You are on page 1of 8

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLEIEN DENGAN INFARK MYOKARD AKUT


I.

LANDASAN TEORI

A. DEFINISI
Infark Myokard Akut (IMA) adalah suatu keadaan nekrosis miokard yang akibat
aliran darah ke otot jantung terganggu (Hudack & Galo 1996).
Infark Miocard Akut adalah kematian jaringan miokard diakibatkan oleh
kerusakan aliran darah koroner miokard (oenyempitan atau sumbatan arteri
koroner diakibatkan oleh aterosklerosis atau penurunan aliran darah akibat syok
atau perdarahan (Carpenito L.J. , 2000).
Iskemia yang berlangsung lebih dari 30-45 menit akan menyebabkan kerusakan
seluler yang irreversibel dan kematian otot atau nekrosis.
Gambaran distribusi dipengaruhi umur, geografis, jenis kelamin dan faktor resiko
sesuai dengan angina pektoris atau penyakit jantung koroner pada umumnya.
B. PATOGENESIS
Umumnya Infark Miokard didasari oleh adanya arteriosklerosis pembuluh darah
koroner. Secara marfologis Infark Miokard dapat berupa transmural atau sub
endokardial. Infark Miokard transmural mengenai seluruh dinding miokard dan
terjadi pada distribusi suatu arteri koroner. Sebaliknya pada Infark Miokard
subendokardial, nekrosis hanya terjadi pada bagian dalam dinding ventrikel dan
umumnya berbercak-bercak dan tidak konfluens seperti Infark Miokard
transmural. Infark Miokard subendokardial dapat regional (terjadi pada distribusi
satu-satu arteri koronaria) atau difus (terjadi pada distribusi lebih dari satu arteri
koroner). Patogenitas dan perjalanan kedua jenis Infark Miokard ini berbeda.
C. PATOLOGI
Arteri koroner kiri mempengaruhi sebagian besar ventrikel kiri, septum dan atrium
kiri. Arteri koroner kanan mempengaruhi sisi diafragma ventrikel kiri, sedikit
bagian posterior septum dan ventrikel serta atrium kanan. Nodus SA lebih sering
dipengaruhi oleh arteri koroner kanan daripada kiri (cabang sirkumfleks). Pada
nodus AV, 90% dipengaruhi oleh arteri koroner kanan dan 10% dari sisi kiri
cabang sirkumfleks. Kedua nodus SA dan AV juga mendapat darah dari arteri
kugel. Jadi jelaslah obstruksi pada arteri koroner kiri sering menyebabkan infark
anterior, dan infark inferior disebabkan oleh obstruksi pada arteri koroner kanan.
Tetapi bila obstruksi telah terjadi di banyak tempat dan kolateral telah terbentuk,
lokasi infark mungkin tidak dapat dicerminkan oleh pembuluh asal yang terkena.
Pada nekrosis daerah infark miokard mungkin sulit dikenali pada 24 48 jam
pertama. Setelah itu serat-serat miokard membengkak dan nuklei menghilang. Di
tepi infark dapat terlihat perdarahan. Dalam beberapa hari pertama daerah infark
akut amat lemah. Secara histologis penyembuhan dapat tercapai sekurangkurangnya setelah empat minggu, umumnya setelah enam minggu.
D. PATOFISIOLOGIS
Segera setelah terjadi Infark Miokard daerah miokard setempat akan
memperlihatkan penonjolan sitolik (diskinesia) dengan akibat menurunnya ejeksi
fraction, isi sekuncup, dan peningkatan volume akhir sistolik dan akhir diastolik
ventrikel kiri. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri naik dengan akibat tekanan
atrium kiri juga naik. Peningkatan tekanan atrium kiri diatas 25 mmHg yang lama
akan menyebabkan transudat cairan ke jaringan interstitium paru (gagal jantung).
Pemburukan hemodinamik ini bukan saja disebabkan karena daerah infark, tetapi

