You are on page 1of 93

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

M DENGAN CKD STAGE V


DI RUANG PERAWATAN UMUM Lt.4
RSPAD GATOT SUBROTO

Disusun Oleh :
A.A. GEDE IKA PRADNYANA P

1410721035

ANNISA A

14107210

YUNITA DWI KUSUMA

1410721018

AMALIA FILDZAH

14107210

SITI HAYUNI

1410721005

IVONDA APONNO

1410721033

ARI SUSANTI

1410721037

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
JAKARTA
2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ginjal punya peran penting sebagai organ pengekresi dan non ekresi, sebagai
organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak dibutuhkan oleh
tubuh seperti urea, fosfor, dan sebagainya. Sebgai organ non eksresi ginjal berperan
sebagai penghasil hormon tertentu, pengatur asam basa tubuh, pengatur keseimbangan
ion tubuh dan sebagainya. Sehingga secara tidak langsung ginjal berfungsi sebagai
pengatur homeostasis tubuh (Syaifuddin, 2006).
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) atau Chronic Kidney Disease (CKD) adalah
penyakit ginjal tahap akhir sebagai penyimpangan progresif fungsi ginjal yang tidak
dapat pulih. Sebagai akibatnya tubuh tidak mampu untuk mempertahankan
keseimbangan metabolik, dan cairan elektrolit yang mengakibatkan uremia atau
retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah (Baughman, 2001).
Diseluruh dunia menurut NKF 26 juta orang dewasa Amerika telah mengalami
CKD, dan jutaan orang lain akan meningkatkan resiko. Perhimpunan nefrologi
indonesia menunjukkan 12,5 persen dari penduduk indonesia mengalami penurunan
fungsi ginjal, itu berarti secara kasar lebih dari 25 juta penduduk mengalami CKD.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan perhimpunan nefrologi indonesia, di
Semarang ditemukan bahwa kasus Chronic Kidney Disease pada bulan januari hingga
juli 2009 sebanyak 232 kasus (Kidney Organizazion, 2011).
Berbagai sebab penyakit CKD antara lain adalah glomerulo nefritis kronis,
ginjal polikistik, kelainan vaskuler, obstruksi saluran kemih, penyakit ginjal skunder
akibat penyakit sistemik seperti diabetes, infeksi, obat-obatan, preparat toksik,
preparat lingkungan seperti timah, kadmium, merkuri, dan kromium. Berbagai sebab
tersebut pada akhirnya dapat merusak ginjal atau menurunkan fungsi ginjal. Pada
2

akhirnya dapat menunjukkan berbagai gejala-gejala klinis seperti hipertensi, gagal


jatung kongestif, gatal-gatal atau pruritis, anoreksia, mual, muntah, perubahan tingkat
kesadaran, oedema, turgor jelek (Baughman, 2000).
Berbagai komplikasi dapat terjadi pada penderita CKD baik pada organ lain
maupun keseimbangan hormon. Komplikasi yang terjadi pada organ lain seperti pada
jantung, dimana dapat terjadi hipertensi karena naiknya tekanan jantung dan gagal
jantung kongestif. Komplikasi lain seperti pada paru-paru dapat terjadi infeksi paru
atau oedema pulmonal. Sedangkan pada keseimbangan hormon dapat terjadi
berkurangnya hormon eritropoetin yang mengakibatkan terjadinya pemendekan umur
dari eritrosit yang memicu terjadinya anemia berat. Karena kerusakan ginjal
pengaturan kalsium dalam tubuh jadi tidak normal yang mengakibatkan terjadinya
penyakit tulang (Suwitra, 2006).
Penyakit CKD merupakan penyakit yang memerlukan perawatan dan
penanganan seumur hidup. Fenomena yang terjadi banyak klien yang keluar masuk
Rumah Sakit untuk melakukan pengobatan dan dialisis. Oleh karena itu peran perawat
sangat penting dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien CKD, serta
diharapkan tidak hanya terhadap keadaan fisik klien tetapi juga psikologis klien.
Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk menyusun karya tulis ilmiah
tentang asuhan keperawatan dengan Chronic Kidney Disease sebagai pemenuhan
tugas akhir.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Utama
Memperoleh pengalaman secara nyata dalam merawat klien dengan CKD,
diperoleh gambaran / informasi dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada
klien Ny. M dengan penyakit CKD di Ruang Perawatan Umum Lantai 4 RSPAD
Gatot Soebroto Jakarta Pusat.
3

2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu :
a.

Melakukan pengkajian pada klien dengan CKD

b.

Menentukan masalah keperawatan pada klien dengan CKD sesuai dengan


data yang ada.

c.

Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan CKD

d.

Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan CKD

e.

Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada klien dengan CKD

f.

Mampu mengidentifikasi kesenjangan antara teori dan kasus.

C. Ruang Lingkup
Pada Laporan Kasus ini pengambilan kasus dilakukan di Ruang Perawatan
Lantai 4 pada Ny. M dengan diagnosa medis CKD dari tanggal 6 April 2015 sampai
tanggal 11 April 2015. Sumber dari laporan kasus diperoleh dari berbagai literature,
dimana penulis membahas mengenai definisi, etiologi, manifestasi klinis, komplikasi,
asuhan keperawatan serta study kasus mengenai klien dengan CKD serta penanganan
pada pasien CKD.
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini tersusun secara sistematis yang terdiri atas lima bab yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN
A. Lataran Belakang,
B. Tujuan Penulisan,
C. Ruang Lingkup,
D. Metode Penulisan,
E. Sitematika Penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
A. Definis
B. Etiologi
C. Epidemiologi
D. Gejala klinis
E. Patofisiologi
F. Manisfestasi Klinik
G. Komplikasi
4

H. Pemerikasaan Umum
I. Pemerikasaan Penunjang
J. Penatalaksanaan Medis
BAB III : TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
B. Asuhan Keperawatan Pada Ny.M dengan CKD
BAB IV : PEMBAHASAN
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB II
KONSEP DASAR
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI GINJAL
Ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra membentuk system urinarius. Fungsi
utama ginjal adalah mengatur cairan serta elektrolit dan komposisi asam basa cairan
tubuh, mengeluarkan produk akhir metabolik dari dalam darah dan mengatur tekanan.
Ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra membentuk system urinarius.Urin yang
terbentuk sebagai hasil dari proses ini diangkut dari ginjal melelui ureter ke dalam
kandung kemih tempat urin tersebut disimpan untuk sementara waktu. Pada saat
urinasi, kandung kemih berkontraksi dan urin akan diekskresikan dari tubuh lawat
uretra.

1.

1. Anatomi Ginjal
Ginjal terletak dikedua sisi columna vertebtalis dalam abdomen atas,
dibelakang peritoneum didepan dua costa dan 3 otot utama musculus transversus
abdominus, quadratus pumborum dan psoasmayor. Ginjal merupakan organ
berbentuk seperti kacang yang terletak di kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal
kanan sedikit lebih rendah dibandinkan dengan ginjal kiri, karena tertekan
kebawah ole hati. Pada orang dewasa ginjal panjangnya 12-13 cm, lebar 6 cm,
tebal 2-3 cm, berat 120-150 gram.
Setiap ginjal diselubungi oleh 3 lapisan jaringan ikat yaitu :
6

a. Facial renal adalah pembungkus terluas yang mempertahankan posisi organ


b. Lemak perineal adlah jaringan adipose yang terbungkus facial ginjal. Jaringan
ini membantali ginjal dan membantu organ tetap pada posisinya
c. Kapsul fibrosa adalah membrane halus transparan yang langsung
membungkus ginjal dan dapat dengan mudah dilepas.

Kutub atas ginjal kanan terletak setinggi kosta kedua belas, sedangkan
kutub atas ginjal kiri setinggi kosta sebelas, jarak antara kutub ginjal 11-15 cm.
Permukaan anterior dan posterior kutub atas dan bawah serta pinggir lateral
ginjal berbentuk konveks pinggir medial berbentuk konkav karena adanya hilus.
Beberapa struktur masuk atau meninggalkan ginjal melalui hilus, antara lain
arteri renalis, vena venales, syaraf, dan pembuluh darah bening.Potongan
longitudinal ginjal memperlihatkan dua daerah yang berbeda, korteks bagian
luar dan medulla dibagi menjadi irisan-irisan segitiga yang disebut dengan
Piramid. Piramid-piramid ini diselingi oleh bagian korteks yang dinamakan
Kolom Bertini.Setiap duktus papillaris masuk dalam statu perluasan ujung
pelvis ginjal berbentuk seperti Bangkok yang disebut Kaliks Minor. Beberapa
kaliks minor bersatu membentuk Maliks Mayor, yang selanjutnya bersatu
sehingga membentuk Pelvis Ginjal.
Unit fungsional ginjal adalah nefron. Dalam satu ginjal mengandung satu
juta nefron. Nefron terletak antara korteks dan medulla. Satu nefron terdiri dari
Glomerulus, Tubulus proximal, loop dari henle, tubulus distalis, dan collecting
tubule. Masing-masing bagian mempunyai fungsi sendiri-sendiri, glomerulus
merupakan kumpulan kapiler darah yang dibungkus oleh Kapsula Bowman.
Unit nephron dimulai dari pembuluh darah halus / kapiler, bersifat sebagai
7

saringan disebut Glomerulus, darah melewati glomerulus/ kapiler tersebut dan


disaring sehingga terbentuk filtrat (urin yang masih encer) yang berjumlah kirakira 170 liter per hari, kemudian dialirkan melalui pipa/saluran yang disebut
Tubulus. Pada glomerulus inilah terjadinya proses Filtrasi. Dan pada tubulus
terjadi proses reabsorpsi air dan bahan-bahan yang diperlukan oleh tubuh dan
ekskresi bahan-bahan yang tidak diperlukan tubuh.
Urin ini dialirkan keluar ke saluran Ureter,kandung kencing, kemudian
ke luar melalui Uretra. Ginjal kanan terlihat lebih rendah dibandingkan ginjal
kiri karena tertekan dibawah oleh hati. Kedua ureter merupakan saluran yang
panjangnya sekitar 10-12 inci , terbentang dari ginjal sampai vesika urinaria.
Fungsi satu-satunya adalah menyalurkan urin ke vesika urinaria.
a. Vesika urinaria adalah suatukantong berotot yang dapat mengempis ,terletak
dibelakang simfisis pubis. Vesika urinaria mempunyai tiga muara: dua dari
ureter, dan satu menuju uretra. Ada 2 fungsi vesika urinaria:
b. Sebagai tempat penyimpanan urinesebelum meninggalkan tubuh.
c. Mendorong urin keluar tubuh
Uretra adalah saluran kencing yang dapat mengembang, berjalan dari
vesika urinaria sampai keluar tubuh, panjang pada perempuan sekitar 1 inci (4
cm) dan pada laki-laki sekitar 8 inci (20 cm). muara uretra keluar tubuh disebut
meatus urinarius.
2.

Fisiologi Ginjal
Unit fungsional ginjal adalah nefron, yang pada manusia setiap ginjal
mengandung sekitar 1-1,5 juta nefron. Setiap nefron terdiri atas glomelurus
yang mengandung kapsula Bowmen dan tubulus. Tubulus atas tiga bagian
yaitu tubulus proksimal,lengkungan Henley, dan tubulus distalis, beberapa
tubulus distalis akan bersatu membentuk duktus kolektivus. Glomerulus
proksimal dan distalis terletak pada korteks ginjal, sedang lengkung Henley
dan duktus kolektivus pada medulla ginjal.
Setiap nefron mempunyai dua komponen utama:
a. Glomerulus ( kapiler glomerulus) yang dilalui sejumlah besar cairan yang
difiltrasi dari darah.
b. Tubulus yang panjang dimana cairan hasil filtrasi diubah menjadi urin
dalam perjalalannya menuju pelvis ginjal.
Gambar Laju filtrasi glomerulus

Ada 2 fungsi penting ginjal, yaitu :


a. Fungsi ekskresi
Fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan komposisi cairan
ekstra sel dalam batas normal. Komposisi dan volume cairan ekstra sel
dikontrol oleh filtrasi glomerulus , reabsopsi, dan sekresi tubulus.Zat-zat yang
difiltrasi di ginjal dibagi 3 kelas: elektrolit, nonelektrolei,dan air.Beberapa
jenis elektrolit yang paling penting adalah natrium, kalsium, kalium,
magnesium, bikarbonat, klorida, dan fosfat. Sedangkan non elektrolit yang
penting adalah glukosa,asam amino, dan metabolic yang merupakan prodik
akhir dari proses metabolisme protein: urea,asam urat, dan kreatinin.
b. Non Eksresi
Fungsi lain dari ginjal yaitu memproduksi rennin yang berperan dalam
pengaturan tekanan darah.Apabila tekanan darah turun maka sel-sel otot polos
akan meningkatkan pelepasan reninnya. Apabila tekanan darah naik maka selsel otot polos akan mengurangi pelepasan reninnya.Apabila kadar natrium
plasma berkurang maka sel-sel makula dansa akan member sinyal pada sel-sel
penghasil rennin untul meningkatkan aktivitas mereka.Apabila kadar natrium
plasma meningkat, maka sel-sel makula dansa akan member sinyal kepada
oto-otot polos untuk menurunkan pelepasan renin.
Fungsi utama ginjal adalah;
a. Pengeluaran zat sisa organik.
Ginjal mengekskresi urea, asam urat, kreatinin, dan produk penguraian
hemoglobin dan hormon.
b. Pengaturan Keseimbangan Asam - Basa Tubuh.

Ginjal mengendalikan ekskresi ion hydrogen ( H+), bikarbonat ( HCO3- ),


dan ammonium ( NH4- ) serta memproduksi urin asam atau basa, bergantung
pada kebutuhan tubuh. Asam ( H+ ) disekresikan oleh sel sel tubulus ginjal
ke dalam filtrate, dan disini dilakukan pendaparan terutama oleh ion ion
fosfat serta ammonia ( ketika didapar dengan asam, ammonia akan berubah
menjadi ammonium ). Fosfat terdapat dalam filtrate glomerulus dan ammonia
dihasilkan oleh sel sel tubulus ginjal serta dikresikan ke dalam cairan
tubuler. Melalui proses pendaparan, ginjal dapat mengekskresikan sejumlah
besar asam dalam bentuk yang terikat tanpa menurunkan lebih lanjut nilai pH
urin.
c. Pengaturan Konsentrasi ion ion penting
Ginjal mengekskresi ion natrium, kalium, kalsium, sulfat dan fosfat. Ekskresi
ion ion ini seimbang dengan asupan dan ekskresinya melalui rute lain,
seperti saluran gastrointestinal atau kulit.
d. Pengaturan Produksi Sel Darah Merah
Ginjal melepas eritropoitin, yang mengatur produksi sel darah merah dalam
sumsum tulang.
e. Pengaturan Tekanan Darah
Suatu hormone yang dinamakan rennin disekresikan oleh sel sel
jukstaglomerular ketika tekanan darah menurun. Suatu enzim akan
mengubah rennin menjadi angiotensin I yang akan diubah menjadi
angiotensin II, yaitu senyawa vasokonstriktor paling kuat. Vasokonstriksi
menyebabkan peningkatan tekanan darah. Aldosteron disekresikan oleh
korteks adrenal sebagai reaksi terhadap stimulasi oleh kelenjar hipofisis dan
pelepasan ACTH sebagai reaksi terhadap perfusi yangjelek atau peningkatan
osmolalitas serum. Akibatnya adalah peningkatan tekanan darah.
f.Penendalian terbatas terhadap konsentrasi glukosa darah dan asam amino
darah.
Ginjal melalui eksresi glikosa dan asam amino berlebih, bertanggung jawab
atas konsentrasi nutrient dalam darah.
g. Pengeluaran zat beracun.
Ginjal mengeluarakan polutan, zat tambahan makanan, obat obatan, atau
zat kimia asing lain dari tubuh.
3. Suplai Darah
10

a. Arteri ranalis adalah percabangan aorta abdomen yang mensuplai masing


masing ginjal dan masuk ke hilus malalui cabang arterior dan posterior.
b. Cabang anterior dan posterior arteri renalis membentuk arteri arteri
interlobaris yang mengalir diantara piramida piramida ginjal.
c. Arteri arkuata berasal dari arteri interlobaris pada area pertemuan korteks dan
medulla.
d. Arteri interlobularis merupakan percabangan arteri arteari arkuata di sudut
kanan dan melewati korteks.
e. Arteriol aferen berasal dari arteri interlobularis. Suatu arteriol aferen
membentuk sekitar 50 kapilar yang membentuk glomerulus.

11

4. Proses Pembentukan Urin


Glomerulus berfungsi sebagai ultra filtrasi, pada simpai bowmen
berfungsi sebagai/ untuk menampung hasil filtrasi dari glomerulus. Pada tubulus
ginjal akan terjadi penyerapan kembali dari zat zat yamg sudah disaring pada
glomerulus, sisa cairan akan diteruskan ke piala ginjal terus berlanjut ke ureter.
Urin berasal dari darah yang dibawa arteri renalis masuk ke dalam ginjal,
darah ini terdiri dari bagian yang padat yaitu sel darah dan bagian plasma darah.
Tiga tahap pembentukan urin :
a. Proses Filtrasi
Terjadi di glomerulus, proses ini terjadi karena permukaan afferent labih
besar dari permukaan afferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan
sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein, cairan
yang tersaring ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air,
sodium, klorida, sulfat, bikarbonat, dan lain lain, diteruskan ke tubulus
ginjal.
b. Proses Reabsorpsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa,
sodium, klorida, pospat dan beberapa ion bikarbonat, prosesnya terjadi
secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus
ginjal atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali
penyerapan dan sodium dan ion bikarbonat, bila diperlukan akan diserap
kembali ke dalam tubulus bagian bawah, penyerepannya terjadi secara aktif
dikenal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada papilla
renalis.
c. Proses Sekresi
Sisanya penyerapan kembali yang terjadi pada tubulus dan diteruskan ke
piala ginjal selanjutnya diteruskan keluar.

12

5. Karakteristik Urin
a. Komposisi
Urin terdiri dari 95% air dan mengandung zat terlarut berikut :
1) Zat buangan meliputi urea dari deaminasi protein, asam urat dari
katabolisma asam nukleat, dan kreatinin dari proses penguraian kreatinin
fosfat dalam jaringan otot.
2) Asam hipurat adalah produk sampingan pencernaan sayuran dan buah.
3) Badan keton yang dihasilkan dalam metabolisme lemak adalah konstituen
normal dalam jumlah kecil.
4) Elektrolit meliputi ion natrium, klor, kalium, ammonium, sulfat, fosfat,
kalsium, dan magnesium.
5) Hormon atau katabolit hormone ada secara normal dalam urin.
6) Berbagai jenis toksin atau zat kimia asing, pigmen, vitamin, atau enzim
secara normal ditemukan dalam jumlah kecil.
b. Sifat Fisik
1) Warna
Urin encer berwarna kuning pucat, dan kuning pekat jika kental. Urin
segar biasanya jernih dan menjadi keruh jika didiamkan.
2) Bau
Urin memiliki bau yang khas dan cenderung berbau ammonia jika
didiamkan. Bau ini dapat bervariasi sesuai dengan diet, misalnya setelah
makan

asparagus.

Pada

diabetes

yang

tidak

terkontrol,

aseton

menghasilkan bau manis pada urin.


3) Asiditas atau alkalinitas

13

PH urin bervariasi antara 4,8 sampai 7,5 dan biasanya sekitar 6,0, tetapi
juga bergantung pada diet. Ingesti makanan yang berprotein tinggi akan
meningkatkan asiditas, sementara diet sayuran meningkatkan alkalinitas.
4) Berat jenis urin berkisar antara 1,001 sampai 1,035, bergantung pada
konsentrasi urin.

