You are on page 1of 13

1.

1 Definisi Apendisitis
Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat
sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran
umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan
oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. (Anonim, Apendisitis,
2007).
Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan
rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001).
Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat
sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran
umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan
oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. (Anonim, Apendisitis,
2007).

1.2 Etiologi Apendisitis


Appendiksitis disebabkan oleh penyumbatan lumen appendik oleh hyperplasia Folikel
lympoid Fecalit, benda asingstriktur karena Fibrasi karena adanya peradangan sebelumnya
atau neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mucus yang memproduksi mukosa
mengalami bendungan. Namun elastisitas dinding appendik mempunyai keterbatasan
sehingga menyebabkan tekanan intra lumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan
menghambat aliran limfe yang akan menyebabkan edema dan ulserasi mukosa. Pada saat
inilah terjadi Appendiksitis akut local yang ditandai oleh adanya nyeri epigastrium. Penyebab
lain yang muncul :
1. Adanya benda asing seperti biji bijian, Seperti biji Lombok, biji jeruk dll
2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan streptococcus
3. Laki laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15 30 tahun (remaja
dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada masa tersebut.
4. Tergantung pada bentuk appendiks
5. Appendik yang terlalu panjang
6. Messo appendiks yang pendek
7. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks
8. Kelainan katup di pangkal appendiks
1.3 Patofisiologi
Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat
kemungkinan oleh fekolit (massa keras dari faeces) atau benda asing. Proses inflamasi
meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat
secara progresif, dalam beberapa jam terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari
abdomen. Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus.
Penyebab utama appendiksitis adalah obstuksi penyumbatan yang dapat disebabkan oleh
hiperplasia dari polikel lympoid merupakan penyebab terbanyak adanya fekalit dalam lumen
appendik. Adanya benda asing seperti : cacing,striktur karenan fibrosis akibat adanya
peradangan sebelunnya.Sebab lain misalnya : keganasan ( Karsinoma Karsinoid ).
Obsrtuksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa terbendung, makin
lama mukus yang terbendung makin banyak dan menekan dinding appendiks oedem serta
merangsang tunika serosa dan peritonium viseral. Oleh karena itu persarafan appendiks sama
dengan usus yaitu torakal X maka rangsangan itu dirasakan sebagai rasa sakit disekitar

umblikus.
Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah, kemudian timbul
gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu, peradangan yang timbul meluas dan
mengenai peritomium parietal setempat, sehingga menimbulkan rasa sakit dikanan bawah,
keadaan ini disebut dengan appendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan ini disebut dengan
appendisitis gangrenosa. Bila dinding apendiks yang telah akut itu pecah, dinamakan
appendisitis perforasi. Bila omentum usus yang berdekatan dapat mengelilingi apendiks yang
meradang atau perforasi akan timbul suatu masa lokal, keadaan ini disebut sebagai
appendisitis abses. Pada anak anak karena omentum masih pendek dan tipis, apendiks yang
relatif lebih panjang , dinding apendiks yang lebih tipis dan daya tahan tubuh yang masih
kurang, demikian juga pada orang tua karena telah ada gangguan pembuluh darah, maka
perforasi terjadi lebih cepat.Bila appendisitis infiltrat ini menyembuh dan kemudian
gejalanya hilang timbul dikemudian hari maka terjadi appendisitis kronis.

1.4 Klasifikasi Apendisitis


Klasifikasi Apendisitis ada 2 :
1. Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah
sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk
nanah.
2. Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh
akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring, biasanya
ditemukan pada usia tua.