juga daerah iskemik disekitarnya. Miokard yang masih relatif baik akan
mengdakan kompensasi, khususnya dengan bantuan rangsang adrenergik untuk
mempertahankan curah jantung tetapi dengan peningkatan kebutuhan oksigen
miokard. Kompensasi ini jelas tidak memadai jika daerah yang bersangkutan juga
mengalami iskemia atau bahkan sudah fibrotik. Bila infark kecil dan miokard yang
kompensasi masih normal maka pemburukan hemodinamik akan minimal.
Sebaliknya jika infark luas dan miokard yang harus berkompensasi juga buruk
akibat iskemia atau infark lama, tekanan akhir diastolik akan naik dan gagal
jantung terjadi.
Perubahan-perubahan hemodinamik Infark Miokard ini tidak statis. Bila Infark
Miokard makin tenang fungsi jantung membaik walaupun tidak diobati. Hal ini
disebabkan daerah-daerah yang tadi iskemik mengalami perbaikan. Perubahan
hemodinamik akan terjadi bila iskemik berkepanjangan atau infark meluas.
Terjadinya mekanis penyulit seperti rupture septum ventrikel, regurgitasi mitral akut
dan aneurisma ventrikel akan memperburuk faal hemodinamik jantung.
Aritmia merupakan penyulit Infark Miokard yang tersering dan terjadi pada saat
pertama serangan. Hal ini disebabkan karena perubahan masa refrakter, daya hantar
rangsang dan kepekaan terhadap rangsangan. Sistem saraf otonom juga berperan
terhadap terjadinya aritmia. Penderita Infark Miokard umumnya mengalami
peningkatan tonus parasimpatis dengan akibat kecenderungan bradiaritmia
meningkat. Sedangkan peningkatan tonus simpatis pada Infark Miokard anterior akan
mempertinggi kecenderungan fibrilasi ventrikel dan perluasan infark.
E. GEJALA KLINIS
Khas adalah nyeri dada retroternal, seperti diremas-remas dan tertekan, nyeri
menjalar ke lengan, (kiri) bahu, leher, rahang bahkan ke punggung dan
epigastrium. Nyeri berlangsung lebih lama dari angina pektoris dan tidak responsif
terhadap nitrogliserin. Kadang-kadang terutama pada penderita diabetik dan
orantua tidak ditemukan nyeri sama sekali. Nyeri disertai perasaan mual, muntah,
sesak, pusing, keringat dingin, berdebar-debar, atau penderita sering ketakutan.
Walaupun Infark Miokard merupakan manifestasi pertama dari penyakit jantung
koroner, namun bila anamnesa dilakukan secara teliti sering didahului oleh angina,
perasaan tidak enak di dada atau epigastrium.
Kelainan pada pemeriksaan fisik tidak ada berkarakteristik khas dan bahkan dapat
normal. Dapat ditemui bunyi jantung kedua yang pecah paradoksal irama gallop.
Adanya krepitasi basal merupakan tanda bendungan paru. Takikardi, kulit pecah,
dingin dan hipotensi ditemukan pada kasus yang relatif lebih berat. Kadangkadang ditemukan pulsasi diskinetik yang tampak atau teraba di dinding pada
Infark Miokard anterior.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. EKG
2. Laboratorium : SGOT, LDH, enzim jantung
3. Radiologi
4. Echocardiografi
5. Pemeriksaan radioisotop
G. KOMPLIKASI
1. Aritmia
2. Gagal jantung
3. Syok kardiogenik

4.
5.
6.
7.
8.

Trombo-embolisme
Perikarditis
Aneurisma ventrikel
Regurgitasi mitral akut
Ruptur jantung dan septum