Disaring 24 jam

Direabsorpsi

24 Diekskresikan 24 jam

jam
Natrium
Klorida
Bikarbonat
Kalium
Glukosa
Ureum
Kreatinin
Asam urat

540,0 g
630,o g
300,0 g
28,0 g
140,0 g
53,0 g
1,4 g
85 g

537,0 g
625,0 g
300,0 g
24,0 g
140,0 g
28,0 g
0,0 g
7,7 g

3,3 g
5,3 g
0,3 g
3,9 g
0,0 g
25,0 g
1,4 g
0,8 g

6. Proses Miksi
Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stress reseptor yang
terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah kurang lebih 250 cc sudah
cukup untuk merangsang berkemih ( proses miksi ). Akibatnya akan terjadi
14

reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi
relaksasi spinkter internus, segara diikuti oleh relaksasi spinkter eksternus,
akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.
B. DEFINISI CKD / GGK
1. Gagal ginjal kronik merupakan perkembangaan gagal ginjal yang progresip dan
lambat, biasanya berlangsung berapa tahun. Ginjal kehilangan kemampuan asupan
diet normal. Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit masuk
nefron ginjal. (Price,Sylvia Anderson,2004).
2. Gagal Ginjal Kronik (GGK, penyakit ginjal tahap akhir) adalah kerusakan fungsi
ginjal yang progresif, yang berakhir fatal pada uremia (kelebihan urea dan sampah
nitrogen lain di dalam darah) dan komplikasinya kecuali jika dilakukan dialysis
dan transplantasi ginjal. (Netina, Sandra. M, 2002).
3. Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi
ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal ini
terjadi bila laju filtrasi glomerular kurang dari 50 mL/min (Suyono, et al, 2003)

C. ETIOLOGI
1. Infeksi saluran kemih (ISK)
ISK bagi dalam dua subkatagori yaitu ISK bagian bawah (pielonefritis akut).
Pielonefritis kronik adalah cedera ginjal yang progresip berupa kelainan ginjal
disebabkan, oleh infeksi yang berulang dan menetap pada ginjal, yang
menyebabkan kelainan anatomi pada ginjal dan saluran kemih seperti refluks
vesiko, ureter, obstruksi, kalkuli atau kandung kemih neurogonik. Kerusakan
ginjal pada pielonefritis akut/kronik atau disebut juga nefropati refluks
diakibatkan refluks urin yang terinfeksi ke uretra dan masuk kedalam parenkim
ginjal (refluks internal). Piolonefritis kronik yang disertai refluks vesikoureter
merupakan penyebab utama gagal ginjal pada anak-anak.
2. Nefrosklerosis Hipertensif
Hipertensi dan gagal ginjal kronik memiliki kaitan yang erat. Hipertensi
mungkin merupakan penyakit primer atau penyakit ginjal kronik merupakan
pemicu hipertensi melalui mekanisme retensi Na dan air, pengaruh vasopresor
dari sistem renin-angiotensin mungkin juga melalui defisiensi prostaglandin.
Nefrosklerosis (pasang ginjal) menunjukan adanya perubahan patologis pada
15

pembuluh darah ginjal sebagai akibat hipertensi. Keadaan ini merupakan salah
satu penyebab utama gagal ginjal kronik, terutama pada populasi yang bukan
orang kulit putih.
3. Glomerulonefritis
Glomerulonepritis

merupakan

penyakit

peradangan

ginjal

bilateral.

Peradangan dimulai balam glomerulus dan bermanifestasi sebagai proteinuria


dan hematuria. Meski lesi terutama pada glomerulus, tetapi seluruh nefron pada
akhirnya akan mengalami kerusakan, mengakibatkan gagal ginjal kronik.
4. Penyakit ginjal kronik
Penyakit ginjal polikistik ditandai dengan kista-kista multiple bilateral yang
mengadakan ekspansi dan lambat laun mengganggu dan menghancurkan
parenkim ginjal normal akibat penekanan. Ginjal dapat membesar dan terisi oleh
klompok-klompok kista yang menyarupai anggur. Perjalanan penyakit progresip
cepat dan mengakibatkan kematian sebelum mencapai usia 2 tahun. Tanda dan
gejala yang sering tampak adalah rasa sakit didaerah pinggang, hematutia,
poliuria, proteinuria dan ginjal membesar teraba dari luar. Komplikasi yang
sering terjadi adalah hipertensi dan infeksi saluran kemih. Penyakit ginjal
polikistik merupakan penyebab ketiga tersering gagal ginjal stadium akhir.
5. Gout
Gout merupakan suatu penyakit metabolic yang ditandai oleh hiperurisemia
(peningkatan kadar asam urat plasma). Lesi utama pada gout terutama berupa
endapan dan kristalisasi urat dan dalam cairan tubuh. Pada gout kronik endapan
kristal urat dalam interstisium ginjal dapat menyebabkan nefritis interstisial,
nefrosklerosis dan ginjal yang berjalan progresip lambat.
6. Diabetes mellitus
Nefropati diabetika merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang umum
pada penderita diabetes militus. Lesi ginjal yang sering dijumpai adalah
nefrosklerosis akibat lesi pada arteriola, pielonefritis dan nekrosis papila ginjal
dan glomerulus sklerosis. Lesi tersebut disebabkan oleh peningkatan endapan
matriks mesingeal. Membrane basalis perifer juga lebih menebal. Mula-mula
lumen kapilet masih utuh tapi lambat laun mengalami obliterasi bersamaan
dengan berlanjutnya penyakit.
7. Hiperparatirodisme

16

Hiperparatiroidisme primer akibat hipersekresi hormone paratiroid merupakan


penyakit yang dapat menyebabkan nefrokalasinosis dan selanjutnya dapat
menyebutkan gagal ginjal. Penyebab yang paling sering adalah adenoma kelenjar
paratiroid.
8. Nefropati toksik
Ginjal rentan terhadap efek toksik, karena ginjal menerima 25 aliran darah dari
curah jantung dan ginjal merupakan jalur ekskresi obligatorik untuk kebanyakan
obat. Sehingga insufiensi ginjal mengakibatkan penimbunan obat dan
meningkatkan konsentrasi dalam cairan tubulus.
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Sistem Gastrointestinal
a) Anoreksia, nausea dan muntah karena gangguan metabolisme protein dalam
usus, terbentuknya zat zat toksik dari metabolisme bakteri usus seperti
(amonia metil guanidin) serta sembabnya mukosa usus.
b) Uremik yaitu ureum yang berlebihan pada air liur diubah oleh bakteri dimulut
menjadi amonia. Sehingga nafas berbau amonia. Akibat lain timbul stomatitis
dan parotitis.
c) Gastritis erosif seperti ulkus peptikum dan klitis uremik.
2. Sistem Integumen
a) Kulit berwarna pucat akibat anemia
b) Gatal gatal karena toksin uremik dan pengendapan kalsium di pori pori.
c) Ekimosis akibat gangguan hematologis.
d) Bekas garukan karena gatal.
3.

Sistem Hematologi
a) Anemia
Penyebabnya yaitu berkurangnya produksi eritropoetin sehingga terjadi
pengurangan eritropoesis pada sumsum tulang belakang, hemolisis akibat
berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremik, defesiensi asam
folat akibat nafsu makan yang berkurang, perdarahan pada saluran cerna dan
fibrosis pada sumsum tulang akibat hipertiroid sekunder.
b) Gangguan fungsi trombosit dan trombositopenia

17

c) Mengakibatkan perdarahan akibat agregasi dan adhesi trombosit yang


berkurang.
d) Gangguan fungsi leukosit
e) Hiperpigmentasi leukosit, pagositosis dan kemotaksis berkurang, fungsi
limfosit menurun sehingga imunitas juga menurun.
4. Sistem Syaraf dan otot
a) Pegal pada tungkai bawah dan selalu menggerak gerakkan kakinya (Restless
leg syndrome).
b) Rasa kesemutan dan sepserti terbakar terutama pada telapak kaki (Burning
feet syndrome).
c) Encefalopati metabolic seperti lemah, tidak bisa tidur, gangguan konsentrasi,
tremor dan kejang kejang.
5. Sistem Kardiovaskuler
a) Hipertensi, akibat penimbunan cairan dari garam atau peningkatan aktivitas
sistem renin angiotensin aldosteron.
b) Nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditis, gagal jantung akibat
penimbunan cairan dan hipertensi.
c) Gangguan irama jantung, gangguan elektrolit.
d) Edema akibat penimbunan cairan
6. Sistem Endokrin
a) Gangguan seksual yaitu pada laki laki libido menurun dan pada wanita
gangguan menstruasi (amenore).
b) Gangguan toleransi glukosa.
c) Metabolisme lemak
d) Gangguan metabolisme Vitamin D.
7. Gangguan sistem lain
a) Tulang : osteodistrofi renal, osteomalasia, klasifikasi metastatik.
b) Asam basa : asidosis metabolic akibat penimbunan asam organik.
c) Elektrolit : hiperkalemia, hipokalsemia, hiperfosfatemia.
(Corwin, Elizabeth J, 2004)
E. STADIUM CKD
Penyakit gagal ginjal kronik umumnya dibagi menjadi 5 stadium, pembagiannya
dilakukan berdasarkan nilai GFR (Glomerular filtration rate).
1. Stadium 1
18

Kerusakan ginjal dengan GFR normal (90 atau lebih). Kerusakan pada ginjal
dapat dideteksi sebelum GFR mulai menurun. Pada stadium pertama penyakit
ginjal ini, tujuan pengobatan adalah untuk memperlambat perkembangan CKD
dan mengurangi resiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
2. Stadium 2
Kerusakan ginjal dengan penurunan ringan pada GFR (60-89). Saat fungsi ginjal
kita mulai menurun, dokter akan memperkirakan perkembangan CKD kita dan
meneruskan pengobatan untuk mengurangi resiko masalah kesehatan lain.
3. Stadium 3
Penurunan lanjut pada GFR (30-59). Saat CKD sudah berlanjut pada stadium ini,
anemia dan masalah tulang menjadi semakin umum. Kita sebaiknya bekerja
dengan dokter untuk mencegah atau mengobati masalah ini.
4. Stadium 4
Penurunan berat pada GFR (15-29). Teruskan pengobatan untuk komplikasi CKD
dan belajar semaksimal mungkin mengenai pengobatan untuk kegagalan ginjal.
Masing-masing pengobatan membutuhkan persiapan. Bila kita memilih
hemodialisis, kita akan membutuhkan tindakan untuk memperbesar dan
memperkuat pembuluh darah dalam lengan agar siap menerima pemasukan jarum
secara sering. Untuk dialisis peritonea, sebuah kateter harus ditanam dalam perut
kita. Atau mungkin kita ingin minta anggota keluarga atau teman menyumbang
satu ginjal untuk dicangkok.
5. Stadium 5
Kegagalan ginjal (GFR di bawah 15). Saat ginjal kita tidak bekerja cukup untuk
menahan kehidupan kita, kita akan membutuhkan dialisis atau pencangkokan
ginjal.
Sumber: http://spiritia.or.id/cst/dok, www.ikcc.or.id diakses 1Maret 2013
F. PATOFISIOLOGI
Fungsi renal menurun. Produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah.

Menjadi uremia dan

mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah, maka
gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis.
Gangguan klirens renal. Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat
dari penurunan jumlah glomerulus yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan
19

klirens substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal. Menurunnya filtrasi
glomerulus (akibat tidak berfungsinya glomerulus) klirens kreatinin akan menurun
dan kadar kreatinin serum akan meningkat. Selain itu, kadar nitrogen urea darah
(BUN) biasanya meningkat.

Kreatinin serum merupakan indikator yang paling

sensitif dari fungsi renal karena substansi ini diproduksi secara konstran oleh tubuh.
Retensi cairan dan natrium. Ginjal juga tidak mampu untuk mengkonsentrasikan
atau mengencerkan urin secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal
yang sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-hari, tidak
terjadi. Pasien sering menahan natrium dan cairan, meningkatkan resiko terjadinya
edema, gagal jantung kongestif, dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat
aktivasi aksis renin-angio-tensin dan kerjasama keduanya meningkatkan sekresi
aldosteron.

Pasien lain mempunyai kecenderungan untuk kehilangan garam;

mencetuskan resiko hipotensi dan hipovolemia.


Asidosis. Dengan berkembangnya penyakit renal, terjadi asidosis metabolik
seiring dengan ketidakmampuan ginjal mengekskresikan muatan asam (H+) yang
berlebihan. Penurunan sekresi asam terutama akibat ketidakmampuan tubulus ginjal
untuk mensekresi amonia (NH3-) dan mengabsorbsi natrium bikarbonat (HCO3)-)
Anemia. Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak
adekuat, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecenderungan
untuk mengalami perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari saluran
gastrointestinal. Eritropoetin, suatu substansi normal yang diproduksi oleh ginjal
menstimulasi sumsum tulang untuk menghasilkan sel darah merah. Pada gagal ginjal,
produksi eritropoetin menurun dan anemia berat terjadi, disertai keletihan, angina dan
napas sesak.
Ketidak seimbangan kalsium dan posfat. Abnormalitas utama yang lain pada
gagal ginjal kronik adalah gangguan metabolisme kalsium dan posfat. Kadar serum
kalsium dan posfat tubuh memiliki hubungan saling timbal balik, jika salah satunya
meningkat, yang lain akan turun. Dengan menurunnya filtrasi melalui glomerulus
ginjal, terdapat peningkatan kadar posfat serum dan sebaliknya penurunan kadar
serum kalsium. Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi parathormon
dan akibatnya kalsium di tulang menurun, menyebabkan perubahan pada tulang dan
penyakit tulang. Selain itu, metabolit aktif vitamin D (1,25 dihidrokolekasiferol)
yang secara normal dibuat di ginjal menurun seiring dengan berkembangnya gagal
ginjal.
20

Penyakit tulang uremik, sering disebut osteodistrofi renal, terjadi dari perubahan
kompleks kalsium, posfat dan keseimbangan parathormon. Laju penurunan fungsi
ginjal dan perkembangan gagal ginjal kronik berkaitan dengan gangguan yang
mendasari, ekskresi protein dalam urin, dan adanya hipertensi.

Pasien yang

mengekskresikan secara signifikan sejumlah protein atau mengalami peningkatan


tekanan darah cenderung akan cepat memburuk daripada mereka yang tidak
mengalami kondisi ini.

21

PATHWAY CKD
ISK
Bawah
(pielon
efritis
kronik)

Atas
(pielone
fritis
akut

Kelainan anatomi
ginjal & sal. Kemih
(refluks vesiko
ureter, obstruksi,
kalkuli/ k.kemih
neurogenik)

Nefrosklerosis
hipertensif

Glomerulonefritis

Perubahan pasopresor dr
system RAA &
defisiensi prostaglandin

Peradangan
ginjal bilateral

Retensi Na & air

Berawal dr
glomerulus

Vol. cairan ekstrasel


meningkat

System filtrasi
terganggu

Penyakit ginjal
kronik
Penyakit ginjal
polikistik (kistakista multiple
bilateral
Menekan ginjal

Menghancurkan
parenkim ginjal

Seluruh nefron
terganggu

Refluks urin yg
terinfeksi ke uretra

Hipertensi

Parenkim ginjal
(refluks internal)

Perubahan patologis
pada pem. Darah
ginjal :
Nefrosklerosis

Gout
Penyakit metabolic
(peniningkatan as.
Urat plasma

Endapan Kristal
urat dalam
interstisium ginjal

Nefritis interstisial
nefrosklerosis

Diabetes militus

Hiperparatiroidisme

Nefropati toksik

Nefropati

Hipersekresi
hormone paratiroid

Rentan terhadap
efek toksik karena
ginjal menerima
25% per menit dari
curah jantung &
ginjal merupakan
jalur ekskresi
obligatorik untuk
kebanyakan obat

Lesi pada
arteriola,
pielonefritis &
nekrosis papilla
ginjal &
gromerulos
sklerosis

Nefrokalasinosis

Penimbunan obat
dan meningkatkan
konsentrasi dalam
cairan tubulus

Nefritis
interstisial :
nefrosklerosis

Pielonefritis kronik
+ refluks vesiko
ureter

CKD

Fungsi ginjal menurun


Produk akhir
metabolisme protein yg
tertimbun di darah ( yg
normalnya diekskresikan
dalam urin

GFR menurun

Gangguan klirens
kreatinin

Gangguan filtrasi,
reabsobsi & eksresi

Retensi natrium &


cairan

Glomerulonefritis kronik

Molekul-molekul besar lolos


Proteinuria
hematuria

Produksi eritropoitin

Usia sel darah


merah memendek

Gangguan
metabolisme Ca dan
fosfat

22

Nitrogen urea darah


(BUN) meningkat

Cairan >>>

Aktivasi RAA

Udema

Sekresi
aldosteron

Uremia

Racun
menum
puk di
kulit

Gatalgatal

Racun
menum
puk di
otak

Perubahan
proses
pikir

Perubahan
urea dalam
saliva
Nafas berbau
amonia

Mual , muntah
paru

Jantung

Sekresi H+ ,
ammonia
(NH3-) ,
natrium
bikarbonat
(HCO3-)

Gangguan
eritropoisis

Fosfat , Ca serum

Ca tulang

Produksi
eritropoisis

Hipertensi

Anoreksia
Sesak
nafas
Gangguan
pemenuhan nutrisi
Gangguan pola
nafas tidak efektif

Gagal
jantung
kongestif

Penurunan curah
jantung

As. Metabolic
PH
PCO2 normal
HCO3

Ca darah

Kesemutan ,
kejang,perub
ahanperubahan
mental

Anemia

Osteodis
trofi
renal
(penyaki
t tulang
uremik )

Suplai O2 ke
jaringan dan organorgan
Hb menurun
Pucat
Lemas
CRT > 2 detik

Gangguan asam
basa

Neuropati perifer

Gangguan integritas
kulit

Resiko cedera

Keletihan

Intoleransi aktifitas

23

G. KOMPLIKASI
1. Hiperkalemia

akibat penurunan ekskresi , asidosis metabolic, katabolisme,

masukan diet berlebih.


2. Perikarditis, efusi pericardial, temponade jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialysis yang tidak adekuat
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renninangiotensin-aldosteron
4. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah,
perdarahan gastrointestinal akibat iritasi oleh toksin dan kehilangan darah selama
hemodialisa
5. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat, kadar kalsium
serum yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal.
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan laboratorium
Dilakukan untuk menetapkan adanya CKD, adanya kegawatan, menentukan
derajat CKD, menentukan gangguan system dan membantu menentukan etiologi.
Uji laboratorium yang biasa dilakukan adalah ulji filtrasi glomerulus.
a)

Urine:
1) Volume biasanya kurang dari 400 ml/ 24 jam (oliguria) atau urine tidak
ada (anuria).
2) Warna secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh pus
bakteri; sedimen kotor, kecoklatan menunjukkan adanya darah, Hb,
mioglobin porfirin.
3) Berat jenis kurang dari 1,015 (menetap pada 1.010 menunjukkan
kesusakan berat); natrium lebih besar dari 40 meq/l; derajat tinggi
proteinuria (3 4 +).
4) Osmolalitas kurang dari 350 m osm/kg menunjukan kerusakan tubular
dan rasio urine: serum sering 1.
5) Klirens Kreatinin: mungkin agak menurun.
6) Natrium; lebih besar dari 40 meq IL karena ginjal tidak mampu
meriabson natrium.