1.5 Manifestasi Klinis Apendisitis


Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari :
1. Mual, muntah
2. Nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara mendadak dimulai di
perut sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan muntah. Setelah beberapa jam,
rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke perut kanan bagian bawah. Jika dokter menekan
daerah ini, penderita merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa
bertambah tajam. Demam bisa mencapai 37,8-38,8 Celsius.
3. Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian perut.
4. Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri
tumpulnya tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi berat.
Infeksi yang bertambah buruk bisa menyebabkan syok. (Anonim, Apendisitis, 2007)

1.6 Penatalaksanaan Apendisitis


Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan. Antibiotik dan cairan
IV diberikan sampai pembedahan dilakukan. analgesik dapat diberikan setelah diagnosa

ditegakkan. Apendektomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan sesegera


mungkin untuk menurunkan resiko perforasi.
Apendektomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi abdomen
bawah atau dengan laparoskopi, yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif. Konsep
Asuhan Keperawatan Sebelum operasi dilakukan klien perlu dipersiapkan secara fisik
maupun psikis, disamping itu juga klien perlu diberikan pengetahuan tentang peristiwa yang
akan dialami setelah dioperasi dan diberikan latihan-latihan fisik (pernafasan dalam, gerakan
kaki dan duduk) untuk digunakan dalam periode post operatif. Hal ini penting oleh karena
banyak klien merasa cemas atau khawatir bila akan dioperasi dan juga terhadap penerimaan
anastesi.

1.7 Komplikasi Apendisitis


1. Perforasi dengan pembentukan abses
2. Peritonitis generalisata
3. Pieloflebitis dan abses hati, tapi jarang

PANDUAN PENGISIAN FORMAT PENGKAJIAN


ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DEWASA
IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. L No. Reg : 159000
Umur : 43 Tahun
Tgl. MRS : 14-1-2013
Jenis Kelamin : P
Diagnosis medis : Appendisistis
Suku/Bangsa :
Tgl Pengkajian: 15-1-13 (11.00)
Agama :

Pekerjaan :
Pendidikan :
Alamat :

I. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)


Keluhan utama :
Nyeri pada perut bagian bawah kanan
1.1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien merasa badannya panas dan perut sebelah kanannya nyeri kemudian pasien berobat ke
perawat desa tempat pasien tinggal. Dari perawat desa pasien diberi obat pencahar melalui
rute rectal, karena kondisi pasien masih tetap sama pasien dianjurkan oleh perawat desa untuk
USG di Persada hasil USG adalah pasien (+) menderita Appendisitis. Setelah pasien selesai
USG pasien dirujuk ke RSUD jombang.
Pada tanggal 14-1-13 pasien MRS di IGD RSUD Jombang, di IGD pasien diberi tindakan
infus dan obat analgetik, setelah 2 jam pasien pindah ke ruang Mawar, diruang mawar pasien
diberi obat ranitidin, ceftriaxone dan cairan infus.
Provokatif : nyeri ditimbulkan dari peradangan pada appendisitis
Qualitas : nyeri seperti tertusuk-tusuk
Regio : kuadaran IV, pada titik Mc Burney
Skala : 5
Time : hilang timbul
Upaya yang telah dilakukan : Pasien berobat pada perawat desa
Terapi/operasi yang pernah dilakukan : Pemeriksaan USG
1.2. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Penyakit berat yang pernah diderita : pasien memiliki sesak
Obat-obat yang biasa dikonsumsi
: pasien biasanya mengonsumsi obat asma saat
penyakitnya kambuh
Kebiasaan berobat
: pasien berobat pada tenaga kesehatan
Alergi ( makanan, minuman, obat, udara, debu, hewan) sebutkan : pasien alergi pada baubauan yang menyengat.
1.3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Sebelumnya pada keluarga pasien tidak ada penyakit menular dan tidak ada penyakit
keturunan.
1.4. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Letak rumah pasien berada didekat sungai, jika sewaktu-waktu terdapat sampah yang
memenuhi sungai dan menimbulkan bau tidak sedap pasien akan mengalami serangan asma.
PEMERIKSAAN FISIK
1.5. Tanda-tanda Vital, TB dan BB :
S : hangat
N : 80x/menit ( teratur, kuat)
TD : 120/100mmHg (lengan kanan, berbaring)
RR : 30x/menit (regular)
1.6. PEMERIKSAAN PER SISTEM
A. Sistem Pernapasan
Anamnesa : Pasien biasanya batuk tidak produktif
Hidung:

