terjadi aliran plastis. Jika konsentrasi volume mendekati 0,74 mungkin terjadi inversi
dengna berubahnya viskositas secara nyata. Pengurangan ukuran partikel rata-rata

akan menaikkan viskositas. Makin luas distribusi ukuran partikel, makin rendah
viskositasnya jika dibandingkan dengan sistem yang memiliki ukuran partikel ratarata serupa tetapi dengan distribusi ukuran partikel yang lebih sempit.

3. Sifat Rheologi Dalam Semisolid


Pembuat salep farmasetik dan krim kosmetik menyadari adanya keinginan untuk
mengontrol konsistensi bahan non-Newton. Instrumen yang paling baik untuk
menentukan sifat-sifat rheologi dari semisolid di bidang Farmasi adalah viskometer
putar (rotational viscometer). Untuk analisis semisolid yang berbentuk emusi dan
suspensi digunakan cone-plate viscometer. Viscometer Stormer terdiri dari cup yang
stationer dan bob yang berputar, dan alat ini juga baik untuk semisolid.

4. Sifat Aliran Pada Serbuk


Serbuk bulk agak analog dengan cairan non Newton menunjukkan aliran plastik dan
kadang-kadang dilatansi partikel-partikel dipengaruhi oleh gaya tarik menarik sampai
derajat yang bervariasi. Oleh karena itu, serbuk bisa jadi mengalir bebas (freeflowing) atau melekat. Dalam pengertian khusus yaitu ukuran partikel porositas dan
kerapatan, dan kehalusan permukaan. Sifat-sifat dari zat padat yang menentukan
besarnya interaksi partikel-partikel.
Akan halnya partikel-partikel yang relati kecil (kurang dari 10m), aliran partikel
melalui lubang dibatasi karena gaya lekat antara partikel besarnya sama dengan gaya
gravitasi. Karena gaya yang terakhir ini merupakan fungsi dari garis tengah yang di
naikkan pangkat tiga, gaya-gaya tersebut menjadi lebih bermakna apabila ukuran
partikel meningkan dan aliran dipermudah. Laju aliran maksimum dicapai setelah
aliran berkurang apabila ukuran partikel mendekati besarnya lubang tersebut. Jika
suatu serbuk mengandung sejumlah partikel-partikel kecil, sifat-sifat aliran serbuk
bisa diperbaiki dengan menghilangkan fines atau mengadsorbsinya pada partikelpartikel yang lebih besar. Kadang kadang, aliran yang jelek bisa diakibatkan karena
adanya kelembapan dalam hal mana pengeringan partikel-partikel akan mengurangi
lekatnya partikel-partikel tersebut.
Partikel-partikel panjang atau plat cenderung untuk mengepak walaupun dengan
sangat longgar sehingga memberikan serbuk yang mempunyai porositas tinggi.
Partikel-partikel dengan kerapatan tinggi dan porositas dalam rendah cenderung
untuk mempunyai sifat-sifat bebas mengalir. Ini dapat dikurangi dengan kasarnya

permukaan, yang cenderung mengakibatkan karakteristik aliran yang jelek


disebabkan oleh gesekan dan kelekatannya.
Serbuk yang mengsalir tidak baik atau granulat memberikan banyak kesulitan pada
industri farmasi. Produksi unit sediaan tablet yang seragam terbukti bergantung pada
beberapa sifat granulat. Jika ukuran granular berkurang, variasi berat tablet pun
berkurang. Variasi berat minimum dicapai pada granul yang mempunyai garis tengah
400 sampai 800 m. Jika ukuran granul dikurangi lagi, granul mengalir kurang bebas
dan variasi berat granul meningkat. Distribusi ukuran partikel mempengaruhi aliran
dalam dan pemisahan dari suatu granulat.
DAFTAR PUSTAKA

Martin Alfred.1983. Farmasi Fisik Edisi III Jilid I. Jakarta. UI Press


Martin Alfred.1983. Farmasi Fisik Edisi III Jilid II. Jakarta. UI Press
Voight. 1951. Tekhnologi Farmasi. Jakarta. UI Press
VISKOSITAS DAN RHEOLOGI
Rheologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang sifat zat cair atau deformasi zat
padat. prinsip dasar reologi telah digunakan dalam penyelidikan cat, tinta, berbagai
adonan, bahan bahan untuk pembuat jalan, kosmetik, produk hasil peternakan, serta
bahan bahan lain.
2. SISTEM NON-NEWTONIAN
1. Aliran Plastis
Kurva aliran plastis tidak melalui titik (0,0) tapi memotong sumbu sharing stress
(atau akan memotong jika bagian lurus dari kurva tersebut diekstrapolasikan ke
sumbu) pada suatu titik tertentu yang dikenal dengan sebagai harga yield.
U=(Ff)
G
U adalah Viskositas plastis , dan f adalah yield value
2. Aliran Pseudoplastis
Aliran Pseudoplastis ditunjukan oleh beberapa bahan farmasi yaitu gom arab dan
sintesis seperti dispersi cair dari tragakan, natrium alginat, metal selulosa, dan
natrium karboksimetil selulosa. Aliran pseudoplastis diperlihatkan oleh polimer
polimer dalam larutan , hal ini berkebalikan dengan system plastis, yang tersusun dari

partikel partikel tersuspensi dalam emulsi. Kurva untuk aliran pseudoplastis dimulai
dari (0,0) , tidak ada yield value dan bukan suatu harga tunggal.
3. Aliran Dilantan
Aliran Dilatan terjadi pada suspensi yang memiliki preentase zat padat terdispersi
dengan konsentrasi tinggi. Terjadi peningkatan daya hambat untuk mengalir
( viskositas ) dengan meningkatnya rate of shear . Pada keadaan istirahat, partikel
partikel tersebut tersusun rapat dengan volume antar partikel pada keadaan minimum.
DAFTAR PUSTAKA
1. Martin, A.N., J. Swarbrick, A. Cammarata. 2006. Physical Pharmacy, 5th ed.
Philadelphia : Lea & Febiger
2. http://farmasiforyou.wordpress.com/2008/11/24/rheologi/
3. http://pescaprae.blogspot.com/2009/05/jenis-koagulan.html
4. Lecture Note Rheologi by Dr.rer.nat. Sundani Nurono Soewandhi, School of
Pharmacy ITB
RHEOLOGI
1. Latar Belakang
Rheologi berasal dari bahasa yunani mengalir (rheo) dan logos (ilmu). Digunakan
istilah ini untuk pertama kali oleh Bingham dan Croeford untuk menggunakan aliran
cairan dan deformasi dari padatan.
Rheologi erat kaitannya dengan viskositas. Viskositas merupakan suatu pernyataan
tahanan dari suatu cairan untuk mengalir; semakin tinggi viskositas, semakin besar
tahanannya untuk mengalir. Viskositas dinyatakan dalam simbol .
Prinsip dasar rheologi telah digunakan dalam penyelidikan zat,tinta,berbagai
adonan,bahan-bahan untuk pembuat jalan,kosmetik,produk hasil peternakan,serta
sediaan-sediaan farmasi.
1. RHEOLOGI
Rheologi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan aliran cairan dan
deformasi dari padatan. Rheologi mempelajari hubungan antara tekanan gesek
(shearing stress) dengan kecepatan geser (shearing rate) pada cairan, atau hubungan
antara strain dan stress pada benda padat. Rheologi erat kaitannya dengan viskositas.
Rheologi sangat penting dalam farmasi karena penerapannya dalam formulasi dan
analisis dari produk-produk farmasi seperti: emulsi, pasta, krim, suspensi, losion,
suppositoria, dan penyalutan tablet yang menyangkut stabilitas, keseragaman dosis,
dan keajekan hasil produksi. Misalnya, pabrik pembuat krim kosmetik, pasta, dan
lotion harus mampu menghasilkan suatu produk yang mempunyai konsistensi dan
kelembutan yang dapat diterima oleh konsumen. Selain itu, prinsip rheologi
digunakan juga untuk karakterisasi produk sediaan farmasi (dosage form) sebagai
penjaminan kualitas yang sama untuk setiap batch.
Rheologi juga meliputi pencampuran aliran dari bahan,pemasukan ke dalam

wadah,pemindahan sebelum digunakan,penuangan, pengeluaran dari tube, atau


pelewatan dari jarum suntik. Rheologi dari suatu zat tertentu dapat mempengaruhi
penerimaan obat bagi pasien, stabilitas fisika obat, bahkan ketersediaan hayati dalam
tubuh (bioavailability). Sehingga viskositas telah terbukti dapat mempengaruhi laju
absorbsi obat dalam tubuh.
Sifat-sifat rheologi dari sistem farmaseutika dapat mempengaruhi pemilihan alat yang
akan digunakan untuk memproses produk tersebut dalam pabriknya. Lebih-lebih lagi
tidak adanya perhatian terhadap pemilihan alat ini akan berakibat diperolehnya hasil
yang tidak diinginkan. Paling tidak dalam karakteristik alirannya. Aspek ini dan
banyak lagi aspek-aspek rheologi yang diterapkan dibidang farmasi.
Ada beberapa istilah dalam rheologi ini :
Rate of shear (D) dv/dr untuk menyatakan perbedaan kecepatan (dv) antara dua
bidang cairan yang dipisahkan oleh jarak yang sangat kecil (dr).
Shearing stress ( atau F ) F/A untuk menyatakan gaya per satuan luas yang
diperlukan untuk menyebabkan aliran
F/A = dv/dr
= (F/A) / (dv/dr)= F / G
Penggolongan sistem cair menurut tipe aliran dan deformasinya ada dua yaitu:
a) Sistem Newton
b) Sistem Non Newton
Pemilihan bergantung pada sifat-sifat alirannya apakah sesuai dengan hukum aliran
dari newton atau tidak.
A. Sistem Newton
Pada cairan Newton, hubungan antara shearing rate dan shearing stress adalah linear,
dengan suatu tetapan yang dikenal dengan viskositas atau koefisien viskositas. Tipe
alir ini umumnya dimiliki oleh zat cair tunggal serta larutan dengan struktur molekul
sederhana dengan volume molekul kecil. Tipe aliran yang mengikuti Sistem Newton,
viskositasnya tetap pada suhu dan tekanan tertentu dan tidak tergantung pada
kecepatan geser, sehingga viskositasnya cukup ditentukan pada satu kecepatan geser.
B. Sistem Non Newton
Pada cairan non-Newton, shearing rate dan shearing stress tidak memiliki hubungan
linear, viskositasnya berubah-ubah tergantung dari besarnya tekanan yang diberikan.
Tipe aliran non-Newton terjadi pada dispersi heterogen antara cairan dengan padatan
seperti pada koloid, emulsi, dan suspense cair,salep. Ada 3 jenis tipe aliran dalam
sistem Non-Newton, yaitu : PLASTIS, PSEUDOPLASTIS, dan DILATAN.
Aliran Plastis
Kurva aliran plastis tidak melalui titik (0,0) tapi memotong sumbu shearing stress