24

b)

Darah:
1) BUN atau Creatinin; meningkat, biasanya meningkat dalam proporsi.
Kadar kreatinin 10 mg/dl, diduga tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5).
2) Darah Lengkap: Hematokrit menurun pada adanya anemia, Hemoglobin
kurang dari 7-8 mg/dl,
3) Sel darah merah (SDM); menurun pada defisiensi eritropoetin seperti
azotemia
4) Analisa gas darah (AGD); pH asidosis metabolik (pH kurang dari 7,2)
terjadi karena kehilangan kemampuan ginjal untuk mengekskresikan
hydrogen dan ammonia atau hasil akhir katabolisme protein, bikarbonat
(HCO3) menurun, PC02 menurun.
5) Natrium serum; mungkin rendah (bila ginjal kehabisan natrium atau
normal), memungkinkan status delusi, hipernatremi.
6) Kalium; terjadi peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai dengan
perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis
SDM), pada tahap akhir, perubahan EKG mungkin tidak terjadi sampai
kalium 6,5 mEq atau lebih besar.
7) Magnesium atau fosfat meningkat.
8) Kalsium menurun
9) Protein (khususnya albumin); kadar serum menurun dapat menunjukkan
kehilangan protein melalui urin, terjadinya perpindahan cairan dan
penurunan pemasukan atau penurunan sintesis karena kurang asam amino
esensial.

2. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat kemungkinan hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis
(misalnya voltase rendah), aritemia, dan ganggguan elektrolit (hiperkalemia,
hipokalsemia).
3. Ultrasonografi (USG)
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal kortek ginjal, kepadatan parenkim ginjal,
anatomi saluran kemih dan prostat. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari
adanya factor yang reversible seperti obstruksi oleh batu atau masa tumor, juga
untuk menilai proses penyakit sudah lanjut.

25

4. Foto polos Abdomen


Menilai bentuk dan besar ginjal dan apakah ada batu atau obstruksi lain,
sebaiknya tanpa puasa karena dehidrasi akan memperburuk fungsi ginjal.
5. Pemeriksaan Pielografi Retrograd
Dilakukan apabila dicurigai ada obstruksi reversible.
6. Pemeriksaan Foto Dada
Dapat terlihat bendungan paru akibat kelebihan cairan, efusi fleura, kardio megali
efusi pericardial.
7. Pemeriksaan Radiologi tulang
Mencari ostodistrofi (terutama falang atau jari) dan klasifikasi metastatik.
8. Pielografi Intra-vena (PIV)
Pada CKD lanjut tidak bermanfaat lagi karena ginjal tidak dapat mengeluarkan
kontras dan pada CKD ringan mempunyai resiko penurunan faal ginjal lebih berat
terutama pada usia lanjut, DM dan nefropati asam urat.
9. Renogram
Pemeriksan yang digunakan untuk melihat fungsi ginjal kanan dan kiri.
10. CT Scan
Dapat melihat adanya perdarahan dan atau iskemik pada otak.
(Corwin, Elizabeth J, 2004)
I. PENATALAKSANAAN
1. Memperlambat Progresi Gagal Ginjal.
a) Pengobatan hipertensi target penurunan tekanan darah yang dianjurkan lebih
dari 140/90 mmHg.
b) Pembatasan asupan protein bertujuan untuk mengurangi hiperfiltrasi
glomerulus.
c) Restriksi fosfor untuk mencegah hiperparatiroidisme sekunder.
d) Mengurangi proteinurea.
e) Mengendalikan hiperlipidemia.
2. Mencegah Kerusakan Ginjal Lebih Lanjut.
a) Pencegahan kekurangan cairan, dehidrasi dan kehilangan elektrolit dapat
menyebabkan gagal ginjal. Kelainan yang dapat ditemukan adalah penurunan
tugor kulit, kulit dan mukosa kering, gangguan sirkulasi ortostatik, penurunan
vena jugularis, dan penurunan tekanan vena sentral merupakan tanda-tanda
yang membantu menegakkan diagnosis.
26

b) Sepsis. ISK akan memperburuk faal ginjal.


c) Hipertensi yang tidak terkendali. Kenaikan tekanan yang lanjut akan
memperburuk fungsi ginjal. Tetapi penurunan tekanan darah yang berlebihan
juga aakan memperburuk fungsi ginjal. Obat-obatan yang dapat diberikan
adalah furosemial, obat penyekat beta, vasodilator, antagonis kalsiumdan
penghambat alfa. Dosis obat disesuaikan dengan GFR karena kemungkinan
adanya akumulasi obat.
d) Obat-obat nefrotoksik seperti amino-glikosid, OAINS (obat anti inflamasi
nonsteroid), kontras radiology harus dihindari.
e) Kehamilan dapat memperburuk fungsi ginjal, memperburuk hipertensi dan
meningkatkan kemungkinan terjadinya eklamsia. Resiko kehamilan meningkat
apabila kreatinin serum > 1.5 mg/dl dan apabila kadar kreatinin serum > 3
mg/dl dianjurkan tidak hamil.
3. Pengelolaan Uremia dan Komplikasinya.
a) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pasien dengan gagal ginjal
lanjut mengalami peningkatan jumlah cairan ekstraseluler karena retensi
cairan

dan

natrium.

Peningkatan

cairan

intravaskuler

menyebabkan

hipertensi,sementara ekspansi cairan ke ruang interstisial menyebabkan


edema. Hiponatremi sering juga ditemukan pada kasus CKD lanjut akibat
ekskresi air yang menurun oleh ginjal. Penatalaksanaan meliputi retraksi
asupan cairan dan natrium serta pemberian terapi diuretic. Jenis diuretic yang
menjadi pilihan adalah furosemid karena efek furosemid tergantung pada
sekresi aktif ditubulus proksimal. Asupan cairan dibatasi < 1000ml/hari pada
keadaan berat < 500 ml/hari. Natrium diberikan < 2-4 gram/hari.
b) Asidosis metabolic. Manifestasi timbul apabila GFR < 25 ml/menit. Diet
rendah protein 0,6 gram/hari membantu mengurangi kejadian asidosis. Bila
bikarbonat serum turun sampai < 15-17 mEq/L harus diberikan substitusi
alkali (tablet natrium bikarbonat).
c) Hiperkalemia terjadi akibat ekskresi kalium melalui urin berkurang, keadaan
metabolic, makanan (pisang) dapat meningkatkan kadar kalium. Hiperkalemia
dapat menimbulkan kegawatan jantung dan kematian mendadak akibat aritmia
kordis yang fatal. Untuk mengatasi kegawatan akibat hiperkalemi dapat
diberikan obat-obat berikut ;
a) Kalsium glukosa 10%, 10 ml darah waktu 10 menit IV.
27

b) Bikarbonat natrikus 50-150 mEq IV dalam waktu 15-30 menit.


c) Insulin dan glukosa 6 U insulin dan glukosa 50 g dalam waktu 1 jam.
d) Kayexalate (resim pengikat kalsium) 25-50 gram oral atau rectal.
d) Diet rendah protein. Diet rendah proten akan mengurangi akumulasi hasil
akhir metabolisme protein yaitu ureum dan toksik uremik. Selain itu diet
tinggi protein akan mempercepat timbulnya glomerulosklerosis akibat
meningkatnya beban kerja glomerulus (hiperfiltrasi glomerulus) dan fibrosis
interstisial. Kalori diberikan 35 kal/kg BB, protein 0,6 gram/kg BB/hari.
e) Anemia, penyebab utama anemia pada CKD adalah defisiensi eritropoetin.
Penyebab lainnya adalah perdarahan gastrointestinal, umur eritrosit yang
pendek dan adanya hambatan eritropoisis, malnutrisi dan defisiensi besi.
Transfusi darah yang baik apabila hemoglobin kurang dari 8gram% dengan
pemberian eritropoetin.
4. Kalsium dan Fosfor.
Untuk mencegah terjadinya hiperparatiroidisme sekunder, kadar fosfor
serum harus dikendalikan dengan diet rendah fosfor (daging dan susu). Apabila
GFR < 30 ml/menit, diperlukan pemberian pengikat fosfor seperti kalsium
karbonat atau kalsium asetat serta pemberian vitamin D yang bekerja
meningkatkan abssorbsi kalsium di usus. Vitamin D juga mensupresi sekresi
hormone paratiroid.
5. Hiperuresemia.
Alopurinol sebaiknya diberikan 100-300 mg apabila kadar asam urat
>10mg/dl atau apabila adaa riwayat penyakit gout.
Penatalaksanaan konservatif dihentikan apabila pasien sudah memerlukan dialysis
tetap atau transplantasi. Pada tahap ini biasanya GFR sekitar 5-10 mL/ menit dan
ditemukan keadaan berikut:
1) Asidosis metabolic yang tidak dapat diatasi denngan obat-obatab
2) Hiperkallemia yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
3) Overload cairan (edema paru)
4) Ensefalopati uremik, penurunan kesadaran
5) Efusi pericardial
6) Sindrom uremia: mual, muntah, anereksia dan neuropati yang memburuk
6. Indikasi penatalaksanaan konservatif

28

Pada CRF dan tahap insufisiensi ginjal


Faal ginjal 10-50% atau kreatinin serum 2mg%-10mg%
J. PENATALAKSANAAN DIET PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK
DENGAN TERAPI KONSERVATIF
Untuk mengatur makanan diperlukan zat-zat gizi yang terdiri dari sumber
protein, energi, lemak, vitamin, dan mineral yang jumlahnya tidak sama/ berbeda
dengan orang sehat. Tujuannya agar status gizi optimal, tidak ada katabolisme protein,
serta menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit. Diet pasien gagal ginjal kronik
engan terapi konservatif diberikan apabila tes kliren kreatinin < 25 ml/menit.
Beberapa penelitian menyimpulkan untuk diet pasien CKD yang belum dialysis
adalah rendah protein. Protein yang diberikan 0,6 gr/kg BB ideal dapat
mempertahankan status gizi. Energi yang dibutuhkan dapat diperoleh dari sumber
karbohirat 60%, lemak 30% dan sisanya dari protein 10%.
Selain kebutuhan diatas perlu juga diperhatikan kebutuhan kalium, natrium,
pospor, dan kalium.pasien harus membatasi kalium apabila kadar kalium darah 5,5
meq. Pada pasien gagal ginjal kronik dengan terapi konservatif kasus hiperkalemi
jarang terjadi apa bila urin pasien masih cukup banyak (> 400 ml). garam dan cairan
dibatasi apabila pasien mengalami hipertensi dan ada penumpukan cairan.
Pembatasan garam berkisar 2,5-7,6 gram, rata-rata 5 gr, serta menghindari makanan
yang tinggi garam. Anjurkan konsumsi air adalah urine output 24 jam + 500 ml.
fosfor yang dianjurkan adalah < 10 mg/kg BB/hari dan kalsium 1200 mg/hari.

29

K. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN CKD


1. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan yang meliputi aspek
bio, psiko, sosio dan spiritual secara komprehensif. Maksud dari pengkajian
adalah mendapatkan informasi data tentang klien data tersebut dapat berasal dari
klien (data primer), dari keluarga (data sekunder), dan data dari catatan yang ada
(data tersier), pengkajian dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan
melalui wawancara, observasi langsung dan melihat catatan medis, adapun yang
perlu dilakukan pada klien dengan Gagal Ginjal Kronik adalah sebagai berikut:
a.

Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, alamat, tanggal
masuk rumah sakit dan diagnosa medis.

b.

Riwayat Keperawatan
1)

Riwayat

kesehatan

sekarang,

meliputi

perjalanan

penyakitnya, awal gejala yang dirasakan klien, keluhan timbul secara mendadak
atau bertahap, faktor pencetus, upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah
tersebut.
2)

Riwayat kesehatan masa lalu, meliputi penyakit yang


berhubungan dengan penyakit sekarang, riwayat kecelakaan, riwayat dirawat
dirumah sakit dan riwayat penggunaan obat.

3)

Riwayat kesehatan keluarga, meliputi adakah keluarga


yang mempunyai penyakit keturunan Hipertensi, Gagal Ginjal dan lain-lain.

4)

Riwayat psiko sosial meliputi, adakah orang terdekat


dengan klien, interaksi dalam keluarga, mekanisme koping yang digunakan
klien untuk mengatasi masalah dan bagaimana motivasi kesembuhan dan cara
klien menerima keadaannya, masalah yang mempengaruhi klien, persepsi klien
terhadap penyakitnya dan sistem nilai kepercayaan yang bertentangan dengan
kesehatan.

5)

Kondisi lingkungan rumah, lingkungan rumah merupakan


faktor utama yang mempengaruhi kesehatan klien.

6)

Kebiasaan sehari-hari sebelum sakit dan di rumah sakit,


meliputi pola nutrisi, pola eliminasi, pola personal higiene, pola istirahat tidur,
pola aktivitas dan latihan serta pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan.
30

c.

Pengkajian Fisik yang dapat dilakukan mulai dari ujung rambut sampai
ujung kaki (head to toe) dengan menggunakan teknik yaitu: inspeksi, palpasi,
auskultasi dan perkusi, adapun hasil pengkajian dari ujung rambut sampai ujung
kaki dengan teknik tersebut pada klien Gagal Ginjal Kronik adalah sebagai
berikut :
1) AKTIVITAS / ISTIRAHAT
Gejala: kelelahan ekstrim, kelemahan, malaise gangguan tidur (insomnia /
gelisah atau somnden)
Tanda: kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
2) SIRKULASI
Gejala: riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi: nyeri dada (angina)
Tanda: hipertensi: DVJ, edema jaringan umum dan pittine pada kaki, telapak
tangan disitmia jantung, nadi lemah halus, hipertensi ortostatik
menunjukkan hipovotemia, yang jarang pada penyakit tahap akhir.
Friction rub perikardial (respos terhadap akumulasi sisa)
Pucat ; kulit coklat kehijauan kuning, kecenderungan perdoral.
3) INTEGRITAS EGO
Gejala: faktor stress, contoh finansial, hubungan.perasaan tak berdaya, tak ada
harapan tak ada kekuatan.
Tanda: menolak, ansietas, takut, marah, mudah, terangsang, perubahan
kepribadian.
4) ELIMINASI
Gejala: penurunan frekuensi urine, ohguria, anuria, (gagal tahap lanjut),
abdomen kembung, diare, atau konstipasi.
Tanda: perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, coklat berawan.
oliguria dapat menjadi anuria.
5) MAKANAN / CAIRAN
Gejala: peningkatan BB cepat (edema), penurunan BB (malnutrisi) anereksia,
nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut
(pernafasan ammonia). Pengguna diuretic.
Tanda: Distensi abdomen/asites, pembesaran hati (tahap akhir) perubahan
turgor kulit / kelembapan.
Edema (umum: tergantung)
Ulserasi gusi: perdarahan gusi / lidah.
31

Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak bertenaga.


6) NEUROSENSORI
Gejala: sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot / kejang, sindrom kaki
gelisah kebas rasa terbakar pada telapak kaki. Kebas / kesemutan dan
kelemahan, khususnya ekstremitas bawah, (neuropati perifer)
Tanda: Gangguan

status

mental,

contoh

penurunan

lapang

berhati,

ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, penurunan


tingkat kesadaran, stupor, koma.penurunan DTR, tanda chostek dan
trousenu positif. kejang, fasikulasi, otot, aktifitas kejang, rambut tipis,
kuku rapuh dan tipis.
7) NYERI / KENYAMANAN
Gejala: Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot / nyeri kaki (memburuk saat
malam hari)
Tanda: perilaku berhati-hati / distroksi, gelisah.
8) PERNAPASAN
Gejala: Napas pendek, dispnea nocturnal paroksismal, batuk dengan spuntum
kental dan banyak.
Tanda: Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman pernapasan
kusmaul. batuk produktif dengan spuntum merah muda, encer (edemaparu)
9) KEAMANAN
Gejala: Kulit gatal ada/berulangnya infeksi
Tanda: Pruritus, demam (sepsis, dehidrasi) ; normotermia dapat secara actual
terjadi
peningkatan pada pasien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari
normal (efek CKD/depresi respon umum).ptekie, area ekimosis pada
kulit, fraktur tulang; deposit fosfat kalsium (kalsifikasi metastatik) pada
kulit, jaringan lunak, sendi, keterbatasan gerak sendi.
10)

SEKSUALITAS
Gejala:penurunan libido, amenorea, anfektilitas.

11)

INTERAKSI SOSIAL
Gejala; kesulitan menentukan kondisi, contohnya; tidak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.
32

12)

PENYULUHAN/PEMBELAJARAN

Gejala: Riwayat DM keluarga (resti untuk gagal ginjal), penyakit polikistik,


nefritis herediter. Kalkulus urinaria, malignasi. Riwayat terpajan pada
toksin, contoh obat, racun lingkungan, penggunaan antibiotik
nefrotoksik saat ini/berulang.
Pertimbagan rencana pemulangan; DRG menunjukkan rata-rata lama dirawat ;
6,4 hari, memerlukan bantuan dalam obat, pengobatan, suplai,
transportasi pemeliharaan rumah.
2.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Sebelum membuat diagnosa keperawatan maka data yang terkumpul
diidentifikasi untuk menentukan masalah melalui analisa data, pengelompokan data
dan menentukan diagnosa keperawatan. Diagnosa keprawatan adalah keputusan atau
kesimpulan yang terjadi akibat dari hasil pengkajian keperawatan.
Menurut Marilyn E. Doengoes, diagnosa keperawatan pada klien dengan Gagal
Ginjal Kronik adalah
a.

Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan


ketidakseimbangan cairan mempengaruhi volume sirkulasi.

b.

Risiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan penekanan


produksi/sekresi eritropoetin, penurunan produksi sel darah merah, gangguan
factor pembekuan, peningkatan kerapuhan kapiler.

c.

Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan


fisiologis.

d.

Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan


dengan gangguan status metabolic, sirkulasi (anemia dengan iskemia), sensasi
(neuropati perifer), gangguan turgor kulit, akumulasi toksin dalam kulit.

e.

Risiko tinggi terhadap perubahan membran mukosa oral


berhubungan dengan penurunan fungsi salifa, pembatasan cairan.

f.

Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan


pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat.

g.

Perubahan

ketidakpatuhan

berhubungan

dengan

sistem

keyakinan, pengaruh budaya.


3.