Inspeksi: Nafas cuping hidung tidak ada, Secret / ingus tidak ada, oedem pada mukosa tidak
ada, kebersihan bersih, deformitas tidak ada, pemberian O2 tidak ada.
Palpasi: nyeri tekan tidak ada, fraktur tulang nasal tidak ada.
Mulut
Inspeksi : mukosa bibir tidak sianosis, Alat bantu nafas ETT tidak ada.
Sinus paranasalis
Inspeksi : pemeriksaan sinus paranasalis normal
Palpasi : nyeri tekan tidak ada

Leher
Inspeksi : trakheostomi tidak ada
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, adanya massa tidak ada, pembesaran kelenjar limfe tidak ada,
posisi trachea di tengah.
Faring :
Inspeksi : kemerahan tidak ada, oedem / tanda-tanda infeksi tidak ada
Area dada:
Inspeksi: pola nafas teratur, penggunaan otot Bantu pernafasan tidak ada,pergerakan dada
simetris, waktu inspirasi ekspirasi (rasio inspirasi : ekspirasi normal), trauma dada tidak ada,
pembengkakan tidak ada.
Palpasi: nyeri tekan tidak ada, bengkak tidak ada.
Auskultasi : Suara nafas tambahan tidak ada
B. Cardiovaskuler Dan Limfe
Anamnesa: nyeri dada tidak ada, sesak saat mencium bau menyengat
Wajah
Inspeksi : sembab(-), pucat(-), sianosis(-), pembuluh darah mata pecah(-), konjungtiva
anemis.
Leher
Inspeksi : bendungan vena jugularis tidak ada
Palpasi : Arteri carotis communis(-)
Dada
Inspeksi : bentuk dada simetris, odema tidak ada.
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : bunyi jantung normal ( BJ 1 dan BJ 2) tidak ada kelainan bunyi jantung.
Ekstrimitas Atas
Inspeksi : sianosis(-), clubbing finger(-)
Palpasi : CRT kembali kurang dari 2 detik, suhu akral hangat
Ekstrimitas Bawah
Inspeksi : Varises(-), sianosis(-), clubbing finger(-), oedem(-)
Palpasi : CRT kembali kurang dari 2 detik, suhu akral hangat, oedemq(-)
C. Persyarafan
Anamnesis : Pada pasien tidak mengalami nyeri kepala berputar-putar,nyeri kepala
sebelah,hilang keseimbangan, mual dan muntah, perubahan berbicara, dan tremor.
Pemeriksaan nervus (diperiksa jika ada indikasi dengan kelainan persyarafan):
1. Uji nervus I olfaktorius ( pembau)
Pasien dapat membedakan bau-bau yang menyengat dan tidak menyengat (seperti minyak
kayu putih,parfum dan kopi).

2. Uji nervus II opticus ( penglihatan)


Pada pasien pandangan sudah agak kabur dikarenakan faktor usia.
Jarak pandangan antara 20-30cm.
3. Uji nervus III oculomotorius
Pada pasien tidak terdapat oedema kelopak mata,tidak terdapat sklera mata jauh,bola mata
menonjol dan celah mata sempit,tetapi pasien konjungtiva matanya anemis.
4. Nervus IV toklearis
Pasien diperiksa pupilnya normal dan refleks pupilnya normal pada saat diberi sinaran oleh
cahaya.
5. Nervus V abdusen :
Pada pasien saat dilakukan pemeriksaan gerak bola mata, pergerakannya adalah normal antar
mata kanan dan kiri.
6. Uji nervus VI facialis dengan cara : kedua alis mata simetris
7. Nervus VII auditorius/AKUSTIKUS :
Pada pasien pendengaran normal tidak ada gangguan pada pendengaran.
8. Nervus VIII vagus:
Pada pasien pergerakan lidahnya dapat bergerak penuh dan tidak ada gangguan pada
pergerakan lidah pasien,dapat menelan secara normal.
9. Nervus IX aksesorius :
Pada pasien pergerakan kepala dan bahu normal. Kepala dapat menggeleng, menoleh kanan
dan kiri. Dan bahu dapat bergerak penuh.
Tingkat kesadaran (kualitas):
Compos Mentis : sadar sepenuhnya, dapat menjawab pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya,dapat berkomunikasi dengan baik.
Tingkat kesadaran (Kuantitas) :
GCS (Glasgow Coma Scale), yang dinilai yaitu : E4,M6,V5
- Eye/membuka mata (E) :
4 = dapat membuka mata spontan
- Motorik (M) :
6 = dapat bergerak sesuai perintah
- Verbal/bicara (V) :
5 = orientasi baik : orang, tempat, waktu