(atau auakan memotong jika bagian lurus dari kurva tersebut diekstrapolasikan ke
sumbu) pada suatu titik tertentu yang dikenal dengan sebagai harga yield. Cairan
plastis tidak akan mengalir sampai shearing stress dicapai sebesar yield value
tersebut. Pada harga stress di bawah harga yield value, zat bertindak sebagi bahan
elastis (meregang lalu kembali ke keadaan semula, tidak mengalir).
U=(Ff)/G
U adalah viskositas plastis,
f adalah yield value
Aliran plastis berhubungan dengan adanya partikel-partikel yang tersuspensi dalam
suspensi pekat. Adanya yield value disebabkan oleh adanya kontak antara partikelpartikel yang berdekatan (disebabkan oleh adanya gaya van der Waals), yang harus
dipecah sebelum aliran dapat terjadi. Akibatnya, yield value merupakan indikasi dari
kekuatan flokulasi. Makin banyak suspensi yang terflokulasi, makin tinggi yield
value-nya. Kekuatan friksi antar partikel juga berkontribusi dalam yield value. Ketika
yield value terlampaui (shear stress di atas yield value), sistem plastis akan
menyerupai sistem newton
Aliran Pseudoplastis
Aliran pseudoplastis ditunjukkan oleh beberapa bahan farmasi yaitu gom alam dan
sisntesis seperti dispersi cair dari tragacanth, natrium alginat, metil selulosa, dan
natrium karboksimetil selulosa. Aliran pseudoplastis diperlihatkan oleh polimerpolimer dalam larutan, hal ini berkebalikan dengan sistem plastis, yang tersusun dari
partikel-partikel tersuspensi dalam emulsi. Kurva untuk aliran pseudoplastis dimulai
dari (0,0) , tidak ada yield value, dan bukan suatu harga tunggal
Viskositas aliran pseudoplastis berkurang dengan meningkatnya rate of shear.
Rheogram lengkung untuk bahan-bahan pseudoplastis ini disebabkan adanya aksi
shearing terhadap molekul-molekul polimer (atau suatu bahan berantai panjang).
Dengan meningkatnya shearing stress, molekul-molekul yang secara normal tidak
beraturan, mulai menyusun sumbu yang panjang dalam arah aliran. Pengarahan ini
mengurangi tahanan dari dalam bahan tersebut dan mengakibatkan rate of shear yang
lebih besar pada tiap shearing stress berikutnya.
FN = G
Eksponen N meningkat pada saat aliran meningkat hingga seperti aliran newton. Jika
N=1 aliran tersebut sama dengan aliran newton.
Aliran Dilatan
Aliran dilatan terjadi pada suspensi yang memiliki presentase zat padat terdispersi
dengan konsentrasi tinggi. Terjadi peningkatan daya hambat untuk mengalir
(viskositas) dengan meningkatnya rate of shear. Jika stress dihilangkan, suatu sistem
dilatan akan kembali ke keadaan fluiditas aslinya.

Pada keadaaan istirahat, partikel-partikel tersebuat tersususn rapat dengan volume


antar partikel pada keadaan minimum. Tetapi jumlah pembawa dalam suspensi ini
cukup untuk mengisi volume ini dan membentuk ikatan lalu memudahkan partikelpartikel bergerak dari suatu tempat ke tempat lainnya pada rate of shear yang rendah.
Pada saat shear stress meningkat, bulk dari system itu mengembang atau memuai
(dilate). Hal itu menyebabkan volume antar partikel menjadi meningkat dan jumlah
pembawa yang ada tidak cukup memenuhi ruang kosong tersebut. Oleh karena itu
hambatan aliran meningkat karena partikel-partikel tersebut tidak dibasahi atau
dilumasi dengan sempurna lagi oleh pembawa. Akhirnya suspense menjadi pasta
yang kaku
2. PENERAPAN RHEOLOGI DALAM FARMASI
1. Cairan dapat diterapkan pada :
a. Pencampuran
b. Pengurangan ukuran partikel dari sistem sistem dispersi dengan shear
c. Pelewatan melalui mulut, penuangan, pengemasan dalam botol, pelewatan
melalui jarum suntik
d. Perpindahan cairan
e. Stabilitas fisik sistem dispersi
2. Semi solid diterapkan pada :
a. Penyebaran dan pelekatan pada kulit
b. Pemindahan dari wadah/tube
c. Kemampuan zat padat untuk bercampur dengan cairan-cairan
d. Pelepasan obat dari basisnya
3. Padatan diterapkan pada :
a. Aliran serbuk dari corong ke lubang cetakan tablet/kapsul
b. Pengemasan serbuk/granul
4. Pemprosesan diterapkan pada :
a. Kapasitas produksi alat
b. Efisiensi pemrosesan
2.1 Sifat Rheologi Dalam Suspensi
Viskositas dari suatu suspensi apabila mempengaruhi pengendapan dari partikelpartikel zat terdispersi perubahan dalam sifat-sifat aliran dari suspensi bila wadahnya
dikocok dan bila produk tersebut dituang dari botol, dan kualitas penyebaran dari
cairan ( lotio ) bila digunakan untuk suatu bagian permukaan yang akan diobati.
Pertimbangan rheologi juga penting dalam pembuatan suspensi.
Satu-satunya shear yang terjadi dalam suatu suspensi pada penyimpanan adalah
lantaran pengendapan dari partikel-partikel yang tersuspensi; Gaya ini diabaikan dan
bisa dibuang. Tetapi jika wadah dikocok dan produk dituang dari botol, terdapat laju
shearing yang tinggi. Zat pensuspensi yang ideal harus mempunyai viskositas yang
tinggi pada shear yang dapat diabaikan, yakni selama penyimpanan; dan zat
pensuspensi itu harus mempunyai viskositas yang rendah pada laju shearing yang

tinggi, yakni ia harus bebas mengalir selama pengocokan, penuangan, dan


penyebarannya ini. Gliserin yang merupakan cairan Newton termasuk dalam grafik
untuk pembanding. Viskositasnya sesuai untuk partikel-partikel yang mensuspensi,
tapi terlalu tingii untuk dituangkan dengan mudah dan untuk disebarkan pada kulit.
Lebih-lebih lagi, gliserin menunjukkan sifat melekat (tackiness stickiness) yang tidak
diinginkan dan ia terlalu higroskopik untuk digunakn dalam bentuk tidak diencerkan.
Kurva dalam gambar 1 diperoleh menggunakan viskometer Stormer yang sudah
dimodifikasi .
Suatu zat pensuspensi yang tiksotropik seperti juga pseudoplastik harus terbukti
berguna karena ia membentuk gel pada pendiaman dan menjadi cair jika
digoyangkan. Gambar 2 menunjukkan kurva konsistensi untuk bentonit, veegum, dan
suatu kombinasi dari bentonit dan natrium karboksimetil selulosa ( CMC ). Bentuk
histeresis dari bentonit sangat terkenal. Veegum juga menunjukkan tiksotropi yang
dapat dipertimbangkan, baik jika dites dengan membalikkan suatu bejana yang
mengandung dispersi maupun jika dianalisis dalam suatu viskometer putar. Jika
dispersi bentonit dan CMC dicampur, kurva yang dihasilkan menunjukkan
karakteristik tiksotropik maupun pseudoplastik. Kombinasi seperti ini harus
menghasilkan suatu medium pensuspensi yang sangat baik.
2.2 Sifat Rheologi Dalam Emulsi
Produk yang diemulsikan mungkin mengalami berbagai shear-stress selama
pembuatan atau penggunaanya. Pada kebanyakan proses ini sifat aliran produk akan
menjadi sangat penting untuk penampilan emulsi yang tepat pada kondisi penggunana
dan pembuatannya. Jadi penyebaran produk dermatologik dan produk kosmetik harus
dikontrol agar didapat suatu preparat yang memuaskan. Aliran emulsi parenteral
melalu jarum hipodermik, pemindahan suatu emulsi dari botol atau tube, dan sifat
dari satu emulsi dalam berbagai proses penggilingan yang digunakandalam
pembuatan produk ini secara besar-besaran, menunjukkan perlunya karakteristik
aliran yang tepat.
Kebanyakan emulsi, kecuali emulsi encer, menunjukkan aliran non Newton yang
mempersulit interpretasi data dan perbandingan kuantitatif antara sistem-sisten dan
formulasi-formulasi yang berbeda.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan fase terdispersi meliputi perbandingan
dengan fase terdispers meliputi perbandingan volume fase, distribusi ukuran partikel,
dan viskositas dari fase dalam itu sendiri. Jadi, jika konsentrasi volume dari fase
terdispers rendah (kurang dari 0,05), sistem tersebut adalah Newton. Dengan naiknya
konsentrasi volume, sistem tersebut menjadi lebih tahan terhadap aliran dan
menujukkan karekteristik aliran pseudoplastis. Pada konsentrasi yang cukup tinggi,
terjadi aliran plastis. Jika konsentrasi volume mendekati 0,74, mungkin terjadi inversi
dengna berubahnya viskositas secara nyata. Pengurangan ukuran partikel rata-rata
akan menaikkan viskositas. Makin luas distribusi ukuran partikel, makin rendah
viskositasnya jika dibandingkan dengan sistem yang memiliki ukuran partikel rata-