INTERVENSI
33

Perencanaan adalah proses penyusunan strategi keperawatan atau intervensi


yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi masalahmasalah
klien yang teridentifikasi sebagai hasil analis atau sintesa.
Diagnosa 1; Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan mempengaruhi volume sirkulasi.
Tujuan dan kriteria hasil
Tujuan yang hendak dicapai yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam, diharapkan penurunan curah jantung tidak terjadi, dengan
kriteria hasil nyeri dada berkurang, batuk berkurang, nafas tidak sesak dan
tekanan darah dan frekuensi jantung dalam batas normal.
Intervensi
Mandiri
a. Auskultasi bunyi jantung dan paru. Evaluasi adanya edema pada konvesti vaskuler
dan keluhan dipnea.
Rasional ;
S3 / S4 dengan tonus muflea, takikardia, frekuensi jantung tidak teratur, takipnea,
dispnea, gemerisik, mengi dan edema/distensi jugular menunjukkan CKD.
b. Kaji adanya /derajat hipertensi awasi TD, perhatikan perubahan postura contoh
duduk, berbaring, berdiri.
Rasional ;
Hipertensi bermakna terjadi karena gangguan pada system aldosteran renin,
angiotensin (karena disfungsi ginjal)
c. Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan lokasi, radiasi, beratnya (skala 0-10) dan
apakah tidak menetap dengan inspirasi dalam dari posisi terlentang.
Rasional :
Hipertensi dan GJK kronis dapat menyebabkan IM, kurang lebih pasien dengan
CKD

dengan

dialisis

mengalami

perikardisis,

potensial

insikoefusi

perikardial/temponade.
d. Evaluasi bunyi jantung (perhatikan frcition rub), TD, nadi perifer, pengisian
kapiler, kongesti vaskular, suhu dan sensori / mental.
Rasional :
Adanya hipotensi tiba-tiba, nadi paradoksik, penyempitan tekanan nadi,
penurunan / tidak adanya nadi perifer, distendi jugular nyata, pucat dan

34

penyimpangan mental cepat menunjukkan temponode, yang merupakan


kedaruratan medik.
e. Kaji tingkat aktifitas, respons terhadap aktfitas
Rasional ;
Kelelahan dapat menyertai GJK juga anemia.
Kolaborasi :
f. Awasi pemeriksaan laboratorium seperti elektrolit (kalium, natrium, kalsium,
magnesium), BUN :
Rasional :
Ketidak seimbangan dapat mengganggu konduksi elektrikal dan fungsi jantung.
g. Foto dada
Rasional :
Berguna dalam mengidentifikasi terjadinya gagal jantung atau kalsifikasi jaringan
lunak.
h. Berikan obat anti hipertensi contoh prozozin (minipresis), kaptopril (capoten)
klonodin (cata pres), hidralazin (apresoline).
Rasional :
Menurunkan tahanan vaskular sistemik dan / atau pengeluran

untuk

menurunkan kerja miokardikal dan membantu mencegah GJK dan / atau IM.
i. Bantu dalam perikardiosentesis sesuai indikasi.
Rasional :
Akumulasi cairan dalam kantung parikardial dapat mempengaruhi pengisian
jantung dan kontraktilitas miokardial mengganggu cural jantung dan potensial
resiko henti jantung.
j. Siapkan dialisis.
Rasional :
Penurunan ureum toksik dan memperbaiki ketidak seimbangan elektrolit dan
kelebihan cairan dapat membatasi / mencegah manifestasi jantung, termasuk
hipertensi dan efusi perikardial.
Diagnosa 2 Risiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan penekanan
produksi/sekresi eritropoetin, penurunan produksi sel darah merah,
gangguan factor pembekuan, peningkatan kerapuhan kapiler.
Tujuan dan kriteria hasil
35

Tujuan yang hendak dicapai yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan


selama 3 x 24 jam diharapkan cidera tidak terjadi, dengan kriteria hasil
kelelahan tidak terjadi, perubahan mental tidak terjadi, tidak ada tanda atau
gejala perdarahan, aktivitas kembali normal.
Intervensi
Mandiri
a. Perhatikan keluhan peningkatan kelelahan,
Rasional:
Dapat menunjukkan anemia dan respon jantung untuk mempertahankan
oksigenasi sel.
b. Awasi tingkat kesadaran dan perilaku.
Rasional:
Anemia dapat menyebabkan hipoksia serebral dengan perubahan mental, orientasi
dan respon perlilaku.
c. Evaluasi respon terhadap aktifitas, kemampuan untuk melakukan tugas. Bantu
sesuai kebutuhan dan buat jadwal untuk istirahat.
Rasional :
Anemia dapat menurunkan oksigen dalam jaringan dan meningkatkan kelelahan
sehingga memerlukan intervensi, perubahan aktivitas dan istirahat.
d. Batasi contoh vaskular, kombinasikan tes laboratorium bila mungkin.
Rasional :
Pengambilan contoh darah berulang / kelebihan dapat memperburuk anemia.
e. Observasi perdarahan terus menerus dari tempat penusukan, perdarahan /
okimosis karena trauma kecil, ptekie, pembengkakan sendi atau membran
mukosa, contoh perdarahan gusi, epistaksis, berulang, melena dan urine
merah/berkabut.
Rasional :
Perdarahan dapat terjadi dengan mudah karena kerapuhan kapiler/gangguan
pembekuan dan dapat memperburuk anemia.
f. Berikan sikat gigi halus, pencukur elektrik; gunakan jarum kecil bila mungkin dan
lakukan penekanan lebih lama setelah penyuntikan penusukan vaskuler.
Rasional :
Menurunkan resiko perdarahan / pembentukan hemotoma.
Kolaborasi
36

g. Awasi pemeriksaan laboratorium seperti ;


-

Hitung darah lengkap SDM, Hb/Ht


Uremia (contoh peningkatan amonia, urea, atau toksin lain), menurunkan
produksi eritoproetin dan menekan produksi SDM dan waktu hidupnya.
Biasanya Hb dan Ht CKD rendah tetapi ditoleransi contoh Hb tidak dibawah 7.

Jumlah trombosit, faktor pembekuan


Penekanan pembentukan trombosit dan ketidak adekuatan kadar faktor III dari
VIII mengganggu potensial resiko perdarahan. Catatan perdarahan menjadi
sulit teratasi pada saat akhir penyakit.

Kadar PT
Konsumsi protombin abnormal menurunkan kadar serum dan mengganggu
pembekuan.

h. Berikan darah segar, SDM kemasan sesuai indikasi


Rasional :
Diperlukan bila menunjukkan gejala anemia simtomatik. SDM kemasan biasanya
diberikan bila pasien kelebihan cairan atau dilakukan dialisis.
i. Berikan obat sesuai indikasi, contoh ;
a.

Sediaan

besi,

asam

folat

(Folvite);

sianokobalamin (betalin)
Rasional :
Memperbaiki gejala anemia sehubungan dengan kekurangan nutrisi / karena
dialisis.
Catatan ; besi tidak boleh diberikan dengan ikatan fosfat karena menurunkan
obserbsi besi.
b.

Simetidin (tagamet ) ranitidin (zantac) ;


antasida
Rasional :
Diberikan secara profilaktik untuk menurunkan / menetralkan asam lambung
dan menurunkan resiko perdarahan GL

c.

Hemastatik / penghambat fibrinolisis, contoh


asam aminokoproik (amicar)
Rasional :
Menghambat perdarahan yang tidak ada secara spontan / berespon terhadap
pengobatan biasa.
37

d.

Pelunak

feces

(coloce):

laksatif

bulk

(metamucil)
Rasional :
Mencegah

terhadap

feces

bentuk

keras

meningkatkan

perdarahan

mukosa/rektal.
Diagnosa 3 Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis.
Tujuan dan Kriteria Hasil
Tujuan yang hendak dicapai yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam diharapkan proses pikir kembali normal, dengan kriteria
hasil mudah mengambil kesimpulan, klien tidak bingung, mudah untuk
mengingat, klien tidak lupa.

Intervensi
Mandiri
a. Kaji luasnya gangguan kemampuan berfikir, memori dan orientasi. (perhatikan
lapang perhatian)
Rasional :
Efek sindrom uremik dapat terjadi dengan kekacauan / peka minor dan
berkembang keperubahan kepribadian atau ketidakmampuan untuk mengasimilasi
informasi dan berpartisipasi dalam perawatan.
b. Pastikan dari orangtua terdekat, tingkat mental pasien biasanya.
Rasional :
Memberikan perbandingan untuk mengevaluasi perkembangan / peningkatan
gangguan.
c. Berikan orang terdekat informasi tentang status pasien.
Rasional :
Beberapa perbaikan dalam mental mungkin diharapkan dengan kadar BUN,
elektrolit. PH serum yang lebih normal.
d. Berikan lingkungan tenang dan izinkan menggunakan televisi, radio dan
kunjungan.
Rasional :

38

Meminimalkan

rangsangan

lingkungan

untuk

menurunkan

kelebihan

sensori/peningkatan kekacauan saat mencegah depresi sensori.


e. Buatkan jadwal teratur untuk aktivitas yang diharapkan.
Rasional :
Membantu dalam mempertahankan orientasi kenyataan dan dapat menurunkan
takut/kekacauan.
f. Tingkatkan istirahat adekuat dan tidak mengganggu periode.
Rasional :
Gangguan tidur dapat mengganggu kemampuan kognitif lebih lanjut.
Kolaborasi
g. Awasi pemeriksaan laboratorium contoh BUN / kreatinin, elektrolit serum, kadar
glukosa dan GDA (PD2, PH).
Rasional :
Perbaikan peningkatan/ketidak seimbangan dapat mempengaruhi kognitif /mental.
h. Berikan tambahan D2 sesuai tambahan.
Rasional :
Perbaikan hipoksia saja dapat memperbaiki kognitif.
i. Hindari penggunaan barbiturat dan opiat.
Rasional :
Obat-obatan secara normal didetoksifikasi dalam ginjal akan mengalami waktu
paruh/efek akumulasi, memperburuk kekacauan.
j. Siapkan untuk dianalisis.
Rasional :
Penyimpangan proses pikir nyata dapat menunjukkan azotemia dan kondisi umum
memerlukan intervensi untuk meningkatkan himoestasis.
Diagnosa 4

Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan


dengan gangguan status metabolic, sirkulasi (anemia dengan
iskemia), sensasi (neuropati perifer), gangguan turgor kulit,
akumulasi toksin dalam kulit.

Tujuan dan Kriteria Hasil


Tujuan yang hendak dicapai yaitu setelah dilakukan tindakan tidak terjadi,
dengan kriteria hasil turgor kulit elastis, kulit lembab, warna kulit
kemerahan (tidak pucat), kulit tampak tidak ada bekas garukan.
39

Intervensi
Mandiri
a. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskular.
Rasional :
Menandakan area sirkulasi buruk atau kerusakan yang dapat menimbulkan
pembentukan dekubitus/infeksi
b. Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran
Rasional :
Mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang mempengaruhi sirkulasi
dan integritas jaringan seluler.
c. Ubah posisi sesering mungkin.
Rasional :
Menurunkan tekanan pada oedema.
d. Berikan perawatan kulit, batasi penggunaan sabun, berikan salep atau krim
(misalnya ; lanilin, aquaphor).
Rasional :
Mandi dengan bedak menurunkan gatal dan mengurangi pengeringan kulit oleh
sabun.
e. Anjurkan pasien memakai pakaian longgar.
Rasional :
Mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan vaporasi lembab pada kulit.
Kolaborasi
f. Berikan matras busa / flotasi.
Rasional :
Menurunkan tekanan lama pada jaringan yang dapat membatasi perfusi seluler
yang menyebabkan iskemis / nekrosis.
Diagnosa 5 Risiko tinggi terhadap perubahan membrane mukosa berhubungan
dengan penurunan fungsi saliva, pembatasan cairan.
Tujuan dan Kriteria Hasil
Tujuan yang hendak dicapai yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam diharapkan membrane mukosa lembab, mulut tidak
kering, tidak ada bau ammonia pada mulut
Intervensi
40

Mandiri
a. Inspeksi rongga mulut (kelembaban, karakter saliva)
Rasional:
Memberikan kesempatan untuk intervensi segera dan mencegah infeksi
b. Berikan cairan sepanjang 24 jam dalam batas yang ditentukan,
Rasional:
Mencegah kekeringan mulut berlebihan dari periode lama tanpa masukan oral;
c. Berikan perawatan mulut.
Rasional:
Perawatan mulut dapat menyejukkan, melumasi dan membantu menyegarkan rasa
mulut yang sering tak menyenangkan karena uremia dan keterbatasan masukan
oral.
d. Anjurkan hygiene gigi pada saat setelah makan dan sebelum tidur.
Rasional:
Menurunkan pertumbuhan bakteri dan potensial terhadap infeksi;
e. Anjurkan klien menghentikan merokok dan menghindari pencuci mulut yang
mengandung alkohol.
Rasional:
Bahan ini dapat mengiritasi mukosa dan mempunyai efek mengeringkan,
menimbulkan ketidaknyamanan.
Kolaborasi
f.

Berikan obat-obatan sesuai indikasi antihistamin (kipheptadin),


Rasional:
Dapat diberikan untuk menghilangkan gatal.

Diagnosa 6 Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan


pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang
terpajan/mengingat.
Tujuan dan Kriteria Hasil
Tujuan yang hendak dicapai yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 25 menit diharapkan pengetahuan klien dan keluarga bertambah,
dengan kriteria hasil klien memahami tentang kndisi/proses penyakit dan
pengobatan, klien tidak bertanya tanya lagi, klien dapat menyebutkan
tanda dan gejala CKD.
41

Intervensi
Mandiri
a. Kaji ulang proses penyakit/prognosis dan kemungkinan yang akan dialami
Rasional:
Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan
berdasarkan informasi.
b. Kaji ulang pembatasan diet, termasuk fosfat dan magnesium,
Rasional:
Pembatasan fosfat merangsang kelenjar paratiroid untuk pergeseran kalsium dari
tulang dan akumulasi magnesium dapat mengganggu fungsi neurologis dan
mental.
c. Dorong pemasukan kalori tinggi, khususnya dari karbohidrat.
Rasional:
Penyimpanan protein, mencegah penggunaan dan memberikan energi;.
d. Kaji ulang tindakan untuk mencegah perdarahan.
Rasional:
Menurunkan resiko sehubungan dengan perubahan faktor pembekuan atau
penurunan jumlah trombosit.
e. Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga mengenai CKD.
Rasional:
Menambah pengetahuan klien dan keluarga dalam hal penyakit maupun
pengobatannya.
Diagnosa 7 Perubahan ketidakpatuhan berhubungan dengan sistem kepatuhan,
pengaruh budaya.
Tujuan dan Kriteria Hasil
Tujuan yang hendak dicapai yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1 x 24 jam diharapkan klien dan keluarga dapat mematuhi aturan
yang berlaku, dengan kriteria hasil klien mengikuti anjuran yang
diberikan, klien menerima masukan yang telah dijelaskan, klien
menjalankan program yang telah diberikan.
Intervensi
Mandiri

42

a. Yakinkan persepsi/pemahaman pasien/orang terdekat terhadap situasi dan


konsekuensi perilaku.
Rasional:
Memberikan kesadaran pasien memandang penyakitnya sendiri dan program
pengobatan dan membantu dalam memahami masalah klien.
b. Dengarkan keluhan/pernyataan klien.
Rasional:
Menyampaikan pesan masalah, keyakinan pada kemampuan individu dan
mengatasi situasi dalam cara positif.
c. Identifikasi perilaku yang mengidentifikasi kegagalan untuk mengikuti program
pengobatan.
Rasional:
Dapat memberikan informasi tentang alasan kurangnya kerja sama dan
memperjelas area yang memerlukan pemecahan masalah.
d. Kaji tingkat ansietas.
Rasional:
Tingkat ansietas dapat mempengaruhi kemampuan klien dalam mengatasi situasi.
e. Berikan umpan balik positif untuk upaya keterlibatan dalam perilaku.
Rasional:
Meningkatkan harga diri, mendorong partisipasi dalam program selanjutnya.
4.

EVALUASI
Adapun evaluasi yang dapat diterapkan pada klien Chronic Kidney Desease yaitu ;
a. Frekuensi jantung dalam batas normal.
b. Tidak ada tanda tanda perdarahan.
c. Kemampuan dalam berpikir normal.
d. Keutuhan kulit terjaga.
e. Integritas membran mukosa dapat dipertahankan.
f. Pengetahuan klien dan keluarga meningkat.
g. Dapat menyatakan pengetahuan mengenai penyakit dan pemahaman program
therapi.

43

BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN

a.

b.

Tanggal Pengkajian

: 6 April 2015

Tanggal Masuk

: 18 Maret 2015

Ruang / Kelas

: Perawatan Umum Lt.4/ Kelas II

Nomor Register

: 263096

Diagnosa Medis

: CKD Stage V

IDENTITAS KLIEN
Nama Klien
Jenis Kelamin
Usia
Status Perkawinan
Agama
Suku Bangsa
Pendidikan
Bahasa yang digunakan
Pekerjaan
Alamat
Sumber Biaya
Sumber Informasi

: Ny. M
: Perempuan
: 75 tahun
: Menikah
: Islam
: Jawa
: SMA
: Indonesia
: Ibu Rumah Tangga
: Komplek Kodam RT I/6 Kebon Jeruk. Jakarta Barat
: BPJS Kesehatan
: Keluarga

RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Keluhan Utama : Klien mengatakan sesak sejak 1 minggu sebelum masuk RS.
Keluarga klien mengatakan klien ada riwayat penyakit Hipertensi, Stroke dan
Diabetes Mellitus.
b. Kronologis Keluhan : Keluhan muncul secara bertahap. Keluarga klien
mengatakan klien pernah dirawat tahun 2011 dengan stroke. Kemudian klien
terdiagnosa hipertensi dan diabetes mellitus.
Faktor Pencetus : Klien dirawat dengan CKD stage V, diduga akibat
komplikasi riwayat penyakit terdahulu seperti DM dan hipertensi.
Timbulnya Keluhan : ( ) Mendadak
( v) Bertahap
Lamanya : Klien sering mengeluh sakit sejak 2011. Keluarga klien
mengatakan kondisi klien dari tahun ke tahun semakin menurun.
Upaya mengatasi : Keluarga klien mengatakan mengatasi keluhan dengan
2.

memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk memperoleh kesembuhan.


Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Riwayat Alergi (obat, makanan, binatang, lingkungan) :
44

Klien mengatakan tidak ada alergi obat maupun makanan.


b. Riwayat Kecelakaan :
Keluarga klien mengatakan tidak ada riwayat kecelakaan.
c. Riwayat dirawat di RS (kapan, alasan dan berapa lama) :
Keluarga mengatakan klien pernah dirawat dengan diagnosa stroke pada tahun

3.

4.
5.

2011.
d. Riwayat penggunaan obat obatan :
Metformin dan Amlodipine (Sebelum masuk RS).
Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram dan keterangan)

Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga (faktor resiko)


Tidak ada
Riwayat Psikososial dan Spiritual
a. Adakah orang terdekat dengan pasien : Ada, anak pasien.
b. Interaksi dalam keluarga
Pola komunikasi : Sebelum sakit pasien berkomunikasi dengan baik.
Pembuatan keputusan : Keluarga klien mengatakan pembuatan keputusan ada

pada anak anaknya.


Kegiatan kemasyarakatan : Klien sudah lama tidak aktif mengikuti kegiatan

kemasyarakatan.
c. Dampak penyakit pasien terhadap keluarga :
Klien tidak bisa melakukan peran sebagai seorang ibu.
d. Masalah yang mempengaruhi pasien :
Keluarga klien mengatakan masalah yang mempengaruhi kesehatan klien adalah
penurunan kemampuan klien untuk menjalankan terapi.
e. Mekanisme koping terhadap stress :
( ) Pemecahan masalah
( ) Minum obat
( v ) Makan
( ) Cari pertolongan
( v ) Tidur
( ) Lain-lain, sebutkan ...................
f. Persepsi pasien terhadap penyakitnya :
Hal yang sangat dipikirkan saat ini :
Klien mengatakan ingin cepat pulang.
Harapan setelah menjalani perawatan :
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan berkumpul bersama keluarga.
Perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit :
Klien mengatakan setelah jatuh sakit tidak bisa melakukan peran sebagai
seorang ibu.
g. Sistem nilai kepercayaan :
Nilai nilai yang bertentangan dengan kesehatan :
45

6.
7.