D. Perkemihan-Eliminasi Uri
Anamnesa: Pasien bisa merasakan miksi dengan tidak memakai kateter. Dan dapat BAK
dengan normal. Urine yang dikeluarkan pasien sehari 4 kali antara 1500-1600cc
Kandung kemih:
Inspeksi : Tidak ada benjolan, jaringan parut (-), kandung kemih tidak tegang
Palpasi : nyeri tekan(-), tidak teraba massa
Ginjal :
Inspeksi : tidak terjadi pembesaran ginjal
Palpasi : tidak teraba adanya pembesaran ginjal
Perkusi : nyeri ketok (-)
E. Sistem Pencernaan-Eliminasi Alvi
Anamnesa : Nafsu makan pasien bagus, pasien makan dengan pola pagi-siang-malam tetapi

tidak selalu habis, tidak ada keluhan mual muntah, nyeri tenggorokan, maupun gangguan
menelan. Pada hari dilakukan pengkajian pasien belum BAB. Pasien merasakan nyeri pada
perut bagian bawah kanan.
Provokatif : nyeri ditimbulkan dari peradangan pada appendik
Qualitas : nyeri seperti tertusuk-tusuk
Regio : kuadaran IV, pada titik Mc Burney
Skala : 5
Time : hilang timbul
Mulut:
Inspeksi : mukosa bibir kering, pada gigi terdapat gigi yang tanggal (1) karies (-), terdapat
plak pada sela gigi. Stomatitis (-), pembesaran kelenjar parotis (-)
Palpasi : nyeri tekan pada rongga mulut (-), massa(-)
Lidah
Inspeksi : letak simetris, warna merah muda pucat, tidak ada gerakan tremor.
Palpasi : Nodul(-), oedema(-), nyeri tekan(-)
Faring - Esofagus :
Inspeksi : warna palatum merah muda
Palpasi : pembesaran kelenjar(-)
Abdomen (dibagi menjadi 4 kuadran)
Inspeksi: tidak ada pembesaran abdomen yang abnormal, tidak tampak vena porta hepatika
Auskultasi : bising usus normal
Perkusi : hipertympai
Palpasi:
Kuadran I:
hepatomegali(-), nyeri tekan(-)Hepar
Kuadran II:
nyeri tekan abdomen(-)Gaster
splenomegali(-)Lien
Kuadran III:
Terdapat massa
Kuadran IV:
Nyeri tekan pada titik Mc Burney
F. Sistem Muskuloskeletal & Integumen
Anamnese : tidak ada nyeri dan tidak terjadi kelemahan ekstremitas
Warna kulit
Hiperpigmentasi(-), hipopigmentasi(-), kulit tidak bersisik
Kekuatan otot : 5 5
5 5
Fraktur : pasien tidak mengalami fraktur dan tidak pernah ada riwayat fraktur
Luka : tidak ditemukan luka pada tubuh pasien
G. Sistem Endokrin dan Eksokrin
Anamnesa: tidak merasakan kram, pandangan kabur sesuai penambahan usia, perubahan
berat badan dan tinggi badan normal, kesulitan menelan(-), berkeringat(-), tremor(-), hot
flushes (panas pada wajah tidak ada)
Riwayat KB : pasien tidak pernah melakukan KB karena setiap selesai melahirkan pasien

langsung melakukan kiret.