rata serupa tetapi dengan distribusi ukuran partikel yang lebih sempit.
Sifat utam fase kontinu yang mempengaruhi sifat-sifat alira dari sustu emulsi
adalah bukan pada viskositasnya. Tetapi efek viskositas dari fase kontinu mungkin
lebih besar dari yang diramalkan dengan menentukan viskositas bulk dari fase
kontinu itu sendiri. Ada indikasi bahwa viskositas dari suatu lapisn cair yang tpis,
katakanlah 100 200 A adalah beberapa kali harga viskositas dari cairan bulk. Oleh
karena itu viskositas yang lebih tinggi bisa terdapat pada emulsi yang mempunyai
konsentrasi tinggi, jika ketebalan fase kontinu antara tetesan-tetesan yang berdekatan
mendekati dimensi ini. Pengurangn viskositas dengan penaikan shear sebagian bisa
disebabkan oleh penurunan viskositas dari fase kontinu karena jarak pemisahan
antara bola-bola yang meningkat.
Komponen ketiga yang mungkin mempengaruhi vskositas emulsi adalah zat
pengemulsi. Tipe zat akan mempengaruhi flokulasi partikel dan daya tarik-menarik
antarpartikel, dan ini, sebaliknya akan mengbuah aliran. Tambahan pula, untuk sistem
apa saja, makin tinggi konsentrasi zat pengemulsi, akan makin tinggi pula viskositas
produk tersebut. Sifat-sifat fisika dari lapisan dan sifat-sifat listriknya juga merupakan
faktor yang bermaknanya.
2.3 Sifat Rheologi Dalam Semisolid
Pembuat salep farmasetis dan krim kosmetik menyadari adanya keinginan untuk
mengontrol konsistensi bahan non-Newton.
Insrumen yang paling baik untuk menentukan sifat-sifat rheologi dari semisolid di
bidang farmasi adalah viskometer putar (rotational viscometer). Untuk analisis
semisolid yang berbentuk emusi dan suspensi digunakan cone-plate viscometer.
Viscometer Stormer terdiri dari cup yang stationer dan bob yang berputar, dan alat ini
juga baik untuk semisolid.
Kurva konsistensi untu basis salep yang dapat mengemulsi, petrolatum hidrofilik
dan petrolatum hidrofilik yang telah dicampur dengan air, terlihat pada gambar 3.
Akan terlihat bahwa penambahan air ke dalam petrolatum hidrifilik menunrunkan
yielpoint (perpotongan antara ekstrapolasikurva menurun dan sumbu horizontal,
muatan dalam gram). Dari 520 sampai 340 gram. Viskositas plastis (kebalikan dari
kemiringan kurva yang menurun ke bawah) dan tiksotropi ( dareah lengkung
histeresis) ditingkatkan dengan penambahan air ke dalam Petrolatum Hidrifilik.
Efek temperatur terhadap konsistensi dari suatu basis salep dapat dianalisis
menggunakan suatu viskometer putar yang didesain dengan tepat. Gambar 4 dan
gambar 5 menunjukkan perubahan viskositas plastis dan tiksotropi dari petrolatum
dan plastibase sebagai fungsi dari temperatur. Viskometer Stormer yang dimodifikasi
digunakan untuk memperoleh kurva-kurva ini. Seperti terlihat pada gambar 4, kedua

basis menunjukkan koefisien temperatur dari viskositas plastis yang sama. Hasil ini
merupakan suatu kenyataan bahwa basis tersebut mempunyai derajat kelembutan
(sofness) yang hampir sama jika diraba diantara dua jari. Kurva Yield Value
terhadap temperatur ternyata mengikuti pola hubungan yang hampir sama. Kurva
pada gambar 5 memperlihatkan dengan jelas perubahan tiksotropi terhadap
temperatur yang membedakan kedua basis tersebut ( Petrolatum dan Plastibase).
Karena merupakan suatu akibat dari struktur gel, gambar 5 menunjukkan bahwa
matriks malam (wax) dari Petrolatum kemungkinan besar pecah dengan naiknya
temperatur, sedangkan struktur resin dari Plastibase tahan terhadap perubahan
temperatur pada percobaan tersebut. Temperatur ( 0C)
Berdasarkan data dan kurva seperti ini, ahli farmasi dalam laboratorium
pengembangan dapat memformulasi salep dengan karekteristik konsistensi yang lebih
diinginkan, para pekerja pada bagian produksi dapat mengontrol keseragaman dari
produk akhir yang lebih baik, dan ahli dermatologi dan pasien dapat mengandalkan
adanya suatu basis yang menyebar secara merata dan halus pada berbagai iklim, tapi
melekat baik pada daerah dimana obat itu bekerja dan tidak sulit untuk dihilangkan
sesudah obat tersebut digunakan.
2.4 Sifat Aliran Pada Serbuk
Serbuk bulk agak analog dengan cairan non Newton, menunjukkan aliran plastik
dan kadang-kadang dilatansi, partikel-partikel dipengaruhi oleh gaya tarik menarik
sampai derajat yang bervariasi. Oleh karena itu, serbuk bisa jadi mengalir bebas
(free-flowing) atau melekat. Dalam pengertian khusus yaitu ukuran partikel porositas
dan kerapatan, dan kehalusan permukaan. Sifat-sifat dari zat padat yang menentukan
besarnya interaksi partikel-partikel.
Akan halnya partikel-partikel yang relati kecil (kurang dari 10m), aliran partikel
melalui lubang dibatasi karena gaya lekat antara partikel besarnya sama dengan gaya
gravitasi. Karena gaya yang terakhir ini merupakan fungsi dari garis tengah yang di
naikkan pangkat tiga, gaya-gaya tersebut menjadi lebih bermakna apabila ukuran
partikel meningkan dan aliran dipermudah. Laju aliran maksimum dicapai setelah
aliran berkurang apabila ukuran partikel mendekati besarnya lubang tersebut. Jika
suatu serbuk mengandung sejumlah partikel-partikel kecil, sifat-sifat aliran serbuk
bisa diperbaiki dengan menghilangkan fines atau mengadsorbsinya pada partikelpartikel yang lebih besar. Kadang kadang, aliran yang jelek bisa diakibatkan karena
adanya kelembapan dalam hal mana pengeringan partikel-partikel akan mengurangi
lekatnya partikel-partikel tersebut.
Partikel-partikel panjang atau plat cenderung untuk mengepak walaupun dengan
sangat longgar sehingga memberikan serbuk yang mempunyai porositas tinggi.
Partikel-partikel dengan kerapatan tinggi dan porositas dalam rendah cenderung

untuk mempunyai sifat-sifat bebas mengalir. Ini dapat dikurangi dengan kasarnya
permukaan, yang cenderung mengakibatkan karakteristik aliran yang jelek
disebabkan oleh gesekan dan kelekatannya.
Serbuk bebas mengalir berciri khas menyerupai debu, yang disebut dustibility,
suatu batasan yang berarti kebalikan dari kelekatan (stickiness). Likopodium
menunjukkan derajat dustibility yang terbesar, jika likopodium diberi angka
dustibility (sebarang) 100%, serbuk talk mempunya harga 57%, tepung kentang 27%,
arang halus 23%, kalomel yang ditumbuk halus mempunyai dustibility 0,7%. Hargaharga ini harus berhubungan dengan keseragaman menyebarnya serbuk yang
ditaburkan bila digunakan ke kulit, dan daya lekat, suatu ukuran kekohesifan partikel
dari suatu serbuk yang dikeraskan (compacted powder), adalah penting dalam aliran
serbuk melalui mesin pengisi dan dalam pelaksanaan mesin kapsul otomatis.
Serbuk yang mengsalir tidak baik atau granulat memberikan banyak kesulitan pada
industri farmasi. Produksi unit sediaan tablet yang seragam terbukti bergantung pada
beberapa sifat granulat. Jika ukuran granular berkurang, variasi berat tablet pun
berkurang. Variasi berat minimum dicapai pada granul yang mempunyai garis tengah
400 sampai 800 m. Jika ukuran granul dikurangi lagi, granul mengalir kurang bebas
dan variasi berat granul meningkat. Distribusi ukuran partikel mempengaruhi aliran
dalam dan pemisahan dari suatu granulat.
Aliran dalam dan granule demixing (yakni kecendrungan serbuk untuk memisah
menjadi lapisan-lapisan dengan ukuran berbeda) selama mengalir melalui corong
(hopper) membantu penurunan berat teblet selama bagian terakhir dari periode
kompresi. Laju alirann dari suatu granulat tablet meningkat denagan meningkatnya
jumlah fines yang di tambahkan. Kenaikan jumlah pelincir juga menaikkan laju
aliran, dan kombinasi dari pelincir serta penghalus (fines) tampak mempunyai aksi
sinergistik.
Gaya gesekan pada serbuk renggang dapat diukur dengan sudut istirahat (angle of
repose), . Ini adalah sudut maksimum yang mungkin terdapat antara permukaan dari
setumpuk serbuk dan bidang horizontal. Jika ditambahkan bahan lebih
banyakketumpukan tersebut, maka serbuk tersebut akan tuyrun ke berbagai sisi
sampai gesekan timbal balik dari partikel-partikel tersebut yang menghasilkan suatu
permukaan pada sudut ada dalam keseimbangan denagn gaya gravitasi. Tangen
sudut istirahat sama dengan koefisien gesekan antara partikel-partikel tersebut.
Tan =
Jadi, makin kasar dan makin tidak beraturan permukaan dari partrikel, akan makin
tinggi sudut istirahatnya. Sudut istirahat terutama merupakan suatu fungsi dari
kekasaran permukaan. Dengan menggunakan batch-batch pasir dengan ukuran yang
berdekatan, yang dipisahkan ke dalam ukuran yang berbeda, dibuktikan bahwa
dengan meningkatkan bentuk yang semakin jauh dari bentuk bola, sudut istirahat
meningkat sedang kerapatan bulk dan kemampuan alir (flowability) berkurang.
Untuk memperbaiki karakteristik aliran, seringkali ditambahkan pelincir (glidant)

pada serbuk granular. Contoh glidant yang umum digunakn adalah magnesium
stearat, amilum dan talk. Dengan menggunakan suatu pencatat pengukuran aliran
serbuk, yang mengukur berat serbuk yang mengalir per satuan waktu melalui lubang
corong (hopper), konsentrasi pelincir optimum adalah 1% atau kurang. Di atas kadar
ini, biasanya teramati penurunan dalam laju aliran. Ditemukan tidak shear cel dan
tensile tester.
Sudut istirahat dari granulat sulfhatiazol sebagai suatu fungsi ukuran partikel ratarata, adanya pelumas, dan penambahan penghalus (fines) ke dalam campuran. Pada
umumnya sudut istirahat meningkat dengan berkurangnya ukuran partikel.
Penambahan talk dalam konsentrasi rendah mengurangi sudut istirahat, tapi pada
konsentrasi yang lebih tinggi talk akan menaikkan sudut tersebut. Penambahan fines
yakni : partikel-partikel yang lebih kecil dari mesh 100 ke dalam granul kasar
menghasilkan kenaikan sudut istirahat yang nyata.
Kemampuan serbuk untuk mengalir merupakan satu diantara faktor-faktor yang
termasuk dalam pencampuran bahan-bahan yang berbeda untuk membentuk suatu
campuran serbuk. Pencampuran, dan pencegahan ketidakcampuran, merupakan suatu
pekerjaan farmasetis yang penting dalam pembuatan bentuk-bentuk sediaan
umumnya, termasuk tablet dan kapsul. Faktor-faktorblain yang mempengaruhi proses
pencampuran adalah agregasi partikel, ukuran, bentuk, perbedaan kerapatan, dan
adanya muatan listrik statis

RHEOLOGY
Rheologi berasal dari bahasa Yunani yaitu rheo dan logos. Rheo berarti
mengalir, dan logos berarti ilmu. Sehingga rheologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang aliran zat cair dan deformasi zat padat. Rheologi erat
kaitannya dengan viskositas. Viskositas merupakan suatu pernyataan
tahanan dari suatu cairan untuk mengalir; semakin tinggi viskositas,
semakin besar tahanannya untuk mengalir. Viskositas dinyatakan dalam
simbol .
Contoh penerapan rheologi dapat dilihat dalam :

Makanan
Susu.
Produk perawatan tubuh

Farmasi

: Mayones, Krim Salad, Industri


: Krim, Lotion.
: Salep, Krim, Anastetik.