H. PENATALAKSANAAN
1. Upaya pembatasan perluasan Infark Miokard
2. Pemberian obat-obat trombolitik (streptokinase/urokinase) dengan atau tanpa
disusul angioplasti (perkutaneus transluminal koroner angioplasty)
3. Pemberian obat penghambat adrenoreseptor-beta untuk pencegahan sekunder
pasca infark.
II. KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian
A. Pengumpulan data
a. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, agama , suku dana kebangsaan,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor regester, tanggal Masuk Rumah
Sakit , diagnosa medis
b. Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan adalah nafas sesak dan nyeri dada
c. Riwayat penyakit sekarang
Alasan MRS
Menjelaskan riwayat penyakit yang dialami adalah pasien
mengeluh sesak dan nyeri dada, sesak bertambah jika aktifitas,
keadaan lemah dan nafsu makana menurun
Keluhan waktu didata
Dilakukan pada waktu melakukan pengkajian yaitu keluhan bisa
visus menurun sehingga aktivitas menjadi terbatas
d. Riwayat kesehatan Dahulu
Mempunyai riwayat vaskuler : hipertensi
Mempunyai riwyat penyakit jantung
Amempunyai riwayat penyakit DM
e. Riwayat kesehatan keluarga
Terdapat riwayat pada keluarga dengan penyekit vaskuler : HT,
penyakit metabolik :DM
f. ADL
Nutrisi : Perlu dikaji keadaan makan dan minum pasien meliputi :
porsi yang dihabiskan susunan menu, keluhan mual dan muntah,
sebelum atau pada waktu MRS, dan yang trpenting adalah
perubahan pola makan setelah sakit
Istirahat tidur : dikaji kebiasaan tidur siang dan malam, berapa jam
sehari dan apakan ada kesulitan waktu tidur dan bagaimana
perunbahannya setelah sakit klien dengan HHF + PJK sering
terbangun dan susah tidur klarena nyeri dada dan sesak nafas
Aktifitas : Aktifitas dirumah ataua dirumah sakit apakah ada
kesenjangan yang berarti misalnya pembatasan aktifitas, pada klien
ini biasanya terjadi perubahan aktifitas karena sesak nafas saat
aktifitas

Eliminasi : Mengkaji kebiasaan eliminasi alvi dan uri meliputi


jumlah, warna, apakah ada gangguan.
Personal Hygiene : mengkaji kebersihan personal Hygienemeliputi
mandi, kebersihan badan, gigi dan mulut, rambut, kuku dan
pakaian dan kemampuan serta kemandirian dalam melakukan
kebersihan diri
g. Data Psikologi
Perlu dikaji konsep diri apakah ada gangguan dan bagaimana persepsi
klien akan penyakitnya terhadap konsep dirinya
h. Data Sosial
Bagaimana hubungan klien dengan keluarga dan bagaiman peran
klien dirumah dan dirumah sakit
i. Data Spiritual
Bagaimana persepsi klien terhadap penyakit dan hubungan dengan
agama yang dianut
j. Pemeriksaan Fisik
Secara umum
Meliputi keadaan pasien
Kesadaran pasien
Observasi tanda tanda vital : tensi, nadi, suhu dan respirasi
TB dan BB untuk mengetahui keadaan nutrisi
Secara khusus :
Dilakukan secara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi yamh
meliputi dari chepalo kearah kauda terhadap semua organ tubuh
antara lain
Rambut
Mata telinga
Hidung mulut
Tenggorokan
Telinga
Leher
Dada adalah bagian terpenting pada klien dengan HHF dan PJK
terutama pada organ yang menyangkut jantung dan paru
Abdomen
Genetalia
Muskuloskeletal
Dan integumen
Untuk pemeriksaaan mata lebih specifik, yaitu :

k. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium. EKG, Rontgen thoraks serta therapy yang diperoleh
klien dari dokter
B. Analisa Data
Data yang dikumpulkan dikelompokkan meliputi : data subyektif dan data
obyektif kemudian dari data yang teridentifikasi masalah dan
kemungkinan penyebab dapat ditentukan yang menjadi acuan untuk
menentukan diagnosa keperawatan.
C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah tahap dari perumusan masalah yang
menentukan masalah prioritas dari klien yang dirawat yang sekaligus

menunjukkan tindakan prioritas sebagai perawat dalam mengahadapi


kasus HHF FC IV dan PJK.
2. Perencanaan
Membuat rencana keperawatan dan menentukan pendekatan yang dugunakan
untuk memecahkan masalah klien. Ada 3 tahap dalam fase perancanaan yaitu
menetukan prioritas, menulis tujuan dan perencanan tindakan keperawatan.
Jangka pendek :
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan diharapkan dalam
waktu kurang lebih 2 x 24 jam
klien
mengerti
prosedur
perawatan yang diberikan dan
sesk berkurang dengan kriteria
hasil
Klien mengerti penjelasan
perawat
Sesak berkurang
Klien merasa lebih nyaman
Penarikan ICS berkurang
Akral hangat
Tidak pucat dan sianosis
Tanda vital dalam batas
normal.