Tidak ada
Aktivitas agama / kepercayaan yang dilakukan :
Setelah jatuh sakit klien kesulitan melakukan aktivitas agama yaitu sholat.
Kondisi Lingkungan Rumah
(Lingkungan rumah yang mempengaruhi kesehatan saat ini) : Tidak ada.
Pola Kebiasaan Sehari-hari
Pola Kebiasaan

Sebelum Sakit

Setelah Sakit (di RS)

Nutrisi
a. Makan
Frekuensi / hari
Nafsu makan
Gangguan makanan (mual,

3x sehari
Baik
Tidak ada

3x sehari
Tidak nafsu makan
Mual, reflek menelan

1 porsi
Padat
Semua makanan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak

1 porsi (cair)
Cair
Semua makanan
Tidak ada
Tidak ada
NGT (sejak tgl

muntah, sariawan, dsb)


Porsi makanan
Jenis makanan
Makanan yang disukai
Makanan
yang
tidak
disukai
Makanan pantangan
Penggunaan alat bantu
(NGT/OGT, mandiri, dll)
b. Minum
Kuantitas (liter/hari)
Jenis minuman
Minuman yang disukai
Minuman
yang
tidak
disukai
Minuman pantangan
Eliminasi
a. BAB
Frekuensi / hari
Waktu
Warna
Konsistensi
Keluhan
Penggunaan pencahar
b. BAK
Frekuensi / hari
Warna
Keluhan
Penggunaan alat bantu
(kateter, dll)

02/04/2015)
2 liter / hari
Air putih
Semua minuman
Tidak ada
Tidak ada

1000cc/24 jam
Air putih
Semua minuman
Tidak ada
Tidak ada

12x / hari
Pagi, sore
Kuning kecokelatan
Padat
Tidak ada
Tidak ada

Tidak menentu
Tidak menentu
Kuning kecokelatan
Lembek
Tidak ada
Tidak ada

6-7x/hari
Kuning jernih
Tidak ada
Tidak

Kuning jernih
Tidak ada
Kateter
(400 500 cc/24 jam)
46

Personal Hygiene
a. Mandi
Frekuensi / hari
Penggunaan sabun mandi
Cara (dibantu/mandiri)
Waktu
b. Oral hygiene
Frekuensi / hari
Penggunaan pasta gigi
Cara (dibantu/mandiri)
Waktu
c. Cuci rambut
Frekuensi/hari,
atau
/minggu
Penggunaan sampo
Cara (dibantu/mandiri)
d. Perawatan kuku
Frekuensi/hari,
atau

2x/hari
Ya
Mandiri
Pagi dan sore hari

2x/hari
Ya
Dibantu
Pagi dan sore hari

12x/hari
Ya
Mandiri
Pagi dan malam

1x/hari
Tidak
Dibantu
Pagi dan malam

12x/minggu
Ya
Mandiri

1x/minggu
Tidak
Dibantu

2 minggu sekali
Mandiri
Gunting kuku

Tidak menentu
Dibantu
Gunting kuku

/minggu
Cara (dibantu/mandiri)
Alat yang digunakan (silet,
gunting kuku, dsb)
Istirahat dan Tidur
a. Istirahat
Kegiatan saat istirahat
(baca buku, nonton tv, dsb)
Waktu istirahat
Orang yang menemani
waktu istirahat
b. Tidur
Lama
tidur
(jam/hari)
Lama
tidur

Menonton TV
Tidak menentu
Anak dan cucu

siang
malam

(jam/hari)
Kebiasaan sebelum tidur
Gangguan tidur
Aktivitas dan latihan
Waktu
bekerja
(pagi/siang/malam)
Lama bekerja (jam/hari)
Aktif olahraga
Jenis olahraga
Frekuensi olahraga/minggu
Keluhan ketika beraktifitas

1 2 jam / hari
7 8 jam / hari
Tidak ada
Tidak ada

Tidak menentu
9 10 jam / hari
Tidak ada
Tidak ada

Siang

Tidak

Tidak
47

Kegiatan yang mempengaruhi


kesehatan
a. Merokok
Ya / tidak
Jumlah (batang/hari)
Lama pemakaian (...tahun/
bulan/minggu/hari

yang

lalu)
b. Minuman keras / NAFZA
Ya / tidak
Jenis
Frekuensi
(/hari
atau
/minggu)
Lama pemakaian (...tahun/
bulan/minggu/hari
lalu)

c.

yang

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

PENGKAJIAN FISIK
1. Pemeriksaan Fisik Umum
a. Berat badan
: 60 kg
Setelah sakit : 50 kg
b. Tinggi badan
: 153 cm
c. Tekanan Darah : 150/70 mmHg
d. Nadi
: 80x/menit
e. Frekuensi nafas : 24x/menit
f. Suhu tubuh
: 36C
g. Keadaan Umum
( ) Sakit Ringan
( v ) Sakit sedang
( ) Sakit Berat
h. Pembesaran kelenjar getah bening
( v ) Tidak
( ) Ya, Lokasi : ................
2. Sistem penglihatan
a. Posisi mata
( v ) Simetris
( ) Asimetris
b. Kelopak mata
( v ) Normal
( ) Ptosis
c. Pergerakan bola mata ( v ) Normal
( ) Abnormal
d. Konjunctiva
( v ) Merah muda
( ) Sangat merah
( ) Anemis
e. Kornea
( v ) Normal
( ) Keruh/berkabut
( ) Terdapat perdarahan
f. Sklera
( ) Ikterik
( v ) Anikterik
g. Pupil
( v ) Isokor
( ) Anisokor
( ) Midriasis
( ) Miosis
h. Otot otot mata
( v ) Tidak ada Kelainan
( ) Juling ke dalam
48

3.

4.

5.

6.

( ) Juling ke luar
( ) Berada diatas kabur
i. Fungsi penglihatan
( ) Baik
( v ) Kabur
( ) Dua bentuk / diplopia
j. Tanda tanda radang : Tidak ada
k. Pemakaian kacamata
: Ya, jenis : Kacamata baca Tidak : ( )
l. Pemakaian kontak lensa : Tidak
m. Reaksi terhadap cahaya : Positif
Sistem pendengaran
a. Daun Telinga
( v ) Normal
( ) Tidak, kanan/kiri
b. Karakteristik serumen Warna : Kuning
Konsistensi : Lembek
Bau : Tidak berbau
c. Kondisi telinga tengah
( v ) Normal
( ) Kemerahan
( ) Bengkak
( ) Terdapat lesi
d. Cairan dari telinga
( v ) Tidak
( ) Darah
e. Perasaan penuh di telinga
( ) Ya
( v ) Tidak
f. Tinitus
( ) Ya
( v ) Tidak
g. Fungsi pendengaran
( ) Normal
( v ) Kurang
( ) Tuli, Kanan/kiri
h. Gangguan keseimbangan
( ) Ya
( v ) Tidak
i. Pemakaian alat bantu
( ) Ya
( v ) Tidak
Sistem Wicara
( ) Normal
( v ) Tidak : .............
( ) Aphasia
( ) Aphonia
( v ) Dysartria
( ) Dysphasia
( ) Anarthia
Sistem Pernafasan
a. Jalan nafas
:
( v ) Bersih
( ) Ada sumbatan, jenis :
b. Pernafasan
:
( v ) Sesak
( ) Tidak sesak
c. Penggunaan otot bantu :
( v ) Ya
( ) Tidak
d. Frekuensi
:
24x/menit
e. Irama
:
( ) Teratur
( v ) Tidak Teratur
f. Jenis pernafasan
:
( v ) Spontan
( ) Chetnestoke
( ) Kausmaull
( ) Biot
( ) Lainnya ..........
g. Kedalaman
:
( v ) Dalam
( ) Dangkal
h. Batuk
:
( ) Ya
( v ) Tidak
Produktif/tidak produktif
i. Sputum
:
( ) Ya
( v ) Tidak
Putih/kuning/hijau
j. Konsistensi
:
( ) Kental
( ) Encer
k. Terdapat darah
:
( ) Ya
( v ) Tidak
l. Palpasi dada
:
Thorax simetris
m. Perkusi dada
:
Sonor
n. Suara nafas
:
( ) Vesikuler ( v ) Ronkhi
( ) Wheezing
( ) Rales
o. Nyeri saat bernafas
:
( ) Ya
( v ) Tidak
p. Penggunaan alat bantu nafas : ( v ) Ya
( ) Tidak
Sistem Cardiovaskular
49

a. Sirkulasi Perifer
Nadi
Irama
Denyut
Tekanan darah
Distensi vena jugularis
Kanan
Kiri
Temperatur kulit
Warna kulit
Pengisian kapiler
Edema

b. Sirkulasi Jantung
Kecepatan denyut apikal
Irama
Kelainan bunyi jantung
Sakit dada
Timbulnya
Karakteristik
7.

8.

: 80x/menit
: ( ) Teratur
: ( v ) Lemah
: 150/70 mmHg
:
: ( ) Ya
: ( ) Ya
: ( ) Hangat
: ( v ) Pucat
: 5 detik
: ( v ) Ya
( v ) Tungkai atas
( ) Periorbital
( ) Skrotalis
( v ) Tungkai bawah
( ) Muka
( v ) Anasarka

( v ) Tidak Teratur
( ) Kuat

( v ) Tidak
( v ) Tidak
( v ) Dingin
( ) Kemerahan
(

) Tidak

: 80x/menit
: ( v ) Teratur
( ) Tidak Teratur
: ( ) Murmur
( ) Gallop
: ( ) Ya
( v ) Tidak
: ( ) Saat Aktifitas ( ) Tanpa Aktifitas
: ( ) Seperti tertusuk ( ) Seperti terbakar
( ) Seperti tertimpa benda berat
: ....................................................

Skala nyeri
Sistem Hematologi
Gangguan Hematologi
Pucat
: ( v ) Ya
( ) Tidak
Perdarahan
: ( ) Ya
( v ) Tidak
( ) Ptekie
( ) Purpura
( ) Mimisan
( ) Perdarahan gusi
( ) Ekimosis
Sistem Saraf Pusat
Keluhan sakit kepala : ( ) Vertigo
( ) Lainnya ...........
Tingkat kesadaran
: ( v ) Composmentis
( ) Apatis
( ) Koma
Glasgow Coma Scale
E:4
M:6
Tanda tanda
: ( ) Ya
Peningkatan TIK
( ) Muntah proyektil
( ) Nyeri kepala hebat
( ) Papil edema
Gangguan sistem
: ( ) Kejang
Persarafan
( ) Mulut mencong

) Migrain

(
(

) Somnolent
) Sopor

V:5
( v ) Tidak

(
(

) Disorientasi
) Kelumpuhan
50

) Polineuritis/kesemutan

Pemeriksaan refleks :
Refleks Fisiologis
: ( v ) Normal
Refleks Patologis
: ( ) Ya
Sistem Pencernaan
a. Keadaan Mulut
Karies
: ( v ) Ya
Gigi berlubang
: ( v ) Ya
Penggunaan gigi palsu
: ( ) Ya
Stomatitis
: ( v ) Ya
Lidah kotor
: ( v ) Ya
Saliva
: ( v ) Normal
b. Muntah
( ) Ya
Isi
: ( ) Makanan

ekstremitas
(kanan/kiri/atas/bawah)

9.

c.
d.
e.

f.
g.

h.

i.

j.

Warna

( ) Tidak
( v ) Tidak
( ) Tidak
( ) Tidak
( v ) Tidak
( ) Tidak
( ) Tidak
( ) Abnormal
( v ) Tidak
( ) Darah

) Cairan

: ( ) Sesuai warna makanan


( ) Kehijauan
( ) Coklat
: ........................x/hari
: ........................ml

Frekuensi
Jumlah
Nyeri daerah perut
( ) Ya
( v ) Tidak
Skala nyeri : 0
Lokasi & Karakteristik nyeri
( ) Seperti ditusuk-tusuk
(
( ) Panas / seperti terbakar
(
( ) Berpindah-pindah
(
( ) Cramp
Bising usus : 8 x/menit
Diare
( ) Ya
( v ) Tidak
Lamanya : ................................
Frekuensi : ...............................x/hari
Warna feses
Kuning
(v)
Coklat
( )
Hitam
( )
Putih seperti air cucian beras ( )
Seperti dempul
( )
Konsistensi feses
Setengah padat
(v)
Berdarah
( )
Terdapat lendir
( )
Tidak ada kelainan ( )
Cair
( )
Konstipasi
( ) Ya

) Melilit
) Setempat
) Menyebar

( ) Kuning
( ) Hitam

(
(
(
(

) Kanan atas
) Kanan bawah
) Kiri bawah
) Kiri atas

( v ) Tidak
51

Lamanya : ..................................
k. Hepar
( ) Teraba
( v ) Tidak teraba
l. Abdomen
( v) Lembek
( ) Asites
( ) Kembung
( ) Distensi
10. Sistem Endokrin
Pembesaran kelenjar tiroid
: ( ) Ya
( v ) Tidak
( ) Exopthalmus
( ) Tremor
( ) Diaporesis
Nafas bau keton
: ( ) Ya
( v ) Tidak
Luka gangren
: ( ) Ya
( v ) Tidak
Lokasi : ...................
Polidipsi ( )
Poliphagi ( )
Poliuri
( )
11. Sistem Urogenital
a. Balance cairan
Intake : 1000 ml
Output :800 ml
Balance : +200 ml
b. Perubahan pola kemih
( ) Retensi
( ) Urgensi
( ) Disuria
( ) Tidak lampias
( ) Nokturia
( ) Inkontinensia
( ) Anuria
c. BAK
Warna
( v ) Kuning Jernih
( ) Kuning kental / coklat
( ) Merah
( ) Putih
d. Distensi kandung kemih
( ) Ya
( v ) Tidak
e. Sakit pinggang
( ) Ya
( v ) Tidak
f. Skala nyeri : Tidak ada nyeri
12. Sistem Integumen
Turgor kulit
: ( ) Ya
( v ) Tidak
Temperatur kulit
: 36C
Warna kulit
( v ) Pucat
( ) Sianosis
( ) Kemerahan
Keadaan kulit
: ( ) Baik
( v ) Lesi
( ) Ulkus
( v ) Luka, lokasi : ekstremitas atas dan bawah
( ) Gatal gatal
( ) Memar / lebam
( ) Luka bakar, grade :...................Luas luka :........%
( ) Dekubitus,lokasi :
( ) Kelainan pigmen
Kelainan kulit
( ) Ya, sebutkan : ...............
( v ) Tidak

52

B. HASIL LABORATORIUM
Hasil laboratorium klinik Ny.M (74 tahun) tanggal 4 April 2015
JENIS PEMERIKSAAN

HASIL

NILAI RUJUKAN

Hematologi
- Hemoglobin
- Hematokrit
- Eritrosit
- Leukosit
- Trombosit

3,5 juta/l

Kimia Klinik

17810 /l

- Ureum
- Kreatinin
- Albumin
- Natrium
- Kalium
- Klorida
- GDS

9,5 g/dl
28 %

214.000/l
68 mg/dL
2,4 mg/dL

12-16 g/dL
37-47 %
4,3 -6,0 juta/l
48.000 10.800/l
150.000 400.000/l
20 -50 mg/dL
0,5 1,5 mg/dL
3,5 5,0 g/dL
135 147 mmol/L
3,5 -5,0 mmol/L
95 105 mmol/L
<140 mg/dL

2,1 g/dL
136 mmol/L
2,9 mmol/L
103 mmol/L
63 mg/dL

C. THERAPY
NAMA OBAT
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Lasix
Ondansentron
Citicolin 500 mg
Meropenem
Simpastatin
Valsatrah 40mg
Amlodipin 5mg
OMZ

CARA
PEMBERIAN
IV
IV
PO
IV
PO
PO
PO
IV

FREKUENSI
1 x 2 ml
3 x 4mg
2 x 500 mg
3 x 1gr
1 x 5 mg
1 x 40 mg
1 x 5 mg
2 x 40 mg

53

D. DATA FOKUS
DATA SUBJEKTIF
1. Klien mengatakan sesak sejak 1

1.
2.
minggu sebelum masuk rumah sakit.
3.
2. Keluarga klien mengatakan klien
4.
memiliki riwayat stroke sehingga 5.
6.
tubuh sebelah kiri melemah.
7.
3. Keluarga klien mengatakan klien

DATA OBJEKTIF
Klien tampak bedrest.
Klien tampak sesak.
Klien tampak meringis.
Klien tampak sulit bernafas.
Klien tampak lemas.
Klien tampak sulit untuk berbicara.
Hasil pemeriksaan fisik :
a. Kepala : rambut tampak kotor ,

memiliki riwayat penyakit gula dan


darah tinggi.
4. Keluarga klien mengatakan akhir-

b.

penglihatan

akhir ini tubuh klien membengkak


dari kaki sampai tangan.
5. Keluarga klien mengatakan klien
sering mengeluh sesak.
6. Keluarga klien mengatakan klien
tidak bisa menelan dengan baik.
7. Keluarga klien mengatakan klien

d.

bening (+), benjolan (-).


Mulut : bibir pecah-pecah, lesi (+),
stomatitis (+), gigi kotor, karies (+),

e.

mulut sangat kotor, lidah kotor.


Leher : simetris, trakea ditengah,
pembesaran

vena

jugularis

(-),

kelenjar getah bening (-), reflek


f.

menelan menurun.
Dada : normal, paru : vesikuler,
wheezing (-/-), ronchi (+/-), jantung :

hari yang lalu bibir klien luka.


10. Keluarga klien mengatakan klien

regular, murmur (-), gallop (-), iktus

susah untuk membuka mulut karena

susah untuk makan atau minum.


12. Keluarga klien mengatakan kulit

konjungtiva

c.

padat (nasi, dan lain lain).


8. Keluarga klien mengatakan mulut

luka dibibir klien.


11. Keluarga klien mengatakan klien

menurun,

anemis.
Hidung : simetris, secret (+), lender

tidak bisa makan makanan yang

klien kotor.
9. Keluarga klien mengatakan sejak 4

tampak adanya rambut yang rontok


Mata : isokor, simetris, fungsi

kordis

bergeser

cm

dari

g.

midklavikula.
Abdomen : asites (-), bising usus 8

h.

kali/menit.
Ekstremitas : edema pada seluruh

klien lecet-lecet.

ekstremitas, pitting edema +3. Fungsi


otot menurun. Akral dingin, papillary
i.

refill 8 detik.
Kulit : edema (+), turgor kulit tak
54

elastis. Tampak adanya oozing di


semua ektremitas. Tampak adanya lesi
j.

kemerahan di daerah yang tertekan


Kekuatan otot :
4444

2222

4 4 4 4TTV :2 2 2 2
8. Pemeriksaan
TD : 150/70 mmHg, Nadi : 80
kali/menit, RR: 24 kali/menit, Suhu :
360c.
9. BB : 60 kg, TB : 153 cm, IMT : 60/
(1,53)2 = 25,6.
10. Hasil laboratorium (4/04/2015) :
a. Hb : 9,5 g/dl
b. Ht : 28 %
c. Leukosit : 17810 /l
d. Eritrosit : 3,5 juta/l
e. Trombosit : 214.000/l
f. Ureum : 68 mg/dL
g. Kreatinin : 2,4 mg/dL
h. GDS : 63 mg/dL
i. Albumin : 2,1 g/dL
11. Hasil MSCT kepala (2/4/2015) kesan :
infark multiple basal ganglia kanan-kiri,
thalamuskanan dan periventrikel lateral
bilateral cornvanterior dan posterior.
Atrofi cerebri senllis, mastoiditis kiri.
E. ANALISA DATA
DATA

MASALAH

ETIOLOGI

DS:
1. Keluarga klien mengatakan akhir-akhir

Penurunan kardiak

Kelebihan volume

output

cairan, Gangguan

ini tubuh klien membengkak dari kaki


sampai tangan.
DO:
1.
2.
3.
4.

preload dan
afterload.

Klien tampak bedrest.


Klien tampak sesak.
Klien tampak lemas.
Hasil pemeriksaan fisik :
55

a. Dada : normal, paru : vesikuler,


wheezing

(-/-),

ronchi

(+/-),

jantung : regular, murmur (-),


gallop (-), iktus kordis bergeser 2
cm dari midklavikula.
b. Ekstremitas : edema pada seluruh
ekstremitas, pitting edema +3.
Fungsi
5.

otot

menurun.

Akral

dingin, papillary refill 8 detik.


Pemeriksaan TTV :
TD : 150/70 mmHg, Nadi : 80
kali/menit, RR: 24 kali/menit, Suhu :
360c.

DS:
1. Klien mengatakan sesak sejak 1
2.

minggu sebelum masuk rumah sakit


Keluarga klien mengatakan klien
sering mengeluh sesak

DO:
1.
2.
3.
4.

Klien tampak sesak.


Klien tampak sulit bernafas
Klien tampak lemas
Pemeriksaan TTV :
TD : 150/70 mmHg, Nadi : 80

Gangguan pola

Penurunan fungsi

napas

pernapasan

Risiko infeksi

Pertahanan primer

kali/menit, RR: 24 kali/menit, Suhu :


5.