B.

Ilmu kedokteran

Agrochemical

: Darah
: Pestisida.

Emulsi Sebagai Produk

Laju alir emulsi merupakan hal yang penting disamping sifat fisik.
Karenanya kemampuan untuk mengukur, melakukan penyesuaian, dan
mengetahui bahan yang akan digunakan sangat penting untuk diketahui.
Penerapannya dapat dilihat dalam proses manufaktur. Seperti dalam proses
pencampuran, pemompaan, pengisian packing emulsi, dll.
Dari segi kualitatif emulsi mencakup mulai dari bahan dengan viskositas
rendah, susu-seperti pada fluida Newtonian melewati campuran yang tebal,
campuran ini berupa bahan dalam pembentukan krim, dimana dari segi
pergerakan semakin ke atas akan menjadi semakin tebal. Krim merupakan
salah satu bahan yang menekankan pada hasil. Dari segi mikrostruktur salah
satu elemen yang umum adalah kepemilikan fasa kontinyu bersamaan
dengan fasa liquid sebagai deformable droplet. Permukaan antar droplet
menjadi sumber stabilitas dengan kata lain sistem yang tidak stabil dengan
banyak cara dapat melindungi internal liquid dari gradient kecepatan pada
fase kontinyu. Beberapa kondisi dapat dipertimbangkan dalam hal ini
kekakuan yang efektif dari permukaan atau bagian dalam viskositas yang
sangat tinggi sehingga sistem berperilaku seperti pada disperse partikel
padat. Ini merupakan salah satu contoh kecil dari sub micron droplet.
C.

Emulsi dalam Hubungannya dengan Rheologi

Emulsi merupakan bentuk yang paling sederhana antara sistem dua fasa
yang mengandung cairan yang tidak saling larut. Dimana salah satu
terdispersi ke yang lain baik dalam bentuk mikroskopik atau submikroskopik droplet. Dua fase tersebut selalu dalam fase air dan fase
minyak yang menghasilkan o/w ataupun w/o emulsion. Sehingga, kehadiran
emulsifier sebagai stabilizer untuk menggabungkan dua fase yang terpisah
penting untuk meberikan kontribusi pada laju alir didalam sistem.
Banyak contoh yang ada untuk emulsi o/w, w/o, bahkan untuk o/o.
bagaimanapun besarnya kemungkinan untuk mendefinisikan emulsi tetap
saja membuat rheologi menjadi bagian dari deformable partikel dalam fase

kontinyu. Hal ini memuat salah satu keekstriman dimana sistim yang berada
di bagian dalam fase dispersi merupakan cairan dengan laju alir yang rendah
sehingga kemungkinan sistem tersebut akan lebih rendah dari fase kontinyu.
Dengan permukaaan yang distabilkan dengan stabilizer yang cocok.
Emulsi mungkin diharapkan sebagai produk akhir dalam industri
manufaktur. Atau bisa jadi emulsi merupakan bentuk intermedit yang
penting. Polimerisasi emulsi merupakan rute yang popular dalam industry
polimer, dan bentuk emulsi termasuk rheologi mengarahkan bentuk patikel
polimer.
Emulsi juga bisa jadi sebagai titik awal pembuatan seperti pada produk
susu. Selanjutnya diharapkan sifat rheologi dapat mencari seperti krim
dalam konsentrasi, dan bentuk partikl pada spray drying. Hal tersebut
merupakan cabang rheologi. Dengan kata lain, seperti pada darah sifat
emulsi menjadi menarik.
Pada produk yang kompleks sperti pada skin lotion, droplet emulsi hanya
merupakan bagian bentuk dari produk yang engandung polimer, partikel,
dan konsentrat struktur surfaktan. Pengertian mengenai peran patrikular
masing-masing komponen di atas penting untuk membantu memahami
keseluruhan rheologi. Khususnya bila droplet mengalami perubahan dari
waktu ke waktu karena coalescence ataupun disproponasi.
Tentu saja pada emulsi yang kompleks komposisi dari fasa kontinyu
mungkin saja tidak diketahui lebih lanjut. Bahkan tampak menjadi emulsi
yang sederhana, excess emulsifier ditampilkan dalam fase kontinyu yang
mungkin berasosiasi dalam struktur tipe micellar yang dapat menunjukkan
dampak awal dari laju alir secara keseluruhan. Pada kenyataannya, emulsi
yang kompleks dengan penambahan bahan partisi diantara fase kontinyu
dan fase dispersi, dan kemungkinan membentuk multilapisan emulsifier.
Salah satu cara untuk membelit komplektisitas dan menetapkan komposisi
fasa dengan cara sentrifugasi atau ultrasentifugasi emulsi. Hal ini
memungkinkan untuk menetapkan komposisi dari fase kontinyu. Pegerjaan
lebih lanjut dibutukan untuk menetapkan droplet secara alami dan lapisan
emulsifier, tapi hal ini hanya bias dilakukan dalam skala mikroskopik.
D.

Tipe Spesifik Aliran

Ada dua tipe aliran dasar dengan perpindahan relatif dari partikel cair yang
berdekatan, yang disebut dengan laju shear dan extensional. Dalam laju
shear elemen cair mengalir diatas satu sama lain, dengan arah aliran yang
berbeda. Sedangkan pada laju extensional mengalir ke arah atau menjauh
dari masing-masing satu dengan yang lain.
Laju alir sebagai hasil dari peningkatan gaya ketika laju alir ditingkatkan
sedangkan untuk memberikan gaya laju alir dikurangi ketika viskositas
ditingkatkan.
Bentuk sederhana dari laju shear elemen cair mengalir diatas satu sama lain,
dengan arah aliran yang berbeda. Sedangkan pada laju extensional mengalir
ke arah atau menjauh dari masing-masing satu dengan yang lain.
Shear stress merupakan unit laju alir dibagi jarak atau meter per
sekon/meter sehingga satuannya mejadi s-1. Shear stress gaya per satuan
area merupakan unit newton per meter, N m -2, tapi dalam sistem SI stress
seperti tekanan merupakan unit Pascal (Pa).
Nilai yang mendekati perhitungan shear rate yang diperoleh meluas dan
merupakan variasi dari berbagai kondisi penting untuk emulsi. Salah satu
contohnya adalah laju alir rata-rata cairan yang melewati pipa dibagi dengan
radius pipa, atau laju alir dari lapisan yang berpindah dibagi radiusnya.
Unit-unit yang akan sering digunakan dapat dilihat pada table 2. Dengan
menggunakan diagram yang sama kita juga dapat mencari nilai deformasi.
Dimana deformasi yang dinyatakan dengan (delta) merupakan kelanjutan
dari V=d/dt dan = dV/dh yang disebut dengan shear rate. Dot diatas
symbol deformasi digunakan untuk menandakan fungsi diffrensial
berdasarkan waktu dan mengikuti persamaan newton. Karenanya
merupakan jumlah shear dan merupakan laju shear atau shear rate dapat
dinyatakan dengan d/dt yang disebut dengan rate of strain.
Walaupun pada prakteknya lebih baik bila menuliskan laju shear untuk
mencirikan dari laju extensional tetap saja agar lebih mudah hanya
dinyatakan dengan viskositas.

Symbol (gamma) merepresentasikan deformasi pada simple shear dimana


pada gambar terlihat shear stress (sigma) juga digambarkan.
Dengan cara yang sama untuk perluasan ukuran unaxial sesuai deformasi
dinyatakan dengan (epsilon) dan stress e seperti yang ditunjukkan pada
gambar 4 digunakan untuk fluida Newtonian. Dalam persamaan sederhana
dapat dinyatakan dengan :
=

..(1)

Untuk perluasan extensional atau stretching flow equivalen dengan symbol


e dan e sehingga untuk fluida Newtonian dapat dinyatakan dengan :
e= e

..(2)

dan viskositas (evaluasi ), sehingga


Untuk cairan berkekuaten rendah, adalah penyederhanaan dari n.
E.

Pipa viscometer

Pipa viscometer menggunakan banyak bentuk, tetapi kesemuanya haruslah


memberi pressure drop P sebagai fungsi laju alir Q untuk kondisi dimana
pipa memiliki panjang yang cukup untuk dapat mengabaikan efek masuk
dan efek keluar, kira-kira . Dalam kasus ini kita dapat menghitung
viskositas sebagai fungsi . Sehingga
Sehingga viskositas kemudian diperoleh
Dimana untuk cairan berkekuatan rendah
F.

adalah penyederhanaan dari .

Slip dan efek masalah lain dari rheometers

Permasalahan lebih lanjut, saat emulsi mencair, meningkat karena droplet


berpindah mendekati dinding yang selalu cenderung bergerak ke arah
dinding. Peringatan khusus telah diberikan oleh Gallegos dan Franco untuk
memmasukkan efek dalam reologi, misal reologi makanan, kosmetik dan
farmasi. Semua materi ini akan didiskusikan dan diterangkan/dijelaskan
lebih lanjut oleh Barnes.

Solusi lain untuk permasalahan ini lebih lama dalam penyelesaiannya tetapi
lebih efektif. Ini menggunakan ukuran geometri dan akstrapolasi untuk
mendapatkan hasil ukuran yang tak tentu. Lihat Barners untuk lebih
detailnya.
G.

Jenis Viscometer Laboratorium yang Dijual Bebas/Komersial

Standar viscometer laboratorium mempunyai range 0,1-1000 s -1. Yang


termasuk didalamnya adalah :
Brookfield DV3
HaakeVT7, VT500/550, RV1
Bohlin Visco 88
Rhcometrics RM 180, 265
Reologica ViscoCheek
Physica MC1
Jenis-jenis keluaran : viskositas/sear rete sebagai fungsi watku, agar kurva
aliran umum dan thixotropy dapat dipelajari sebagai renge temperature
biasanya antara -10 1000C.
H.