1. Lakukan pendekatan 1. Hubungan


saling
percaya
dengan pasien dan
mempermudah
tindakan
keluarga
keperawatan yang akan dilakukan
2. Pertahankan
tirah 2. Posisi
semi
fowler
baring dalam posisi
menurunkan/mengurangi tekanan
semi fowler
intra torakal sehingga ekspansi
paru maksimal
3. Ciptakan
lingkungan
nyaman

suasana 3. Suasana yang nyaman memberikan


yang
rasa rilek menghindri stress fisik
dan
emosi
yang
dapat
mengahasilkan
vasokonstriksi
yang meningkatkan tekanan darah
dan frekeunsi kerja jantung
4. Pantau haluaran urine 4. Ginjal berespon menurunkan curah
cata
pengeluaran
jantung dengan menahan cairan dn
urine dan penurunan
natrium
haluaran
urine,
Jangka Panjang:
kepekatan/konsentras
Setelah dilakukan asuhan
i urine
keperawatan diharapkan
5. Observasi tanda 5. Memantau
adnya
Kebutuhan
O2
terpenuhi
tanda vital
perubahan/perkembangan fungsi
semaksimal mungkin dengan Auskultasi
nadi
vital secara dini
kriteria hasil :

Monitor
adanya
takhikardia
apikal dan palpasi
Sesak hilang
nadi perifer
sebagai kompensasi penurunan
Pantau tekanan darah
kontriksi ventrikel
Monitor adanya S1 dan S2 yang
Suhu tubuh
mungkin
lemah
karena
Respirasi dan
menurunnya
pompa,
S3
dan
S4
Catat bunyi jantung
akibat aliran darah kedalam
serambi
menunjukkan
adanya
6. Kaji
adanya 6. Pucat
penurunan
perfusi
perifer
sekunder
perubahan
kulit
terhadap tidak adekuatnya curah
terhadap pucat dan
jantung, vaso konstriksi dan
sianosis
sianosis sebagai refraktori PJK
menunjukkan
tidk
7. Kaji
adanya 7. Dapat
adekuatnya
perfusi
serebral
perubahan sensoris m
sekunder terhadap penurunan
curah jantung]
8. Observasi intake dan 8. Keseimbangan intake dan output
mempengaruhi kerja jantung
output
9. Melaksanakan fungsi dependent
9. Kolaborasi
pemberian therapy

Jangka pendek
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan dlam
waktu 1 2 x 60 menit
diharapkan klien adaptasi
dengan kondisi dan cemas
berkurang dengan kriteria
hasil :
Secara verbal dan non
verbal klien mengerti
tentang apa yang
dijelaskan oleh perawat
Klien tampak lebih tenang
Tanda vital dalam batas
normal
Jangka Panjang
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan dalam
waktu 1 2 x 24 jam cemas
hilang dengan kriteria hasil :
Secara verbal klien
mengatakan tidak cemas
lagi
Tidak gelisah
Tampak tenang

1. Bina Hubungan
Saling Percaya
dengan pasien dan
keluarga
2. Dorong klien untuk
mengungkapkan
perasaan terhadap
kondisinya sekarang

1. Sikap perawat yang terbuka dapat


mengurangi perasaan terancam
saling percaya dan membantu
memperluas dan menerima semua
aspek diri klien
2. Diharapkan kecemasan yang
dialami klien berkurang

3. Jelaskan kondisi
kliendan proses
perawatan kepada
klien dan
keluarganya

3. Meningkatkan pengetahuan
tenatng penyakit dan prosedur
perawatan

4. Berikan privacy dan


lingkungan yang
nyaman

4. Kenyamana membantu
mengurangi stimulus stress dan
dengan klien terbuka
mengungkapkan perasaannya

5. Ajak keluarga lkut


serta membantu dan
memberikan
dukungan moril

5. Peran keluarga sangat penting


dalam program therapy sebagai
orang terdekat dan mengenal
kepribadian klienMengarahkan
mekanisme koping yang efektif
untuk menghindari tindakan yang
menyimpang