Kepala :
Inspeksi : distribusi rambut(menyebar), tebal, kerontokan(-)
Leher
Inspeksi : bentuk(normal), pembesaran kelenjar thyroid(-), perubahan warna(-).
Palpasi
: pembesaran kelenjar(thyroid, parathyroid tidak ada), nyeri tekan(-),suhu badan
hangat
Payudara
Inspeksi : pembesaran mamae (-)
Genetalia :
Inspeksi : Rambut pubis (ketebalan merata, kerontokan tidak ada), bersih, pengeluaran
(darah, cairan, lender tidak ada).
Palpasi
: benjolan(-),
Ekstremitas bawah
Palpasi : edema non pitting(-)
H. Sistem Reproduksi
Anamnesa :
1. cyclus haid (normal), lama haid(7hari),darah banyak & sifat(cair), flour albus (normal
tidak bau dan warna normal),disminore(-), terjadi nyeri punggung saat menstruasi
2. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas, Keluarga berencana
a. Pernah hamil,4x hamil,keguguran pada hamil ke dua,penyulit dalam kehamilan adalah
sakit pinggang. jarak kehamilan anak ke-1 dan ke-2 7tahun.
b. Selama 3x persalinan:persalinan 1&2 normal dan kiret,persalinan terakhir melalui SC.
Payudara
Inspeksi
: bentuk(normal),kebersihan(+), warna areola(coklat kehitaman),
bentuk
papilla mamae(normal),massa(-),luka(-),payudara(simetris).
Palpasi
:benjolan(-), pengeluaran(-), nyeri tekan(-).
Axilla :
Inspeksi : benjolan(-).
Palpasi : teraba benjolan(-).
Abdomen:
Inspeksi : pembesaran abdomen(-), luka post SC(-).
Palpasi : pembesaran (-),massa(-).
Genetalia :
Inspeksi : Rambut pubis(merata),kebersihan(+),odema(-),varices(-),benjolan(-),
pengeluaran (-), tanda-tanda infeksi(-).
Palpasi : benjolan(-), massa(-), dan nyeri tekan(-).
I. Persepsi sensori :
Anamnesa : Nyeri mata(-),penurunan tajam penglihatan(+),mata berkunang-kunang(-),
penglihatan ganda( -),mata berair(-), gatal(-), kering(-), benda asing dalam mata(-),
penurunan pendengaran(-), nyeri(-).
Mata
Inspeksi : Mata simetris, bentuk normal, lesi Papelbra ( normal ), Bulu mata (menyebar),
produksi air mata(normal).
Kornea : Normal berkilau, transparan
Iris dan pupil :warna iris dan ukuran(normal),reflek cahaya pada pupil(normal).

Lensa : Normal jernih dan transparan.


Sclera : warna ( putih normal)
Palpasi:
Teraba lunak, nyeri dan pembengkakan kelopak mata(-), palpasi kantong lakrimal(normal).
Penciuman (Hidung) :
Palpasi : Sinus (tidak ada nyeri tekan), Palpasi fossa kanina (tidak nyeri),Pembengkakan(-),
Deformitas(-).
Perkusi : regio frontalis sinus frontalis dan fossa kanina kita lakukan apabila palpasi pada
keduanya menimbulkan reaksi hebat(-).
J. POLA KONSEP DIRI
1. CitraTubuh :
Pasien menyadari keadaannya sekarang tidak seperti dulu lagi.
2. Ideal Diri :
Sikap pasien sesuai dengan stadart prilaku,tidak ada penyimpangan perilaku.
3. HargaDiri :
Pasien merasa senang karena apa yang dia harapkan sesuai dengan apa yang terjadi dengan
keadaannya.
4. Peran Diri :
Pasien berprilaku seperti biasanya di lingkungannya sesuai dengan keadaan dia sekarang.
5. Identitas Diri
Pasien menyadari akan keadaan dirinya saat ini jika pasien sedang sakit
K. POLA PERSEPSI TATA LAKSANA HIDUP SEHAT
1. Pasien mempunyai kebiasaan pola makan sehat dan mencuci tangan se sering mungkin.
2. Pasien bila merasakan keluhan sakit pada dirinya tidak pernah beli obat ke toko atau pun
ke dukun,pasien beli obat ke apotik atau langsung ke mantri.
3. Pasien belum mandi selama 2 hari di rumah sakit tetapi