Viskositas Emulsi

Kita akan mempertimbangkan jenis-jenis dari kurva alir dengan


menggunakan viscometer di atas, ketika beberapa benda telah dihilangkan
harus memberikan alas an pada kita/harus ada alasannya.
Kurva alir yang paling sederhana ditemukan pada dilute emulsi/emulsi yang
lemah,jika kita memplotkan dasar ukuran parameter dari shear rate/sheer
stress, kita akan mendapatkan hubungan garis lurus seperti ilustrasi pada
figure 8. Data ini mungkin diplotkan kembali sebagai viskositas (sheer
stress dibagi shear rate) sebagai fungsi shear rate dan tentu saja viskositas
tidak tergantung shear rate, emulsi Newtonian pada fig.9

Jika kita meningkatkan konsentrasi fase minyak untuk model emulsi kita,
kita melihat adanya emulsi yang non-Newtonian. Pertama jika kita
mengulangi plit pertama kita, kita masih dapat melihat macam-macam
respon linear jika kita pemplotkan data di atas range 300-3500 s -1, tetapi
sekarang kurva ini bergeser secara vertical dan kita melihat apa yang
tampak dalam intersep pada axis. Ini disebut Bingham behavior dan
dikarakteristikan sebagai yield stress (ekstrapolasi intersep) dan plastic
viscosity lihat slope kurva fig.10.
I.

Shear Rate Suatu Bahan

Ukuran dari aliran bahan dari beberapa cairan dibagi menjadi dua sifat yaitu
linier dan non linier (lihat Barnes et al [15]). Untuk deskripsi detailnya dari
subject ini.
Pembentukan diukur sampai di bawah tegangan, tekanan, pemotongan
aliran dimana Rheologi bahan dari emulsi sedang diukur bukan sebuah
fungsi dari menentukan variable ini, tetapi hanyalah fungsi dari frekuensi
dan waktu (seperti temperature tertentu dan beberapa tekanan tinggi).
J.

Pertimbangan Detail Dari Tipe Viscometer

Viscometer adalah alat yang dapat diaplikasikan salah satunya adalah


sebuah gaya dan ukuran sebuah kecepatan , atau dapat diaplikasikan sebuah
kecepatan dan ukuran gaya untuk atau membuat sebuah geometri sederhana.
Ini boleh menjadi sebuah viscometer pipa U yang sederhana yang
mengendalikan aliran laju dari satu posisi vertical ke yang lain.
K.

Kontrol Tegangan Berlebih Viskometer Komersial

Pada pertengahan 1970-an, sebuah generasi baru dari control tekanan


rheometer dimulai untuk memperlihatkan diri sebagai acuan untuk melawan
control tegangan type dari viscometer umumnya digunakan di dalam
laboratorium (Lihat Barnes dan Bell [16]). Jck Deer dan koleganya di
sebuah sekolah farmasi di London, yang menggunakan perbandingan udara
dan sebuah pengendali udara turbin untuk melengkapi tenaga putaran telah
dikembangkan pertama kali dari peralatan modern. Ini dianggap bahwa
dengan beberapa peralatan aplikasi dari sebuah pengetahuan dan tekanan

control melengkapi rheologi dengan informasi penting dari bagian kritis di


dalam lembar kurva CREEP.
L.

Evaluasi dan Komersialisasi Kontrol Tekanan Viskometer

Table 3 menunjukkan spesifikasi dari beberapa type control tekanan


viscometer sebagai mereka telah evolusikan (telah mereka ubah pada 30
tahun terakhir ini). Ini adalah pembersihan bahwa sebuah kekaguman yang
bertambah di dalam sensivitas dan range yang telah dibawa, salah satunya
yang istimewa adalah di dalam tenaga putaran minimum rendah (dan jadi
menekan) dan kecepaan rotasi (dan jadi pemutus kecepatan) dapat
dijangkau.
Tabel 3
Beberapa spesifikasi komersial rheometer pengontrol tekanan
waktu
Type Data

~1970
Rheometer
udara turbin

~1978
Rheometer
deer

~awal 1980 ~akhir 1980 ~1999


Carrimed MidCarrimed
TA Inst. AR
CSL 100
1000

Torque (N.m)
Minimal
Maximal
Reolution
Ang. Veloc.
(rad/s)
Min ( Creep)
Maximal
Resolution
Creep (strain)
Resolution
maximal

M.

0,1

50
-

50
-

50

Geometri Viskometer Kompleks

50

100
6,2x
1300

Ada sebuah nomor dari geometri viscometer popular menggunakan ukuran


emulsi dimana pemutusan kecepatan tidak sama dimanapun. Dalam urutan
untuk mengubah data experiment awal menjadi data pemutusan aliran
(viskositas yang tidak ambigu).
Sebuah langkah perhitungan intermediet dibutuhkan (lihat Barness [17]), ini
menggunakan sebuah assumsi tentang liquid, biasanya bahwa pada sebuah
nilai particular dari pemutusan aliran, viskositas local/ shear rate data dapat
dideskripsikan oleh sebuah tenaga rendah type sifat (power-low-typebehavior). Dimana slope dari Log kurva diberikan oleh n. (untuk
kebenaran power-low-liquid) ini sama sebagai n, the power-low-indeks.
Mengikuti persamaan yang dibutuhkan untuk lubang besar silinder
konsentrik, pararel plate geometrid an tube-tube digunakan sebagai
viscometer. Pada sebuah kasus data viskositas yang diperbarui untuk sebuah
perhitungan shear rate yang pasti pada beberapa fixed point di dalam
geometrid an n diperbarui untuk basis pengukuran parameter
laporan viskositas dan rheology
Landasan Teori
Viskositas adalah ukuran tahanan (resistensi) dari suatu cairan untuk mengalir.
Rheologi berasal dari bahasa Yunani yaitu rheo dan logos. Rheo berarti mengalir, dan
logos berarti ilmu. Sehingga rheologi adalah ilmu yang mempelajari tentang aliran zat
cair dan deformasi zat padat. Rheologi erat kaitannya dengan viskositas. Viskositas
merupakan suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir, semakin tinggi
viskositas, semakin besar tahanannya untuk mengalir. Viskositas dinyatakan dalam
simbol .
Dalam bidang farmasi, prinsip-prinsip rheologi diaplikasikan dalam pembuatan krim,
suspensi, emulsi, losion, pasta, penyalut tablet, dan lain-lain. Selain itu, prinsip
rheologi digunakan juga untuk karakterisasi produk sediaan farmasi (dosage form)
sebagai penjaminan kualitas yang sama untuk setiap batch. Rheologi juga meliputi
pencampuran aliran dari bahan, penuangan, pengeluaran dari tube, atau pelewatan
dari jarum suntik. Rheologi dari suatu zat tertentu dapat mempengaruhi penerimaan
obat bagi pasien, stabilitas fisika obat, bahkan ketersediaan hayati dalam tubuh
(bioavailability). Sehingga viskositas telah terbukti dapat mempengaruhi laju absorbsi
obat dalam tubuh.
Dasar-dasar rheologi
Umumnya polietilen hasil polimerisasi di plant diberi tambahan additive dan
dipelletizing menjadi bentuk pellet. Pellet tersebut selanjutnya siap untuk diproses

menjadi berbagai macam bentuk seperti yang diinginkan dengan menggunakan mesin
fabrikasi yang cocok. Selama fabrikasi plastik tersebut banyak dipengaruhi oleh
kecepatan ekstrusi, setting temperature di tiap zone, melt pressure dll, yang
kesemuanya sering disebut sebagai processability. Processability polietilen dari
tinjauan rheologinya yaitu ilmu yang mempelajari aliran dan perubahan bentuk
polietilen dalam keadaan lelehan serta sifat-sifat alirannya.
Aliran dan perubahan bentuk viscoelastik
a. Kekentalan (viscosity)
Fluida adalah persenyawaan yang mengalami deformasi (perubahan bentuk) secara
kontinyu jika dikenakan shear stress. Resistensi yang dikeluarkan oleh fluida terhadap
beberapa deformasi disebut viscositas. Untuk gas dan beberapa cairan dengan Berat
Molekul yang rendah jika pada temperature dan tekanan tertentu viscositasnya tetap
maka bahan tersebut dikenal sebagai fluida Newtonian.
b. Kekenyalan (Elastisitas)
Apabila sebuah pegas diberi tegangan yang besarnya sebanding dengan strain dan
kemudian dilepaskan maka momennya akan segera dikembalikan dan tegangan
menjadi hilang, sifat ini disebut elastis dan benda yang mempunyai sifat ini disebut
benda elastis dan dinyatakan dalam persamaan sbb,
s = E.g
Persamaan ini terkenal sebagai hukum Hooke, dimana;
s = Stress , E = Strain, g = Modulus Young
c. Viscoelastic
Sifat dari benda yang merupakan gabungan antara viscositas cairan (yang tidak
menun-jukkan sifat elastisitas) dan elastisitas dari padatan (yang tidak menunjukkan
kekentalan/ viscositas) disebut viscoelastis. Polietilen adalah salah satu benda yang
bersifat viscoelastis.
Pergeseran Fluida
Mengalirnya fluida didalam istilah teknis dikenal dengan nama geseran fluida (Shear
flow).
Didalam pergeseran fluida yang tetap ada 3 hal yaitu:
1. Tegangan geser (Shear stress)
dimana,
tyx = Tegangan geser (Shear stress)
F = Gaya
A = Luas penampang
2. Kecepatan geser (Shear rate)
dimana;
g = Kecepatan geser (Shear rate)
3. Kekentalan geser (Shear viscosity)
dimana,
m = Kekentalan geser (Shear viscosity)

Beberapa parameter yang berpengaruh terhadap Shear viscosity:


a. Melt Index
Melt index merupakan penggambaran/representasi dari Berat Molekul. Pada
polietilen linear (tanpa percabangan rantai panjang) dengan peningkatan Berat
Molekul atau penurunan Melt index maka akan terjadi penurunan pada Shear
viscosity.
b. Percabangan rantai panjang (LCB)
Apabila Polietilen (PE) yang mempunyai rantai cabang panjang (LCB) dibandingkan
dengan PE yang linear (tanpa LCB) maka akan terlihat bahwa PE dengan LCB
mempunyai,
- Shear viscosity yang lebih rendah.
- Kecenderungan terjadinya melt fracture yang lebih rendah pada kecepatan geser
yang tinggi.
- Konsumsi tenaga ekstrusi yang lebih rendah.