Dx: Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan kontraktilitas otot jantung


Tujuan : Setelah dirawat selama 3X 24 jam T : 120/80, N : 88X/mnt, Urine 40-50 cc/jam, pusing
hilang
Rencana Tindakan
Rasional
- Berikan posisi syok
- Memenuhi kebutuhan pefusi otak
- Observasi vital sign (N : T : S ) dan kapilarri refill - Untuk mengetahui fungsi jantung dalam upaya
setiap jam
mengetahui lebih awal jika terjadi gaguann
perfusi
- Kolaborasi:
- Pemberian infus RL 28 tts/menit
- Foto thorak
- EKG
- Lanoxin IV 1 ampul
- Lasix 1 ampul
- Observasi produksi urin dan balance cairan
- Periksan DL

- RL untuk memenuhi kebutuhan cairan intra


vaskuler, mengatasi jika terjadi asidosis
mencegah kolaps vena.
- Untuk memastikan aanatomi jantung dan melihat
adanya edema paru.
- Untuk melihat gambaran fungai jantung
- Memperkuat kontraktilitas otot jantung
- Meningkatkan perfusi ginjal dan mengurangi
odem
- Melihat tingkat perfusi dengan menilai
optimalisasi fungsi ginjal.
- Untuk melihat faktor-faktor predisposisi
peningkatan fungsi metabolisme klliensehingga
terjadi peningkatan kerja jantung.

Dx Resiko ganguan pertukaran gas


Tujuan : Setelah dirawat selama 3X24 jam RR : 18 X/mnt, sesak (-), BGA normal paO2 95-100 %
Rencana Tindakan
Rasionalisasi
- Lapangkan jalan nafas dengan mengektensikan - Untuk meningkatkan aliran udara sehingga suply
kepala
O2 optimal
- Lakukan auskultasi paru
- Untuk mengetahui adanya sekret
- Lakukan suction jika ada sekret
- Meningkatkan bersihan jalan nafas
- Berikan O2 per kanul 6-10lt/mnt atau bantuan - Untuk meningkatkan saturasi O2 jaringan
nafas dengan ventilator sesuai mode dan dosis
yang telah ditetapkan.
- Untuk mengetahui optimalisasi fungsi pertukaran
gas pada paru
- Kolaborasi pemeriksaan
- BGA dan SaO2
- Untuk membantu fungsi pernafasan yang
terganggu
- Orbservasi pernafasan observasi seting ventilator
Dx : Resiko terjadi ketidak efektifan bersihan jalan nafas b.d tidak adanya reflek batuk dan
produksi sekret yang banyak
Tujuan : Setelah dirawat tidak terjadi sumbatan jalan nafas, stridor (-), dyspnoe (-), sekret bersih
Tindakan
- Auskultasi bunyi nafas tiap 2 - jam
- Lakukan suction jika terdengar stridor/
ronchi sampai bersih.
- Pertahankan suhu humidifier 35-37,5
derajat
- Monitor status hidrasi klien
- Lakukan fisiotherapi nafas
- Kaji tanda-tanda vital sebelum dan setelah
tindakan

Rasionalisasi
- Memantau keefektifan jalan nafas
- Jalan nafas bersih, sehingga mencegah hipoksia, dan tidak
terjadi infeksi nasokomial.
- Membantu mengencerkan sekret
- Mencegah sekret mengental
- Memudahkan pelepasan sekret
- Deteksi dini adanya kelainan