L. POLA NILAI DAN KEPERCAYAAN/ SPIRITUAL


Pasien selalu melaksanakan ibadah sesuai dengan agama yang di anut yaitu agama islam bila
tidak menstruasi dan sejak sakit pasien lebih mendekatkan diri pada allah SWT .
M. POLA MEKANISME KOPING
Pasien selalu berdoa dan berusaha mencari jalan keluarnya terhadap masalah yang di
hadapinya.
N. HUBUNGAN PERAN
Pasien sejak melakukan perawatan di rumah sakit,peran di masyarakat di gantikan oleh
keluarganya.
O. POLA ISTIRAHAT TIDUR
Aktivitas klien di rumah yaitu menjahit dan pasien jarang tidur siang,hanya tidur malam
selama kurang lebih 6jam.
P. POLA PSIKOSOSIAL
Ekspresi wajah pasien tidak menunjukkan kemarahan, kesedihan, kesakitan, gelisah,
melamun, takut, bingung maupun diam, pasien lebih aktif bicara untuk melupakan rasa
nyerinya.
Interaksi klien dengan orang lain baik,pasien paling dekat dengan suami,dukungan keluarga
sangat baik, kelompok dan masyarakat mengunjungi saat pasien sakit.

Hubungan dan respon baik dengan perawat maupun dokter.

ANALISA DATA
Nama Pasien : Ny. Luluk Sumarliyah
No RM : 159000
Dx. Medis : Appendisitis
NO TANGGAL DATA ETIOLOGI MASALAH
1 14-01-13 DS : pasien mengatakan bagian perut kanannya nyeri
DO : pasien menyeringai saat bagian perut kanannya ditekan
TTV:
S : hangat
N : 80x/menit ( teratur, kuat)
TD : 120/100mmHg (lengan kanan, berbaring)
RR : 30x/menit (regular) Adanya peradangan benda asing karna firbasi pada appendik
sehingga menyebabkan appendisitis Nyeri akut
2 14-01-13 DS : Pasien mengatakan kesulitan tidur karna tidak terbiasa dengan kondisi
yang sekarang.
DO : lingkungan tempat pasien tidur banyak pasien lain dan keluarga sehingga kenyamanan
saat tidur berkurang Banyak pasien dan keluarga dalam satu ruangan perawatan
Lingkungan tidak kondusif untuk istirahat
Gangguan pola tidur

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


Tanggal No Diagnosa Diagnosa Keperawatan
14-01-2013
14-01-2013
(00132)
(00198) Nyeri akut
Gangguan pola tidur

DAFTAR PRIORITAS
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Tanggal No Diagnosa
(00132)
(00198) Nyeri akut
Gangguan pola tidur

Prioritas Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis


Domain 12 : kenyamanan
Kelas 1
: kenyamanan fisik
NS. DIAGNOSIS :
(NANDA-I) Nyeri akut
DEFINITION:
Pengalaman sensori dan emosional yan tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan
jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa :
awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan
DEFINING CHARACTERISTICS Perubahan tekanan darah
Perubahan frekuensi pernapasan
Indikasi nyeri dapat diamati
Gangguan tidur
Melaporkan nyeri secara verbal
RELATED FACTORS:
Agens cedera (mis, biologis, zat kimia, fisik, psikologis)
ASSESSMENT

Subjective data entry:

Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah kanan

Objective data entry


pasien menyeringai saat bagian perut kanannya ditekan
TTV:
S : hangat
N : 80x/menit ( teratur, kuat)
TD : 120/100mmHg (lengan kanan, berbaring)
RR : 30x/menit (regular)
DIAGNOSIS Client
Diagnostic
Statement: Ns. Diagnosis (Specify):
Nyeri akut
Related to:
Berhubungan dengan Agens cedera biologis