Model-model fluida
Fluida mempunyai sifat-sifat spesifik yang umumnya memenuhi model-model seperti
berikut:
a. Model Newtonian
Contoh fluida yang memenuhi model ini adalah Air
Persamaan yang berlaku adalah
dimana :
tyx = shear stress
dVx/dy = shear rate
m = viskositas
b. Model Bingham
Contoh fluida yang memenuhi model ini adalah Pasta gigi
Persamaan yang berlaku adalah
dg syarat ltyxl > to
c. Model Perpangkatan (Power Law)
Contoh fluida yang memenuhi model ini adalah Polymer
Persamaan yang berlaku adalah
jika :
n = 1 Newtonian dimana m=m
n <> 1 Dilatant

Sifat bentuk lelehan


a. Swell Ratio
Disamping MI dan HLMI, sifat bentuk lelehan lain yang penting untuk Polietilen
adalah swell ratio. Swell ratio ditentukan dengan mengukur diameter extruded yang
sudah dingin yang keluar dari orifice pada waktu mengukur MI atau HLMI. Swell
ratio digunakan sebagai index elastisitas lelehan. PE mempunyai kecenderungan
semakin lebar Distribusi Berat Molekulnya dan semakin banyak jumlah cabang rantai
panjangnya maka swell rationya semakin besar.
b. Melt fracture
Melt fracture terjadi jika polietilen diextrude pada kecepatan geser yang tinggi
sehingga menyebabkan produk mempunyai permukaan yang tidak halus, bentuk tidak
teratur dan extrusion tidak stabil. Melt fracture akan merusak kenampakan bentuk
produk. Melt fracture dapat diukur dengan alat rheometer, atau mudahnya melt
fracture dapat dilihat secara langsung pada permukaan lelehan yang sudah dingin.
Tegangan yang menyebabkan terjadinya melt fracture disebut tegangan geser kritis
(sC) dan kecepatan geser pada waktu itu kecepatan geser kritis (gc). Sementara
hubungan antara tegangan geser kritis dan kecepatan geser kritis adalah
gc = sC / h
Kecepatan geser kritis dapat dinaikkan pada temperature yang sama yaitu dengan
menurunkan viscositas lelehan (h) secara khusus, hal ini dapat dilakukan dengan
meperlebar Distribusi Berat Molekulnya.
c. Melt Tension
Melt tension adalah tension/tegangan dari resin pada keadaan meleleh (bentuk
extruded) dari orifice pada beban konstan, pengukuran dilakukan dengan menarik
extruded pada kecepatan konstan. Melt tension merupakan fungsi MI atau Swell ratio
dan nilainya akan meningkat seiring dengan pertambahan viscositas dan elastisitas.
Secara khusus semakin rendah MI atau semakin lebar Distribusi BM nya maka
semakin besar nilai melt tensionnya.
d. Draw Down
Batasan draw down paling seering digunakan pada pemrosesan pelapisan (coating
process) untuk HDPE gejala ini ditunjukkan oleh exrtuded parison dari blow molding
yang jatuh karena adanya gravitasi. Apabila harga draw down tinggi maka akan
mengakibatkan distribusi tebal tidak merata pada sisi sebelah atas dan bawah dari
produk. Hal ini menjadikan masalah pada pembuatan produk berukuran besar yang
mana parison menjadi berat, draw down sangat erat berhubungan dengan melt tension
e. Spinnability
Hampir ada kemiripan antara melt tension dan spinability, melt tension merupakan

besarnya tension dari resin dalam keadaan lelehan yang keluar dari orifice pada
kecepatan pembebanan yang tetap. Sedangkan spinability adalah kecepatan untuk
memutus resin jika ditarik pada percepatan yang tetap. Spinability sangat berguna
pada industri monofilament, yaitu untuk mengetahui kecepatan pemrosesan tertinggi.
Penggolongan bahan menurut tipe aliran dan deformasi ada 2 yaitu Sistem Newton
dan Sistem Non-Newton.
Sistem Newton
Viskositas mula-mula diselidiki oleh Newton, yaitu dengan mensimulasikan zat cair
dalam bentuk tumpukan kartu seperti pada gambar berikut :

Zat cair diasumsikan terdiri dari lapisan-lapisan molekul yang sejajar satu sama lain.
Lapisan terbawah tetap diam, sedangkan lapisan di atasnya bergerak dengan
kecepatan konstan, sehingga setiap lapisan akan bergerak dengan kecepatan yang
berbanding langsung dengan jaraknya terhadap lapisan terbawah yang tetap.
Perbedaan kecepatan (dv) antara dua lapisan yang dipisahkan dengan jarak (dx)
adalah (dv/dx) atau kecepatan geser (rate of share). Sedangkan gaya satuan luas yang
dibutuhkan untuk mengalirkan zat cairan tersebut adalah (F/A) atau Shearing stress.
F'/A= dv/dx atau =(F'A)/(dvdx)
Viskositas () merupakan perbandingan antara Shearing stress (F/A) dan Rate of
shear (dv/dx). Satuan viskositas adalah poise atau dyne detik cm -2.
Cairan Newton adalah cairan yang mengikuti hukum Newton di mana nilai shearing
stress sebanding dengan nilai rate of shear (kecepatan geser), sehingga viskositasnya
tetap pada suhu ddan tekanan tertentu dan tidak tergantung kepada kecepatan geser,
jadi viskositasnya cukup ditentukan pada satu kecepatan geser.

Besarnya Rate of shear sebanding dengan Shearing stress.


Sistem Non-Newton
Hampir seluruh sistem dispersi termasuk sediaan-sediaan farmasi yang berbentuk
emulsi,suspensi, dan sediaan setengah padat tidak mengikuti hukum Newton.
Viskositas cairan semacam ini bervariasi pada setiap kecepatan geser, sehingga untuk

mengetahui sifat alirannya dilakukan pengukuran pada beberapa kecepatan geser.


Untuk menentukan viskositasnya dipergunakan viskometer rotasi Stormer.
Berdasarkan grafik sifat alirannya (rheogram), cairan Non-Newton terbagi dalam dua
kelompok, yaitu :
Cairan yang sifat alirannya tidak dipengaruhi waktu (kurva naik berhimpit dengan
kurva turun). Kelompok ini terbagi atas tiga jenis, yakni :
Aliran Plastik
Kurva aliran plastik tidak melalui titik (0,0) tapi memotong sumbu shearing stress
(atau akan memotong jika bagian lurus dari kurva tersebut diekstrapolasikan ke
sumbu) pada suatu titik tertentu yang dikenal dengan sebagai harga yield. Cairan
plastik tidak akan mengalir sampai shearing stress dicapai sebesar yield value
tersebut. Pada harga stress di bawah harga yield value, zat bertindak sebagi bahan
elastis (meregang lalu kembali ke keadaan semula, tidak mengalir).
U=([(F'(A)-f]))/(dvdx)
Di mana :
U = viskositas plastik
f = yield value

Kurva aliran plastik


Aliran Pseudoplastik
Aliran pseudoplastik ditunjukkan oleh beberapa bahan farmasi yaitu gom alam dan
sisntesis seperti dispersi cair dari tragacanth, natrium alginat, metil selulosa, dan
natrium karboksimetil selulosa. Aliran pseudoplastik diperlihatkan oleh polimerpolimer dalam larutan, hal ini berkebalikan dengan sistem plastik, yang tersusun dari
partikel-partikel tersuspensi dalam emulsi. Kurva untuk aliran pseudoplastis dimulai
dari (0,0) , tidak ada yield value, dan bukan suatu harga tunggal.

Kurva aliran pseudoplastik

Aliran Dilatan
Aliran dilatan terjadi pada suspensi yang memiliki presentase zat padat terdispersi
dengan konsentrasi tinggi. Terjadi peningkatan daya hambat untuk mengalir
(viskositas) dengan meningkatnya rate of shear. Jika shearing stress dihilangkan,
suatu sistem dilatan akan kembali ke keadaan fluiditas aslinya.

Kurva aliran dilatan


Cairan yang sifat alirannya dipengaruhi waktu (kurva naik tidak berhimpit dengan
kurva turun). Kelompok ini terbagi atas tiga jenis, yakni :
Aliran Tiksotropik
Pada aliran tiksotropik, kurva menurun berada di sebelah kiri kurva naik. Fenomena
ini umumnya dijumpai pada zat yang mempunyai aliran plastik dan pseudoplastik.
Kondisi ini disebabkan karena terjadinya perubahan struktur yang tidak segera
kembali ke keadaan semula pada saat tekanan geser diturunkan. Sifat aliran semacam
ini umumnya terjadi pada partikel asimetrik (misalnya polimer) yang memiliki
banyak titik kontak dan tersusun membentuk jaringan tiga dimensi. Pada keadaan
diam, sistem akan membentuk gel dan bila diberi tekanan geser, gel akan berubah
menjadi sol.

Kurva aliran tiksotropik


Aliran Rheopeksi
Pada aliran rheopeksi, kurva menurun berada di sebelah kanan kurva naik. Hal ini
terjadi karena pengocokan perlahan dan teratur akan mempercepat pemadatan suatu
sistem dilatan. Bentuk keseimbangan aliran rheopeksi adalah gel.

Kurva aliran rheopeksi


Aliran Antitiksotropik
Bila dilakukan pengukuran dengan penambahan dan penurunan tekanan geser secara
berulang-ulang pada sistem ini akan diperoleh suatu viskositas yang terus bertambah
sampai akhirnya suatu saat akan konstan.

Kurva aliran antitiksotropik


Metoda Penentu Viskositas Dan Rheologi
Viskosimeter Satu Titik
Viskosimeter ini bekerja pada titik kecepatan geser, sehingga hanya dihasilkan satu
titik pada rheogram. Ekstrapolasi dari titik tersebut ke titik nol akan menghasilkan
garislurus. Alat ini hanya dapat digunakan untuk menentukan viskositas cairan
Newton.Yang termasuk dalam jenis ini misalnya viskosimeter kapiler, bola jatuh,
penetrometer, plate plastometer ,dll.
Viskosimeter Titik Ganda
Dengan viskosimeter ini dapat dilakukan pengukuran pada beberapa harga kecepatan
geser sehingga diperoleh rheogram yang sempurna. Viskosimeter jenis ini dapat juga
digunakan baik untuk menentukan viskositas dan rheologi cairan Newton maupun
Non-Newton. Yang termasuk ke dalam jenis viskosimeter ini adalah viskosimeter
rotasi tipeStromer, Brookfield, Rotovisco, dll.
Alat Penentu Viskositas Dan Rheologi
Viskometer Hoeppler (Bola Jatuh)
Prinsip dari alat ini yaitu suatu bola gelas atau bola besi jatuh ke bawah dalam suatu
tabung gelas yang hampir vertikal, mengandung cairan yang diuji pada temperatur
konstan. Laju jatuhnya bola yang mempunyai kerapatan dan diameter tertentu adalah
kebalikan fungsi viskositas sampel tersebut dapat dihitung dengan rumus :
= t (Sb St) . B
Dimana :
= viskositas (poise)
t = waktu interval dalam detik

Sb = berat jenis dari bola


St = berat jenis dari cairan
B = konstanta untuk bola tertentu

Gambar : alat viscometer hoeppler


Viskometer rotasi (cup dan bob)
Dalam viskometer cup (mangkuk silinder) dan bob (silinder pemutar), sampel digeser
dalam ruangan di antara dinding luar dari bob dan dinding dalam dari cup di mana
bob masuk persis ditengah-tengahnya. Ada bermacam-macam alat tipe ini, yang
perbedaannya terutama terletak pada putaran bob yang dihasilkan oleh cup atau
bobnya sendiri yang berputaran. Dalam viskometer tipe couette, cupnya yang
berputar. Tarikan sampel yang kental pada bob menyebabkannya berputar. Resultan
putarannya berbanding lurus dengan viskositas sampel.
Viskometer Mac Michael adalah salah satu contoh dari alat tersebut di atas.
Viskometer tipe Searle mempunyai prinsip cup-nya diam dan bob-nya berputar.
Putaran yang dihasilkan oleh tarikan sistem yang kental yang diteliti pada umumnya
diukur dengan satuan per atau sensor dalam batang penggerak yang berhubungan
dengan bob. Contoh alat yang mempunyai prinsip demikian adalah Viskometer
Rotovisco. Alat tersebut juga dapat dimodifikasikan agar bekerja sebagai suatu alat
cone and plate. Viskometer yang populer yang kerjanya berdasarkan prinsip Searle
adalah alat Stormer dan Brookfield.
Monografi Zat Aktif
Zat aktif yang digunakan pada saat praktikum adalah Gliserin, dengan monografi
sebagai berikut (Farmakope Indonesia, Ed. IV, 1995. Hal 413) :
GLYCEROLUM
Gliserin
CH2OH CHOH - CH2OH
Gliserol [56-81-5]
C3H8O3 BM 92,09
Gliserin mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 101,0% C3H8O3

Pemerian Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna; rasa manis; hanya boleh berbau
khas lemah (tajam atau tidak enak). Higroskopik; netral terhadap lakmus.
Kelarutan Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol; tidak larut dalam
klorofrom, dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak menguap.