360c.
Hasil pemeriksaan fisik :
a. Hidung : simetris, secret (+),
lender bening (+), benjolan (-).
b. Dada : normal, paru : vesikuler,
wheezing (-/-), ronchi (+/-),

DS: DO:
1. Klien tampak bedrest.
2. Hasil pemeriksaan fisik :
Kulit : edema (+), turgor kulit tak

yang tidak adekuat

56

elastis. Tampak adanya oozing di


semua ektremitas. Lesi pada bibir dan
bokong

yang

disertai

dengan

kemerahan.
3. Hasil laboratorium (4/04/2015) :
- Hb : 9,5 g/dl
- Leukosit : 17810 /l
DS:
Ketidakseimbangan
1. Keluarga klien mengatakan klien
nutrisi kurang dari
tidak bisa menelan dengan baik.
kebutuhan tubuh
2. Keluarga klien mengatakan klien

Penyakit kronis

tidak bisa makan makanan yang


padat (nasi, dan lain lain).
3. Keluarga klien mengatakan mulut
klien kotor.
4. Keluarga klien mengatakan sejak 4
hari yang lalu bibir klien luka.
5. Keluarga klien mengatakan klien
susah untuk membuka mulut karena
luka dibibir klien.
6. Keluarga klien mengatakan klien
susah untuk makan atau minum.
DO:
1. Hasil pemeriksaan fisik :
a. Kepala : rambut tampak kotor ,
tampak

adanya

rambut

yang

rontok. Konjungtiva anemis


b. Leher : simetris, trakea ditengah,
pembesaran vena jugularis (-),
kelenjar getah bening (-), reflek
menelan menurun.
c. Mulut : bibir pecah-pecah, lesi
(+), stomatitis (+), gigi kotor,
karies (+), mulut sangat kotor,
lidah kotor.
57

2. Hasil laboratorium (4/04/2015) :


- Hb : 9,5 g/dl
- Ht : 28 %
- Eritrosit : 3,5 juta/l
- GDS : 63 mg/dL
- Albumin : 2,1 g/dL
DS:
1. Keluarga klien mengatakan akhirakhir ini tubuh klien membengkak
dari kaki sampai tangan
2. Keluarga klien mengatakan sejak 4
hari yang lalu bibir klien luka
3. Keluarga klien mengatakan kulit
klien lecet-lecet.
DO:
1. Klien tampak bedrest.
2. Hasil pemeriksaan fisik :
a. Mulut : bibir pecah-pecah, lesi
(+), stomatitis (+),
b. Ekstremitas : edema
seluruh

ekstremitas,

Kerusakan
integritas kulit

Kelebihan cairan,
Hambatan mobilitas
fisik

pada
pitting

edema +3
c. Kulit : edema (+), turgor kulit
tak

elastis.

oozing

Tampak

adanya

di

semua

ektremitas.Tampak adanya lesi


kemerahan

di

daerah

yang

tertekan

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan kardiak output berhubungan dengan Kelebihan volume cairan, Gangguan
preload dan afterload (Nanda,NIC&NOC, 2011).
2. Gangguan pola napas berhubungan dengan Penurunan fungsi pernapasan
(Nanda,NIC&NOC, 2011).
58

3. Infeksi

berhubungan

dengan

Pertahanan

primer

yang

tidak

adekuat

(Nanda,NIC&NOC, 2011).
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Penyakit kronis (Nanda,NIC&NOC, 2011).
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Kelebihan cairan, Hambatan
mobilitas fisik (Nanda,NIC&NOC, 2011).

59

G. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO NO.DX

TUJUAN

Setelah

dilakukan

Setelah

dilakukan

INTERVENSI

tindakan 1. Observasi TTV


2. Monitor balance cairan
keperawatan selama 7x24 jam
3. Monitor status penapasan yang
diharapkan penurunan kardiak
menandakan gagal jantung.
output tidak terjadi dengan 4. Monitor toleransi aktivitas pasien
5. Monitor adanya dypsneu, fatigue,
criteria hasil :
a. TTV ( TD:110-120/70-80
takipneu dan ortopneu.
6. Monitor jumlah, bunyi dan irama
mmHg, N:60-100x/menit,
jantung.
RR:12-20x/menit, S:360C)
7. Monitor
frekuensi
dan
irama
b. Edema berkurang
c. Perfusi perifer baik (akral
pernapasan
8. Monitor perfusi perifer (Akral, papilari
hangat, papillary refill 2-3
refill, sianosis)
detik, sianosis tidak ada)
9. Monitor
intake
cairan
pasien
d. Balance cairan seimbang
e. Kesadaran
:
Compos
(1000cc/24 jam)
10. Libatkan pasien dalam pembatasan
Mentis
f. Hasil Lab dalam batas
cairan
11. Pantau EKG
normal (Albumin 3,5-5,0)
12. Pantau hasil Laboratorium (Albumin,
(Ureum 2,0-50) (Kreatinin
Kreatinin, Ureum)
0,5-1,5)
13. Kolaborasi pemberian deuretik (Lasix)
sesuai dengan indikasi.
tindakan 1. Auskultasi suara nafas, catat adanya

keperawatan selama 7x24 jam

suara tambahan dan penggunaan otot

diharapkan

bantu pernapasan.

napas

gangguan pola

tidak terjadi dengan 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan

criteria hasil :
a. TTV dalam batas normal
(TD:120/80,

N:60-100

x/menit, RR:12-20x/menit,
0

S:36 C)
b. Suara napas

vesikuler,

ventilasi
3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
4. Keluarkan sekret dengan batuk atau
suction
5. Atur

intake

untuk

cairan

mengoptimalkan keseimbangan.
Wheezing -/- Rochi -/c. Penggunaan otot bantu 6. Monitor respirasi dan status O2
60

pernapasan tidak ada.


d. Status O2 98 100%

7.

Bersihkan mulut, hidung dan secret


trakea

8. Pertahankan jalan nafas yang paten


9. Monitor aliran oksigen
10. Pertahankan posisi pasien
11. Onservasi

adanya

tanda

tanda

hipoventilasi
12. Monitor adanya kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
13. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
14. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
15. Monitor pola pernapasan abnormal
16. Monitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit
17. Monitor sianosis perifer
18. Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi

yang

melebar,

bradikardi,

peningkatan sistolik)
19. Berikan bronkodilator bila perlu
20. Atur peralatan oksigenasi
21. Kolaborasipemberian Oksigen sesuai
3

Setelah

dilakukan

indikasi
tindakan 1. Berikan

perawatan

aseptik

keperawatan selama 7x24 jam

antiseptik,

diharapkan infeksi tidak terjadi

tangan

dengan criteria hasil :


a. Tanda-tanda infeksi tidak

sesudah melakukan tindakan ke klien.

ada ( Suhu tubuh 36 C,


tidak adanya kemerhan)
b. Nilai Leukosit dalam batas
normal (4.800-10.800/ l)
c. Luka dalam kondisi baik.

pertahankan

dan

dengan

baik

teknik

cuci

sebelum

dan

2. Observasi daerah kulit yang mengalami


trauma/kerusakan

(seperti

luka,bekas

jahitan), daerah yang terpasang alat


invasif

(infus,

kateter,

dll),

catat

karakteristik dari drainase dan adanya


61

inflamasi.
3. Ulangi

studi

laboratorium

untuk

kemungkinan infeksi sistemik.


4. Pantau suhu tubuh secara teratur.
5. Berikan perawatan ganti verban.
6. Kolaborasi pada pemberian antibiotik
4

Setelah

dilakukan

sesuai indikasi.
tindakan 1. Yakinkan
diet

keperawatan selama 7x24 jam

mengandung

diharapkan ketidakseimbangan

mencegah konstipasi

yang

tinggi

dimakan

serat

untuk

nutrisi kurang dari kebutuhan 2. Berikan makanan yang terpilih ( sudah


tubuh

tidak terjadi dengan

dikonsultasikan dengan ahli gizi)

criteria hasil :
3. Ajarkan pasien bagaimana membuat
a. BB dalam batas normal
catatan makanan harian.
b. Makan habis 1 porsi
c. Mual dan muntah tidak 4. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
ada
d. GDS dalam batas norma
(<140 mg/dL)
e. Tanda-tanda

malnutrisi

tidak ada
f. Oral hygiene baik
g. Hasil lab dalam batas
normal (Hb: 12-16 g/dL,
Ht:

37-47%,

3,5-5,0 g/dL)

Albumin:

kalori
5. Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi
6. Kaji

kemampuan

pasien

untuk

mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan


7. Timbang BB pasien
8. Monitor adanya penurunan berat badan
9. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
10. Monitor interaksi anak atau orangtua
selama makan
11. Monitor lingkungan selama makan
12. Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan
13. Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
62

14. Monitor turgor kulit


15. Monitor kekeringan, rambut kusam,
dan mudah patah
16. Monitor mual dan muntah
17. Monitor makanan kesukaan
18. Monitor

pertumbuhan

dan

perkembangan
19. Monitor

pucat,

kemerahan,

dan

kekeringan jaringan konjungtiva


20. Monitor kalori dan intake nuntrisi
21. Catat

adanya

edema,

hiperemik,

hipertonik papila lidah dan cavitas oral.


22. Catat jika lidah berwarna magenta,
scarlet
23. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien.
24. Monitor kadar albumin, total protein,
5

Setelah

dilakukan

Hb, dan kadar Ht


tindakan 2. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna,

keperawatan selama 7x24 jam


diharapkan

turgor, vaskular.

kerusakan 3. Ubah posisi sesering mungkin; gerakan

integritas kulit tidak terjadi

klien dengan perlahan: beri bantalan

dengan criteria hasil :


a. Lesi pada bibir tidak ada
b. Tanda-tanda
kemerahan

pada

tonjolan

tulang,

pelindung

siku/tumit.

4. Pertahankan linen kering, bebas keriput.


akibat tekanan tidak ada
c. Keluarga
mampu 5. Anjurkan keluarga klien menggunakan
berpartisipasi

dalam

kompres lembab dan dingin untuk

mika/miki pasien
d. Personal hygiene baik
e. Tanda-tanda
kerusakan

memberikan tekanan (daripada garukan)

integritas kulit lebih lanjut

pada area pruritus.


6. Anjurkan menggunakan pakaian katun
63

tidak ada.

longgar

64

H. IMPLEMENTASI
HARI/TGL JAM
Senin, 6
07.30

NO.DX

April 2015
1,2,3,4,
5
2
4

4
08.00
3,5

4,5

5
08.45
5

10.45
11.15

5
2
5

IMPLEMENTASI
1. Operan dinas dengan dinas malam Ny.M kesadara
CM, terpasang NGT sejak tanggal 2 April 2015,
folley kateter terpasang , Monitor terpasang.
Terpasang dextrose 5%.
2. Mengukur TTV (TD:150/70 mmHg, N:80x/menit,
RR:24x/menit, S:360C)
3. Mempertahankan posisi semifowler
4. Memantau intake nutrisi pasien
Hasil : Diet cair 1800kalori RG dan RP, makan
melalui NGT.
5. Memantau adanya mual dan muntah
Hasil : Muntah tidak ada.
6. Memandikan pasien
Hasil : Pasien kooperatif, pasien tampak bersih.
Pasien mengatakan nyaman setelah dimandikan.
Tampak adanya ruam merah di pinggang pasien.
7. Melakukan Oral hygiene
Hasil: Lesi pada bibir kiri, stomatitis +, gigi tampak
kotor. Oral hygiene dengan NaCl dan Listerine.
Lesi diolesi dengan madu.
8. Perbeden
Hasil : Tempat tidur pasien tampak rapih, perbeden
tidak ada kerutan.
9. Merubah posisi pasien ke kanan (mika/miki 2 jam
sekali)
Hasil : Pasien miring ke kanan.
10. Melibatkan keluarga dalam merubah posisi pasien.
Hasil : Keluarga mengerti cara memiringkan pasien
ke kiri dan ke kanan setiap 2 jam sekali
11. Mengkaji tanda-tanda penurunan cardiac output
Hasil : Edema +3, Akral dingin, kulit pucat,
sianosis tidak ada. Oozing +di pergelangan tangan
ka/kid an kaki kiri. Sura jantung : regular, G- M-,
Suara napas vesikuler W-/- R+/-.
12. Merubah posisi pasien miring ke kiri
13. Memberikan O2 4liter/menit / nasal kanul
14. Melakukan perawatan luka dengan Nacl
15. Merubah posisi pasien terlentang
16. Mengobservasi intake nutrisi pasien
Hasil : Diet cair RG&RP 1800 kalori, makan
melalui NGT.

PARAF

65

5
4
12.45
13.00

3,4
1,2,3,4,
5

1,2

9. Injeksi Ondansentron/IV dan Meroponem


17. Mengobservasi Hasil Lab
Hb (9,5gr/dL)
Eritrosit (2,5jt/dL)
Leukosit (17.810)
Trombosit (214.000)
Ht (28%)
Albumin (3,1)
Ureum (68)
Kreatinin (2,4)
Na (136)
Cl (103)
K (2,9)
GDS : 91
18. Melibatkan keluarga untuk membatasi cairan
pasien.
Hasil : Cairan 1000cc/24 jam
19. Balance cairan
Intake : 300 cc
Output : 200 cc
Balance : +100 cc
20. Operan Dinas dengan dinas siang.

Selasa, 7

14.00
07.30

April 2015

07.50

1,2,3,4,
5

07.55
4
08.00
1,2
08.05
08.10

2
2

1. Operan dinas dengan dinas malam. Hasil : Pasien


persiapan HD, kesadaran menurun (somnolen),
Masih terpasang NGT sejak tanggal 2April 2015,
folley kateter terpasang. Dextrose 5% terpasang.
Pasien merintih terus menerus.
2. TTV ( TD:140/90 mmHg, N:98x/menit,
RR:30x/menit, S : 360C)
3. Memantau intake nutrisi, mual dan muntah
Hasil : pasien makan cair 1800 kalori rendah garam
dan rendah protein.Mual dan muntah tidak ada.
4. Mengkaji suara nafas dan jantung
Hasil : Gallop (-), Murmur (-), Wheezing (-),
Ronchi (-).
5. Mempertahankan posisi semi fowler
6. Mempertahankan oksigen 4 liter/m dengan nasal
kanul
7. Melakukan oral hygiene dan memandikan pasien
66

08.30
3,4,5
08.45
5

08.50
4

09.20
4
10.00
4
11.35
11.50

3,4
4,5

12.30
4
12.45
1,2,3,4,
5

Hasil : mulut bersih, stomatitis (+), pasien tampak


tenang. Terdapat kemerahan dibokong pasien
8. Memiringkan pasien ke kiri serta melibatkan
keluarga untuk memiringkan pasien.
Hasil : keluarga berperan aktif dalam mika miki
pasien
9. Paien muntah (+)
Hasil : warna kekuningan, cair, darah (-), keluarga
pasien mengatakan muntah sudah 3 kali sejak pkl
09.00 WIB
10. AFF NGT
Hasil : NGT menekuk ditenggorokan pasien
11. Memasang NGT
Hasil : NGT masuk, terlihat cairan kekuningan
10. Injeksi ondansentron IV dan Meroponem
12. Melakukan perawatan luka dengan Nacl
Hasil : lesi pada tangan dan kaki, oozing (+)
ditempel dengan kasa kering, lesi pada bibir diolesi
dengan madu.
13. Memberikan pasien makan
Hasil : makanan masuk diet cair RG dan R.P 1800
kalori, bilas dengan 20 cc air
14. Hasil lab :
Hb : 9,8 gr/dL
Eritrosit : 36 jt/dL
Ht : 29 %
GDS : 59
Ureum : 68
Creatinin : 2,4
Albumin : 3,1
15. Balance cairan per 8 jam
Hasil : intake 350 cc, output 150 cc = + 200 cc
16. Operan dinas

13.30
14.00
1,2
Rabu, 8

14.00

April 2015

1,2,3,4,
5

14.30
1,2

Operan dinas dengan dinas pagi : pasien post HD


tanggal 7 april 2015, kesadaran CM, terpasang heplock,
folley cateter (+).
1. TTV ( TD : 150/70 mmHg, nadi : 97 x/m, RR : 25
x/m, suhu : 360c).
67

14.35

14.50

14.55
14.56

15.00

16.00

16.15

18.30

18.45

20.00
Kamis, 9

07.00

April 2015
07.20
07.30

08.00

2. Memantau intake nutrisi pasien


Hasil : makan siang habis 1 porsi 1800 kalori,
4
blender, rendah garam dan rendah protein.
3. Mempertahankan posisi semi fowler
Hasil : pasien terlihat rileks dengan posisi semi
2
fowler.
4. Mempertahankan pemberian oksigen 4 liter/menit
per nasal kanul
2
5. Mengkaji tanda-tanda malnutrisi
Hasil : turgor kulit buruk, mual (-), muntah (-),
4
konjungtiva anemis
6. Melibatkan keluarga dalam mika/miki per 2 jam
Hasil : keluarga berperan aktif dalam melakukan
mika/miki
5
7. Melakukan perawatan luka
Hasil : oozing ditutup dengan kasa kering, lesi pada
bibir ditetes dengan madu, lesi di kaki dikompres
3,5
dengan Nacl
8. Memantau hasil lab :
Hb : 9,9 gr/dl
Eritrosit : 3,6 juta
1,2,3,4,
Ht : 29 %
5
Albumin : 2,1 g/dl
GDS : 59
9. Memantau intake nutrisi
Hasil : makan habis 1 porsi/NGT 1800 kalori
makanan diblender RG dan RP
11. Injeksi ondansentron / IV, Meroponem dan lasix
1,4
10. Balance cairan intake 500 cc, output 250 cc,
balance + 250 cc per 8 jam.
11. Operan Dinas
4
1
Operan dinas pagi : pasien CM, pasein sesak, terpasang
Nacl dan folley cateter, edema pada ekstremitas atas
dan bawah.
1,2,3,4, 1. TTV : (TD: 150/90 mmHg, nadi, 98 x/m, RR : 30
5
x/menit, suhu : 360 C.
2. Mengobservasi adanya mual dan muntah
Hasil : keluarga pasien mengatakan muntah sudah
4
tidak ada
3. Membuang urin pasien
68

08.15
08.30

08.55
09.00
12.00

13.30
13.35
14.00

Jumat, 10

07.30

April 2015

07.50
07.55

08.00

08.05
08.10
08.30

08.45

Hasil : urin dibuang 150 cc


4. Mempertahankan posisi semi fowler dan oksigen
nasal 4 liter/menit
2
5. Melibatkan keluarga dalam personal hygiene dan
oral hygiene
5
Hasil : pasien kooperatif dan bersih. Luka dibibir
diberikan madu
6. Perbeden tanpa adanya kerutan
7. Mika miki per 2 jam dan melibatkan keluarga
5
Hasil : keluarga berperan aktif dalam mika miki
5
8. Injeksi ondansentron, meroponem/IV
9. Mengobservasi intake nutrisi
Hasil : pasien makan habis 1 porsi / NGT diet cair,
4
di blender R.G dan R.P
10. TTV (TD : 140/90 mmHg, nadi : 98x/m, RR :
28x/m, suhu : 36 0 C.
11. Balance : intake 350 cc, output 200 cc, balance +
1,2,3,4,
159 cc per 8 jam
5
12. Operan dinas
1