Dx : Ketidakefektifan pola nafas b.d dengan kelelahan, pengesetan ventilator yang tidak tepat,
obstruksi ETT
Tujuan : Setelah dirawat nafas sesuai dengan irama ventilator, volume nafas adekuat, alarm tidak
berbunyi
Rencana Tindakan
Rasionalisasi
- Lakukan pemeriksaan ventilator tiap 1-2 jam - Deteksi dini adanya kelainan pada vntilator
- Evaluasi semua ventilator dan tentukan - Bunyi alarm pertanda ggn fungsi ventilator
penyebabnya
- Pertahankan alat resusitasi bag & mask pada -Mempermudah
melakukan
pertolongan
jika
posisi TT sepanjang waktu
sewaktu[waktu ada gangguan fungsi ventilator
- Evaluasi tekanan atau kebocoran balon cuff - Mencegah berkurangnya aliran udara nafas
- Masukka penahan gigi
- Mencegah tergigitnya selang ETT
- Amankan selang ETT dengan fiksasi yg baik - Mencegah selang ETT tercabut
- Monitor suara nafas dan pergerakan dada
- Evaluasi keefektifan pola nafas
Dx : Resiko terjadi trauma b.d kegelisahan sebagai efek pemasangan alat bantu nafas
Tujuan :
Setelah dirawat klien tidak mengalami iritasi pd jalan nafas, idak terjadi baro taruma, tidak
terjadi keracunan O2, tidak terjadi infeksi saluran nafas, suhu tubuh 36,5-37 derajat celcius
Tindakan
Rasionalisasi
- Orientasikan klien tentang alat perawatan yang - Agar klien memahami peran dan fungsi serta sikap
digunakan
yang harus dilakukan klien
- Jika perlu lakukan fiksasi
- Untuk mencegah trauma
- Rubah posisi setiap 2 jam
- Untuk mencegah timbulnya trauma akibat
penekanan yang terus menerus pada satu tempat.
- Yakinkan nafas klien sesuai dengan irama vetilator - Mencegah fighting sehingga trauma bisa dicegah
- Obsevasi tanda dan gejala barotrauma
- Untuk deteksi dini
- Kolaborasi penggunaan sedasi
- Untuk mencegah fighting
- Evaluasi warna dan bau sputum
- Monitor dini terjadini infeksi skunder

- Lakukan oral hygiene setiap hari


- Ganti slang tubing setiap 24-72 jam
- Kolaborasi pemberian antibiotika
--

- Mencegah infeksi skunder


- Menjamin selang ventilator steril
- Sebagai profilaksis

Dx : Cemas b.d disorientasi ruangan dan ancaman akan kematian


Tujuan : Setelah dirawat kien kooperatif, tidak gelisah dan tenang
Tindakan
Rasional
- Lakukan komunikasi terapeutik
- Membinan hubungan saling percaya
- Berikan orientasi ruangan
- Mengurangi stress adaptasi
- Dorong klien agar mengepresikan perasaannya
- Menggali perasaan dan masalah klien
- Berikan suport mental
- Mengurangi cemas dan meningkatkan daya tahan
klien
- Berikan keluarga mengunjungi pada saat-saat - Untuk meningkatkan semangat dan motivasi
tertentu
- Berikan informasi realistis sesuai dengan tingkat - Agar klien memahami tujuan perawatan yang
pemahaman klien
dilakukan.
Daftar pustaka :
Marini L. Paul (1991) ICU Book, Lea & Febriger, Philadelpia
Tabrani (1998), Agenda Gawat Darurat, Pembina Ilmu, Bandung
Carpenitto (1997) Nursing Diagnosis, J.B Lippincott, Philadelpia
Hudack & Galo (1996), Perawatan Kritis; Pendekatan Holistik, EGC , Jakarta

3. Pelaksanaan.
Pelaksanaan merupakan realisasi dari rencana keperawatan yang merupakan
bentuk riil yang dinamakan implementasi, dalam implementasi ini haruslah
dicatat semua tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien dan setiap
melakukan tindakan harus didokumentasikan sebagai data yang menentukan
saat evaluasi.
4. Evaluasi
Evaluasi adalaha merupakan tahapa akhir dari pelaksaan proses keperawatan
dan asuhan keperawatan evaluasi ini dicatatat dalam kolom evaluasi dengana
membandingkan data aterakhir dengan dengan data awal yang juga kita harus
mencatat perkembangan pasien dalam kolom catatan perkembangan.

You might also like