Bobot jenis <981> Tidak kurang dari 1,249


Penetapan kadar Larutan natrium periodat Larutkan 60g natrium metaperiodat P
dalam air yang mengandung 120 ml asam sulfat 0,1N hingga volume 1000 mL. tidak
boleh dipanaskan. Jika larutan tidak jernih, sering melalui kaca masir. Simpan larutan
dalam wadah tidak tembus cahaya, bersumbat kaca.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Zat aktif yang digunakan pada saat praktikum adalah Propilen Glikol, dengan
monografi sebagai berikut (Farmakope Indonesia, Ed. IV, 1995. Hal 712) :
PROPYLENGLYCOLUM
Propilen Glikol
CH3CH(OH)CH2OH
1,2-propanadiol ( 57-55-6 )
C3H8O2 BM 76.09
Propilen glikol mengandung tidak kurang dari 99.5 % C3H8O2
Pemerian Cairan kental,jernih,tidak berwarna;rasa khas;praktis tidak
berbau;menyerap air pada udara lembab.
Kelarutan Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, da dengan kloroform; larut
dalam eter dan beberapa minyak esensial;tetapi tidak dapat bercampur dengan
minyak lemak.
Bobot jenis <981> Antara 1,035 dan 1,037.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi gas seperti yang
tertera pada Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi dengan detector

konduktivitas panas, dan kolom 1 m x 4 mm berisi bahan pengisi 5% G16 pada


partikel penyangga S5. Suhu injector dan defector, berturut-turut 240o, 250o, dan
kenaikan suhu kolom diatur rata-rata 5o per menit mulai dari 120o hingga 200o;
gunakan helium P sebagai gas pembawa. Waktu retensi untuk propilen glikol lebih
kurang 5,7 menit dan untuk ke 3 isomer dipropilen glikol, jika ada, berturut-turut
lebih kurang 8,2 menit, 9,0 menit, dan 10,2 menit.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Zat aktif yang digunakan pada saat praktikum adalah Karboksimetilselulosa Natrium,
dengan monografi sebagai berikut (Farmakope Indonesia, Ed. IV, 1995. Hal 175) :
CARBOXYMETHYLCELLULOSUM NATRIUM
Karboksimetilselulosa Natrium
Garam selulosa karboksimetil eter natrium [9004-32-4]
Karboksimetilselulosa Natrium adalah garam natrium dari polikarboksimetil eter
selulosa, mengandung tidak kurang dari 6,5% dan tidak lebih dari 9,5%, natrium (Na)
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian Serbuk atau granul, putih sampai krem; higroskopik.
Kelarutan Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloidal; tidak larut dalam
etanol, dalam eter dan dalam pelarut organic lain.
pH <1071> Antara 6,5 dan 8,5; lakukan penetapan menggunakan larutan (1 dalam
100).
Penetapan kadar Timbang seksama lebih kurang 500 mg, larutkan dalam 80 ml asam
asetat glacial P, panaskan di atas tangan air mendidih selama 2 jam, dinginkan hingga
suhu kamar dan titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV, tetapkan titik akhir secara
potensiometrik
1 ml asam perklorat o,1 N setara dengan 2,299 mg Na
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Zat aktif yang digunakan pada saat praktikum adalah Serbuk Gom Arab,
denganmonografi sebagai berikut (Farmakope Indonesia, Ed. IV, 1995. Hal 175) :
PULVIS GUMMI ACACIAE

Serbuk Gom Akasia


Serbuk Gom Arab
Serbuk Gom Akasia adalah Gom Akasia dalam bentuk serbuk.
Pemerian Serbuk, putih atau putih kekuningan; tidak berbau.
Kelarutan Larut hamper sempurna dalam air, tetapi sangat lambat, meninggalkan sisa
bagian tanaman dalam jumlah sangat sedikit, dan memberikan cairan seperti
musilago, tidak berwarna merah atau kekuningan, kental, lengket, transparan, bersifat
asam lemah terhadap kertas lakmus biru; praktis tidak larut dalam etanol dan dalam
eter.
Identifikasi Agar dan gom sterkulia, Agar dan tragakan, Pati dan destrin, Sakarosa
dan fruktosa, Tanin, Zat tidak larut, Susut Pengeringan, Sisa pemijaran Memenuhi
syarat yang tertera pada Gom Akasia.
Batas mikroba <51> Tidak boleh mengandung Escherichia coli; lakukan penetapan
menggunakan 1,0 g.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik

Alat dan Bahan


Alat :
Gelas ukur 100 ml.
Viskometer Hoeppler.
Brookfield.
Spatula.
Piknometer.
Neraca Analitik.
Batang Pengaduk.
Penangas air.
Beaker glass 500 ml.
Kertas perkamen.
Stopwatch.
Mortir dan Stamper.
Corong kaca.
Botol semprot.

Bahan :
Gliserin.
Propylenglikol.
Sirupus simpleks.
CMC 1 %.
PGA 1%.
Aquadest.
Perhitungan dan Penimbangan
Perhitungan bahan
Sirupus simpleks = glukosa 65 gram + air 35 gram
CMC (Carboksil Metil Celulosa) 1 % = 5 gram CMC + 500 ml air
PGA (peteroyl glutamic acid) 1 % = 5 gram PGA + 500 mL air
Penimbangan bahan
Massa piknometer = 17,7 gram
Massa propylenglikol = 44,18 gram
Massa air = 42,66 gram
Massa sirupus simpleks = 49,233gram
Massa gliserin = 44,65 gram
Perhitungan bobot jenis
Gliserin = (44,65 -17,7)/(42,66-17,7)=1,0797 gram/cm3
Propylenglikol = (44,18-17,7)/(42,66-17,7)=1,061 gram/cm3
Sirupus simpleks = (49,233-17,7)/(42,66-17,7)=1,263 gram/cm3
Perhitungan viskositas pada bola jatuh
Rumus umum
= t ( Bj bola + Bj cairan) B
Gliserin
= 113, 04 (8,1 1,0797) 0,7
= 555, 5 cP
Propilenglikol
= 129, 5 (2,2 1,061) x 0,09
= 13, 275 cP
Sirupus simpleks
= 119, 78 x (2,2 1,263) x 0,09
= 10, 10 cP
Prosedur Kerja
Viscometer Hoeppler ( Bola Jatuh)
Dengan menggunakan viskometer Hoeppler, tentukan viskositas mutlak dari
bermacam-macam cairan Newton.

Diisi dengan cairan yang akan diukur viskositasny sampai hampir penuh.
Masukan bola yang sesuai.
Cairan ditambahkan sampai penuh dan tutup sehingga tidak terdapat gelembung
udara.

Dikembalikan bola ke posisi semula dengan cara membalikkan tabung.


Dicatat waktu tempuh bola melalui tabung mulai garis m1 sampai m3 dalam detik.
Ditentukan bobot jenis (BJ) cairan denganmenggunakan piknometer.

Catatan : Waktu pengukuran yang terbaik adalah minimum 30 detik dan maksimum
500 detik. Oleh karena itu perlu dilakukan bola yang cocok terlebih dahulu.
Viskositas Brookfield

Diturunkan sedemikian rupa, sehingga batas spindel tercelup ke dalam cairan yang
akan diukur viskositasnya.
Dipasangkan stop kontak.
Dihidupkan motor sambil menekan tombol

Dicatat angka viskositas yang tertera pada alat.


Dengan mengubah-ubah rpm, akan diperoleh viskositas cairan pada berbagai rpm.

Hasil Pengamatan
1. Viskometer Hoeppler (Bola Jatuh)
Cairan Jenis Bola D b c B T
Gliserin Nikon Iron Alloy 15,0 8,1 1,0979 0,7 113,04 555,5
Propilenglikol Boron Sillica Glass 15,3 2,2 1,061 0,09 129,5 13,275
Sirupus Simplex Boron Sillica Glass 15,3 2,2 1,263 0,09 119,78 10,10
2. Viskometer Brookfield

Gliserin
Spindle rpm
62 20 441 cP
30 444 cP
50 448,2 cP
60 448, 5 cP
100 E
63 20 390 cP
30 404 cP
50 410 cP
60 408 cP
100 420 cP
64 20 210 cP
30 300 cP
50 400 cP
60 370 cP
100 420 cP
PGA 1%
Spindle rpm
62 20 0 cP
30 0 cP
50 0 cP
60 4,5 cP
100 9,3 cP
63 20 0 cP
30 0 cP
50 0 cP
60 0 cP
100 7 cP
64 20 0 cP
30 0 cP
50 0 cP
60 0 cP
100 0 cP
CMC Na 1 %
Spindle rpm
62 20 96cP
30 120 cP
50 136,2 cP

60 130 cP
100 125,7 cP
63 20 96 cP
30 120 cP
50 120 cP
60 122 cP
100 131 cP
64 20 0 cP
30 120 cP
50 160 cP
60 170 cP
100 198 cP
GRAFIK
Gliserin
Spindel 62
Spindle 63
Spindle 64
Propilenglikol
Spindle 62