Operan dinas dengan dinas malam. Hasil : Pasien


persiapan HD, kesadaran menurun (somnolen), Masih
terpasang NGT sejak tanggal 2April 2015, folley
kateter terpasang. Dextrose 5% terpasang. Pasien
merintih terus menerus.
1,2,3,4, 1) TTV ( TD:140/90 mmHg,
N:98x/menit,
0
5
RR:30x/menit, S : 36 C)
2) Memantau intake nutrisi, mual dan muntah
Hasil : pasien makan cair 1800 kalori rendah garam
4
dan rendah protein.Mual dan muntah tidak ada.
3) Mengkaji suara nafas dan jantung
Hasil : Gallop (-), Murmur (-), Wheezing (-),
1,2
Ronchi (-).
4) Mempertahankan posisi semi fowler
5) Mempertahankan oksigen 4 liter/m dengan nasal
2
kanul
2
6) Melakukan oral hygiene dan memandikan pasien
Hasil : mulut bersih, stomatitis (+), pasien tampak
tenang. Terdapat kemerahan dibokong pasien
3,4,5
7) Memiringkan pasien ke kiri serta melibatkan
keluarga untuk memiringkan pasien.
69

11.00
11.30

12.00

12.30

13.00
13.15
14.00

Hasil : keluarga berperan aktif dalam mika miki


pasien
8) Injeksi ondansentron IV dan Meroponem
9) Melakukan perawatan luka dengan Nacl
Hasil : lesi pada tangan dan kaki, oozing (+)
4
ditempel dengan kasa kering, lesi pada bibir diolesi
5
dengan madu.
10) Memberikan pasien makan
Hasil : makanan masuk diet cair RG dan R.P 1800
kalori, bilas dengan 20 cc air
4
11) Hasil lab :
Hb : 8,3 gr/dL
Eritrosit : 3,1 jt/dL
1,2,3,4,
Ht : 25 %
5
GDS : 59
Ureum : 57 mg/dL

Creatinin : 2,4
Albumin : 2,4g/dL
Kreatinin 2,2
12) Balance cairan per 8 jam
Hasil : intake 350 cc, output 150 cc = + 200 cc
13) Pasien ke ruang HD untuk melaksanakan
Hemodialisa.
1
14) Operan dinas
1,2,3,4,
5

Sabtu, 11

07.00

April 2015

07.30

1,2,3,4,
5

07.45
4
08.00
1,2
08.05

Operan dinas ; Pasien Ny.M telah menjalani HD


tanggal 10 April 2015, tiba di ruangan pkl 17.00 WIB.
Kesadaran CM, TTV (TD:140/90mmHg, N:80x/menit,
S:36,70C, RR: 25x/menit). Terpasang haeplock, folley
cateter +, NGT + sejak tanggal 7/4/2015.
1. Mengukur TTV pasien ( TD : 140/80 mmHg,
N:87x/menit, S:36,30C, RR : 23x/menit)
2. Memantau intake nutrisi, mual dan muntah
Hasil : pasien makan cair 1800 kalori rendah
garam dan rendah protein.Mual dan muntah
tidak ada.
3. Mengkaji suara nafas dan jantung
Hasil : Gallop (-), Murmur (-), Wheezing (-/-),
Ronchi (-/-).
70

2
08.10
2
08.20
5
08.40
4
09.00
5
09.30
3,5

11.00
5
12.00
5
12.20
12.30

3,4
4

13.00
3,4
13.30
14.00

4. Mempertahankan posisi semi fowler


Hasil : pasien terlihat rileks dengan posisi semi
fowler.
5. Mempertahankan
pemberian
oksigen
4
liter/menit per nasal kanul
6. Melakukan personal higiene dan oral higiene
serta perawatan lesi pada bibir klien.
Hasil: Pasien tampak tenang, klien terlihat
bersih, lesi diolesi dengan madu.
7. Mengkaji tanda-tanda malnutrisi
Hasil : turgor kulit buruk, mual (-), muntah (-),
konjungtiva anemis
8. Melibatkan keluarga dalam mika/miki per 2 jam
Hasil : keluarga berperan aktif dalam melakukan
mika/miki. Pasien miring ke kanan.
9. Melakukan perawatan luka
Hasil : oozing ditutup dengan kasa kering, lesi
pada bibir ditetes dengan madu, lesi di kaki
dikompres dengan Nacl
10. Melibatkan keluarga dalam mika/miki per 2 jam
Hasil : keluarga berperan aktif dalam melakukan
mika/miki. Pasien miring ke kiri.
11. Melibatkan keluarga dalam mika/miki per 2 jam
Hasil : keluarga berperan aktif dalam melakukan
mika/miki. Pasien terlentang.
12. Injeksi Ondansentron, meroponem/IV
13. Memantau intake nutrisi, mual dan muntah
Hasil : pasien makan cair 1800 kalori rendah
garam dan rendah protein.Mual dan muntah
tidak ada.
14. Mengukur balance cairan. Intake : 300 cc, output
320 cc. Balance -20 cc
15. Mengukur
TTV
(TD:140/90
mmHg,
N:89x/menit, S:360C, RR:23x/menit)
16. Hasil Laboratorium
Hb : 5,3 gr/dL
Eritrosit : 2,0 jt/dL
Ht : 16 %
Trombosit 120000/uL
GDS : 100
Ureum : 69 mg/dL
Albumin : 2,4g/dL
Kreatinin 1,7 mg/dL
71

Kalium : 2,6 mmol

17. Operan Dinas

72

I. EVALUASI
Hari/Tanggal

No.Dx

Senin, 6 April

2015

EVALUASI
(SOAP)

Paraf

S : klien mengeluh sesak


O:
TTV : TD : 150/70 mmHg, nadi 80x/m, RR :
24x/m, suhu : 360c.
Edema (+3), pada ekstremitas atas dan bawah,
Saturasi oksigen 85 %
Balance : intake 1000 cc, output 500 cc, balance
+ 500 cc.
Akral dingin, pucat
Kesadaran : cm
Kasil lab : albumin 3,1, ureum 68, kretinin 2,4
A : Masalah penurunan cardiac output belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Observasi TTV
2. Monitor balance cairan
3. Monitor adanya penurunan kesadaran
4. Monitor tanda-tanda perfusi perifer
5. Batasi asupan cairan maksimal 1000 cc/24 jam
6. Pantau hasil lab, EKG
7. Lasix 1x1 (pkl 18.00)
S : klien mengeluh sesak
O:
TTV : TD : 150/70 mmHg, nadi 80x/m, RR :
24x/m, suhu : 360c
Auskultasi paru : suara vesikuler, W (-), R +
Oksigen nasal kanul : 4 liter/ menit
Tanda penurunan perfusi jaringan tidak ada
Pernafasan cuping hidung (+)
Penggunaan otot bantu pernafasan (+)
A : Masalah gangguan pola nafas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Pantau TTV
2. Auskultasi suara nafas
3. Pertahankan posisi semi fowler
4. Monitor respiratori dan status oksigen
5. Kolaborasi pemberian bronkodilator
S:O:
73

Klien bedrest
Tampak adanya luka kemerahan pada bokong
pasien
Tampak adanya lesi pada bibir pasien
Pemeriksaan fisik pada kulit : edema (+ 3), turgor
kulit tak elastis. Tampak adanya oozing di
ektremitas yang mengalami edema.
Hasil laboratorium (4/04/2015) :
- Leukosit : 17810 /l
- Ureum : 68 mg/dL
- Kreatinin : 2,4 mg/dL
- Albumin : 2,1 g/dL
A : Masalah risiko infeksi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
18. Lakukan perawatan luka dengan prinsip aseptik
19. Berikan madu pada lesi di bibir pasien
20. Batasi pengunjung
21. Tutup oozing dngan kassa
22. Kolaborasi pemberian meroponem
23. Awasi hasil laboratorium
S:
Keluarga pasien mengatakan pasien sudah tidak
bisa menelan
Keluarga pasien mengatakan pasien makan
melalui ngt
Keluarga pasien mengatakan pasien mual (+),
muntah (+)
O:
NGT terpasang tanggal 2 april 2015
Kemampuan menelan menurun
Turgor kulit buruk
Intake nutrisi 1800 kalori blender, rg dan rp
Hb : 9,5, eritrosit : 3,5.
Oral hygiene (+), mulut kotor
A : Masalah ketidak seimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Pantau intake nutrisi klien
2. Pantau tanda-tanda malnutrisi
3. Oral hygine 1x1
4. Pantau ngt
5. Pantau hasil lab
74

Selasa, 7 April

2015

6. Pertahankan intake 1800 kalori


7. Pantau adanya mual muntah
S : Pasien mengatakan nyaman setelah dilakukan
dimandikan
O :
Pasien tampak tenang dan kooperatif
Keluarga berperan aktif dalam melakukan mika
miki
Tanda-tanda kemerahan tidak ada, oozing (+)
A : Masalah kerusakan integritas kulit belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Bantu dalam personal hygiene
2. Mika miki per 2 jam
3. Pantau tanda tanda kerusakan integritas kulit
lebih lanjut
4. Pantau adanya oozing
5. Lanjutkan perawatan luka dengan prinsip aseptic
6. Observasi adanya tekanan pada daerah tertentu
S :O:
TTV : (TD : 140/90 mmHg, nadi: 98x/m, RR ;
30x m, suhu: 360c)
Kesadaran : somnolen
Edema +3, pada ekstremitas atas dan bawah
Balance cairan + 200 cc
Akral dingin dan pucat
Papilary refil 8 detik
Hasil lab : ureum 3,1, creatinin 68, albumin 2,4.
A : Masalah penurunan cardiac output belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Pantau TTV
2. Pantau tanda tanda penurunan cardiac output
3. Pantau penurunan perfusi perifer
4. Batasi pemasukan cairan 1000 cc/24 jam
5. Pantau hasil lab
6. Lasix 1x1
S:O:
Pasien tampak sesak
Penggunanaan otot bantu pernafasan (+)
Cuping hidung (+)
Saturasi oksigen : 98%
75

W (-), R (-)
Oksigen 4 liter/m melalui nasal kanul
RR : 30x/m
A : Masalah gangguan pola nafas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Pantau TTV
2. Awasai saturasi oksigen
3. Pertahankan posisi semi fowler
4. Auskultasi suara nafas
S:O:
Klien bedrest
Tampak adanya luka kemerahan pada bokong
pasien
Tampak adanya lesi pada bibir pasien
Pemeriksaan fisik pada kulit : edema (+ 3), turgor
kulit tak elastis. Tampak adanya oozing di
ektremitas yang mengalami edema.
Hasil laboratorium (7/04/2015)Leukosit :9230
/uL
A : Masalah risiko infeksi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
24. Lakukan perawatan luka dengan prinsip aseptik
25. Berikan madu pada lesi di bibir pasien
26. Batasi pengunjung
27. Tutup oozing dngan kassa
28. Kolaborasi pemberian meroponem
29. Awasi hasil laboratorium
S : Keluarga pasien mengatakan makan cair melalui
NGT, mual (+), muntah (+)
O:
Pasien muntah 2 kalipukul 09.00 warna
kekuningan
Makan cair 1800 kalori blender RG dan RP
NGT terpasang 7 april 2015
Oral hygiene (+), lesi dibibir (+) diolesi dengan
madu
A : Masalah ketidak seimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan cairan tubuh belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Pertahankan asupan nutrisi 1800 kalori
2. Oral hygiene 1x1 oleskan madu pada lesi
76

Rabu, 8 April

2015

3.
4.
S:O:

Pantau adanya mual, muntah


Pantau hasil lab

Pasien tampak tenang


Keluarga berperan aktif dalam melakukan
mobilisasi
Pasien tampak bersih
Oozing (+) ditempel dengan kasa kering
Lesi pada bibir telah dilakukan perawatan
dengan madu
Lesi ditangan dikompres dengan Nacl
Turgor kulit buruk
Edema (+)
A : Masalah kerusakan integritas kulit belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Pertahankan personal hygiene
2. Mika miki per 2 jam
3. Pantau adanya tanda-tanda kemerahan
4. Lakukan perawatan luka dengan tehnik aseptic
S:O:
TTV : TD : 150/70 mmHg, nadi 97 x/m, RR :
25x/m, suhu : 360c.
Kesadaran CM
Edema +3 pada ekstremitas atas dan bawah
Balance + 250 cc/ 8 jam
Akral dingin dan pucat
Papylari refil 8 detik
Hasil lab : ureum 2,1 g/dl, creatinin 95 mg/dl,
albumin 3,2 mg/dl
A : Masalah penurunan cardiac output belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Pantau TTV
2. Pantau tanda tanda penurunan cardiac output
3. Pantau penurunan perfusi perifer
4. Batasi masukan cairan 1000 cc/ 24 jam
5. Lasix 1x1
S:O:
Klien tampak sesak
RR 25x/m
77

Oksigen 4 liter/m dengan nasal kanul


Penggunaan otot bantu pernafasan (+), cuping
hidung (+)
Wheezing (-), Ronchi (-)
Saturasi oksigen 98%
A : masalah gangguan pola nafas belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Pantau TTV
2. Auskultasi suara paru
3. Pertahankan posisi semi fowler
4. Monitor respiratory status oksigen
5. Pertahankan oksigen 4 liter /m
S:O:
Klien bedrest
Tampak adanya luka kemerahan pada bokong
pasien
Tampak adanya lesi pada bibir pasien
Pemeriksaan fisik pada kulit : edema (+ 3), turgor
kulit tak elastis. Tampak adanya oozing di
ektremitas yang mengalami edema.
Hasil laboratorium (8/04/2015) :
Hb : 9,9 gr/dl
Eritrosit : 3,6 juta
Ht : 29 %
Albumin : 2,1 g/dl
GDS : 59
Leukosit 9210 /uL
A : Masalah risiko infeksi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Lakukan perawatan luka dengan prinsip aseptik
2. Berikan madu pada lesi di bibir pasien
3. Batasi pengunjung
4. Tutup oozing dngan kassa
5. Kolaborasi pemberian meroponem
6. Awasi hasil laboratorium
S :O:
Makan habis 1 porsi / NGT
Oral hygiene 1x1 perhari
Lesi pada bibir (+) perawatan dengan madu
78

Kamis, 9 April
2015

Pertahankan asupan 1800 kalori


Hasil lab : Hb 9,9 gr/dl, GDS 59
NGT terpasang sejak 7 april 2015
A : Masalah gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Pantau intake nutrisi/NGT 1800 kalori
2. Pantau tanda-tanda malnutrisi
3. Oral hygiene 1x perhari
4. Pantau hasil lab
5. Pantau mual dan muntah
6. Pertahankan perawatan luka dibibir dengan Nacl
dan madu
S:O:
Pasien tampak tenang
Keluarga berperan aktif dalam melakukan
mobilisasi
Pasien tampak bersih
Oozing (+) ditempel dengan kasa kering
Lesi pada bibir telah dilakukan perawatan
dengan madu
Lesi ditangan dikompres dengan Nacl
Turgor kulit buruk
Edema (+)
A : Masalah kerusakan integritas kulit belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Pertahankan personal hygiene
2. Mika miki per 2 jam
3. Pantau adanya tanda-tanda kemerahan
4. Lakukan perawatan luka dengan tehnik aseptic

S:O:

TTV : TD : 150/90 mmHg, nadi 98x/m, RR : 30


x/m, suhu : 360c.
Kesadaran CM
Akral dingin dan pucat
Papilary refil 8 detik
Hasil lab : ureum 95, kreatinin 3,2, albumin 2,1.
A : Masalah penurunan cardiac output belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
79

1. Pantau TTV
2. Pantau tanda tanda penurunan cardiac output
3. Pantau penurunan perfusi cairan
4. Batasi pemasukan cairan 1000 cc/24 jam
5. Pantau hasil lab
6. Lasix 1x1
S:O:
Pasien tampak sesak
Otot bantu pernafasan (+), cuping hidung (+)
Saturasi oksigen 98%
Oksigen nasal kanul 4 liter/m
W (-), R (-)
RR : 30x/m
A : masalah gangguan pola nafas belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Pantau TTV
2. Pantau suara nafas tambahan
3. Awasi saturasi oksigen
4. Pertahankan posisi semifowler
5. Pertahankan oksigen nasal kanul 4 liter/m
S:O:
Klien bedrest
Tampak adanya luka kemerahan pada bokong
pasien
Tampak adanya lesi pada bibir pasien
Pemeriksaan fisik pada kulit : edema (+ 3), turgor
kulit tak elastis. Tampak adanya oozing di
ektremitas yang mengalami edema.
Hasil laboratorium (9/04/2015) : 7520/uL
A : Masalah risiko infeksi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Lakukan perawatan luka dengan prinsip aseptik
2. Berikan madu pada lesi di bibir pasien
3. Batasi pengunjung
4. Tutup oozing dngan kassa
5. Kolaborasi pemberian meroponem
6. Awasi hasil laboratorium
S:O:
Mual (-), muntah (-)
Makan cair 1800 kalori /NGT
80

Jumat, 10
April 2015

Oral hygiene +, lesi diolesi dengan madu


Terpasang NGT sejak 7 april 2015
A : Masalah ketidak seimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Pantau intake nutrisi
2. Pantau adanya mual muntah
3. Makan cair 1800 kalori RG dan RP
4. Oral hygiene 1x1 oles dengan madu pada lesi
5. Pantau hasil lab
S:O:
Pasien tampak tenang
Mika miki per 2 jam sekali
Oozing (+), tutup dengan kasa kering
Lesi pada tangan (+), perawatan dengan kasa +
Nacl
Edema +
A : Masalah kerusakan integritas kulit belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Pertahankan personal hygiene
2. Mika miki per 2 jam
3. Oozing ditutup dengan kasa kering
4. Perawatan luka dengan tehnik aseptic
S:O:
TTV : TD : 140/90 mmHg, nadi 98x/m, RR : 30
x/m, suhu : 360c.
Kesadaran CM
Akral dingin dan pucat
Papilary refil 8 detik
Hasil lab : Hb : 8,3 gr/dL
Eritrosit : 3,1 jt/dL
Ht : 25 %
GDS : 59
Ureum : 57 mg/dL
Creatinin : 2,4
Albumin : 2,4g/dL
Kreatinin 2,2.
A : Masalah penurunan cardiac output belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
81

1. Pantau TTV
2. Pantau tanda tanda penurunan cardiac output
3. Pantau penurunan perfusi cairan
4. Batasi pemasukan cairan 1000 cc/24 jam
5. Pantau hasil lab
6. Lasix 1x1
S:O:
Pasien tampak sesak
Otot bantu pernafasan (+), cuping hidung (+)
Saturasi oksigen 98%
Oksigen nasal kanul 4 liter/m
W (-/-), R (-/-)
RR : 30x/m
A : masalah gangguan pola nafas belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Pantau TTV
2. Pantau suara nafas tambahan
3. Awasi saturasi oksigen
4. Pertahankan posisi semifowler
5. Pertahankan oksigen nasal kanul 4 liter/m
S:O:
Klien bedrest
Tampak adanya luka kemerahan pada bokong
pasien
Tampak adanya lesi pada bibir pasien
Pemeriksaan fisik pada kulit : edema (+ 3), turgor
kulit tak elastis. Tampak adanya oozing di
ektremitas yang mengalami edema.
Hasil laboratorium (9/04/2015) :7520/uL
A : Masalah risiko infeksi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Lakukan perawatan luka dengan prinsip aseptik
2. Berikan madu pada lesi di bibir pasien
3. Batasi pengunjung
4. Tutup oozing dngan kassa
5. Kolaborasi pemberian meroponem
6. Awasi hasil laboratorium
S:O:
Mual (-), muntah (-)
Makan cair 1800 kalori /NGT
82