NOC : Control nyeri-1605


Def : tindakan pribadi untuk mengontrol rasa nyeri
INDIKATOR Tidak mencukupi Sedikit mencukupi Agak mencukupi
mencukupi
1 2 3 4 5
mengakui timbulnya nyeri
menjelaskan faktor-faktor penyebab
menggunakan buku harian untuk memantau gejala dari waktu ke waktu
menggunakan langkah-langkah pencegahan
digunakan tindakan bantuan non analgesic
menggunakan analgesik seperti yang direkomendasikan
mengakui gejala terkait sakit
laporan pengendalian nyeri

Cukup

Sangat

NIC :
INTERVENSI AKTIFITAS
Manajemen Nyeri-1400
Def : Mengurangi nyeri atau menurunkan nyeri ke level kenyamanan yang diterima oleh
pasien melakukan penilaian yang komprehensif rasa sakit untuk memasukkan lokasi,
karakteristik, onset / durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri, dan faktor
pencetus
menjamin perawatan pasien perhatiam analgesik
mengeksplorasi pengetahuan pasien dan keyakinan tentang rasa sakit
mengeksplorasi dengan faktor pasien yang meningkatkan / memperburuk nyeri
mengevaluasi, dengan pasien dan tim kesehatan, efektivitas kontrol nyeri ukuran masa
lalu yang telah digunakan
membantu patien dan keluarga untuk mencari dan memberikan dukungan
menentukan frekuensi yang diperlukan untuk membuat penilaian kenyamanan patien dan
mengimplementasikan rencana pemantauan.

2. Gangguang pola tidur berhubungan dengan kondisi lingkungan tidak kodusif


Domain 4 : Aktivitas/ Istirahat
Kelas 1 : Tidur/ Istirahat
NS. DIAGNOSIS :
(NANDA-I) Gangguan Pola Tidur
DEFINITION: Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal
DEFINING CHARACTERISTICS Perubahan pola tidur normal

Keluhan verbal merasa kurang istirahat


Kurang puas tidur
Melaporkan sering terjaga
RELATED FACTORS: Berhubungan dengan suara bising disekitarnya
ASSESSMENT Subjective data entry
Pasien mengeluh kesulitan tidur karena lingkungan sekitar yang kurang kondusif
Objective data entry
Lingkungan tempat pasien tidur banyak pasien dan keluarga sehingga kenyamanan saat tidur
berkurang
DIAGNOSIS Client
Diagnostic
Statement: Ns. Diagnosis (Specify):
Gangguan Pola Tidur
Related to:
Berhubungan dengan suara bising disekitarnya

NOC : Rest
Domain 1 : kesehatan fungsional
Kelas A : pemeliharaan energi
INDIKATOR Tidak mencukupi Sedikit mencukupi Agak mencukupi
mencukupi
1 2 3 4 5
Jumlah istirahat (000301)
Pola istirahat (000302)
Kualitas istirahat (000303)
Istirahat fisik (000304)
Istirahat mental (000305)
Istirahat emosional (000308)
Energi yang dipulihkan setelah istirahat (000309)
Penampilan beristirahat (000310)

Cukup

Sangat

NIC :
INTERVENSI AKTIFITAS
Sleep Enhancement (tidur tambahan)
Def : fasilitasi rutin tidur / siklus bangun menentukan tidur pasien / pola aktivitas
perkiraan pasien rutin tidur / bangun siklus dalam perencanaan perawatan
memantau / catatan pasien pola tidur dan jumlah jam tidur
anjurkan pasien untuk memonitor pola tidur
menyesuaikan lingkungan (cahaya, kebisingan, suhu, kasur, dan tempat tidur) untuk
mempromosikan tidur
melakukan / menerapkan ukuran kenyamanan pijat, posisi dan sentuhan afektif

You might also like