Spindle 63
Spindle 64
CMC Na 1%
Spindle 62
Spindle 63
Spindle 64
Pembahasan
Viskositas adalah ukuran resistensi zat cair untuk mengalir. Viskositas dapat
berpengaruh pada formulasi sediaan-sediaan farmasi, misalnya pada sediaan suspensi,
tidak boleh terlalu kental (viskositas tinggi) sehingga menyebabkan suspensi sulit

dituangkan. Hal ini dapat menyebabkan distribusi zat aktif tidak merata pada seluruh
cairan dan keterimaan pasien juga rendah.
Viskometer Bola Jatuh
Pada praktikum ini, dilakukan percobaan mengenai viskositas dari berbagai larutan,
yaitu gliserin, propilen glikol, sirupus simpleks, PGA dan CMC Na 1%. Percobaan ini
menggunakan alat viskometer bola jatuh atau viskometer Hoeppler. Viskometer ini
digunakan untuk cairan yang mengikuti hukum Newton yaitu viskositasnya tetap
pada suhu dan tekanan tertentu dan tidak bergantung pada kecepatan geser (Astuti
dkk., 2007).
Pengaruh Bobot Jenis terhadap Viskositas
Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dihitung viskositas dari tiap larutan. Setelah
dilakukan perhitungan data diperoleh bahwa vikositas tertinggi hingga terendah
berturut-turut adalah gliserin, propilenglikol,dan sirupus simpleks. Sedangkan bobot
jenis tertinggi adalah Sirupus simpleks, gliserin dan propilenglikol. Bobot jenis dapat
mempengaruhi waktu tempuh bola untuk melalui 2 titik pada tabung, semakin tinggi
berat jenis, maka waktu yang ditempuh bola akan semakin cepat. Hasil percobaan
menunjukkan kesesuaian dengan literature, dimana sirupus simpleks yang bobot
jenisnya lebih kecil dibandingkan dengan gliserin dan propilenglikol memiliki waktu
tempuh yang paling lama yaitu 119, 78 detik.
Viskositas bola bergantung pada waktu tempuh bola dan jenis bola yang digunakan.
Pada percobaan nilai viskositas paling tinggi adalah nilai viskositas gliserin, dan
gliserin waktu tempuhnya lebih cepat dibandingkan zat lain. Sehingga semakin lama
waktu temmpuh, maka viskositasnya semakin bsar, tetapi dipengaruhi oleh jenis bola
yang digunakan.
Viskometer Brookfield
Dalam pengukuran viskometer titik ganda dengan viskometer Brookfield
menggunakan cairan ( larutan ) gliserin, CMC Na dan PGA. Dari hasil percobaan
cairan gliserin merupakan cairan Newton, karena gliserin memiliki viskositas konstan
pada suhu dan tekanan konstan. Viscometer Brookfield ini dapat digunakan untuk
cairan newton dan non newton. Gliserin merupakan cairan newton, sedangkan PGA
dan CMC merupakan cairan non newton karena viskositasnya brbeda pada setiap
kecepatan geser.
Pengaruh Putaran (rpm) terhadap viskositas
Pada percobaan ini, digunakan kecepatan putar yang berbeda-beda, yaitu dari mulai
20, 30, 50, 60 dan 100 rpm. Setelah dilakukan prcobaan pada larutan gliserin, sesuai
dengan litratur, dimana semakin tinggi nilai rpm maka nilai viskositasnya semakin
besar. Pada spindle 62 mulai dari rpm 20, 30, 50, 60 dan 100 viskositas secara
berturut-turut adalah 441, 444, 448,2, 448, 5 cP. Pada rpm 100 alat , menunjukkan
error, hal tersebut berarti alat tidak dapat membaca nilai viskositas pada kecepatan

100 rpm dan spindle 62, sehingga dapat dilakukan perubahan kecepatan atau
perubahan spindle. Pada spindle 63 dengan kecepatan 20. 30, 50, 60 dan 100
viskositas secara berturut-turut adalah 390, 404, 410, 408, 420 cP. Terdapat kesalahan
pada kecepatan 60 dimana nilai viskositas yang harusnya meningkat malah menurun,
hal tersebut bias terjadi karena pengaruh salah pembacaan nilai viskositas ataupun
salah dalam penggunaan alat. Pada spindle 64 dengan kecepatan 20. 30, 50, 60 dan
100 viskositas secara berturut-turut adalah 210, 300, 400, 370, dan 420 cP. Sama
halnya seperti pada spindle 63, pada spindle 64 terdapat kesalahan pada kecepatan 60
dimana nilai viskositas yang harusnya meningkat malah menurun.
Pada larutan PGA setelah dilakukan pengukuran nilai viskositas didapat hasil yang
sangat kecil. Viskositas larutan banyak yang menunjukkan nilai 0 dan viskositas
paling tinggi berada pada kecepatan 100 rpm pada spindle 62 yaitu 9,3 cP. Hal
tersebut terjadi karena larutan PGA memang jenis larutannya sangat encer, sehingga
nilai viskositasnya kecil.
Pada larutan CMC terjadi ksesuaian antara literature dengan hasil percobaan, dimana
semakin tinggi kecepatan putar (rpm), maka nilai viskositas semakin besar.
Pengaruh Spindel terhadap Kecepatan Putar
Pada percobaan ini, digunakan nomor spindle yang berbeda-bda, yaitu mulai dari
nomor 62, 63, dan 64. Semakin tinggi nomor spindle, maka semakin besar alat
pemutarnya dan berpengaruh terhadap nilai kecepatan putar (rpm).
Semakin besar spindle, maka semakin besar gaya yang diperlukan untuk memutar
alat, sehingga kecepatan putar menurun dan nilai viskositas juga menurun. Hasil
prcobaan menunjukkan kesesuaian dengan literature, dimana nilai viskositas pada
spindle nomor 62 lebih besar daripada nilai viskositas pada spindle 63 dan 64.
Sifat Aliran Cairan
Berdasarkan grafik sifat alirannya, maka cairan yang non newton dibagi menjadi 2
yaitu cairan yang sifat alirannya tidak dipengaruhi waktu (aliran plastikn aliran
pseudoplastik, dan aliran dilatan) serta cairan yang sifat alirannya dipengaruhi waktu
(aliran tiksotropik, rheopeksi, dan antitiksotropik).
Larutan gliserin merupakan cairan newton yang tidak memiliki sifat alir, sedangkan
PGA dan CMC merupakan cairan non newton yang memilik sifat alir. Pada larutan
PGA setelah grafiknya dibandingkan dengan literature ternyata sifat alirannya adalah
tidak dipengaruhi waktu yaitu aliran plastic. Pada aliran plastic, nilai viskositas
berbanding lurus dengan nilai rpm, tetapi pada awalnya konstan dan kemudian
grafiknya naik.

Grafik aliran plastic pada PGA hasil grafik aliran plastik


Percobaan dari literature
Pada larutan CMC setelah grafiknya dibandingkan dengan literature ternyata larutan

CMC sifat alirannya juga tidak dipengaruhi waktu yaitu aliran dilatan. Dimana
semakin tinggi nilai rpm, nilai viskositas juga semakin meningkat.

Grafik aliran dilatan CMC Grafik aliran dilatan dari literatur


Hasil percobaan

Kesimpulan
Alat yang digunakan untuk mengukur viskositas dan rheologi pada paraktikum adalah
viskometer hoeppler dan brookfield.
Gliserin merupakan larutan Newton karena memiliki nilai viskositas yang konstan
dan nilai viskositas tertinggi dibandingkan dengan propilenglikol dan sirupus
simpleks, dan dipengaruhi oleh suhu dan tekanan tertentu.
Larutan CMC Na merupakan larutan Non-Newton karena memiliki nilai viskositas
tidak konstan yang dipengaruhi oleh suhu dan tekanan tertentu dan merupakan aliran
dilatan karena dilihat dari grafik.
Larutan PGA tidak dapat diketahui jenis larutan Newton atau Non-Newton karena
nilai viskositasnya tidak diketahui dengan menggunakan alat Brookfield.
Semakin tinggi bobot jenis, maka waktu tempuh bola semakin kecil.
Semakin tinggi nilai kecepatan putar (rpm), maka viskositas semakin besar.
Semakin besar spindle, maka kecepatan putar semakin lambat.
Sifat aliran pada PGA adalah aliran plastic.
Sifat aliran CMC adalah aliran dilatan.

Daftar Pustaka

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan RI


Lecture Note Rheologi by Dr. rer.nat. Sundani Nurono Soewandhi, School of
Pharmacy ITB.
Astuti, K.W., M.P. Susanti, I.M.A.G. Wirasuta, dan I.N.K. Widjaja. 2007.Petunjuk
PraktikumFarmasi Fisik. Jimbaran : Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
PengetahuanAlam Univesitas Udayana.
http://farmasiforyou.wordpress.com/2011/04/30/rheologi/ diakses pada tanggal 13
mei 2011.

Reologi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Reologi adalah studi mengenai aliran materi, terutama ketika dalam kondisi
cair, namun juga benda padat dan semi padat ketika respon yang ditunjukan
berupa aliran plastis dan bukan deformasi secara elastis ketika gaya
diaplikasikan.[1] Ilmu ini mengacu pada zat yang memiliki struktur mikro
yang kompleks, seperti lumpur,suspensi, polimer, dan kaca, juga bahan lain
seperti cairan tubuh (misal darah) dan bahan biologis lainnya yang masuk
ke dalam kategori benda semi-padat.
Fluida Newtonian dapat dicirikan dengan koefisien viskositas tunggal pada
temperatur tertentu. Meski viskositas berupah seiring dengan perubahan
temperatur, fluida Newtonian tidak mengalami perubahan regangan ratarata. Hanya sebagian kecil fluida yang menunjukan sifat viskositas konstan
seperti fluida Newtonian. Sebagian besar fluida, yang disebut dengan fluida
non-Newtonian, menunjukan sifat perubahan viskositas seiring dengan
perubahan regangan-rata-rata (disebut dengan viskositas relatif).
Reologi secara umum memperhitungkan sifat fluida non-Newtonian dengan
mencirikan sejumlah fungsi yang dibutuhkan untuk menghubungkan
tegangan dengan perubahan regangan. Seperti contoh, saus tomat dapat
mengalami perubahan viskositas dengan mengaduknya, di mana perubahan
relatif dari lapisan-lapisan yang berbeda di dalam bahan menyebabkan
pengurangan viskositas. Hal ini tidak ditemukan pada air.

Sir Isaac Newton adalah yang pertama kali mengkonsepkan viskositas


sehingga studi mengenai cairan yang memiliki regangan yang bergantung
pada viskositas disebut dengan mekanika fluida non-Newtonian. [1]
Istilah reologi pertama kali digunakan oleh Eugene C. Bingham,
professor Lafayette College pada tahun 1920, berdasarkan saran dari
koleganya, Markus Reiner.[2][3]
Karakterisasi eksperimental dari sifat reologi suatu bahan disebut
dengan reometri.

You might also like