Sabtu, 11
April 2015

Oral hygiene +, lesi diolesi dengan madu


Terpasang NGT sejak 7 april 2015
A : Masalah ketidak seimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Pantau intake nutrisi
2. Pantau adanya mual muntah
3. Makan cair 1800 kalori RG dan RP
4. Oral hygiene 1x1 oles dengan madu pada lesi
5. Pantau hasil lab
S:O:
Pasien tampak tenang
Mika miki per 2 jam sekali
Oozing (+), tutup dengan kasa kering
Lesi pada tangan (+), perawatan dengan kasa +
Nacl
Edema +
A : Masalah kerusakan integritas kulit belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Pertahankan personal hygiene
2. Mika miki per 2 jam
3. Oozing ditutup dengan kasa kering
4. Perawatan luka dengan tehnik aseptic
S:O:
TTV : TD:140/90 mmHg, N:89x/menit, S:360C,
RR:23x/menit
Kesadaran CM
Akral dingin dan pucat
Papilary refil 8 detik
Hasil lab : Ureum : 69 mg/dL, Albumin :
2,4g/dL, Kreatinin 1,7 mg/dL
A : Masalah penurunan cardiac output belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Pantau TTV
2. Pantau tanda tanda penurunan cardiac output
3. Pantau penurunan perfusi cairan
4. Batasi pemasukan cairan 1000 cc/24 jam
5. Pantau hasil lab
6. Lasix 1x1
83

S:O:
Pasien tampak sesak
Otot bantu pernafasan (+), cuping hidung (+)
Saturasi oksigen 98%
Oksigen nasal kanul 4 liter/m
W (-/-), R (-/-)
RR : 23x/m
A : masalah gangguan pola nafas belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Pantau TTV
2. Pantau suara nafas tambahan
3. Awasi saturasi oksigen
4. Pertahankan posisi semifowler
5. Pertahankan oksigen nasal kanul 4 liter/m
S:O:
Klien bedrest
Tampak adanya luka kemerahan pada bokong
pasien
Tampak adanya lesi pada bibir pasien
Pemeriksaan fisik pada kulit : edema (+ 3), turgor
kulit tak elastis. Tampak adanya oozing di
ektremitas yang mengalami edema.
Hasil laboratorium (11/04/2015) : 9330 /uL
A : Masalah risiko infeksi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Lakukan perawatan luka dengan prinsip aseptik
2. Berikan madu pada lesi di bibir pasien
3. Batasi pengunjung
4. Tutup oozing dngan kassa
5. Kolaborasi pemberian meroponem
6. Awasi hasil laboratorium
S:O:
Mual (-), muntah (-)
Makan cair 1800 kalori /NGT
Oral hygiene +, lesi diolesi dengan madu
Terpasang NGT sejak 7 april 2015
A : Masalah ketidak seimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
84

1.
2.
3.
4.
5.
S:O:

Pantau intake nutrisi


Pantau adanya mual muntah
Makan cair 1800 kalori RG dan RP
Oral hygiene 1x1 oles dengan madu pada lesi
Pantau hasil lab

Pasien tampak tenang


Mika miki per 2 jam sekali
Oozing (+), tutup dengan kasa kering
Lesi pada tangan (+), perawatan dengan kasa +
Nacl
Edema +
A : Masalah kerusakan integritas kulit belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Pertahankan personal hygiene
2. Mika miki per 2 jam
3. Oozing ditutup dengan kasa kering
4. Perawatan luka dengan tehnik aseptic

85

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas kesenjangan yang terjadi antara teori dengan tinjauan kasus
pada setiap tahap proses keperawatan, yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pengajian adalah langkah awal dari proses keperawatan. Pada tahap ini penulis
melakukan pengumpulan data berupa data biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Data
diperoleh melalui observasi langsung, wawancara dengan klien dan catatan keperawatan.
Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien dengan diabetes mellitus

didapatkan data

sebagai berikut:
1. Aktivitas
Pada klien ditemukan adanya kelemahan dan keletihan pada saat melakukan
istirahat, dan ditemukan adanya penurunan tonus otot. Secara teoritis klien dengan
CKD menunjukkan manifestasi klinis berupa adanya kelemahan, keletihan, kram otot,
tonus otot menurun (Doenges, Marilynn. E. 2000, Rencana Asuhan Keperawatan).
Kelemahan, keletihan dan penurunan tonus otot disebabkan karena Ny.M memiliki
riwayat stroke sejak tahun 2011, dimana salah satu manifestasi dari stroke yaitu
adanya hemiparase di salah satu bagian tubuh.
2. Sirkulasi
Pada Ny.M ditemukan adanya riwayat hipertensi, dimana tekanan darah pasien
mencapai 150/70 mmHg. Selain itu ditemukan tanda-tanda gangguan sirkulasi perifer
dimana akral pasien dingin dan pucat, nadi teraba lemah dan papillary refill 8 detik.
Peningkatan tekanan darah pada pasien CKD disebabkan karena hipervolemia serta
akibat peningkatan produksi rennin yang memicu produksi angiotensin kemudian
aldosteron sehinggan pada akhirnya terjadi pengkatan tekanan darah (Mari B, 2005).
Secara teoritis, pasien dengan CKD akan mengalami gangguan sirkulasi serta
ditemukan adanya riwayat Hipertensi maupun penyakit jantung lainnya. Gangguan
sirkulasi perifer ditandai dengan akral dingin, pucat, serta nadi yang melemah.
(Doenges, Marilynn. E. 2000, Rencana Asuhan Keperawatan).
3. Integritas ego
Selama pengkajian yang dilakukan, Ny.M sering meminta untuk pulang
dikarenakan pasien mengeluh lelah dengan perawatan yang dijalaninya. Proses
86

perawatan pasien CKD memerlukan waktu yang lama, sehingga seringkali akan
muncul tanda-tanda ansietas, stress, mudah marah serta keputus asaan menjalani
perawatan (Doenges, Marilynn. E. 2000, Rencana Asuhan Keperawatan).
4.

Eliminasi/keseimbangan cairan
Saat pengkajian, Ny.M telah terpasang folley cateter hal ini disebabkan karena
kelemahan yang dialami oleh Ny.M sehingga tidak memungkinkan untuk BAK ke
toilet. Selain itu, karena usia Ny.M yang sudah cukup tua (75 tahun) ada
kemungkinan Ny.M mengalami inkontensiaurine.Saat pengkajian, terjadi penurunan
haluaran urine. Menurut Caror (2005) normal produksi urine dalam sehari adalah
1200 sampai dengan 1500 cc/24 jam, Ny.M dalam sehari hanya mengeluarkan urine
sebesar 750 cc hal ini menunjukkan bahwa Ny.M memgalami oliguri.Secara teoritis,
pasien dengan CKD akan mengalami perubahan eimininasi yang disebabkan karena
adanya kerusakan pada ginjal yang mengakibatkan tergangguanya proses
pembentukan urin. Manifestasi yang muncul adalah penurunan frekuensi urine,
ohguria, anuria, (gagal tahap lanjut), abdomen kembung, diare, atau konstipasi serta
perubahan warna urine (Doenges, Marilynn. E. 2000, Rencana Asuhan
Keperawatan).

5.

Makanan/cairan
Pada saat pengkajian, ditemukan adanya lesi pada bibir, sariawan pada bibir
serta kondisi mulut yang kotor. Ny.M memiliki riwayat stroke sehingga Ny.M
mengalami pelo, lidah miring serta gangguan menelan. Peningkatan berat badan
secara drastic dialami oleh Ny.M sebagai tanda adanya peningkatan akumulasi
cairan (edema). Selain itu, turgor kulit Ny.M buruk. Secara teoritis pasien dengan
CKD akan mengalami peningkatan BB cepat (edema), penurunan BB (malnutrisi)
anereksia,

nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut

(pernafasan ammonia), perubahan turgor kulit serta perdarahan pada gusi ataupun
lidah (Doenges, Marilynn. E. 2000, Rencana Asuhan Keperawatan)..
6.

Nyeri/kenyamanan
Pada saat pengkajian pasien tampak gelisah serta meringis kesakitan. Ny.M
mengalami gangguan verbal sehingga Ny.M sulit mengungkapkan ketidaknyamanan
yang dirasakannya. Ny.M merintih terus menerus tanpoa menunjukkan bagian tubuh
yang mengaami nyeri. Secara teoritis pasien dengan CKD menunjukkan perilaku
tidak nyaman seperti gelisah serta perilaku berhati-hati / distroksi. Keterbatasan

87

mobilisasi fisik diduga menjadi penyebab adanya perasaan ketidak nyamanan pada
pasien (Doenges, Marilynn. E. 2000, Rencana Asuhan Keperawatan)
7.

Pernapasan
Hasil dari pengkajian Ny.M mengeluh sesak dimana RR Ny.M saat pengkajian
adalah 24 kali/menit. Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya penggunaan otot
bantu pernapasan, napas cuping hidung serta ditemukannya suara napas tambahan
Ronchi +/-. Berdasarkan teori pasien CKD mengalami gangguan pernapasan dimana
manifestasi yang muncul adalah takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi/kedalaman
pernapasan kusmaul. (Doenges, Marilynn. E. 2000, Rencana Asuhan Keperawatan).
Menurut Corwin (2005) keluhan sesak pada pasien CKD disebabkan karena adanya
penumpukan cairan pada paru sehingga menghambat ekspansi paru.

B. Diagnosa Keperawatan
Ny.M (75tahun) dirawat di ruang Perawatan Umum RSPAD Gatot Subroto
sejak tanggal 18 Maret 2015. Pasien mengeluh sesak terus menerus. Ny.M memiliki
riwayat Stroke, DM dan Hipertensi. Keluarga pasien mengatakan karena sakit stroke
yang diderita sejak tahun 2011 pasien mengalami kelemahan pada bagian tubuh sebelah
kiri serta pasien kesulitan dalam menelan. Hasil TTV didapatkan TD : 150/70 mmHg,
Nadi : 80 kali/menit, RR: 24 kali/menit, Suhu : 36 0C. Pemeriksaan fisik didapatkan data
adanya edema +3 pada ekstremitas atas dan bawah pasien. Akral dingin, kulit pucat,
papillary refill 8 detik serta lemahnya nadi perifer. Selain itu ditemukannya suara napas
tambahan ronchi pada paru-paru pasien serta bergesernya iktus kordis 2 cm dari
midklavikula. Pasien tampak menggunakan otot bantu pernapasan serta napas cuping
hidung. Saat pengkajian ditemukan adanya oozing pada pergelangan tangan dan kaki
pasien serta lesi pada bibir dan bokong yang disertai dengan kemerahan. Saat ini pasien
tampak bedrest. Berdasarkan data-data tersebut, diperoleh beberapa diagnose
keperawatan sebagai berikut :
1. Penurunan kardiak output berhubungan dengan Kelebihan volume cairan,
Gangguan preload dan afterload (Nanda,NIC&NOC, 2011).
Pada kasus munculnya diagnosa penurunan kardiacoutput ditandai dengan manifestasi
meningkatnya tekanan darah pasien yaitu 150/70 mmHg, Edema +3, akral dingin,
pucat, papillary refill 8 detik serta melemahnya nadi pasien. Selain itu ditemukannya
pergeseran pada iktus kordis pasien sebesar 2 cm dari midklavikula. Berdasarkan
Nanda (2011) penurunan curah jantung adalah ketidakadekuatan pompa darah oleh
jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh yang ditandai dengan adanya
88

gangguan pada frekuensi dan irama jantung, gangguan preload, gangguan afterload
serta gangguan kontraktilitas jantung. Adapun tanda dan gejala yang dapat ditemukan
yaitu adanya aritmia (takikardia dan bradikardia), perubahan pola EKG, palpitasi,
edema, keletihan, distensi vena jugularis, murmur, peningkatan berat badan, kulit
dingin, denyut perifer menurun, dispnea, oliguria, pengisian kapiler memanjang,
perubahan warna kulit serta gelisah.
2. Gangguan pola napas berhubungan dengan Penurunan fungsi pernapasan
(Nanda,NIC&NOC, 2011).
Pada kasus diagnose gangguan pola napas ditandai dengan pasien mengeluh sesak,
klien tampak sulit bernapas, RR: 24 kali/menit, Ronchi +/-, penggunaan otot bantu
pernapasan serta adanya pernapasan cuping hidung. Menurut Nanda (2011) pola
napas tidak efektif adalan inspirasi dan ekspirasi yang tidak memberi ventilasi yang
adekuat dimana manifestasi yang muncul adanya dispnea, napas pendek, perubahan
eksrusi dada, napas cuping hidung, ortopnea, kecepatan respirasi, takipneu dan
penggunaan otot bantu asesorius untuk bernapas.
3. Infeksi berhubungan dengan Pertahanan

primer yang

tidak

adekuat

(Nanda,NIC&NOC, 2011).
Tanda-tanda infeksi yang muncul yaitu adanya peningkatan jumlah leukosit pasien
sebesar 17810 /l, edema (+3), tampak adanya oozing di semua ektremitas, lesi pada
bibir dan bokong yang disertai dengan kemerahan. Berdasarkan Nanda (2011), salah
satu factor risiko terjadinya infeksi adalah disebabkan karena penyakit kronis,
penekanan oauto imun serta pertahanan primer yang tidak adekuat seperti lika, trauma
jaringan serta statis cairan tubuh.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Penyakit kronis (Nanda,NIC&NOC, 2011).
Diagnosa ketidakseimbangan nutrisi ditemukan pada pasien disebabkan karena
ditemukannya manifestasi seperti : gangguan menelan, kebersihan oral buruk,
ditemukan stomatitis, dan lesi pada bibir. Selain itu ditemukan tanda-tanda malnutrisi
pada pasien seperti kerontokan rambut, konjungtiva anemis serta turgor kulit yang
buruk. Saat pengkajian pasien mendapatkan diet cair. Hasil laboratorium (4/4/2015)
yang menunjang yaitu Hb : 9,5 g/dl, Ht : 28 %, Eritrosit : 3,5 juta/l, GDS : 63 mg/dL
serta Albumin : 2,1 g/dL Berdasarkan teori, diagnosa ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh tidak muncul pada asuhan keperawatan teori pada pasien
CKD.

Namun

karena

ditemukan

tanda-tanda

yang

berhubungan

dengan

ketidakseimbangan nutrisi maka penulis mengangkat diagnose tersebut.


89

5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Kelebihan cairan, Hambatan


mobilitas fisik (Nanda,NIC&NOC, 2011).
Tanda-tanda yang muncul pada pasien yaitu ditemukannya lesi pada bibir dan bokong
pasien. Selain itu tampak adanya edema pada ektremitas dan oozing pada pergelangan
tangan pasien. Berdasarkan Nanda (2011) kerusakan integritas kulit ditunjukkan
dengan adanya kerusakan pada membran mukosa, integument atau subkutan.

A. Intervensi
Pada tahap intervensi asuhan keperawatan pada klien dengan CKD dibuat sesuai
dengan masaah-masalah yang ditemukan, dengan menetapkan tujuan, hasil yang
diharapkan dan rencana tindakan serta rasional. Intervensi sebagian besar sesuai dengan
teori yang dapat diterapkan pada klien sesuai dengan diagnosa yang muncul.
B. Implementasi
Pada tahap ini penulis melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana
yang telah disusun berdasarkan teori dan kondisi klien. Tindakan keperawatan dilakukan
mulai tanggal 6 April sampai dengan 11 April 2015 dimana tindakan yang diberikan
kepada pasien sesuai dengan intervensi yang telah disusun sebelumnya.
Faktor pendukung diantaranya keluarga klien yang kooperatif dalam pemberian
asuhan keperawatan sehingga bisa diajak bekerja sama, selain itu perawat Ruang
Perawatan Umum lantai 4 memberikan respon yang positif dan mendukung dalam
pemberian asuhan keperawatan pada klien. Sedangkan faktor penghambat diantaranya
keterbatasan waktu saat melakukan tindakan keperawatan kepada klien.
C. Evaluasi
Penulis melakukan penilaian secara terus menerus dengan cara mengamati secara
langsung pada klien tentang perkembangan klien. Evaluasi dilakukan sesuai dengan
SOAP yaitu secara subjektif, objektif dan dapat dianalisa setra ditulis dalam catatan
perawatan. Untuk pelaksanaan disesuaikan dengan waktu yang telah dibuat pada tujuan.

90

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gagal ginjal kronik (GGK) atau Cronic Kidney Disease (CKD) merupakan
perkembangaan gagal ginjal yang progresip dan lambat, biasanya berlangsung berapa
tahun. Ginjal kehilangan kemampuan asupan diet normal. Gagal ginjal kronik terjadi
setelah berbagai macam penyakit masuk nefron ginjal. Berbagai factor dapat
menyebabkan terjadinya CKD seperti Infeksi saluran kemih (ISK), Nefrosklerosis
Hipertensif, Glomerulonefritis, Penyakit ginjal kronik, Gout, Diabetes mellitus,
Hiperparatirodisme dan Nefropati toksik.
Pengkajian dilakukan tanggal 6 April 2015 dimana didapatkan data seperti
edema +3 pada ekstremitas, peningkatan tanda-tanda vital, adanya penggunaan otot
bantu pernapasan, sesak, pernapasan cuping hidung, lesi pada bibir dan bokong,
oozing pada pergelangan ekstremitas serta adanya tanda-tanda infeksi yaitu
peningkatan jumlah leukosit. Berdasarkan pengkajian tersebut dirumuskan beberapa
diagnose keperawatan yaitu Penurunan kardiak output berhubungan dengan
Kelebihan volume cairan, Gangguan preload dan afterload, Gangguan pola napas
berhubungan dengan Penurunan fungsi pernapasan, Infeksi berhubungan dengan
Pertahanan primer yang tidak adekuat, Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan Penyakit kronis dan Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan Kelebihan cairan, Hambatan mobilitas fisik.
Berdasarkan diagnosa yang muncul ditetapkan beberapa intervensi yang
dapat dilakukan. Implementasi dilakukan sejak tanggal 6 April sampai dengan 11April
2015. Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang ditetapkan. Penulis
melakukan penilaian secara terus menerus dengan cara mengamati secara langsung
pada klien tentang perkembangan klien. Evaluasi dilakukan sesuai dengan SOAP
yaitu secara subjektif, objektif dan dapat dianalisa setra ditulis dalam catatan
perawatan.

91

B. SARAN
Saran yang dapat kami berikan dalam penanganan CKD adalah :
1. Bagi Rumah Sakit.
Institusi Rumah Sakit agar tetap mempertahankan dan meningkatkan segala
fasilitas dalam

memberikan

pelayanan kepada pasien sehingga tercapainya

rumah sakit yang bisa lebih maju untuk kedepannya.


2. Bagi Ruangan
Agat tetap mempertahankan dan meningkatkan pelayanan dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien. Kerjasama antar perawat dengan tim agar
tetap dipertahankan sehingga dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien sehingga dapat meningkatkan mutu dalam menjalankan asuhan
keperawatan terutama pada pasien CKD.
3. Bagi perawat
Pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan CKD memerlukan
pengawasan yang ketat dalam balance cairan pasien. Perawat perlu mengawasi
batasan cairan masuk serta cairan yang keluar. Sebaiknya perawat ruangan
melibatkan keluarga dalam pembatasan cairan dengan memberikan lembar
observasi minuman yang masuk melalui NGT, oral maupun cairan yang keluar
melalui urine, muntah ataupun BAB.
4. Bagi mahasiswa
Mahasiswa yang sedang praktek, lebih bisa memanfaatkan kesempatan selama
praktek klinik di Rumah sakit baik dalam memberikan asuhan keperawatan serta
meningkatkan kritical thinking dalam menjalankan asuhan keperawatan ,
sehingga kedepan bisa menjadi perawat profesional.

92

DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J, 2004. Buku Saku Patofisiologi, Jakarta: EGC
Price, Sylvia A..2004. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC.Smeltzer, Suzanne
C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2 Edisi 8. Jakarta: EGC
http://spiritia.or.id/cst/dok , www.ikcc.or.id diakses 1 Maret 2013
Wilkison, Judith M, Buku saku diagnosis keperawatan : diagnosis NANDA, intervensi NIC,
kriteria hasil NOC Edisi 9, Jakarta : EGC, 2011

93

You might also like